• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL AKUNTANSI UNIVERSITAS JEMBER Vol 1, No 2. Juni ISSN:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL AKUNTANSI UNIVERSITAS JEMBER Vol 1, No 2. Juni ISSN:"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN AKUNTANSI DALAM MEMBANGUN TATA KELOLA PARTAI POLITIK YANG BAIK (GOOD POLITICAL PARTY GOVERNANCE)

Muhammad Miqdad

Abstract

Implementation of the principle transparency, accountability, responsibilitas, and fair to public is required to develop Good Political Party Governance. The Principal is an trust of UU no 31/ 2002 about political party, UU No 12/2003 about General election of Legislative Member, and UU no 23 /2003 about General election of President and vice president. As follow-up from transparency and accountability to public, the Political Parties claimed to justify management of finance of parpol in the form of financial statements ( financial position statement, activity statement, cash flow statement and note financial statement) and the statement of using of campaign fund. The controlling function related to management of financial of Parpol can be conducted in so many way of that are 1) Internal Party , 2). Commission of General Election ( KPU), 3) Independent paryt/Public Accountant and 4) Society.

Keywords: Good Political Party Governance, Commission of General Election ( KPU), transparency, accountability, responsibilitas, Financial Position Statement, Activity Statement, Cash Flow Statement and Note Financial Statement) and the Statement of Using of Campaign Fund. 1. PENDAHULUAN

Era Reformasi sudah berjalan lebih kurang 6 (enam) tahun, kuatnya harapan masyarakat untuk dapat hidup lebih baik belum sepenuhnya terwujud, hal ini terlihat dari krisis multidimensi yang masih dirasakan oleh sebagian masyarakat. Beberapa indikator untuk menjelaskan hal tersebut adalah pengangguran masih dalam jumlah besar, biaya pendidikan yang mahal, daya beli masyarakat yang rendah dan lain-lain.

Era reformasi bukan tanpa hasil, paling tidak hasil yang muncul dipermukaan adalah adanya suatu kebebasan masyarakat untuk berpendapat, daya kritis mahasiswa meningkat terhadap pihak eksekutif dan legislatif dalam pengelolaan pemerintahan, reposisi (peran lebih) pihak legislatif sebagai mitra pihak eksekutif, peningkatan kesadaran masyarakat dalam hal pendidikan politik (masyarakat memiliki hak otonomi) dan lain-lain.

Pemilu tahun 1999 dengan sistem perwakilan (tidak langsung), artinya masyarakat mencoblos tanda gambar partai politik tertentu sesuai dengan hati nuraninya dan tidak tahu siapa yang menjadi wakil mereka, masih banyak menyisakan ketidakpuasan di kalangan masyarakat (kurang aspiratif) karena para wakil rakyat lebih terkesan mementingkan kepentingan sendiri atau partainya dari pada kepentingan masyarakat luas.

JURNAL AKUNTANSI UNIVERSITAS JEMBER Vol 1, No 2. Juni 2004. ISSN: 1693-2420

(2)

Harapan baru muncul, sebagai entry point, ketika diberlakukannya UU Nomor 22 tentang Pemerintah Daerah (PEMDA) dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Kedua UU tersebut diharapkan menjadi driver dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat (social welfare), karena melalui ke 2 (dua) UU tersebut Pemerintah Propensi/Kabupaten/Kota memiliki kewenangan penuh dalam mengelola rumah tangga sendiri, keuangan daerah, adalah yang sebelumnya tidak terbayangkan di era orde baru. Lebih-lebih setelah itu ditindak lanjuti dengan dikeluarkannya PP 105/2000, PP 108/2000, Kepmendagri 29/2002 dan petunjuk teknis lainya. Seperangkat aturan tersebut menunjukkan keseriusan pemerintah pusat menuju sistem desentralisasi. Namun pada sisi yang lain, reposisi DPRD pemerintah kabupaten/kota yang diharapkan dapat menyerap aspirasi masyarakat, nyatanya banyak sekali masyarakat yang merasa tidak puas dengan the role/acting para wakil rakyat. Kesan yang muncul adalah otonomi daerah sekedar memindahkan korupsi dari pusat ke daerah. Hal ini diperkuat dengan menempatkan Negara Indonesia, sebagai salah satu negara terkorup di dunia.

Langkah lebih maju terjadi pada Pemilu tahun 2004, untuk pertama kalinya Pemilu diselenggarakan secara langsung, artinya rakyat langsung mencoblos gambar para wakil rakyat dan daerah yaitu; DPR dan DPD untuk ditingkat pusat, DPRD untuk tingkat propensi dan kabupaten/kota. Dengan demikian, sudah menjadi kebutuhan mendesak untuk menciptakan pengelolaan partai politik yang bersih/baik (good political party governance) sebagai bentuk akuntabilitas publik, khususnya bagi 24 partai politik peserta Pemilu 2004.

Prinsip tranparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independen dan jujur (fair) kepada publik bagi partai politik adalah amanah UU no 31 tahun 2002 tentang partai politik, UU no 12 tahun 2003 tentang Pemilu Anggota Legislatif, dan UU no 23 tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan wakil presiden. Untuk itu bagi partai politik peserta pemilu dituntut untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan parpol dalam bentuk laporan keuangan parpol dan laporan dana kampanya, sehingga memenuhi tujuan kualitatif pelaporan yaitu: dapat dipahami, tepat waktu, memiliki daya banding, lengkap dan dapat diandalkan.

Realitas yang ada, sebagian besar partai politik peserta pemilu di Indonesia belum menyusun laporan keuangan dengan baik. Mengacu pada UU no 12 tahun 2003 secara jelas dinyatakan bahwa Parpol memiliki kewajiban untuk membuat pembukuan, memelihara daftar penyumbang, dan jumlah sumbangan yang diterima yang terbuka untuk diketahui oleh masyarakat dan pemerintah, membuat laporan keuangan secara berkala satu tahun sekali, dan dilaporkan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tutup buku kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) setelah diaudit oleh Akuntan Publik. Merespon hal tersebut, KPU mengeluarkan surat keputusan KPU Nomor 676 tahun 2003 tentang Tata Administrasi Keuangan dan Sistem Akuntansi Keuangan Partai Politik, serta Pelaporan Dana Kampanye Peserta Pemilu, yang didukung pendanaannya dari Partnership for Governance Reform di Indonesia. 2. LAPORAN KEUANGAN PARTAI POLITIK

Akuntansi dikenal dengan bahasa bisnis (business language), dengan kata lain output dari proses akuntansi lebih menekankan dalam hal memberikan deskripsi atas financial position, performance dari suatu entitas bisnis. Bagi para pelaku bisnis, informasi akuntansi bukanlah satu-satunya informasi yang dijadikan acuan untuk decision making.

(3)

Dengan kata lain, para pelaku bisnis membutuhkan informasi lainnya (seperti sosial politik, indikator ekonomi makro, regulasi pemerintah pusat atau daerah dan lain-lain) yang dinilai juga memiliki pengaruh yang signifikan atas keputusan-keputusan bisnis yang akan diambil.

Topik-topik akuntansi manajemen seperti Transfer Pricing, Total Quality Management, Balanced Scorecard, Enviromental Costing, Multinational Corporation, E-Commerce, Public Sector dan lain-lain, menjadi bukti bagaimana akuntansi manajemen juga mengalami perkembangan yang cepat guna merespons perkembangan bisnis global yang dinamis dan cepat. Bidang akuntansi keuangan, menuntut standard setter untuk melakukan hal serupa. Hal ini untuk dijadikan acuan berkaitan dengan kegiatan recording, recognition, dan reporting.

Pemilu tahun 2004 berbeda dengan tahun 1999. Untuk pertama kalinya bangsa Indonesia melaksanakan pemilu, pesta demokrasi ini secara langsung baik untuk wakil rakyat (DPR dan DPD), maupun untuk memilih presiden dan wakil presiden. Dengan demikian, Pemilu kali ini sangat menentukan bagi perjalanan bangsa Indonesia kedepan. Dua puluh empat (24) partai politik yang turut serta dalam pemilu kali ini, hanya ada 7 partai yang lolos electoral treshold secara berurutan adalah Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN).

Dasar hukum yang ada (UU No 31/2002 tentang Partai Politik; UU No 12/2003 tentang Pemilui Anggota DPR, DPD dan DPRD, UU No 23/2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden), dimaksudkan agar pengelolaan keuangan partai politik peserta pemilu dilakukan secara transparan dan akuntabel. Untuk itu keberadaan kantor akuntan publik, sebagai pihak independen dibutuhkan perannya untuk melakukan audit terhadap laporan keuangan partai politik.

Laporan keuangan partai politik merupakan hasil dari proses akuntansi atas transaksi-transaksi keuangan partai politik, yang dicatat dengan menggunakan Acrual Basis. Jika partai politik menggunakan basis pencatatan diluar itu (Cash Basis, Modified Acrual Basis, atau Modified Cash Basis), maka laporan keuangan yang dihasilkan harus disertai catatan tambahan untuk menjelaskan berbagai transaksi yang dicatat dengan basis tersebut.

Dalam Petunjuk Pelaksanaan Tata Administrasi Keuangan Partai Politik dan Peserta Pemilu (KPU, 2003) dijelaskan bahwa penyajian laporan keuangan partai politik dimaksudkan untuk menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota organisasi, kreditur, masyarakat, pemerintah dan pihak-pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi partai politik.

Laporan keuangan partai politik terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan (KPU, Seri Publikasi No 14.1/2003) . Berikut penjelasan ke empat laporan keuangan tersebut;

a. Laporan Posisi Keuangan

Laporan yang menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban dan aktiva bersih dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Bagi para user (pihak internal partai dan pihak eksternal; KPU, Masyarakat, pemerintah, donatur dll) laporan ini dapat digunakan untuk menilai:

(4)

 Kemampuan suatu partai politik untuk melakukan kegiatannya secara berkelanjutan.

 Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, dan kebutuhan akan pendanaan eksternal.

b. Laporan aktivitas

Adalah laporan yang menyajikan perubahan aktiva bersih selama suatu periode. Laporan ini menyediakan informasi mengenai; 1). Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva bersih, 2). Hubungan antar transaksi dan peristiwa lain; 3). Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program dan kegiatan. Bagi para user laporan ini dapat dimanfaatkan untuk:

 Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode

 Menilai upaya kemampuan, dan kesinambungan partai politik dalam memperjuangkan kepentingan politiknya.

 Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja pengurus.

(5)

Tabel 1. Partai Politik XYZ

Laporan Aktivitas

Untuk Tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 20xx (dalam Jutaan Rupiah)

Perubahan Aktivitas Tidak Terikat (A) Penerimaan dan Penghasilan

Iuran Anggota

Sumbangan tidak terikat Bantuan pemerintah Penghasilan investasi Penghasilan lain-lain

Jumlah Penerimaan dan Penghasilan Tidak Terikat (B) Aktiva Bersih yang Berakhir Pembatasannya

Pemenuhan pembatasan kegiatan

Pemenuhan pembatasan perolehan aktiva tetap Pemenuhan pembatasan waktu

Jumlah Aktiva yang Telah Berakhir Pembatasannya (C) Jumlah Penerimaan dan Penghashilan C= A+B

Rp. XXX XXX XXX XXX XXX XXX Rp. XXX XXX XXX XXX Rp. XXX Beban dan Kerugian:

(D) Beban:

Beban manajemen umum Beban kampanye

Beban Munas/Mukernas/KLB Beban kaderisasi

Beban bakti sosial

Beban penelitian dan Pengembangan Beban kegiatan lain-lain

Jumlah Beban (E) Kerugian:

Kerugian investasi Kerugian lain-lain

(F) Jumlah Beban dan Kerugian (F=D+E)

(G) Kenaikan/Penurunan Aktiva Bersih Tdk Terikat (G=C-F)

Rp. XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX Rp XXX XXX XXX Rp XXX Rp XXX Perubahan Aktiva Bersih Terikat Kontemporer

Sumbangan terikat temporer Penghasilan Investasi Penghasilan lain-lain Kerugian lain-lain

Aktiva Bersih yang Berakhir Pembatasannya

(H) Kenaikan/Penurunan Aktiva Bersih Terikat Temporer

Rp. XXX XXX XXX (XXX) (XXX) Rp. XXX Perubahan Aktiva Bersih Terikat Permanen

Sumbangan terikat permanen Penghasilan investasi

Penghasilan lain-lain Kerugian lain-lain

(F) Kenaikan/Penurunan Aktiva Bersih Terikat Permanen Kenaikan Aktiva Bersih (G+H+I)

Aktiva Bersih Awal tahun Aktiva Bersih Akhir tahun

Rp. XXX XXX XXX (XXX) Rp. XXX Rp. XXX XXX Rp. XXX Sumber; Seri Publikasi No 14.2/2003, KPU.

(6)

c. Laporan arus kas

Laporan ini menyajikan arus kas menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan selama periode tertentu dengan menggunakan metode langsung.

d. Catatan atas laporan keuangan.

Merupakan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam laporan posisi keuangan, laporan aktivitas dan laporan arus kas, serta informasi tambahan lainnya yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Dalam laporan ini juga diuangkapkan mengenai penggunaan dana bantuan dari anggaran negara kepada partai politik. 3. TEKNIK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PARTAI POLITIK

Laporan keuangan (financial statements) sebagai final output dari proses akuntansi keuangan harus dikomunikasikan kepada para users baik pihak internal maupun eksternal. Partai Politik, sebagai suatu organisasi memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan organisasi yang berorientasi komersial. Berikut karakteristik dari akuntansi keuangan partai politik (KPU, Seri Publikasi No 14.2/2003):

 Tidak bertujuan orientasi laba tetapi untuk mendapatkan informasi keuangan bagi semua pihak dalam rangka transparansi dan akuntabilitas ke publik. Pendirian Parpol untuk memperjuangkan cita-citanya dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, dan menyalurkan aspirasinya.

 Sifat kepemilikan (ownership) Parpol tidak dapat dijual, dialihkan atau ditebus kembali atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuiditas atau pembubaran entitas.

 Sebagian besar sumber daya keuangan berasal dari para penyumbang (donatur) yang tidak mengharapkan return seperti investor beli saham.

Kepengurusan partai politik dari tingkat bawah sampai pusat merupakan entitas pelaporan akuntansi keuangan parpol yang bersifat integrated.. Pelaporan keuangan (financial reporting) Parpol men-disclose secara penuh atas kegiatan-kegiatan Parpol dan sumber daya yang dipercayakan, serta menunjukkan ketaatan atas perundang-undangan yang berlaku. Laporan keuangan Parpol yang disajikan harus memenuhi karakteristik; komparatif, Tepat waktu, Handal dan Lengkap. Berikut penjelasan penyajian laporan keuangan parpol, dilihat dari sisi kepengurusan mulai dari bawah sampai pusat;

a. Laporan Keuangan DPP (Kepengurusan Parpol di Tingkat Pusat) Laporan keuangan Parpol seharusnya dapat memberikan gambaran historis atas realitas keuangan yang terjadi di semua tingkat kepengurusan. Dari sisi organisasi, hubungan kepengurusan antara DPP dengan DPD dapat diasumsikan sebagai hubungan Kantor Pusat (Home Office) dan Kantor Cabang (Branch Office), dan bukan seperti perusahaan induk (Parent) dan perusahaan anak (Subsidiary). Dengan demikian, penyusunan laporan keuangan di semua DPD harus selaras, terstruktur dengan jelas, serta mempunyai keterkaitan dengan DPP.

Dari realitas yang ada, maka laporan keuangan Parpol bersifat gabungan (Combined). Di kepengurusan DPP, ada 2 (dua) jenis laporan keuangan yaitu; pertama

(7)

Laporan Keuangan DPP yang bersangkutan, dan kedua, laporan keuangan gabungan dari semua struktur partai dari tingkat DPD.

b. Laporan Keuangan DPW (Kepengurusan Parpol di Tingkat Propensi) Pada prinsipnya kepengurusan DPW adalah sebagai kepanjangan tangan dari kepengurusan DPP. Karena itu laporan keuangan Parpol di DPW adalah untuk kepentingan internal (untuk penggabungan) bukan ditujukan untuk dilaporkan ke pihak eksternal.

c. Pembukuan di Tingkat Kabupaten dan Kecamatan.

Di tingkat kepengurusan Kabupaten atau Kecamatan, Parpol tidak dipersyaratkan untuk membuat laporan keuangan, namun untuk kepentingan akuntabilitas publik pembuatan laporan keuangan bersifat positif. Hal yang lebih penting untuk dilakukan kepengurusan di tingkat Kabupaten dan Kecamatan adalah adanya sistem, prosedur pencatatan akuntansi yang transparan dan akuntabel atas transaksi-transaksi keuangan yang terjadi.

4. FUNGSI PENGAWASAN KEUANGAN PARTAI POLITIK

Dalam ilmu manajemen, Controlling bisa dilakukan pada waktu berlangsungnya pelaksanaan kegiatan atau saat kegiatan selesai dilaksanakan. Fungsi pengawasan dalam kaitannya dengan pengelolaan keuangan partai politik memiliki peranan yang penting sebagai wujud dari akuntabilitas publik. Sumber dana /Keuangan partai politik bisa berasal dari pemerintah, simpatisan (donatur), perusahaan dan lain-lain. Pengawasan terhadap keuangan partai politik peserta pemilu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk:

a. Pengawasan Internal

Partai politik diasumsikan sebagai entitas tunggal (single entity) dapat ditafsirkan bahwa tidak ada bagian lain dalam partai politik yang menyelenggarakan proses akuntansi selain partai politik itu sendiri. Hal ini untuk membedakan dengan akuntansi dana (fund accounting) yang memiliki lebih dari satu entitas dalam penyusunan laporan keuangannya. Karena itu, proses akuntansi yang dilakukan oleh struktur organisasi pilitik mulai dari Anak Cabang, Cabang, Wilayah tidak bisa dikatakan sebagai entitas akuntansi tersendiri. Dengan kata lain laporan keuangan dari struktuk organisasi terbawah akan dikonsolidasikan dengan laporan keuangan wilayah sampai ke laporan keuangan Dewan Pimpinan Pusat.

Pengawasan terhadap pengelolaan keuangan partai politik dapat langsung dilakukan oleh pimpinan partai politik mulai dari tingkat cabang, wilayah sampai pusat. Program, kebijakan, peraturan-peraturan yang telah menjadi garis partai harus dikoordinasikan dan apakah pada saat pelaksanaan menyimpang dari rencana semula atau tidak. Untuk itu pimpinan Parpol dapat saja melakukan pengawasan langsung terhadap anggaran kaitannya dengan pelaksanaan program, atau kebijakan partai. Bahkan dengan meminta bantuan dari pihak luar, pimpinan parpol dapat melakukan fungsi kontrol terhadap pelaksanaan sistem akuntansi, apakah menyimpang dari ketentuan, prosedur yang ditetapkan ataukah tidak.

(8)

b. Pengawasan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)

KPU yang diberi amanat oleh Undang-undang sebagai penyelenggara Pemilu diharuskan tidak ada keperpihakan terhadap partai politik tertentu, artinya bersifat independen.

Amanat UU no 31/2002, Pasal 9 dijelaskan bahwa setiap partai politik diharuskan menyelenggarakan pembukuaan/akuntansi dalam pengelolaan keuangannya, membuat laporan keuangan berkala dan memiliki rekening khusus dana kampanye yang dilapokan ke KPU sumber dan penggunaanya.

Sehubungan dengan hal tersebut, untuk melakukan fungsi Controlling, KPU dapat meminta Kantor Akuntan Publik untuk meng-audit laporan keuangan partai politik peserta Pemilu dan laporan dana kampanye.

c. Pengawasan Masyarakat

Salah satu sumber dana kampanye berasal dari sumbangan masyarakat simpatisan. Karena itu masyarakat memiliki hak untuk mengawasi kaitannya dengan ketentuan dan penggunan sumbangan. Jika ada penyimpangan terhadap Undang-undang, masyarakat dapat melaporkan kepada KPU untuk ditindak-lanjuti.

d. Audit oleh Kantor Akuntan Publik

Laporan pertanggungjawaban keuangan partai politik dan dana kampanye, sebagai bentuk dari akuntabilitas publik, harus diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang terdaftar. Ada beberapa tujuan audit atas laporan keuangan Parpol peserta pemilu:

 Untuk menilai apakah laporan keuangan parpol sudah disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum (PABU).

 Diperoleh informasi sejauh mana ketaatan Parpol peserta pemilu terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Sebagai bentuk akuntabilitas publik, karena sumber dana sebagian dari masyarakat.

 Diperoleh informasi mengenai tingkat kinerja parpol peserta pemilu untuk memenugi kepentingan Stakeholders.

5. KESIMPULAN

Keberadaan Partai Politik (Parpol) memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk memperjuangkan visi, misi, program Partai membutuhkan dana yang besar dan sebagian besar berasal dari simpatisan dalam bentuk donatur. Karena itu tuntutan untuk membangun Tata Kelola Partai Politik yang Baik (Good Political Party Governance) tidak bisa dihindari, disamping karena tuntutan Undang-undang, tetapi yang lebih penting adalah sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas publik.

Untuk memenuhi kebutuhan transparansi dan akuntabilitas publik, maka Parpol Peserta Pemilu diwajibkan untuk membuat laporan keuangan Parpol dan harus diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang terdaftar. Disamping itu Parpol harus melaksanakan pembukuan/pencatatan akuntansi atas transaksi keuangan dan desain sistem akuntansi dalam kaitannya dengan penyelenggaraan dan pengelolaan keuangan daerah.

Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan Parpol, masyarakat selaku stakeholder, memiliki hak untuk melakukan fungsi kontrol terhadap keuangan Parpol, disamping pengawasan internal, KPU maupun pihak independen.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

---, Januari, Petunjuk Pelaksanaan Administrasi Keuangan Partai Politik dan Peserta Pemilu, Seri Publikasi No. 14.1/2003, Komisi Pemilihan Umum (KPU) , 2004.

---, Januari, Pedoman Sistem Akuntansi Keuangan Partai Politik, Seri Publikasi No. 14.2/2003, Komisi Pemilihan Umum (KPU) , 2004.

---, Januari, Pedoman Pelaporan Dana Kampanye Peserta Pemilu, Seri Publikasi No. 14.3/2003, Komisi Pemilihan Umum (KPU) , 2004.

---, Januari, Supplemen Pedoman Pelaporan Dana Kampanye Peserta Pemilu; Simulasi Penyusunan Laporan Dana Kampanye Peserta Pemilu, Seri Publikasi No. 14.4/2003, Komisi Pemilihan Umum (KPU) , 2004.

---, Januari, Supplemen Pedoman Sistem Akuntansi Keuangan Partai Politik; Simulasi Penyusunan Laporan Keuangan Partai Politik, Seri Publikasi No. 14.5/2003, Komisi Pemilihan Umum (KPU) , 2004.

---, PP 105/2000, Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Bastian, Indra, dan Soepriyanto., Gatot, Sistem Akuntansi Sektor Publik; Konsep untuk

Pemerintah Daerah, Penerbit Salemba Empat, 2004

Direktorat Pengelolaan Keuangan Dareah-Direktorat Jendaral Otonomi Daerah, Keputusan Mentri Dalam Negri no 29 tahun 2002: Pedoman Pengurusan, Pertangggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD, Departemen Dalam Negri RI, 2002.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Pedoman Penyusunan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, , Jakarta, 1999.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan, serta dihubungkan dengan pertanyaan penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal pokok yang

Adrianti, 2010, Optimasi hidrolisis enzimatik jerami padi menjadi glukosa untuk bahan baku biofuel menggunakan selulase dari Trichoderma ressei dan Aspergillus niger, Skripsi,

Struktur organisasi proyek secara umum dapat diartikan dua orang atau lebih yang melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan secara bersama-sama dengan kemampuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dari relasi keluarga yang dimiliki oleh mahasiswa yang melakukan kawin sirri dengan wali hakim, mengetahui pemahaman terhadap

graunded theory mulai digunakan. Ada kemungkinan kalau masalah yang diteliti bukan judul seperti ini, maka menurut penulis, sejumlah kecurigaan terhadap peneliti

fosfotidiletanolamin terbentuk dari reaksi antara 1,2 digliserida dan sitidindifosfat-etanolamin (CDP-etanolamin).CDp etanolamin dapat bereaksi dengan 1,2 digliserida

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, puji syukur atas, rahmat, ridho dan ijin Allah SWT yang selalu dilimpahkan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi