• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI DENGAN INTRODUKSI PROBIOTIK Di DESA SELANBAWAK, KEC.MARGA,KAB.TABANAN, BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI DENGAN INTRODUKSI PROBIOTIK Di DESA SELANBAWAK, KEC.MARGA,KAB.TABANAN, BALI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI DENGAN INTRODUKSI PROBIOTIK Di DESA SELANBAWAK, KEC.MARGA ,KAB.TABANAN, BALI

Anastasia Sischa jati Utami*, Sagung Aryawati*A.A Kamandalu *Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali

Email : siskajati@yahoo.com

ABSTRAK

Pengkajian dilakukan untuk menganalisis kajian penggemukan sapi sapi. Kajian dilakukan terhadap 6 ekor sapi bali di desa marga Tabanan sebagai model percontohan pembanding dengan sapi petani sebanyak 21 ekor. Perlakuan yang didapat setiap ekor sapi diberikan biocas 5 cc per ekor setiap hari dengan pakan tambahan dedak sebanyak 2 kg dan HMT minimal. Sedangkan perlakuan petani dengan dedak 2 kg dan biocass 5 cc per ekor per hari dengan HMT maksimal. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap bulan selama 6 bulan. Parameter yang diamati pada analisis usahatani ini adalah keuntungan dan kelayakan usaha dengan R/C ratio. Penggemukan untuk 6 ekor sapi diperoleh pendapatan bersih Rp. 3.196.000. Dengan produksi urin sebanyak 5 liter per ekor per hari dan pupuk padat sebanyak 5 kg per ekor per hari diperoleh pendapatan bersih pupuk organik cair (bio urine) sebanyak Rp. 3.943.562,- serta hasil pupuk padat sebesar Rp. 4.842.000,-. Jadi dalam periode 6 bulan usahatani penggemukan sapi Bali dan pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk organik padat maupun cair, memberikan pendapatan bersih kepada kelompok tani sebesar Rp. 11.981.562,-. Dari kelayakan usaha kedua lokasi layak untuk dikembangkan ternak sapi dengan R/C ratio 1,28.

ABSTRACT

This studies conducted to analyze the beef cattle production. Study carried out on 6 cows in the village of Bali Tabanan district as a pilot model with the benchmark cattle farmers as much as 21 tails. Treatment that each cow is given by biocas 5 cc per head per day with additional feed 2 kg bran and minimal of HMT. While the treatment of farmers with the bran and 2 kg of biocass 5 cc per head per day with a maximum of HMT. Weighing the body weight should be done every month for 6 months. Parameters that observed in this analysis is farming system benefits and feasibility of the business with the R / C ratio. Developed for 6 cows obtained net income Rp. 3.196.000,- The urine production is 5 liters per head per day of solid fertilizer and 5 kg per head per day, net income derived organic liquid fertilizer (bio urine) of Rp. 3.943.562, - and the results of solid manure is Rp. 4.842.000,-. So in the period of 6 months farming system of Bali cattle production and utilization of livestock waste as organic fertilizer and liquid tight, provide net income to the farmers' groups of Rp. 11.981.562, -. Feasibility of the business from both locations feasible to develop beef cattle with the R / C ratio of 1.28.

PENDAHULUAN

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang berdampak langsung pada peningkatan pendapatan perkapita penduduk telah menyebabkan meningkatnya permintaan dan konsumsi daging, termasuk daging sapi. Hal ini tampak jelas dari pertumbuhan jumlah sapi yang dipotong maupun daging sapi yang dikonsumsi secara nasional beberapa tahun terakhir(Anon 2004). Sementara disisi lain pertumbuhan populasi sapi secara nasional tidak mampu mengimbangi pertumbuhan konsumsi masyarakat, sehingga berakibat adanya kelebihan permintaan (over demand) dibandingkan penyediaan (supply).

Dalam rangka menanggulangi masalah tersebut telah ditempuh upaya untuk mencukupi kebutuhan sapi dan daging sapi dengan cara antara lain mengimpor baik dalam bentuk induk

(2)

sapi, sapi potong, daging sapi maupun semen untuk inseminasi buatan. Pemenuhan kebutuhan impor tersebut didominasi oleh kebutuhan akan sapi potong (Darmadja, SGND.1990).

Populasi sapi Bali di Bali sudah banyak menurut data BPS 2007 jumlah populasinya 613.241 ekor atau sebanyak 39,52% dari seluruh populasi ternak di Bali. Banyak kendala yang dihadapi dalam mengembangkan peternakan apalagi ternak sapi lokal yang ada di Indonesia. Bali yang mempunyai satu jenis ternak sapi lokal yaitu sapi bali juga menghadapi kendala yang banyak dalam perkembangannya. Kendala yang dialami peternak sapi local diantaranya adalah rendahnya pertambahan berat badan sapi, tingkat pertumbuhan sapi yang lambat, panjangnya jarak beranak pada sapi. Selain kelemahan tersebut sapi Bali memiliki kelebihan yang luar biasa dibandingkan dengan jenis sapi lainnya yaitu daya adaptasinya sangat baik dengan lingkungan pemeliharaanya (Darma, 1997).

Kegiatan teknologi yang diperkenalkan adalah pemanfaatan probiotik yang digunakan dalam ransum pakan ternak. Probiotik termasuk bahan makanan fungsional, dimana bahan-bahan ini mengandung probiotik ini bekerja pada usus dan memaksimalkan penyerapan makanan. komponen-komponen yang dapat meningkatkan kondisi ternak dengan cara memanipulasi komposisi bakteri yang ada di dalam saluran pencernakan. Istilah probiotik pertama sekali diperkenalkan oleh Perker (1974) menggambarkan tentang keseimbangan organisme dalam saluran pencernaan. Pada saat ternak mengalami stres, keseimbangan mikro-organisme dalam saluran pencernaan terganggu, mengakibatkan sistem pertahanan tubuh menurun dan bakteri-bakteri pathogen berkembang dengan cepat. Pemberian probiotik dapat menjaga keseimbangan komposisi mikro-organisme dalam sistem pencernaan ternak berakibat meningkatnya daya cerna bahan pakan dan menjaga kesehatan ternak. Pengaruh positif dari pemberian probiotik yaitu efisiensi terhadap pakan, konversi pakan dan kesehatan ternak. Sebagian besar probiotik yang digunakan sebagai aditif adalah tergolong bakteri termasuk dalam species Lactobacillus (L acidophilus, L lactis, L plantarum) dan Bifidobacterium (B bifidum, B thermophilum), di samping itu terdapat juga bakteri Streptococcus lactis dan jenis fungi seperti Aspergilus niger, Aspergilus oryzue. Manfaat probiotik sebagai bahan aditif ditunjukkan dengan meningkatnya ketersediaan lemak dan protein bagi ternak, di samping itu probiotik juga meningkatkan kandungan vitamin B kompleks melalui fermentasi makanan. Probiotik juga dapat meningkatkan kekebalan (immunity), mencegah alergi makanan dan kanker (colon cancer). Hasil penelitian menunjukkan insiden kanker lambung pada ternak yang diberikan probiotik (Lactobacillus GG) berpengaruh nyata terhadap ternak yang tidak diberikan probiotik (Anonimus, 2007).

Penelitian yang berkaitan dengan pemberian probiotik terhadap pakan ternak telah banyak dilakukan. Pemberian Lactobacillus acidophilus pada pakan ternak meningkatkan pertambahan berat badan dan efesiensi makanan, sementara tingkat kematian ternak sapi menurun dari 7,5 persen menjadi 1,5 persen akibat pemberian probiotik. Peran probiotik ini terlihat untuk memperbaiki metabolisme tubuh sehingga status kesehatan meningkat. Agrobos mempunyai kandungan mikroba aktif mikroba populasi mikroba/ml, yeast 5,1x105, lactobacillus sp. 2,8x107, Mikroba pendegradasi selulosa 5,0x103, vitamin dan mineral.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Aspergillus niger meningkatkan berat badan 5,9 persen dan meningkatkan efisiensi pakan 0,8 persen. Peningkatan penampilan ternak akibat pemberian Aspergillus niger disebabkan oleh meningkatnya asam lemak terbang (volatile fatty acids) seperti asam asetat, asam butirat, dan asam sitrat yang merupakan sumber utama bagi ternak terutama ternak ruminansia (sapi, kerbau, atau kambing). Transpor ternak dari satu tempat ke tempat lainnya dapat mengakibatkan ternak menjadi stres, penambahan fungsi pada pakan ternak selama masa perpindahan ternak dapat menjadi salah satu pemecahan permasalahan.

(3)

MATERI DAN METODA

Penelitian dilakukan di daerah masing-masing ternak diberi perlakuan boicas sebanyak 5 cc yang dilakukan pada 3 ekor sapi. Sedangkan 3 ekor sapi lainnya diberikan agrobos 10 cc. Penambahan dedak diberikan sama sebanyak 2 kg per hari untuk masing-masing sapi dengan pola pakan hijauan normal.. Sedangkan untuk masing-masing petani melakukan perlakuan biocas dan pemberian pakan hijauan maksimal seperti yang sudah biasa dilakukan petani. Sapi dipelihara selama 6 bulan ,pengecekan pertambahan berat badan dilakukan dengan penimbangan menggunakan alat ukur digital yang dilakukan secara digital setiap bulan sekali. Sedangkan petani melakukan perlakuan biocas sebanyak 5 cc dan 2 kg dedak yang dilakukan pada 21 ekor sapi dengan pemberian HMT maksimal. Hasilnya dibandingkan pertambahan berat badannya dalam perbedaan pemberian HMT. Dari 6 ekor sapi sebagai percontohan dianalisa keuntungan ekonomisnya. Parameter yang diamati adalah hasil, keuntungan usahatani, R/C ratio untuk melihat kelayakan usaha. kemudian hasil dari pemeliharaan dianalisa.menggunakan perhitungan :

Pd = TR - TC TC = TFC + TVC

Keterangan : Pd = Pendapatan bersih ; TR = Total penerimaan ; TC = Total biaya yang terdiri atas biaya tetap dan biaya tidak tetap ; Py = Harga per satuan input

Selanjutnya perhitungan R/C ratio, merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan (Soekartawi, 2002). Analisis kelayakan usaha penggemukan sapi digunakan untuk melihat tingkat pengembalian atas biaya usaha tani yang telah dikeluarkan untuk menerapkan teknologi introduksi. Apabila Gross R/C > 1, maka usaha tani dianggap layak secara finansial, karena keuntungan bersih masih lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari jumlah sapi 6 ekor dengan masing masing tiga perlakuan untuk probiotik biocas dan tiga perlakuan untuk probiotik agrobos dari hasilnya menunjukan pertambahan berat badan sebesar 390 gram sehari, sedangkan dengan agrobos sebesar 370 gram perhari . Sedangkan dengan cara petani dari 21 ekor sapi pertambahan beratbadan hariannya rata-rata 561 gram per hari. Perbedaan ini dipicu karena rata-rata petani memberikan hijauan tanpa dibatasi, sehingga sapi memperoleh jumlah hijauan yang banyak. Perbedaan ini juga menunjukan adanya kerja bakteri yang sebanding dengan jumlah pakan hijauan. Penelitian sebelumnya dengan biocas di daerah subak guama tabanan menghasilkan pertambahan berat badan sebesar 620 gram per hari (Parwati dkk,2007). Kajian ini juga relatif lebih rendah dengan kajian sebelumnya yang direkomendasikan yaitu dengan pemberian HMT (berupa rumput 70% + leguminosae 30%) dengan pakan tambahan 2 kg dedak dan 10 cc probiotik Bioplus mampu meningkatkan berat badan harian 0,68 kg/ekor/hari (Suyasa, dkk. 1999). Perbedaan ini dikarenakan di daerah kajian ini mutu hijauan yang ada masih kurang dan jumlah hijauan yang diberikan tidak maksimal , jenis rumput hijauan yang diberikan adalah rumput gajah dan rumput liar. Yang kandungan gizinya lebih rendah daripada penggunaan tanaman gamal untuk pakan. Jumlah pakan yang masih kurang menyebabkan kerja probiotik kurang maksimal. Sedangkan pemberian probiotik yang merupakan kumpulan mikroba pemecah serat akan membantu mikroba yang telah berada di lambung ternak untuk mencerna serat-serat yang dimakan ternak menjadi bahan-bahan yang siap diserap oleh tubuh sehingga lebih banyak yang dapat dimanfaatkan. Sapi-sapi yang dipelihara oleh petani biasanya hanya diberikan pakan tradisional saja dengan pakan tambahan seadanya, sehingga dalam setahun baru mampu menjual ternaknya dengan pertambahan berat badan dalam setahun + 100 kg/ekor. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pertambahan berat badan harian yang dicapai pada sapi-sapi kereman yang dipelihara dengan pola petani

(4)

masih sangat rendah. Agrobos dan biocas mempunyai perbedaan kandungan bakteri . Pada agrobos kandungan bakterinya Lactobacillus sp sedangkan biocas kandungan bakterinya adalah Aspergillus niger. Perbedaan kandungan ini ternyata memberi dampak kerja probiotik yang berbeda. Pertambahan berat badan yang lebih stabil dibandingkan dengan biocas. Sedangkan biocas pada akhir masa penggemukan pertambahan berat badannya tinggi dibandingkan pada awal pemberian. Dari hasil yang didapat ternyata penggunaan biocas lebih efektif daripada agrobos dari sisi pertambahan harian berat badannya ataupun dari hasil analisa usaha taninya dikarenakan produk agrobos lebih mahal harganya sebesar Rp. 55.000 dengan pemberian sebesar 10 cc. Sedangkan produk biocas perliter hanya Rp. 25.000,- dengan pemberian sebanyak 5 cc saja. Hasil analisis usaha tani dari penggemukan sapi diperoleh seperti di bawah ini.

Tabel 1. Analisis Usahatani Penggemukan Sapi Bali Beserta Produksi Pupuk Organik Cair dan Padat

No. Uraian Jumlah Satuan Harga (Rp) Jumlah Biaya (Rp)

A Biaya 1. Sarana Produksi

-Sapi Penggemukan 6 Ekor 4700000 28.200.000

- Obat-obatan :

a. Obat cacing 6 Ekor 10.000 60.000

b. vitamin 6 Ekor 9.000 9.000

c. Biocas (1 Ltr/ekor) 3 eKor 25.000 75.000

d. Agrobos

e. Dedak (2 kg/ekor/hari) 3 3650 Ekor Ekor 55.000 1.300 4.380.000 165.000

- Kandang koloni 1 Unit 19.500.000 4.875.000

2. Tenaga Kerja

- Mencari Pakan/HMT dan

membersihkan kandang 90 Hok 30.000 1.800.000

3. Pembuatan Bio-rine

- Penyusutan Alat (usia ekonomi 10 th) 1 Unit 5.000.000 250.000 - Bahan lain :

a. Asetobacter (1 ltr utk 400 ltr urine) 182.5 Liter 30.000 570.313 b. Rummino Bacillus (0,5 ltr utk 400 ltr) 11.41 Liter 25.000 228.125

- Tenaga kerja 13,6 Hok 30.000 408.000

4. Fermentasi pupuk kandang

- Fermentor Rummino Bacillus (1 Ltr RB

utk 1500 kg feces) 6 liter 25.000 150.000

- Tenaga kerja 13,6 Hok 30.000 408.000

B Produksi/penjualan

1. Sapi Jantan 6 Ekor 7.126.600 42.760.000

- Total Biaya 39.564.000

- Pendapatan Bersih Ternak Sapi 3.196.000

2. Bio-urine 5400 Liter 1000 5.400.000

(5 ltr/hari/ekor)

- Total Biaya 1.456.438

- Pendapatan Bersih Bio-urine 3.943.562

3. Pupuk kandang 5400 Kg 1000 5.400.000

(5 Kg/hari/ekor)

- Total Biaya 558.000

- Pendapatan Bersih Pupuk Kandang 4.842.000

C Total Pendapatan Bersih 11.981.562

D R/C 1,28

Sumber : Data primer diolah

Biaya-biaya yang diperhitungkan dari analisis ini antara lain : 1) biaya pembuatan kandang koloni serta instalasi pendukung pembuatan pupuk organik padat dan cair (infrastruktur); 2) dan biaya dalam proses produksi meliputi penggemukan sapi, pembuatan pupuk padat serta pembuatan pupuk cair termasuk tenaga kerja yang dibutuhkan. Untuk biaya infrastruktur dihitung rata-rata penyusutan selama usia ekonomis. Tenaga kerja dalam keluarga

(5)

diperhitungkan sesuai dengan upah yang berlaku termasuk konsumsi dan snack diberikan selama bekerja. Harga-harga satuan juga berdasarkan yang berlaku didaerah pengkajian, seperti harga penjualan pupuk padat dan pupuk cair yang dihasilkan.

Dari Tabel 1 terlihat penggemukan untuk 6 ekor sapi diperoleh pendapatan bersih Rp. 3.196.000. Dengan produksi urin sebanyak 5 liter per ekor per hari dan pupuk padat sebanyak 5 kg per ekor per hari diperoleh pendapatan bersih pupuk organik cair (bio urine) sebanyak Rp. 3.943.562,- serta hasil pupuk padat sebesar Rp. 4.842.000,-. Jadi dalam periode 6 bulan usahatani penggemukan sapi Bali dan pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk organik padat maupun cair, memberikan pendapatan bersih kepada kelompok tani sebesar Rp. 11.981.562,- dengan R/C sebesar 1,28 yang berindikasi bahwa usaha tersebut cukup menguntungkan dilakukan. Dengan catatan bahwa usaha penggemuan sapi dilakukan secara menyeluruh meliputi usaha dari pemanfaatan hasil urin dan kotoran sapi dikarenakan produk sampingan inilah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai ekonomis usaha penggemukan sapi. Sedangkan dengan pola petani masih sedikit keuntungannya dilihat dari jumlah waktu untuk mendapatkan hijauan, sehingga masih kurang ekonomis dan kebutuhan tenaga kerja. Teknologi dengan pemberian 5 cc dan 2 kg dedak dengan HMT minimal masih layak direkomendasikan dengan analisis kelayakan yang ada, sehingga produk-produk yang dihasilkan dapat memberi tambahan pendapatan peternak. Hasil ini juga menunjukkan bahwa teknologi penggemukan yang diterapkan di Subak Guama telah mampu dilaksanakan dan disebarkan sehingga diminati oleh sebagian besar anggota.

KESIMPULAN Dari hasil kajian dapat disimpulkan :

1. Inovasi teknologi penggemukan sapi Bali dengan kandang koloni dapat meningkatkan bobot sapi Bali yang sekaligus memberi nilai tambah dengan memanfaatkan limbah ternak tersebut sebagai pupuk organik padat maupun cair.

2. Usaha penggemukan sapi Bali dengan kandang koloni bersama dengan pemanfaatan limbah, cukup menguntungkan dilaksanakan dengan memberikan kontribusi pendapatan bersih sebesar Rp. 11.981.562 ,- dengan R/C sebesar 1,28 sehingga cukup layak untuk dilanjutkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF?probiotik.pdf tanggal akses 21 January 2009. Anonimus. 2004. Statistik Peternakan di Provinsi Bali Tahun 2004. Dinas Peternakan Provinsi

Bali, Denpasar

Darmadja, SGND (1980). Setengah abad peternakan sapi traditional dalam ekosistem pertanian di Bali

Darmadja, SGND (1990). Prospek sapi Bali dalam kaitannya dengan konsolidasi peternakan di Indonesia. Kumpulan reprint publikasi tahunan reproduksi 1986-1990. Hal 48 – 65. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar

Dharma, D.M.N dan A.A.G. Putra. 1997. Penyidikan Penyakit Hewan. CV. Bali Media Adhikarsa. Denpasar.

Niniek Kusuma Wardani. 1990. Respon Sapi Bali Terhadap Usaha Perbaikan Pakan dengan Suplementasi. Proceeding Seminar Nasional Sapi Bali. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar.

(6)

Parwati, I.D dan Suyasa, I.N.2007,Analisa Usaha Penggemuan Sapi dengan Introduksi Pakan dan Probiotik di Subak Guama dan Subak Dawan. Denpasar.

Siregar, AR., P Situmorang., M. Boer., G. Mukti., J. Bestari., dan M. Purba. 1997. Pengkajian Pemanfaatan Teknologi Inseminasi Buatan (IB) Dalam Usaha Peningkatan Populasi dan Produktivitas Sapi Potong Nasional di Propinsi Sumatera Barat.

Sukarini, IA. 2000. Peningkatan Kinerja Laktasi Sapi Bali (Bibos Banteng) Beranak Pertama Melalui Perbaikan Mutu Pakan. Disertasi Program Pasca sarjana. Institut Pertanian Bogor. Suyasa; Suprio Guntoro ; Parwati ; Suprapto ; Widiyazid.S. 1999. Pemanfaatan Probiotik Dalam

Pengembangan Sapi Potong Berwawasan Agribisnis di Bali. Jurnal pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Volume 2. No. 1. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor.

Suyasa ; Suprio Guntoro ; Rai Yasa. 2003. Teknologi Flushing pada Induk Sapi Bali Untuk Meningkatkan Berat Lahir dan Berat Sapih Pedet. Prosiding Seminar Nasional. Revitalisasi Teknologi Kreatif Dalam Mendukung Agribisnis dan Otonomi Daerah. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.

Yasa, I.M.R. I.N. Adijaya, I.K. Mahaputra, I.A. Parwati. 2006. Pertumbuhan Sapi Bali yang Diggemukan di Lahan Kering Desa Sanggalangit Kecamatan Gerokgak Buleleng. Makalah Seminar Nasional. BPTP NTB.

Gambar

Tabel 1.  Analisis Usahatani Penggemukan Sapi Bali Beserta Produksi Pupuk Organik Cair  dan Padat

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Handoko (2000) semangat kerja karyawan akan tercermin dari karyawan yang selalu menunjukkan sikap dan tingkah laku mau bekerja dengan sungguh-sungguh,

Efek sederhana pupuk hayati biotamax pada setiap taraf konsentrasi ekstrak teh (Tabel 4.) menunjukkan bahwa pada taraf pemberian ekstrak teh dengan konsentrasi5 g/l

Data Pegawai PT. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan prima yaitu dengan memotivasi pegawai dengan cara pemberian remunerasi atau imbalan balas

Terbatasnya fasilitas pengumpulan sampah (TPS, Kontainer,dan 1. Meningkatkan persentase cakupan dan kualitas pelayanan pengelolaan persampahan di Kota. Menyediakan

Dengan menggunakan saringan yang lebih halus (ukuran 100 mesh). Selama penyimpanan 10 minggu tidak terjadi perubahan aroma, rasa dan warna. Bilangan peroksida

Peserta dan bindamping akan mendapatkan fasilitas yang disediakan oleh reka kerja, kemudian menuju tempat transit sesuai dengan nomor undian.. Peserta mempersiapkan diri

Skripsi yang berjudul “Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Pendidikan Lingkungan Hidup (Adiwiyata) Kelas X SMK Negeri 1 Mojosongo Boyolali Tahun Pelajaran

Buah sawit yang gugur dimanfaatkan menjadi bahan baku pembuatan arang briket dengan cara mengolah buah sawit menggunakan mesin hasil rancangan, mesin ini