Common Skin Diseases in Primary Healthcare
dr.R Amir Hamzah, Sp.KK., M.Kes FINSDV
Pendidikan
1993 – 2002 Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen Maranatha
2003 – 2008 Program Pendidikan Dokter Spesialis Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Unpad 2006 – 2008 Program Magister Kesehatan Fakultas Kedokteran Unpad
Pekerjaan
Staf pengajar Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen Maranatha Kepala KSM spesialis kulit dan kelamin di RS Immanuel Bandung
Organisasi
Pengurus IDI wilayah JABAR
Kelompok studi dermatology laser indonesia (KSDLI) Kelompok studi dermatology kosmetik Indonesia (KSDKI)
R. Amir Hamzah, dr., Sp.KK, M.Kes, FINSDV
DASAR
PERMENKES no 5 tahun 2014
○
726 penyakit 144 wajib dikuasai ( kompetensi 4A)
○
Dari 144 20 % dermatology
Diagnosis penyakit kulit membingungkan para dokter
TERAPI yang kurang tepat
Paduan praktik klinis PERDOSKI 2017
KELUHAN UTAMA
• Bercak Merah
• Bercak Putih
• Lesi berbentuk bulat
• Lesi bersisik
• Lesi berbentuk vesikel/bula
Bercak Merah
• Dermatitis kontak
• Dermatitis atopik
• Urticaria
• Candidiasis
• Eritroderma
• Scabies
• Dermatofitosis
Dermatitis Kontak
Definisi
Dermatitis: peradangan kulit (epidermis & dermis) sebagai respons
terhadap faktor eksogen dan/atau faktor endogen, menyebabkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,
skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal
Dermatitis kontak: dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit
- Dermatitis kontak iritan: reaksi peradangan kulit non-imunologik,
yaitu kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi
- Dermatitis kontak alergi: terjadi setelah mengalami sensitisasi
terhadap suatu alergen/bahan penyebab
Gejala Klinis
Wolff K, Johnson R, Saavedra AP, Roh EK.
Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology, 7th ed. New York, NY: McGraw-Hill; 2013
Lokalisasi Dermatitis Kontak
Tergantung pada nempelnya kontaktan:
Kepala + Leher Tangan
Axilla Badan
Anogenital
Kaki
ALLERGIC CONTACT DERMATITIS
Wolff K, Johnson R, Saavedra AP, Roh EK. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology, 7th ed. New York, NY: McGraw-Hill; 2013
PEMERIKSAAN
● PACTH TEST ( UJI TEMPEL)
Penatalaksanaan
Dermatitis Kontak Iritan
Non-medikamentosa: Hindari pajanan bahan iritan yang menjadi penyebab, baik yang bersifat mekanik, fisis, maupun kimiawi
Medikamentosa:
- DKI dapat sembuh tanpa
pengobatan topikal, mungkin cukup dengan pemberian pelembab untuk memperbaiki sawar kulit
- Apabila diperlukan untuk mengatasi peradangan, diberikan kortikosteroid topikal (salep/krim hidrokortison)
Dermatitis Kontak Alergi
Non-medikamentosa: Hindari pajanan ulang dengan alergen penyebab
Medikamentosa:
- Topikal: jika lesi basah, dikompres - Jika sudah mengering, diberikan
kortikosteroid topikal
- Sistemik: antihistamin, kortikosteroid
Dermatitis Atopik
DERMATITIS ATOPIK
DEFINISI :
* Peradangan kulit kronis residif
* Stigmata Atopi ( kepekaan familier ) seperti :
- Asma Bronkialis - Rinitis Alergika - Dermatitis
- Konjungtivitis Alergik
• 70% Stigmata Atopi familier.
• 80% IgE
- asma
- rinitis alergiKa
- dermatitis > parah.
STRUKTUR STRATUM KORNEUM SEBAGAI SAWAR KULIT
Komponen struktural korneosit
& lipid
interselular
v
Fungsi integritas v
& hidrasi kulit
Tiga komponen lipid utama pada stratum korneum
Gejala Klinis
Manifestasi dan tempat predileksi DA pada masing-masing fase dapat berbeda.
●DA secara subjektif lebih gatal (dibandingkan dengan dermatitis yang lainnya)
●Rasa gatal dan garukan yang terus menerus → kerusakan barier kulit, sehingga memudahkan masuknya alergen dan iritan.
●Keadaan tersebut menyebabkan DA sering berulang (kronik-residif).
●Perjalan penyakit yang demikian berdampak gangguan fisik dan emosi pasien, sehingga kualitas hidup menurun.
Tipe INFANTIL (2 bln – 2 thn)
• Pipi, dahi, skalp, badan, lengan, tungkai, lutut
• Gatal sekali Gelisah / Susah tidur / nangis
• Lesi kronis residif Likenifikasi di ekstensor
• Usia 2 tahun sebagian besar
sembuh.
Tipe ANAK (3-11 thn)
• F. Cubiti / F poplitea
• Leher
• Pergelangan tangan / kaki
• Dennie Morgan fold (lipatan kulit di palpebra inferior)
• Bibir / Perioral
• Paha belakang dan Bokong
ATOPIC DERMATITIS
IN CHILDHOOD
TIPE DEWASA
23
PRICK TEST
Penatalaksanaan
Non farmakologi :
●
Pakaian katun dan lembut di kulit
●
Hindari perubahan suhu/kelembaban mendadak
●
Hindari kontak dengan debu rumah
●
Perhatikan makanan yang bisa menjadi faktor pencetus
●
Cegah faktor stress/infeksi
●
Jaga kuku tetap pendek
Penatalaksanaan
1.
Pengobatan topikal
a.
Pelembab → memulihkan disfungsi sawar kulit.
Digunakan 2 kali sehari, dioleskan segera setelah mandi, meskipun sedang tidak terdapat gejala DA.
b.
Kortikosteroid topikal
2.
Pengobatan sistemik
a.
Antihistamin sistemik
b.
Kortikosteroid sistemik
Urtikaria
Etiopatogenesis
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat akibat pelepasan histamin dari sel mast dan basofil
Berbagai mekanisme yang dapat menyebabkan aktivasi sel mast:
1. Faktor imunologik yang terdiri atas:
● Hipersensitivitas tipe cepat yang diperantarai IgE
● Aktivasi komplemen jalur klasik maupun alternatif, menghasilkan anafilatoksin (C3a, C4a,C5a)
2. Faktor non imunologik yang menyebabkan aktivasi langsung sel mast:
● Bahan kimia pelepas mediator (morfin, kodein, oains, aspirin, benzoat)
● Faktor fisik (suhu, mekanik, sinar X, ultraviolet, efek kolinergik)
Penatalaksanaan
Non-medikamentosa: identifikasi dan
eliminasi penyebab dan faktor risiko, eradikasi serangga, memelihara kebersihan lingkungan, menghindari pakaian yang ketat, suhu
lingkungan yang panas Medikamentosa:
- Topikal: bedak antipruritus seperti mentol 0,5-1%, asam salisilat 0,5-1%, dan kamfer 0,5-1%
- Sistemik: antihistamin sebagai
antipruritus, pada keadaan berat dapat diberi kortikosteroid sistemik (prednison 10-30 mg selama 3-7 hari)
AADV Asian Consensus Guidelines for Management of Chronic Urticaria, 2011.
Candidiasis
Definisi
Candidiasis: penyakit jamur yang disebabkan oleh Candida sp misalnya spesies Candida albicans. Infeksi dapat mengenai kulit, kuku, membran mukosa,
traktus gastrointestinal, juga dapat menyebabkan kelainan sistemik.
Jamur candida hidup sebagai saprofit, terutama terdapat di traktus
gastrointestinal, selain itu terdapat juga di vagina, uretra, kulit, dan di bawah kuku. Dapat juga ditemukan di atmosfir, air, dan tanah.
Spesies lain yang dapat menimbulkan candidiasis: C. tropicalis, C. parapsilosis, C. glabrata, C. guilliermondii
Candidiasis kutis dan selaput lendir genital
●
Candidiasis intertriginosa: lesi di lipatan axilla, genito-krural,
intergluteal, lipat payudara, interdigital, berupa bercak eritematosa berbatas tegas, bersisik, basah, dikelilingi oleh satelit yaitu vesikel atau pustul kecil
●
Candidiasis perianal: lesi berupa maserasi, menimbulkan pruritus ani
●
Candidiasis vulvovaginitis: gatal di daerah vulva, rasa panas, nyeri sesudah miksi, dispareunia. Tampak hiperemia pada labia minora, introitus vagina, ⅓ bagian bawah vagina disertai bercak-bercak putih kekuningan. Fluor albus berbentuk gumpalan-gumpalan berwarna putih kekuningan
●
Diaper rash (Candidal diaper dermatitis): karena oklusi kronik area
popok oleh popok yang basa, lesi berupa eritema cerah
KANDIDOSIS KUTIS INTERTRIGINOSA
KANDIDOSIS KUTIS
INTERTRIGINOSA
Candida
C.albicans
Penatalaksanaan
Non-medikamentosa: Upayakan untuk menghindari faktor pencetus dan predisposisi - Hindari / atasi obesitas
- Hindari bekerja pada tempat yang lembab / banyak air Medikamentosa:
Topikal:
- Larutan gentian violet ½ - 1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan 2x sehari selama 3 hari
- Nistatin 100.000 U/ml terutama pada candidiasis mukosa - Klotrimazol 1% (krim, bedak, larutan)
- Mikonazol 1-2% (krim, bedak) - Ekonazol 1-2% (krim, larutan)
Penatalaksanaan
Sistemik: Untuk kasus refrakter, candidiasis diseminata, candidiasis mukokutan kronik - Flukonazol 150 mg/hari selama 7 hari
- Ketokonazol 400 mg/hari selama 5 hari - Itrakomazol 200 mg/hari
- Lain-lain:
- Amfoterisin B 0,5-1 mg/kgBB intravena
- Tablet nistatin 3x100.000 U selama 1- 4 minggu
- Untuk candidiasis vaginalis dapat diberikan Klotrimazol 500 mg per vaginam dosis tunggal
Eritroderma
Definisi
Kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema universalis (90%-100%), biasanya disertai skuama. Bila eritemanya antara 50%-90% → preeritroderma.
Pada definisi tersebut yang mutlak harus ada ialah eritema, sedangkan skuama tidak selalu ada. Misalnya pada eritroderma karena alergi obat sistemik, awalnya tidak disertai skuama, saat stadium penyembuhan timbul skuama.
Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas, karena bercampur dengan hiperpigmentasi.
Nama lain → exfoliative dermatitis
Manifestasi Sistemik
●
Merasa kedinginan dan menggigil●
Pruritus●
Limfadenopati perifer●
Hipotermia●
Cachexia●
Hepatomegali●
Splenomegali●
Demam●
Oedem pretibialKomplikasi sistemik yang dapat terjadi:
●
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit●
Gagal jantung●
Gangguan pernafasan akut●
Infeksi sekunder●
SepsisPenatalaksanaan
Tergantung penyebab
Skabies
SCABIES
• Merupakan penyakit kulit yg disebabkan oleh infestasi dari Sarcoptes scabiei var. humanus
• Sinonim: gudik, budukan, gatal agogo
• Hallmark: intractable pruritus terutama pd malam hari
• Lokasi: interdigital area, flexural area pergelangan tangan, siku, lipatan axilla anterior, peri umbilical, penis and
scrotal area, sacral area.
Gejala Klinis
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal : 1.Pruritus nokturna → gatal pada malam hari yang disebabkan oleh aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2.Menyerang sekelompok orang, misalnya dalam keluarga, sehingga seluruh keluarga terkena infeksi, selain itu bisa juga pada asrama atau pondokan.
3.Adanya terowongan (kanalikuli) pada tempat predileksi yang berwarna putih atau abu-abu, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata
panjangnya 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel.
4.Menemukan tungau → paling menunjang diagnosis. Dapat ditemukan
satu atau lebih stadium hidup tungau. Selain tungau, dapat ditemukan
telur dan kotoran (skibala).
SCABIES
SKABIES
SKABIES
Diagnosis scabies
• Diagnosa bila ditemukan tungau (mites), telur,
atau skibala (feces)
Terapi scabies
• Tingkatkan personal hygiene
• Ganti dan cuci semua seprei, gorden dan pakaian
• Jemur kasur dan sofa di terik matahari
• Terapi semua anggota keluarga atau komunitas
• Topikal:
– Permethrin 5% seluruh tubuh x 10 jam, pd mlm hr. Dapat diulang setelah 7 hari
• Oral: antihistamin
Terapi scabies
• Obat topikal lainnya:
– Lindane 1%: dpt menyebabkan neurotoxisitas – Sulfur precipitatum 6%: aman utk bayi dan
wanita hamil, dioles ke seluruh tubuh 3 malam berturut2 dan dibersihkan stlh 24 jam sejak
pengolesan yg terakhir
• Obat sistemik:
– Ivermectin 200μg/kg BB diberikan pd
penderita imunosupress
Tinea Corporis
Definisi
Dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut (glabrous skin), kecuali telapak tangan, kaki dan pangkal paha.
Nama lain → tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende Flechte,
kurap, herpes sircine trichophytique
Tinea korporis
Tinea kruris
Pem. Sediaan langsung KOH
A. Hifa panjang
B. Artrospora (40x) C. Artrospora (100x)
Penatalaksanaan
●
Agen topikal antifungal diberikan 2 kali sehari selama 2-4 minggu :
○
Alilamin (contoh : terbinafine)
○
Imidazole (contoh : klotrimazole, ketokonazole)
○
Tolnaftate, butenafine, ciclopirox
●
Antifungal oral bila lesi luas dan lebih inflamatorik
Dermatitis Popok
Definisi
Dermatitis popok adalah semua erupsi yang terjadi
pada daerah yang tertutupi oleh popok dengan
manifestasi dermatitis eritematous yang menyebar
keseluruh lipatan inguial
Epidemiologi
Dermatitis popok sering terjadi pada usia antara 9-12 bulan.
Banyak terjadi pada anak-anak tapi juga dapat ditemukan pada orang dewasa yang menggunakan popok
Tidak ada perbedaan frekuensi antara etnik dan gender.
Studi terakhir, persentase dari bayi dengan dermatitis popok adalah 16% - 70%.
Laporan frekuensi umur maksimal dari beberapa penelitian berkisar antara 9 - 12 bulan dan 12 – 24 bulan.
Secara klinis, tipe dermatitis kontak iritan ini banyak terlihat di region genital, bokong, bagian paha atas, dan bagian bagian bawah perut.
Etiologi
Faktor yang mendasari terjadinya iritasi pada kulit, meliputi:
• Derajat kelembapan ( kulit yang basah lebih mudah mengalami kerusakan),
• Peningkatan pH ( kulit yang alkalis dapat meningkatkan penetrasi mikroorganisme dan aktivitas fecal enzim)
• Kolonisasi mikroorganisme (Staphylococcus aureus atau Candida)
• Riwayat keluarga mengenai keadaan dermatologik primer (
psoriasis, eksema, atau dermatitis seboroik)
Manifestasi Klinis
Dermatitis popok diawali dengan lesi eritem yang jelas
Lesi bisa berkembang menjadi papul eritem disertai edema dan deskuamasi ringan sesuai intensitas waktu.
Normalnya, terjadi di area yang permukaannya konvex seperti
bokong, paha atas, abdomen bawah, pubis, labia mayora dan
skrotum.
Dermatitis popok
2. Candida Diaper Dermatitis
Penatalaksanaan
Pengobatan non medikamentosa
Penggunaan popok yang mengandung gel superabsorbent telah terbukti efektif dalam mencegah dermatitis popok pada bayi dan neonatus. Itu lebih bagus menyerap kelembaban dari kulit. Popok kain dan popok yang lama dipakai kebiasaannya cenderung menyebabkan dermatitis popok.
Selain itu, popok harus diganti untuk mengurangi resiko gesekan dan iritasi pada area popok yang sering terpapar oleh urin dan feses. Bagi bayi yang baru lahir, sebaiknya popok diganti setiap 2 jam per hari.
Setiap mengganti popok sebaiknya dioleskan emolien untuk mencegah
masuknya air ke kulit. Jika popok kotor, sebelum diganti daerah popok
sebaiknya dibersihkan dengan air lalu dikeringkan dengan kapas dan
dioleskan emolien.
Pengobatan medikamentosa Sistemik
Anti biotik sistemik sangat jarang digunakan dan tidak ada bukti bahwa nistatin oral dapat berfungsi sebagai profilaksis jika dikombinasikan dengan anti candida topikal.
Topikal
a. Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid topikal yang dianjurkan adalah yang berpotensi ringan (mis : krim . Hidrokortison 1% - 2,5 %) dan umumnya diberi untuk jangka waktu 3 – 7 hari.
Penggunaan steroid poten merupakan kontraindikasi
karena dapat menimbulkan efek samping yang cukup
banyak.
b. Anti jamur topikal
Nistatin atau imidazol terbukti aman dan efektif
untuk pengobatan kandida, klotrimazol 1% dan
mikonazol 2 % juga dapat digunakan. Syarat
pemberian anti jamur topikal
Bercak Putih
1. Vitiligo
2. Pityriasis versicolor 3. Pityriasis alba
4. Kusta
5. Progresive macular hypomelanosis
Vitiligo
Definisi
Vitiligo adalah penyakit akibat proses depigmentasi pada kulit, disebabkan faktor genetik dan non genetik yang berinteraksi dengan kehilangan atau ketahanan fungsi melanosit dan pada kenyataannya merupakan peristiwa autoimun.
Vitiligo adalah depigmentasi kronis yang ditandai:
● Makula putih susu homogen berbatas tegas
● Termasuk Poliosis (rambut putih)
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.352-7.
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.
Marker Klinis Aktivitas Penyakit
● Koebner Phenomenon
○ Depigmentasi terjadi dengan mudah pada kulit yang mengalami trauma pada pasien dengan vitiligo aktif. Tanda ini bermanifestasi sebagai:
■ Tanda depigmentasi linear dimana kulit telah tergores, terkoyak (laserasi), atau terbakar, atau
■ Makula nonlinier pada kulit yang mengalami cedera, seperti:
erosi dan abrasi
○ Marker ini berhubungan dengan lesi vitiligo yang luas pada tubuh dan memberikan respons yang lebih buruk terhadap pengobatan
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.
Marker Klinis Aktivitas Penyakit
● Trichrome Lesion
○ Batas lesi yang tidak tegas (kabur) karena adanya zona depigmentasi antara batasan kulit yang berpigmen dan tidak berpigmen. Sehingga menghasilkan 3 penampakan warna kulit:
kulit depigmentasi, kulit yang berpigmen normal, kulit hipopigmentasi
○ Marker ini berhubungan dengan vitiligo aktif yang menyebar dengan cepat
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.
Marker Klinis Aktivitas Penyakit
● Confetti - like Depigmentation
○ Depigmentasi terdiri dari multiple makula depigmentasi kecil berkumpul bersama
○ Sering berada di tepi lesi vitiligo
● Inflammatory Lesion
○ Bentuk vitiligo yang paling jarang, ditandai dengan adanya eritema, skuama, dan rasa gatal pada batasan lesi hipopigmentasi atau depigmentasi.
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.
Diagnosis
● Vitiligo mudah dikenali, sehingga diagnosis dapat ditegakkan cukup secara klinis.
● Lampu Wood dapat membantu lebih jelas luas hipopigmentasi ataupun repigmentasi
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.352-7..
Penatalaksanaan
● Psoralen dan Ultraviolet A (UVA)
● Narrowband Ultraviolet B (UVB)
● Kortikosteroid
● Terapi Topikal lain (Takrolimus)
● Terapi Depigmentasi
● Terapi Laser
● Pengobatan Bedah
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.352-7.
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.
Pitiriasis atau Tinea
Versikolor
(Non Dermatofitosis)Definisi dan Gejala Klinis
Pitiriasis versikolor (PV) adalah infeksi kulit superfisial kronik, disebabkan oleh ragi genus Malassezia (M.
globosa, M. sympodialis, M. furfur), umumnya tidak memberikan gejala subjektif, ditandai oleh area hipogmentasi atau diskolorasi berskuama halus, tersebar diskret atau konfluen, dan terutama terdapat pada bagian atas.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.103-5.
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63.
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63.
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63.
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63.
Pemeriksaan Penunjang
● Lampu Wood → Fluoresensi kekuningan akibat metabolit asam dekarboksilat, yang digunakan sebagai petunjuk lesi PV dan mendeteksi sebaran lokasi lesi.
● Pemeriksaan mikologis kerokan kulit:
○ Kumpulan hifa pendek dan sel ragi bulat, kadang oval
○ Gambaran tersebut disebut “Spaghetti and Meatballs” atau
“Banana and Grapes”
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.103-5.
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63.
Pitiriasis versikolor
Stratum Korneum
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63.
Diagnosis
Dugaan diagnosis PV jika ditemukan gambaran klinis adanya:
● Lesi di daerah predileksi
● Berupa makula berbatas tegas, berwarna putih, kemerahan, sampai hitam, yang berskuama halus
● Pemeriksaan dengan Lampu Wood → Fluoresensi kuning keemasan
Konfirmasi diagnosis → Didapatkan hasil Positif pada Pemeriksaan Mikologis kerokan kulit
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.103-5.
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63
Penatalaksanaan
Non Farmakologis:
● Mengidentifikasi faktor predisposisi dan menyingkirkan yang dapat dihindari (penting dalam tatalaksana PV)
○ Suhu
○ Kelembaban lingkungan yang tinggi
○ Tegangan CO2 tinggi permukaan kulit akibat oklusi, faktor genetik, hiperhidrosis, kondisi imunosupresif, dan malnurtrisi
● Edukasi pasien bahwa Lesi Hipopigmentasi dapat bertahan sampai beberapa bulan setelah jamur negatif
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.103-5.
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63
Penatalaksanaan
Farmakologis(pertimbangkan luas lesi, biaya, kepatuhan pasien, kontraindikasi, dan efek samping)
●Topikal
○ Contoh:
■ Selenium Sulfide ‘shampoo’ 1,8% atau ‘losio’ 2,5%
● Dioleskan tiap hari selama 15-30 menit dan kemudian dibilas
● Aplikasi dibiarkan sepanjang malam → 2x seminggu (Ada kemungkinan iritasi)
■ Ketokonazol 2% ‘shampoo’
■ Untuk Lesi terbatas: Krim derivat azol (mikonazol, klotrimazol, isokonazol, ekonazol), krim tolsiklat, tolnafat, siklopiroksolamin, haloprogin
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.103-5.
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63.
Penatalaksanaan
Farmakologis(pertimbangkan luas lesi, biaya, kepatuhan pasien, kontraindikasi, dan efek samping)
●Sistemik (dipertimbangkan pada lesi luas, kekambuhan, dan gagal dengan terapi topikal)
○ Fluconazole 300 mg, 2 dosis, selang 7 hari
○ Itraconazole 200 mg/hari selama 5-7 hari
○ Ketokonazol tidak digunakan oral lagi → Kerusakan hepar dan disfungsi adrenal
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.103-5.
Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63.
Pitiriasis Alba / Simplex / Makulata /
Impetigo Sika / Pitiroides
Definisi
Bentuk dermatitis yang tidak spesifik dan belum diketahui penyebabnya.
Ditandai dengan adanya bercak kemerahan dan skuama halus yang akan menghilang serta meninggalkan area yang hipopigmentasi.
Pitiriasis alba sering dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun (30-40%).
Perempuan dan laki-laki sama banyak.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.403 https://dermnetnz.org/topics/pityriasis-alba/.
https://dermnetnz.org/topics/pityriasis-alba/
Penatalaksanaan
● Skuama dapat dikurangi dengan Krim Emolien
● Steroid topikal (0,5-1% Hidrokortison) → mengurangi kemerahan dan gatal
● Inhibitor calcineurin, pimecrolimus, dan tacrolimus, sama efektivitasnya dengan Hidrokortison → kecepatan penyembuhan warna kulit
● Dapat dicoba: Preparat Ter (Likuor karbonis detergens 3-5%) dalam krim atau salep, setelah dioleskan harus banyak terkena sinar matahari
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.403.
https://dermnetnz.org/topics/pityriasis-alba/
Kusta / Morbus Hansen /
Lepra / Leprosy
Definisi
Kusta merupakan penyakit infeksi kronik, disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.
Gejala Klinis
● Gejala klinis muncul, akibat masuknya M. leprae ke dalam tubuh seseorang. Bila:
○ Sistem imunitas seluler rendah → Gambaran Lepromatosa (L)
○ Sistem imunitas seluler baik → Gambaran Tuberkuloid (T)
● Gejala Kusta dapat bermanifestasi pada:
○ Kulit
○ Saraf perifer
○ Mata
○ Gangguan psikiatrik
Lesi tipe TT
Lesi tipe BT
Diagnosis
Diagnosis penyakit kusta ditetapkan berdasarkan temuan satu dari tiga tanda kardinal kusta berikut ini, yaitu:
●
Kelainan kulit atau lesi yang khas kusta, dapat berbentuk hipopigmentasi atau eritema yang mati rasa (anestesi)
●
Penebalan saraf perifer disertai dengan gangguan fungsi saraf akibat peradangan (neuritis) kronis. Gangguan fungsi saraf ini dapat berupa:
○
Gangguan fungsi sensoris : Anestesi
○
Gangguan fungsi motorik : Parese atau paralisis otot
○
Gangguan fungsi otonom : Kulit kering atau anhidrosis dan terdapat fisura
●
Adanya basil tahan asam (BTA) pada kerokan jaringan kulit (slit skin smear)
Penatalaksanaan
● Tahun 1995 WHO merekomendasikan pengobatan kusta dengan Multi Drug Therapy (MDT) untuk tipe PB maupun MB
● Tujuan pengobatan adalah:
○ Memutuskan mata rantai penularan
○ Mencegah resistensi obat
○ Memperpendek masa pengobatan
○ Meningkatkan keteraturan berobat
○ Mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya kecacatan yang sudah ada sebelum pengobatan.
● Rifampisin → bakterisidal, yang lainnya bakteriostatik
● Obat MDT tersedia dalam bentuk blister untuk pasien dewasa dan anak berusia 10-14 tahun.
Pengobatan PB dewasa
Pengobatan MB dewasa
Progressive Macular
Hypomelanosis
Progressive Macular Hypomelanosis
Definisi
● Kondisi kulit dimana terdapat area circular hipopigmentasi Gejala Klinis
● Predileksi: batang tubuh
● Dapat menyebar ke tangan, kaki, dan leher
● Lesi kulit multiple, circular, pucat, tidak berskuama, saling menyatu
● Lesi tidak didahului inflamasi
Progressive Macular Hypomelanosis
Tatalaksana
● Narrowband UVB phototherapy
● Oral Tetracycline
● Topical anti-acne, contoh: Clindamycin dan Benzoyl peroxide
● Pengobatan kombinasi
Lesi Koin
1.Dermatofitosis ( tinea corporis /cruris) 2.Dermatitis numular
3.Erythema multiforme 4.Pytyriasis rosea
5.Kusta
Tinea Corporis
dan Tinea Cruris
Definisi
● Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum
korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita.
● Tinea Cruris: dermatofitosis pada daerah
genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang- kadang sampai perut bagian bawah
● Tinea corporis: dermaofitosis pada kulit glabrosa padqa bagian lain, selain tinea kapitits, tinea barbe, tinea kruris, tinea pedis et manum, tinea unguinum
Tinea kruris
Dermatitis
Numularis
Definisi
● adalah suatu peradangan kulit yang bersifat kronis, ditandai dengan lesi berbentuk mata uang (koin) atau agak lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel yang biasanya mudah pecah sehingga membasah.
● Nama lain:
- Eksim numular - Eksim diskoid
- Neurodermatitis numular
● Epidemiologi : >> usia dewasa, laki-laki >
perempuan
Gejala Klinis
-
Kulit disekitar lesi biasanya normal, namun bisa juga kering-
Penyembuhan dimulai dari tengah sehingga menyerupai lesi dermatomikosis (Central healing)-
Fase Kronik: terjadi dalam 1-2 minggu.Terbentuk lesi skuama dan likenifikasi
-
Jumlah lesi dapat hanya satu tau multipel dan tersebar pada ekstremitas bilateral atau simetris-
Distribusi lesi klasik: pada ekstensor ekstremitas-
Dapat muncul setelah trauma → fenomenaKoebner
Penatalaksanaan
Non-Farmakologis
- Menghindari suhu ekstrim
- Menghindari penggunaan sabun berlebihan
- Menghindari penggunaan wol atau bahan lain yang dapat menyebabkan iritasi
Farmakologis
- Pelembab atau emolien: Bila kulit kering, sebaiknya diberi
- Terapi lini pertama: kortikosteorid topikal potensi menengah hingga
kuat dengan vehikulum krim dan salap
Penatalaksanaan
- Preparat ter (Liquor carbonis detergens 5-10%) atau calcineurin inhibitor, misalnya takrolimus atau pimekrolimus
- jika ditemukan adanya infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik
- Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang erat dan refrakter terhadap pengobatan
- Pruritus dapat diobati dengan antihistamin oral
Eritema Multiforme
Definisi:
Kondisi kulit akibat reaksi hipersensitivitas terhadap infeksi atau obat-obatan.
Etiologi:
50% idiopatik
- Sering dikaitkan dengan infeksi virus herpes simpleks dan Mycoplasma
pneumoniae
- obat-obatan dan vaksinasi
Gambaran lesi:
Anular dan menonjol, dan memiliki eritema sentral yang disebut “target-like lesion”. Lesi akan berkembang dalam
beberapa hari, dan akan sembuh dalam 3-5 minggu
Penatalaksanaan:
- Tujuan: obati sumber infeksi atau hentikan obat
penyebab.
- Antihistamin & kortikosteroid
→ untuk meringankan gejala
Pityriasis Rosea
Definisi: Kelainan kulit akut yang diawali dengan timbulnya makula/plak soliter berwarna merah muda dengan skuama halus (“herald patch”), kemudian dalam beberapa hari sampai beberapa minggu timbul lesi serupa dengan ukuran lebih kecil di badan dan ekstremitas proksimal yang tersusun sesuai lipatan kulit (christmas tree pattern).
Gambaran lesi:
- Lesi primer: makula/plak sewarna kulit/merah muda/salmon-
colored/hiperpigmentasi, yang berbatas tegas, umumnya berdiameter 2-4 cm, dan berbentuk lonjong atau bulat.
Bagian tengah lesi memiliki karakteristik skuama halus
- Predileksi: di bagian badan yang tertutup baju, leher, paha atas atau lengan atas
Penatalaksanaan:
- Topikal: kortikosteroid - Sistemik: antihistamin
(cetirizine 1x10 mg/hari), Kortikosteroid sistemik, eritromisin 4x250mg/hari selama 14 hari, asiklovir 3x400 mg/hari selama 7 hari, fototerapi UVB
Lesi tipe BT
Kulit bersisik
1.Psoriasis
2.Eryhroderma
3.Pityriasis Rosea
4.Dermatitis seboroik
PSORIASIS
• Definisi: penyakit kulit kronis dgn berbagai variasi klinis berupa plak eritrosquamosa
• Psoriasis mrpk penyakit yg diderita seumur hidup
• Predileksi umur: usia dekade 3
• Pola pewarisan: HLA-B13, HLA-Bw57, HLA-Cw6,
HLA-DR7
Psoriasis
GEJALA KLINIS:
• Plak erythematous berbatas tegas yg dipermukaannya ditutupi oleh squama putih tebal dgn Auspitz sign (+)
• Ukuran bisa bervariasi
• Tempat predileksi: kulit kepala, punggung, bokong, siku,
lutut, telapak tangan & kaki
Psoriasis
Tipe2 Psoriasis:
• Tipe plak
• Tipe gutata
• Tipe eritroderma
• Tipe pustular
• Tipe anular pustular
• Tipe localized pustular
• Tipe inversa
Psoriasis
Faktor pencetus:
• Trauma fisik → fenomena Koebner
• Infeksi:
– Streptococcus pyogene (grup A ß hemolitik) – HIV tipe 1
• Stress
• Lokasi anatomis
• Obat2an
Psoriasis
Penatalaksanaan Medikamentosa
• Prinsip : tidak perlu rawat inap, kecuali psoriasis pustulosa/eritroderma.
• Langkah pengobatan :
Pengobatan
Topikal Fototerapi atau Fotokemoterapi
Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3
Pengobatan
Sistemik AGEN
BIOLOGIK
Langkah 4
PITYRIASIS ROSEA
Pityriasis Rosea
• Merupakan lesi akut yg dapat sembuh sendiri dalam kurun waktu ± 6mgg dan didahului
oleh lesi primer 1-2mgg sblm munculnya erupsi
• Epidemiologi:
– Tdk ada predileksi rasial dan sex
– Jarang mengenai bayi atau org usia tua
Pityriasis Rosea
• Etiologi: tdk diketahui tetapi berhubungan dgn infeksi, pergantian musim, rekurensi, virus
HHV-6 & 7, atopy, serta bbrp obat 2 an
• Gejala klinis:
– Bisa disertai prodromal berupa gejala flu-like
– Didahului oleh lesi primer = herald patch /mother
patch/ primary medalion
Herald patch
Pityriasis Rosea
– Lesi tipikal berupa papul eritematus dgn
skuama collarets
Pityriasis Rosea
• Terapi:
– Simptomatis
– Eritromisin dpt mengurangi durasi hingga 2
mgg
Dermatitis
seboroik
DERMATITIS SEBOROIK
• Dermatitis dg produksi sebum ↑ pd daerah yg banyak kelenjar sebumnya
• Kelainan : skuama halus kuning coklat berminyak.
• Insiden: 2%-5% populasi, pria > wanita
• Umur: 3 bln, 40-70 thn
• Prevalensi 40%-80% AIDS
Predileksi :
• Scalp
• Bulu Mata
• Retroauricular
• Interscapular
• Lubang telinga luar
• Glabella dan Lipatan Nasolabial
• Daerah V dada
• Intertriginous, pinggang
• Leher, axilla, submamar, umbilicus
Lesi berbentuk vesikel/bula
1, Impetigo bulosa
2. Dermatitis kontak iritan 3. Dermatitis venenata
4. Herpes simpleks 5. Varisella
6. Herpes zoster
Impetigo Bullosa
Definisi
Pioderma superficialis (terbatas pada epidermis) yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus yang
memproduksi exfoliative toxin.
Nama lain → impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet
Gejala Klinis
●
Keadaan umum tidak dipengaruhi.
●
Tempat prediksi → di aksila, dada, punggung.
●
Sering bersama-sama miliaria.
●
Terdapat pada anak dan orang dewasa.
●
Kelainan kulit berupa eritema, bula, dan bula hipopion. Kadang-
kadang sewaktu penderita datang berobat, vesikell bula telah pecah sehingga yang tampak hanya koleret dan dasarnya masih
eritematosa.
Pemeriksaan Penunjang
● Pemeriksaan Gram → kuman kokus Gram positif yang berkelompok dapat berupa Staphylococcus aureus atau Group A Streptococcus.
● Kultur Kuman
● Uji Resistensi Kuman terhadap Antibiotik
Penatalaksanaan
Terapi Non-Medikamentosa :
● Menjaga higiene (mandi 2x sehari dengan sabun).
● Identifikasi faktor komorbiditas dan faktor predisposisi yang ada.
Terapi Medikamentosa : 1. Kasus ringan - sedang
Antibiotik topikal (mupirocin atau asam fusidat 2%, sediaan salep atau krim,
diberikan 2-3 kali sehari selama 7-10 hari).
2. Kasus berat
a. Antibiotik topikal (mupirocin atau asam fusidat 2%) b. Antibiotik sistemik (diberikan minimal selama 7 hari) :
i. Lini pertama : cloxacillin/dicloxacillin (dewasa dosis 4 x 250–500 mg/hari PO, anak dosis 25–50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis) ii. Lini kedua : azithromycin 1 x 500 mg (pada hari pertama),
dilanjutkan 1 x 250 mg (pada hari ke-2 sampai ke-5).
c. Terapi suportif : perawatan kulit & evaluasi terhadap gangguan cairan
dan elektrolit (pada kasus yang berat/luas).
Dermatitis Kontak Iritan
Gambaran Lesi Bula
Gejala Klinis
● Kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, gatal, nyeri, kelainan berupa eritema
edema, bula. Umumnya tepi tegas dan asimetris
Dermatitis Venenata
Definisi
● Dermatitis Venenata adalah dermatitis yang timbul setelah kontak dengan kontakan eksternal melalui proses toksis.
● Dermatitis venenata merupakan bagian dari dermatitis kontak iritan tipe akut lambat yang biasanya disebabkan oleh gigitan, liur, atau bulu serangga yang terbang pada malam hari, dimana gambaran klinis dan gejalanya baru
muncul 8 sampai 24 jam atau lebih setelah kontak. Penderita baru merasa
perih esok harinya, pada awalnya terlihat eritema dan sore harinya sudah
menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.
Etiologi
● Serangga yang menyebabkan dermatitis venenata akibat paederus berasal dari kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Staphylinidae, Genus Paederus, dan Spesies Paederus fuscipes.
● Kumbang Paederus memiliki cairan hemolimpfe yang mengandung senyawa beracun yang disebut pederin.
Umumnya pederin diproduksi dalam tubuh kumbang betina.
● .
Manifestasi Klinis
Penatalaksanaan
1. pemakaian topikal steroid dan antibiotik
2. Sistemik : antibiotik
Herpes Simpleks
Definisi
Herpes Simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus
herpes simplex (HSV) tipe 1 atau tipe 2 yang ditandai dengan adanya
vesikel berkelompok di atas kulit yang eritema pada daerah dekat
mukokutan.
Etiologi
Virus herpes simplex (virus herpes hominis) tipe I dan II merupakan virus DNA dengan diameter 150 nm.
HSV tipe I: menyerang usia anak-anak, tempat
predileksi daerah pinggang ke atas terutama daerah mulut dan hidung
HSV tipe II: pada dekade ke 2 atau 3, berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual, tempat predileksi daerah pinggang ke bawah terutama daerah genital
Faktor Pencetus
● Stres fisik → demam, infeksi, kurang tidur
● Stres psikis → gangguan emosional
● Hubungan seksual berlebihan
● Minuman beralkohol
● Menstruasi
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear
2. Kultur virus: Sensitivitas kultur sebesar 67-70% bila sediaan diambil dari vesikel, 32% bila sediaan pustul, dan hanya positif sebesar 17% bila sediaan diambil dari krusta
3. Deteksi antigen (dengan enzyme immunoassay atau fluorescent antibody) atau PCR DNA HSV
4. Serologi IgM dan IgG anti-HSV 1 dan 2
Penatalaksanaan
Non Medikamentosa:
1. Pasien diberi edukasi tentang perjalanan penyakit yang mudah menular terutama bila ada lesi, dan infeksi ini dapat berulang; karena itu indikasi abstinens; lakukan
penapisan untuk IMS lain dan HIV, notifikasi pasangan tetapnya.
2. Proteksi individual, anjurkan penggunaan kondom dan busa spermisidal.
3. Sedapat mungkin hindari faktor pencetus.
4. Bila pasien sudah merasa terganggu dengan kekerapan infeksi dan ada kecurigaan
terjadi penurunan kualitas hidup, indikasi untuk konsul psikiatri.
Penatalaksanaan
Medikamentosa:
Obat-obat