• Tidak ada hasil yang ditemukan

Common Skin Diseases in Primary Healthcare. dr.r Amir Hamzah, Sp.KK., M.Kes FINSDV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Common Skin Diseases in Primary Healthcare. dr.r Amir Hamzah, Sp.KK., M.Kes FINSDV"

Copied!
211
0
0

Teks penuh

(1)

Common Skin Diseases in Primary Healthcare

dr.R Amir Hamzah, Sp.KK., M.Kes FINSDV

(2)

Pendidikan

1993 – 2002 Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen Maranatha

2003 – 2008 Program Pendidikan Dokter Spesialis Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Unpad 2006 – 2008 Program Magister Kesehatan Fakultas Kedokteran Unpad

Pekerjaan

Staf pengajar Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen Maranatha Kepala KSM spesialis kulit dan kelamin di RS Immanuel Bandung

Organisasi

Pengurus IDI wilayah JABAR

Kelompok studi dermatology laser indonesia (KSDLI) Kelompok studi dermatology kosmetik Indonesia (KSDKI)

R. Amir Hamzah, dr., Sp.KK, M.Kes, FINSDV

(3)

DASAR

PERMENKES no 5 tahun 2014

726 penyakit  144 wajib dikuasai ( kompetensi 4A)

Dari 144  20 % dermatology

Diagnosis penyakit kulit  membingungkan para dokter

TERAPI yang kurang tepat

(4)

Paduan praktik klinis PERDOSKI 2017

(5)

KELUHAN UTAMA

• Bercak Merah

• Bercak Putih

• Lesi berbentuk bulat

• Lesi bersisik

• Lesi berbentuk vesikel/bula

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

Bercak Merah

• Dermatitis kontak

• Dermatitis atopik

• Urticaria

• Candidiasis

• Eritroderma

• Scabies

• Dermatofitosis

(12)

Dermatitis Kontak

(13)

Definisi

Dermatitis: peradangan kulit (epidermis & dermis) sebagai respons

terhadap faktor eksogen dan/atau faktor endogen, menyebabkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,

skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal

Dermatitis kontak: dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit

- Dermatitis kontak iritan: reaksi peradangan kulit non-imunologik,

yaitu kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi

- Dermatitis kontak alergi: terjadi setelah mengalami sensitisasi

terhadap suatu alergen/bahan penyebab

(14)

Gejala Klinis

Wolff K, Johnson R, Saavedra AP, Roh EK.

Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology, 7th ed. New York, NY: McGraw-Hill; 2013

(15)

Lokalisasi Dermatitis Kontak

Tergantung pada nempelnya kontaktan:

Kepala + Leher Tangan

Axilla Badan

Anogenital

Kaki

(16)

ALLERGIC CONTACT DERMATITIS

(17)
(18)

Wolff K, Johnson R, Saavedra AP, Roh EK. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology, 7th ed. New York, NY: McGraw-Hill; 2013

(19)
(20)

PEMERIKSAAN

PACTH TEST ( UJI TEMPEL)

(21)

Penatalaksanaan

Dermatitis Kontak Iritan

Non-medikamentosa: Hindari pajanan bahan iritan yang menjadi penyebab, baik yang bersifat mekanik, fisis, maupun kimiawi

Medikamentosa:

- DKI dapat sembuh tanpa

pengobatan topikal, mungkin cukup dengan pemberian pelembab untuk memperbaiki sawar kulit

- Apabila diperlukan untuk mengatasi peradangan, diberikan kortikosteroid topikal (salep/krim hidrokortison)

Dermatitis Kontak Alergi

Non-medikamentosa: Hindari pajanan ulang dengan alergen penyebab

Medikamentosa:

- Topikal: jika lesi basah, dikompres - Jika sudah mengering, diberikan

kortikosteroid topikal

- Sistemik: antihistamin, kortikosteroid

(22)

Dermatitis Atopik

(23)

DERMATITIS ATOPIK

DEFINISI :

* Peradangan kulit kronis residif

* Stigmata Atopi ( kepekaan familier ) seperti :

- Asma Bronkialis - Rinitis Alergika - Dermatitis

- Konjungtivitis Alergik

(24)

• 70% Stigmata Atopi familier.

• 80% IgE

- asma

- rinitis alergiKa

- dermatitis > parah.

(25)

STRUKTUR STRATUM KORNEUM SEBAGAI SAWAR KULIT

Komponen struktural korneosit

& lipid

interselular

v

Fungsi integritas v

& hidrasi kulit

(26)

Tiga komponen lipid utama pada stratum korneum

(27)

Gejala Klinis

Manifestasi dan tempat predileksi DA pada masing-masing fase dapat berbeda.

DA secara subjektif lebih gatal (dibandingkan dengan dermatitis yang lainnya)

Rasa gatal dan garukan yang terus menerus → kerusakan barier kulit, sehingga memudahkan masuknya alergen dan iritan.

Keadaan tersebut menyebabkan DA sering berulang (kronik-residif).

Perjalan penyakit yang demikian berdampak gangguan fisik dan emosi pasien, sehingga kualitas hidup menurun.

(28)
(29)

Tipe INFANTIL (2 bln – 2 thn)

• Pipi, dahi, skalp, badan, lengan, tungkai, lutut

• Gatal sekali Gelisah / Susah tidur / nangis

• Lesi kronis residif Likenifikasi di ekstensor

• Usia 2 tahun sebagian besar

sembuh.

(30)

Tipe ANAK (3-11 thn)

• F. Cubiti / F poplitea

• Leher

• Pergelangan tangan / kaki

• Dennie Morgan fold (lipatan kulit di palpebra inferior)

• Bibir / Perioral

• Paha belakang dan Bokong

(31)

ATOPIC DERMATITIS

IN CHILDHOOD

(32)

TIPE DEWASA

(33)
(34)

23

PRICK TEST

(35)

Penatalaksanaan

Non farmakologi :

Pakaian katun dan lembut di kulit

Hindari perubahan suhu/kelembaban mendadak

Hindari kontak dengan debu rumah

Perhatikan makanan yang bisa menjadi faktor pencetus

Cegah faktor stress/infeksi

Jaga kuku tetap pendek

(36)

Penatalaksanaan

1.

Pengobatan topikal

a.

Pelembab → memulihkan disfungsi sawar kulit.

Digunakan 2 kali sehari, dioleskan segera setelah mandi, meskipun sedang tidak terdapat gejala DA.

b.

Kortikosteroid topikal

2.

Pengobatan sistemik

a.

Antihistamin sistemik

b.

Kortikosteroid sistemik

(37)

Urtikaria

(38)

Etiopatogenesis

Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat akibat pelepasan histamin dari sel mast dan basofil

Berbagai mekanisme yang dapat menyebabkan aktivasi sel mast:

1. Faktor imunologik yang terdiri atas:

Hipersensitivitas tipe cepat yang diperantarai IgE

Aktivasi komplemen jalur klasik maupun alternatif, menghasilkan anafilatoksin (C3a, C4a,C5a)

2. Faktor non imunologik yang menyebabkan aktivasi langsung sel mast:

Bahan kimia pelepas mediator (morfin, kodein, oains, aspirin, benzoat)

Faktor fisik (suhu, mekanik, sinar X, ultraviolet, efek kolinergik)

(39)
(40)
(41)
(42)
(43)

Penatalaksanaan

Non-medikamentosa: identifikasi dan

eliminasi penyebab dan faktor risiko, eradikasi serangga, memelihara kebersihan lingkungan, menghindari pakaian yang ketat, suhu

lingkungan yang panas Medikamentosa:

- Topikal: bedak antipruritus seperti mentol 0,5-1%, asam salisilat 0,5-1%, dan kamfer 0,5-1%

- Sistemik: antihistamin sebagai

antipruritus, pada keadaan berat dapat diberi kortikosteroid sistemik (prednison 10-30 mg selama 3-7 hari)

AADV Asian Consensus Guidelines for Management of Chronic Urticaria, 2011.

(44)

Candidiasis

(45)

Definisi

Candidiasis: penyakit jamur yang disebabkan oleh Candida sp misalnya spesies Candida albicans. Infeksi dapat mengenai kulit, kuku, membran mukosa,

traktus gastrointestinal, juga dapat menyebabkan kelainan sistemik.

Jamur candida hidup sebagai saprofit, terutama terdapat di traktus

gastrointestinal, selain itu terdapat juga di vagina, uretra, kulit, dan di bawah kuku. Dapat juga ditemukan di atmosfir, air, dan tanah.

Spesies lain yang dapat menimbulkan candidiasis: C. tropicalis, C. parapsilosis, C. glabrata, C. guilliermondii

(46)

Candidiasis kutis dan selaput lendir genital

Candidiasis intertriginosa: lesi di lipatan axilla, genito-krural,

intergluteal, lipat payudara, interdigital, berupa bercak eritematosa berbatas tegas, bersisik, basah, dikelilingi oleh satelit yaitu vesikel atau pustul kecil

Candidiasis perianal: lesi berupa maserasi, menimbulkan pruritus ani

Candidiasis vulvovaginitis: gatal di daerah vulva, rasa panas, nyeri sesudah miksi, dispareunia. Tampak hiperemia pada labia minora, introitus vagina, ⅓ bagian bawah vagina disertai bercak-bercak putih kekuningan. Fluor albus berbentuk gumpalan-gumpalan berwarna putih kekuningan

Diaper rash (Candidal diaper dermatitis): karena oklusi kronik area

popok oleh popok yang basa, lesi berupa eritema cerah

(47)
(48)

KANDIDOSIS KUTIS INTERTRIGINOSA

(49)

KANDIDOSIS KUTIS

INTERTRIGINOSA

(50)

Candida

(51)

C.albicans

(52)

Penatalaksanaan

Non-medikamentosa: Upayakan untuk menghindari faktor pencetus dan predisposisi - Hindari / atasi obesitas

- Hindari bekerja pada tempat yang lembab / banyak air Medikamentosa:

Topikal:

- Larutan gentian violet ½ - 1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan 2x sehari selama 3 hari

- Nistatin 100.000 U/ml terutama pada candidiasis mukosa - Klotrimazol 1% (krim, bedak, larutan)

- Mikonazol 1-2% (krim, bedak) - Ekonazol 1-2% (krim, larutan)

(53)

Penatalaksanaan

Sistemik: Untuk kasus refrakter, candidiasis diseminata, candidiasis mukokutan kronik - Flukonazol 150 mg/hari selama 7 hari

- Ketokonazol 400 mg/hari selama 5 hari - Itrakomazol 200 mg/hari

- Lain-lain:

- Amfoterisin B 0,5-1 mg/kgBB intravena

- Tablet nistatin 3x100.000 U selama 1- 4 minggu

- Untuk candidiasis vaginalis dapat diberikan Klotrimazol 500 mg per vaginam dosis tunggal

(54)

Eritroderma

(55)

Definisi

Kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema universalis (90%-100%), biasanya disertai skuama. Bila eritemanya antara 50%-90% → preeritroderma.

Pada definisi tersebut yang mutlak harus ada ialah eritema, sedangkan skuama tidak selalu ada. Misalnya pada eritroderma karena alergi obat sistemik, awalnya tidak disertai skuama, saat stadium penyembuhan timbul skuama.

Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas, karena bercampur dengan hiperpigmentasi.

Nama lain → exfoliative dermatitis

(56)
(57)
(58)
(59)

Manifestasi Sistemik

Merasa kedinginan dan menggigil

Pruritus

Limfadenopati perifer

Hipotermia

Cachexia

Hepatomegali

Splenomegali

Demam

Oedem pretibial

Komplikasi sistemik yang dapat terjadi:

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Gagal jantung

Gangguan pernafasan akut

Infeksi sekunder

Sepsis

(60)

Penatalaksanaan

Tergantung penyebab

(61)

Skabies

(62)

SCABIES

• Merupakan penyakit kulit yg disebabkan oleh infestasi dari Sarcoptes scabiei var. humanus

• Sinonim: gudik, budukan, gatal agogo

• Hallmark: intractable pruritus terutama pd malam hari

• Lokasi: interdigital area, flexural area pergelangan tangan, siku, lipatan axilla anterior, peri umbilical, penis and

scrotal area, sacral area.

(63)

Gejala Klinis

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal : 1.Pruritus nokturna → gatal pada malam hari yang disebabkan oleh aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2.Menyerang sekelompok orang, misalnya dalam keluarga, sehingga seluruh keluarga terkena infeksi, selain itu bisa juga pada asrama atau pondokan.

3.Adanya terowongan (kanalikuli) pada tempat predileksi yang berwarna putih atau abu-abu, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata

panjangnya 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel.

4.Menemukan tungau → paling menunjang diagnosis. Dapat ditemukan

satu atau lebih stadium hidup tungau. Selain tungau, dapat ditemukan

telur dan kotoran (skibala).

(64)

SCABIES

(65)

SKABIES

(66)

SKABIES

(67)
(68)

Diagnosis scabies

• Diagnosa bila ditemukan tungau (mites), telur,

atau skibala (feces)

(69)

Terapi scabies

• Tingkatkan personal hygiene

• Ganti dan cuci semua seprei, gorden dan pakaian

• Jemur kasur dan sofa di terik matahari

• Terapi semua anggota keluarga atau komunitas

• Topikal:

– Permethrin 5% seluruh tubuh x 10 jam, pd mlm hr. Dapat diulang setelah 7 hari

• Oral: antihistamin

(70)

Terapi scabies

• Obat topikal lainnya:

– Lindane 1%: dpt menyebabkan neurotoxisitas – Sulfur precipitatum 6%: aman utk bayi dan

wanita hamil, dioles ke seluruh tubuh 3 malam berturut2 dan dibersihkan stlh 24 jam sejak

pengolesan yg terakhir

• Obat sistemik:

– Ivermectin 200μg/kg BB diberikan pd

penderita imunosupress

(71)

Tinea Corporis

(72)

Definisi

Dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut (glabrous skin), kecuali telapak tangan, kaki dan pangkal paha.

Nama lain → tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende Flechte,

kurap, herpes sircine trichophytique

(73)
(74)

Tinea korporis

(75)

Tinea kruris

(76)

Pem. Sediaan langsung KOH

A. Hifa panjang

B. Artrospora (40x) C. Artrospora (100x)

(77)

Penatalaksanaan

Agen topikal antifungal diberikan 2 kali sehari selama 2-4 minggu :

Alilamin (contoh : terbinafine)

Imidazole (contoh : klotrimazole, ketokonazole)

Tolnaftate, butenafine, ciclopirox

Antifungal oral bila lesi luas dan lebih inflamatorik

(78)

Dermatitis Popok

(79)

Definisi

Dermatitis popok adalah semua erupsi yang terjadi

pada daerah yang tertutupi oleh popok dengan

manifestasi dermatitis eritematous yang menyebar

keseluruh lipatan inguial

(80)

Epidemiologi

Dermatitis popok sering terjadi pada usia antara 9-12 bulan.

Banyak terjadi pada anak-anak tapi juga dapat ditemukan pada orang dewasa yang menggunakan popok

Tidak ada perbedaan frekuensi antara etnik dan gender.

Studi terakhir, persentase dari bayi dengan dermatitis popok adalah 16% - 70%.

Laporan frekuensi umur maksimal dari beberapa penelitian berkisar antara 9 - 12 bulan dan 12 – 24 bulan.

Secara klinis, tipe dermatitis kontak iritan ini banyak terlihat di region genital, bokong, bagian paha atas, dan bagian bagian bawah perut.

(81)

Etiologi

Faktor yang mendasari terjadinya iritasi pada kulit, meliputi:

• Derajat kelembapan ( kulit yang basah lebih mudah mengalami kerusakan),

• Peningkatan pH ( kulit yang alkalis dapat meningkatkan penetrasi mikroorganisme dan aktivitas fecal enzim)

• Kolonisasi mikroorganisme (Staphylococcus aureus atau Candida)

• Riwayat keluarga mengenai keadaan dermatologik primer (

psoriasis, eksema, atau dermatitis seboroik)

(82)

Manifestasi Klinis

Dermatitis popok diawali dengan lesi eritem yang jelas

Lesi bisa berkembang menjadi papul eritem disertai edema dan deskuamasi ringan sesuai intensitas waktu.

Normalnya, terjadi di area yang permukaannya konvex seperti

bokong, paha atas, abdomen bawah, pubis, labia mayora dan

skrotum.

(83)

Dermatitis popok

(84)

2. Candida Diaper Dermatitis

(85)

Penatalaksanaan

Pengobatan non medikamentosa

Penggunaan popok yang mengandung gel superabsorbent telah terbukti efektif dalam mencegah dermatitis popok pada bayi dan neonatus. Itu lebih bagus menyerap kelembaban dari kulit. Popok kain dan popok yang lama dipakai kebiasaannya cenderung menyebabkan dermatitis popok.

Selain itu, popok harus diganti untuk mengurangi resiko gesekan dan iritasi pada area popok yang sering terpapar oleh urin dan feses. Bagi bayi yang baru lahir, sebaiknya popok diganti setiap 2 jam per hari.

Setiap mengganti popok sebaiknya dioleskan emolien untuk mencegah

masuknya air ke kulit. Jika popok kotor, sebelum diganti daerah popok

sebaiknya dibersihkan dengan air lalu dikeringkan dengan kapas dan

dioleskan emolien.

(86)

Pengobatan medikamentosa Sistemik

Anti biotik sistemik sangat jarang digunakan dan tidak ada bukti bahwa nistatin oral dapat berfungsi sebagai profilaksis jika dikombinasikan dengan anti candida topikal.

Topikal

a. Kortikosteroid topikal

Kortikosteroid topikal yang dianjurkan adalah yang berpotensi ringan (mis : krim . Hidrokortison 1% - 2,5 %) dan umumnya diberi untuk jangka waktu 3 – 7 hari.

Penggunaan steroid poten merupakan kontraindikasi

karena dapat menimbulkan efek samping yang cukup

banyak.

(87)

b. Anti jamur topikal

Nistatin atau imidazol terbukti aman dan efektif

untuk pengobatan kandida, klotrimazol 1% dan

mikonazol 2 % juga dapat digunakan. Syarat

pemberian anti jamur topikal

(88)

Bercak Putih

1. Vitiligo

2. Pityriasis versicolor 3. Pityriasis alba

4. Kusta

5. Progresive macular hypomelanosis

(89)
(90)

Vitiligo

(91)

Definisi

Vitiligo adalah penyakit akibat proses depigmentasi pada kulit, disebabkan faktor genetik dan non genetik yang berinteraksi dengan kehilangan atau ketahanan fungsi melanosit dan pada kenyataannya merupakan peristiwa autoimun.

Vitiligo adalah depigmentasi kronis yang ditandai:

● Makula putih susu homogen berbatas tegas

● Termasuk Poliosis (rambut putih)

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.352-7.

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.

(92)

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.

(93)

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.

(94)

Marker Klinis Aktivitas Penyakit

Koebner Phenomenon

○ Depigmentasi terjadi dengan mudah pada kulit yang mengalami trauma pada pasien dengan vitiligo aktif. Tanda ini bermanifestasi sebagai:

Tanda depigmentasi linear dimana kulit telah tergores, terkoyak (laserasi), atau terbakar, atau

Makula nonlinier pada kulit yang mengalami cedera, seperti:

erosi dan abrasi

○ Marker ini berhubungan dengan lesi vitiligo yang luas pada tubuh dan memberikan respons yang lebih buruk terhadap pengobatan

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.

(95)
(96)

Marker Klinis Aktivitas Penyakit

Trichrome Lesion

○ Batas lesi yang tidak tegas (kabur) karena adanya zona depigmentasi antara batasan kulit yang berpigmen dan tidak berpigmen. Sehingga menghasilkan 3 penampakan warna kulit:

kulit depigmentasi, kulit yang berpigmen normal, kulit hipopigmentasi

○ Marker ini berhubungan dengan vitiligo aktif yang menyebar dengan cepat

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.

(97)

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.

(98)

Marker Klinis Aktivitas Penyakit

Confetti - like Depigmentation

○ Depigmentasi terdiri dari multiple makula depigmentasi kecil berkumpul bersama

○ Sering berada di tepi lesi vitiligo

Inflammatory Lesion

○ Bentuk vitiligo yang paling jarang, ditandai dengan adanya eritema, skuama, dan rasa gatal pada batasan lesi hipopigmentasi atau depigmentasi.

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.

(99)

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.

(100)

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.

(101)

Diagnosis

● Vitiligo mudah dikenali, sehingga diagnosis dapat ditegakkan cukup secara klinis.

● Lampu Wood dapat membantu lebih jelas luas hipopigmentasi ataupun repigmentasi

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.352-7..

(102)

Penatalaksanaan

● Psoralen dan Ultraviolet A (UVA)

● Narrowband Ultraviolet B (UVB)

● Kortikosteroid

● Terapi Topikal lain (Takrolimus)

● Terapi Depigmentasi

● Terapi Laser

● Pengobatan Bedah

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.352-7.

(103)

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.

(104)

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.1330-46.

(105)

Pitiriasis atau Tinea

Versikolor

(Non Dermatofitosis)

(106)

Definisi dan Gejala Klinis

Pitiriasis versikolor (PV) adalah infeksi kulit superfisial kronik, disebabkan oleh ragi genus Malassezia (M.

globosa, M. sympodialis, M. furfur), umumnya tidak memberikan gejala subjektif, ditandai oleh area hipogmentasi atau diskolorasi berskuama halus, tersebar diskret atau konfluen, dan terutama terdapat pada bagian atas.

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.103-5.

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63.

(107)

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63.

(108)

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63.

(109)

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63.

(110)

Pemeriksaan Penunjang

Lampu Wood → Fluoresensi kekuningan akibat metabolit asam dekarboksilat, yang digunakan sebagai petunjuk lesi PV dan mendeteksi sebaran lokasi lesi.

Pemeriksaan mikologis kerokan kulit:

Kumpulan hifa pendek dan sel ragi bulat, kadang oval

Gambaran tersebut disebut “Spaghetti and Meatballs” atau

“Banana and Grapes”

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.103-5.

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63.

(111)

Pitiriasis versikolor

(112)

Stratum Korneum

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63.

(113)

Diagnosis

Dugaan diagnosis PV jika ditemukan gambaran klinis adanya:

Lesi di daerah predileksi

Berupa makula berbatas tegas, berwarna putih, kemerahan, sampai hitam, yang berskuama halus

Pemeriksaan dengan Lampu Wood → Fluoresensi kuning keemasan

Konfirmasi diagnosis → Didapatkan hasil Positif pada Pemeriksaan Mikologis kerokan kulit

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.103-5.

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63

(114)

Penatalaksanaan

Non Farmakologis:

Mengidentifikasi faktor predisposisi dan menyingkirkan yang dapat dihindari (penting dalam tatalaksana PV)

Suhu

Kelembaban lingkungan yang tinggi

○ Tegangan CO2 tinggi permukaan kulit akibat oklusi, faktor genetik, hiperhidrosis, kondisi imunosupresif, dan malnurtrisi

Edukasi pasien bahwa Lesi Hipopigmentasi dapat bertahan sampai beberapa bulan setelah jamur negatif

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.103-5.

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63

(115)

Penatalaksanaan

Farmakologis(pertimbangkan luas lesi, biaya, kepatuhan pasien, kontraindikasi, dan efek samping)

Topikal

Contoh:

Selenium Sulfide ‘shampoo’ 1,8% atau ‘losio’ 2,5%

Dioleskan tiap hari selama 15-30 menit dan kemudian dibilas

Aplikasi dibiarkan sepanjang malam → 2x seminggu (Ada kemungkinan iritasi)

Ketokonazol 2% ‘shampoo’

■ Untuk Lesi terbatas: Krim derivat azol (mikonazol, klotrimazol, isokonazol, ekonazol), krim tolsiklat, tolnafat, siklopiroksolamin, haloprogin

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.103-5.

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63.

(116)

Penatalaksanaan

Farmakologis(pertimbangkan luas lesi, biaya, kepatuhan pasien, kontraindikasi, dan efek samping)

Sistemik (dipertimbangkan pada lesi luas, kekambuhan, dan gagal dengan terapi topikal)

Fluconazole 300 mg, 2 dosis, selang 7 hari

Itraconazole 200 mg/hari selama 5-7 hari

○ Ketokonazol tidak digunakan oral lagi → Kerusakan hepar dan disfungsi adrenal

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.103-5.

Kong S, Amagoi M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Fitzpatrick’s Dermatology. 9 ed. McGraw Hill. 2018. p.2959-63.

(117)

Pitiriasis Alba / Simplex / Makulata /

Impetigo Sika / Pitiroides

(118)

Definisi

Bentuk dermatitis yang tidak spesifik dan belum diketahui penyebabnya.

Ditandai dengan adanya bercak kemerahan dan skuama halus yang akan menghilang serta meninggalkan area yang hipopigmentasi.

Pitiriasis alba sering dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun (30-40%).

Perempuan dan laki-laki sama banyak.

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.403 https://dermnetnz.org/topics/pityriasis-alba/.

(119)

https://dermnetnz.org/topics/pityriasis-alba/

(120)

Penatalaksanaan

● Skuama dapat dikurangi dengan Krim Emolien

● Steroid topikal (0,5-1% Hidrokortison) → mengurangi kemerahan dan gatal

● Inhibitor calcineurin, pimecrolimus, dan tacrolimus, sama efektivitasnya dengan Hidrokortison → kecepatan penyembuhan warna kulit

● Dapat dicoba: Preparat Ter (Likuor karbonis detergens 3-5%) dalam krim atau salep, setelah dioleskan harus banyak terkena sinar matahari

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. p.403.

https://dermnetnz.org/topics/pityriasis-alba/

(121)

Kusta / Morbus Hansen /

Lepra / Leprosy

(122)

Definisi

Kusta merupakan penyakit infeksi kronik, disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.

(123)

Gejala Klinis

● Gejala klinis muncul, akibat masuknya M. leprae ke dalam tubuh seseorang. Bila:

○ Sistem imunitas seluler rendah → Gambaran Lepromatosa (L)

○ Sistem imunitas seluler baik → Gambaran Tuberkuloid (T)

● Gejala Kusta dapat bermanifestasi pada:

○ Kulit

○ Saraf perifer

○ Mata

○ Gangguan psikiatrik

(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)

Lesi tipe TT

(130)

Lesi tipe BT

(131)

Diagnosis

Diagnosis penyakit kusta ditetapkan berdasarkan temuan satu dari tiga tanda kardinal kusta berikut ini, yaitu:

Kelainan kulit atau lesi yang khas kusta, dapat berbentuk hipopigmentasi atau eritema yang mati rasa (anestesi)

Penebalan saraf perifer disertai dengan gangguan fungsi saraf akibat peradangan (neuritis) kronis. Gangguan fungsi saraf ini dapat berupa:

Gangguan fungsi sensoris : Anestesi

Gangguan fungsi motorik : Parese atau paralisis otot

Gangguan fungsi otonom : Kulit kering atau anhidrosis dan terdapat fisura

Adanya basil tahan asam (BTA) pada kerokan jaringan kulit (slit skin smear)

(132)

Penatalaksanaan

Tahun 1995 WHO merekomendasikan pengobatan kusta dengan Multi Drug Therapy (MDT) untuk tipe PB maupun MB

Tujuan pengobatan adalah:

Memutuskan mata rantai penularan

Mencegah resistensi obat

Memperpendek masa pengobatan

Meningkatkan keteraturan berobat

Mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya kecacatan yang sudah ada sebelum pengobatan.

Rifampisin → bakterisidal, yang lainnya bakteriostatik

Obat MDT tersedia dalam bentuk blister untuk pasien dewasa dan anak berusia 10-14 tahun.

(133)

Pengobatan PB dewasa

(134)

Pengobatan MB dewasa

(135)

Progressive Macular

Hypomelanosis

(136)

Progressive Macular Hypomelanosis

Definisi

● Kondisi kulit dimana terdapat area circular hipopigmentasi Gejala Klinis

● Predileksi: batang tubuh

● Dapat menyebar ke tangan, kaki, dan leher

● Lesi kulit multiple, circular, pucat, tidak berskuama, saling menyatu

● Lesi tidak didahului inflamasi

(137)
(138)

Progressive Macular Hypomelanosis

Tatalaksana

● Narrowband UVB phototherapy

● Oral Tetracycline

● Topical anti-acne, contoh: Clindamycin dan Benzoyl peroxide

● Pengobatan kombinasi

(139)

Lesi Koin

1.Dermatofitosis ( tinea corporis /cruris) 2.Dermatitis numular

3.Erythema multiforme 4.Pytyriasis rosea

5.Kusta

(140)
(141)

Tinea Corporis

dan Tinea Cruris

(142)

Definisi

● Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum

korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita.

● Tinea Cruris: dermatofitosis pada daerah

genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang- kadang sampai perut bagian bawah

● Tinea corporis: dermaofitosis pada kulit glabrosa padqa bagian lain, selain tinea kapitits, tinea barbe, tinea kruris, tinea pedis et manum, tinea unguinum

(143)

Tinea kruris

(144)

Dermatitis

Numularis

(145)

Definisi

adalah suatu peradangan kulit yang bersifat kronis, ditandai dengan lesi berbentuk mata uang (koin) atau agak lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel yang biasanya mudah pecah sehingga membasah.

Nama lain:

- Eksim numular - Eksim diskoid

- Neurodermatitis numular

Epidemiologi : >> usia dewasa, laki-laki >

perempuan

(146)

Gejala Klinis

-

Kulit disekitar lesi biasanya normal, namun bisa juga kering

-

Penyembuhan dimulai dari tengah sehingga menyerupai lesi dermatomikosis (Central healing)

-

Fase Kronik: terjadi dalam 1-2 minggu.

Terbentuk lesi skuama dan likenifikasi

-

Jumlah lesi dapat hanya satu tau multipel dan tersebar pada ekstremitas bilateral atau simetris

-

Distribusi lesi klasik: pada ekstensor ekstremitas

-

Dapat muncul setelah trauma → fenomena

Koebner

(147)
(148)

Penatalaksanaan

Non-Farmakologis

- Menghindari suhu ekstrim

- Menghindari penggunaan sabun berlebihan

- Menghindari penggunaan wol atau bahan lain yang dapat menyebabkan iritasi

Farmakologis

- Pelembab atau emolien: Bila kulit kering, sebaiknya diberi

- Terapi lini pertama: kortikosteorid topikal potensi menengah hingga

kuat dengan vehikulum krim dan salap

(149)

Penatalaksanaan

- Preparat ter (Liquor carbonis detergens 5-10%) atau calcineurin inhibitor, misalnya takrolimus atau pimekrolimus

- jika ditemukan adanya infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik

- Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang erat dan refrakter terhadap pengobatan

- Pruritus dapat diobati dengan antihistamin oral

(150)

Eritema Multiforme

Definisi:

Kondisi kulit akibat reaksi hipersensitivitas terhadap infeksi atau obat-obatan.

Etiologi:

50% idiopatik

- Sering dikaitkan dengan infeksi virus herpes simpleks dan Mycoplasma

pneumoniae

- obat-obatan dan vaksinasi

Gambaran lesi:

Anular dan menonjol, dan memiliki eritema sentral yang disebut “target-like lesion”. Lesi akan berkembang dalam

beberapa hari, dan akan sembuh dalam 3-5 minggu

Penatalaksanaan:

- Tujuan: obati sumber infeksi atau hentikan obat

penyebab.

- Antihistamin & kortikosteroid

→ untuk meringankan gejala

(151)
(152)

Pityriasis Rosea

Definisi: Kelainan kulit akut yang diawali dengan timbulnya makula/plak soliter berwarna merah muda dengan skuama halus (“herald patch”), kemudian dalam beberapa hari sampai beberapa minggu timbul lesi serupa dengan ukuran lebih kecil di badan dan ekstremitas proksimal yang tersusun sesuai lipatan kulit (christmas tree pattern).

Gambaran lesi:

- Lesi primer: makula/plak sewarna kulit/merah muda/salmon-

colored/hiperpigmentasi, yang berbatas tegas, umumnya berdiameter 2-4 cm, dan berbentuk lonjong atau bulat.

Bagian tengah lesi memiliki karakteristik skuama halus

- Predileksi: di bagian badan yang tertutup baju, leher, paha atas atau lengan atas

Penatalaksanaan:

- Topikal: kortikosteroid - Sistemik: antihistamin

(cetirizine 1x10 mg/hari), Kortikosteroid sistemik, eritromisin 4x250mg/hari selama 14 hari, asiklovir 3x400 mg/hari selama 7 hari, fototerapi UVB

(153)

Lesi tipe BT

(154)

Kulit bersisik

1.Psoriasis

2.Eryhroderma

3.Pityriasis Rosea

4.Dermatitis seboroik

(155)

PSORIASIS

• Definisi: penyakit kulit kronis dgn berbagai variasi klinis berupa plak eritrosquamosa

• Psoriasis mrpk penyakit yg diderita seumur hidup

• Predileksi umur: usia dekade 3

• Pola pewarisan: HLA-B13, HLA-Bw57, HLA-Cw6,

HLA-DR7

(156)

Psoriasis

GEJALA KLINIS:

• Plak erythematous berbatas tegas yg dipermukaannya ditutupi oleh squama putih tebal dgn Auspitz sign (+)

• Ukuran bisa bervariasi

• Tempat predileksi: kulit kepala, punggung, bokong, siku,

lutut, telapak tangan & kaki

(157)

Psoriasis

Tipe2 Psoriasis:

• Tipe plak

• Tipe gutata

• Tipe eritroderma

• Tipe pustular

• Tipe anular pustular

• Tipe localized pustular

• Tipe inversa

(158)

Psoriasis

Faktor pencetus:

• Trauma fisik → fenomena Koebner

• Infeksi:

– Streptococcus pyogene (grup A ß hemolitik) – HIV tipe 1

• Stress

• Lokasi anatomis

• Obat2an

(159)
(160)

Psoriasis

(161)

Penatalaksanaan Medikamentosa

Prinsip : tidak perlu rawat inap, kecuali psoriasis pustulosa/eritroderma.

Langkah pengobatan :

Pengobatan

Topikal Fototerapi atau Fotokemoterapi

Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3

Pengobatan

Sistemik AGEN

BIOLOGIK

Langkah 4

(162)
(163)
(164)

PITYRIASIS ROSEA

(165)

Pityriasis Rosea

• Merupakan lesi akut yg dapat sembuh sendiri dalam kurun waktu ± 6mgg dan didahului

oleh lesi primer 1-2mgg sblm munculnya erupsi

• Epidemiologi:

– Tdk ada predileksi rasial dan sex

– Jarang mengenai bayi atau org usia tua

(166)

Pityriasis Rosea

• Etiologi: tdk diketahui tetapi berhubungan dgn infeksi, pergantian musim, rekurensi, virus

HHV-6 & 7, atopy, serta bbrp obat 2 an

• Gejala klinis:

– Bisa disertai prodromal berupa gejala flu-like

– Didahului oleh lesi primer = herald patch /mother

patch/ primary medalion

(167)

Herald patch

(168)

Pityriasis Rosea

– Lesi tipikal berupa papul eritematus dgn

skuama collarets

(169)

Pityriasis Rosea

• Terapi:

– Simptomatis

– Eritromisin dpt mengurangi durasi hingga 2

mgg

(170)

Dermatitis

seboroik

(171)

DERMATITIS SEBOROIK

• Dermatitis dg produksi sebum ↑ pd daerah yg banyak kelenjar sebumnya

• Kelainan : skuama halus kuning coklat berminyak.

• Insiden: 2%-5% populasi, pria > wanita

• Umur: 3 bln, 40-70 thn

• Prevalensi 40%-80% AIDS

(172)

Predileksi :

• Scalp

• Bulu Mata

• Retroauricular

• Interscapular

• Lubang telinga luar

• Glabella dan Lipatan Nasolabial

• Daerah V dada

• Intertriginous, pinggang

• Leher, axilla, submamar, umbilicus

(173)
(174)

Lesi berbentuk vesikel/bula

1, Impetigo bulosa

2. Dermatitis kontak iritan 3. Dermatitis venenata

4. Herpes simpleks 5. Varisella

6. Herpes zoster

(175)

Impetigo Bullosa

(176)

Definisi

Pioderma superficialis (terbatas pada epidermis) yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus yang

memproduksi exfoliative toxin.

Nama lain → impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet

(177)

Gejala Klinis

Keadaan umum tidak dipengaruhi.

Tempat prediksi → di aksila, dada, punggung.

Sering bersama-sama miliaria.

Terdapat pada anak dan orang dewasa.

Kelainan kulit berupa eritema, bula, dan bula hipopion. Kadang-

kadang sewaktu penderita datang berobat, vesikell bula telah pecah sehingga yang tampak hanya koleret dan dasarnya masih

eritematosa.

(178)
(179)
(180)
(181)

Pemeriksaan Penunjang

● Pemeriksaan Gram → kuman kokus Gram positif yang berkelompok dapat berupa Staphylococcus aureus atau Group A Streptococcus.

● Kultur Kuman

● Uji Resistensi Kuman terhadap Antibiotik

(182)

Penatalaksanaan

Terapi Non-Medikamentosa :

● Menjaga higiene (mandi 2x sehari dengan sabun).

● Identifikasi faktor komorbiditas dan faktor predisposisi yang ada.

Terapi Medikamentosa : 1. Kasus ringan - sedang

Antibiotik topikal (mupirocin atau asam fusidat 2%, sediaan salep atau krim,

diberikan 2-3 kali sehari selama 7-10 hari).

(183)

2. Kasus berat

a. Antibiotik topikal (mupirocin atau asam fusidat 2%) b. Antibiotik sistemik (diberikan minimal selama 7 hari) :

i. Lini pertama : cloxacillin/dicloxacillin (dewasa dosis 4 x 250–500 mg/hari PO, anak dosis 25–50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis) ii. Lini kedua : azithromycin 1 x 500 mg (pada hari pertama),

dilanjutkan 1 x 250 mg (pada hari ke-2 sampai ke-5).

c. Terapi suportif : perawatan kulit & evaluasi terhadap gangguan cairan

dan elektrolit (pada kasus yang berat/luas).

(184)

Dermatitis Kontak Iritan

Gambaran Lesi Bula

(185)

Gejala Klinis

● Kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, gatal, nyeri, kelainan berupa eritema

edema, bula. Umumnya tepi tegas dan asimetris

(186)

Dermatitis Venenata

(187)

Definisi

● Dermatitis Venenata adalah dermatitis yang timbul setelah kontak dengan kontakan eksternal melalui proses toksis.

● Dermatitis venenata merupakan bagian dari dermatitis kontak iritan tipe akut lambat yang biasanya disebabkan oleh gigitan, liur, atau bulu serangga yang terbang pada malam hari, dimana gambaran klinis dan gejalanya baru

muncul 8 sampai 24 jam atau lebih setelah kontak. Penderita baru merasa

perih esok harinya, pada awalnya terlihat eritema dan sore harinya sudah

menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.

(188)

Etiologi

● Serangga yang menyebabkan dermatitis venenata akibat paederus berasal dari kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Staphylinidae, Genus Paederus, dan Spesies Paederus fuscipes.

● Kumbang Paederus memiliki cairan hemolimpfe yang mengandung senyawa beracun yang disebut pederin.

Umumnya pederin diproduksi dalam tubuh kumbang betina.

● .

(189)

Manifestasi Klinis

(190)

Penatalaksanaan

1. pemakaian topikal steroid dan antibiotik

2. Sistemik : antibiotik

(191)

Herpes Simpleks

(192)

Definisi

Herpes Simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus

herpes simplex (HSV) tipe 1 atau tipe 2 yang ditandai dengan adanya

vesikel berkelompok di atas kulit yang eritema pada daerah dekat

mukokutan.

(193)

Etiologi

Virus herpes simplex (virus herpes hominis) tipe I dan II merupakan virus DNA dengan diameter 150 nm.

HSV tipe I: menyerang usia anak-anak, tempat

predileksi daerah pinggang ke atas terutama daerah mulut dan hidung

HSV tipe II: pada dekade ke 2 atau 3, berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual, tempat predileksi daerah pinggang ke bawah terutama daerah genital

(194)

Faktor Pencetus

● Stres fisik → demam, infeksi, kurang tidur

● Stres psikis → gangguan emosional

● Hubungan seksual berlebihan

● Minuman beralkohol

● Menstruasi

(195)
(196)

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear

2. Kultur virus: Sensitivitas kultur sebesar 67-70% bila sediaan diambil dari vesikel, 32% bila sediaan pustul, dan hanya positif sebesar 17% bila sediaan diambil dari krusta

3. Deteksi antigen (dengan enzyme immunoassay atau fluorescent antibody) atau PCR DNA HSV

4. Serologi IgM dan IgG anti-HSV 1 dan 2

(197)

Penatalaksanaan

Non Medikamentosa:

1. Pasien diberi edukasi tentang perjalanan penyakit yang mudah menular terutama bila ada lesi, dan infeksi ini dapat berulang; karena itu indikasi abstinens; lakukan

penapisan untuk IMS lain dan HIV, notifikasi pasangan tetapnya.

2. Proteksi individual, anjurkan penggunaan kondom dan busa spermisidal.

3. Sedapat mungkin hindari faktor pencetus.

4. Bila pasien sudah merasa terganggu dengan kekerapan infeksi dan ada kecurigaan

terjadi penurunan kualitas hidup, indikasi untuk konsul psikiatri.

(198)

Penatalaksanaan

Medikamentosa:

Obat-obat

1.

Pemberian analgetika, antipiretik dan antipruritus disesuaikan dengan kebutuhan individual

2.

Topikal asiklovir cream

3.

Sistemik asiklovir 5x200mg selama 7 hari

4 . immunomodulator

(199)

varicella

(200)

Definisi

Infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, manifestasi klinis didahului gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.

Nama lain → cacar air, chicken pox

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dengan uji F menunjukkan bahwa secara simultan inovasi produk dan citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian di Pizza

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh, bahwa Pertama, strategi yang dilakukan oleh Account

Sebagai lawan istilah hukum administrasi khusus (hukum admi- nistrasi luar biasa), dikenal pula istilah hukum administrasi umum. Dengan peran pemerintahan yang begitu

Disamping keempat strategi di atas, harga dari besaran-besaran statistik dari vektor baseline maupun koordinat titik (seperti standard deviasi, faktor variansi, dll.nya) yang

Model dislokasi 3 ini merepresentasikan mekanisme gempa Padang 2009 karena nilai korelasi yang didapatkan paling besar yaitu sebesar -0.71965 untuk pergeseran

Bab Keempat pada sub bab ini penulis akan menjawab tentang rumusan masalah, yaitu akan menguraikan tentang Analisis Mekanisme Jual Beli Mavro dalam Komunitas MMM

Sedangkan untuk analisis komponen struktur rangka batang didapati beberapa komponen struktur baik batang tarik maupun tekan dan sambungan yang tidak memenuhi kapasitas

Kontroler SDRE ini akan diterapkan pada plant nonlinier berorde enam yaitu Two Stage Inverted Pendulum (TSIP) yang merupakan pengembangan dari sistem pendulum