• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM SULUK SUKSMA LELANA KARYA RADEN NGABEHI RANGGAWARSITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM SULUK SUKSMA LELANA KARYA RADEN NGABEHI RANGGAWARSITA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 61 ANALISIS STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM

SULUK SUKSMA LELANA KARYA RADEN NGABEHI

RANGGAWARSITA Priska Tias Deswari

Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK

Deswari, Priska Tias. 2011, “Nilai Pendidikan Moral Dalam Suluk Suksmalelana Karya Raden Ngabehi Ranggawarsita (Tinjauan Struktural Sastra)” (Skripsi). Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Penelitian ini membahas permasalahan pokok, yaitu: 1) Apa sajakah jenis nilai-nilai pendidikan moral yang terdapat dalam Suluk Suksmalelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita? 2) Bagaimanakah relevansi nilai-nilai pendidikan moral yang terdapat dalam Suluk Suksmalelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita dengan kehidupan masa sekarang? 3) Bagaimanakah struktur cerita yang terdapat dalam Suluk Suksma Lelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita?. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai pendidikan moral dan mengetahui struktural sastra serta menemukan jenis-jenis nilai pendidikan moral yang terkandung dalam Suluk Suksmalelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analisis konten atau analisis isi, sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data diperoleh dari objek penelitian, yaitu Suluk Suksmalelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita yang diterbitkan oleh Paheman Radya Pustaka Surakarta pada tahun 1970. Subjek dalam penelitian ini adalah naskah Suluk Suksmalelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita. Objek dari penelitian ini adalah nilai pendidikan moral (tinjauan struktural sastra) yang terkandung dalam naskah Suluk Suksmalelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita. Data penelitian ini diperoleh dari Suluk Suksmalelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya struktural sastra, yang meliputi: 1)Tema, 2) Tokoh dan penokohan, 3) Alur, 4) Latar, dan adanya nilai pendidikan moral, yaitu: 1) Nilai pendidikan moral hubungan antara manusia dengan Tuhan, meliputi: a) Percaya pada Kekuasaan dan Keagungan Tuhan, b) Percaya pada takdir Tuhan, c) Percaya pada Sifat-sifat baik Tuhan, d) Memohon ampunan pada Tuhan, 2) Nilai pendidikan moral hubungan antara manusia dengan sesama manusia, meliputi: a) Moralitas anak terhadap orang tua yaitu mematuhi perintah orang tua dengan mengabulkan keinginan orang tua, sayang dan patuh pada orang tua, b) Moralitas guru dengan memberikan nasihat kepada pengikut atau muridnya. 3) Nilai pendidikan moral hubungan antara manusia dengan alam sekitar. 4) Relevansi nilai moral dengan kehidupan sekarang.

(2)

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 62 A. Pendahuluan

Berbagai kebudayaan yang ada pada masa lampau banyak terekam dalam tulisan berbentuk naskah, dengan menganalisis ataupun mengkaji naskah dapat diketahui kesenian, sastra, tradisi, nilai-nilai, adat istiadat, dan peristiwa yang ada pada masa lampau. Melalui penelitian filologi, isi kandungan naskah dapat diteliti sehingga dapat diketahui nilai-nilai dalam peninggalan masa lampau yang masih relevan dengan kehidupan sekarang. Hal ini menandakan bahwa masyarakat Jawa sangat suka pada kesenian dan sastra, terbukti dengan banyaknya naskah yang berisikan hal tersebut, misalnya: tembang, wayang-pedalangan, tari, cerita, dan lain-lain.

Suluk Suksma Lelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita sangat menarik untuk diteliti karena tulisannya mudah dibaca walaupun ditulis dalam bentuk manuskrip atau tulisan tangan. Selain itu penyajian ajaran-ajaran yang disampaikan berupa tembang, sehingga lebih menarik dalam penyampaiannya. Selain itu, dalam Suluk Suksma Lelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita terkandung ajaran budi pekerti yang sangat baik untuk pembentukan kepribadian seseorang. Suluk Suksma Lelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita merupakan karya sastra yang ditulis dalam bentuk tembang macapat yang menjelaskan tentang awal dan akhir kehidupan manusia. Dalam Suluk Suksma Lelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita dijelaskan tentang perjalanan panjang kehidupan manusia yang dipenuhi oleh berbagai rintangan. Rintangan dalam hal ini adalah ujian dan cobaan yang harus dihadapi oleh manusia demi mencapai kesempurnaan atau kehidupan sejati. Untuk memperoleh hal yang diinginkannya manusia harus belajar ajaran budi pekerti yang baik serta dapat mengendalikan antara lahir dan batinnya (hawa nafsu) sebagai tameng pengendalian diri.

B. Dasar Teori 1. Filologi

Filologi adalah ilmu yang berhubungan dengan karya masa lampau yang berupa tulisan, studi terhadap karya masa lampau dilakukan karena adanya anggapan dalam peninggalan tulisan terkandung nilai-nilai yang masih relevan dengan kehidupan masa ini. Filologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani “philos” yang berarti “cinta” dan logos ” yang diartikan kata. Pada

(3)

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 63

kata “filologi” kedua kata itu membentuk arti “cinta kata” atau “senang bertutur”. Arti ini kemudian berkembang menjadi “senang belajar” atau “senang kebudayaan”. Pengkajian filologi pun selanjutnya membatasi diri pada penelitian hasil kebudayaan masyarakat lama yang berupa tulisan dalam naskah (Hasjim, 1985: 2).

Objek penelitian filologi adalah adalah manuskrip kuna, dan di dalam manuskrip meliputi naskah dan teks. Dalam objek penelitian filologi akan membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan seluk beluk naskah, teks, dan tempat penyimpanan naskah (Baried, 1985: 3).

Menurut penulis, pengertian filologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu berupa tulisan-tulisan bernilai tinggi seperti karya sastra yang berasal dari masa lampau dengan objek kajian naskah dan teks, yang kemudian dijelaskan asal-usul serta kebudayaan dari naskah tersebut.

2. Pengertian naskah

Naskah merupakan tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau, yang merupakan benda konkret yang dapat dilihat atau dipegang. Naskah memiliki ciri-ciri fisik yang membuatnya berbeda dengan tulisan lain, naskah pada umumnya berbentuk buku dan memuat cerita yang lengkap (Hasjim, 1985: 55), sedangkan menurut Poerwadaminta (1954: 447), naskah adalah karangan tulisan tangan, baik yang asli maupun salinannya.

Naskah diartikan sebagai semua bahan tulisan tangan yang berisi berbagai sumbangan pemikiran dan perasaan atas segala peristiwa yang terjadi disekitar manusia sebagai hasil budaya bangsa masa lalu. Naskah merupakan hasil karya tulis nenek moyang yang menyimpan berbagai informasi yang mampu mengungkapkan berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti aspek agama, sosial, politik, ekonomi, sejarah, hukum, sastra, budaya, ajaran moral, doa, pendidikan atau piwulang, dan sebagainya yang berkesinambungan dengan kehidupan masa kini.

Suatu naskah adalah semua barang tulisan tangan yang ada pada koleksi perpustakaan atau arsip; misalnya, surat-surat atau buku harian milik

(4)

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 64

seseorang yang ada pada koleksi perpustakaan (Library and Information Science, 2009: 4).

Jadi, menurut penulis naskah adalah suatu karya sastra yang berupa tulisan baik berupa tulisan tangan maupun cetak yang bersifat nyata atau memiliki wujud yang konkret dan berasal dari masa lampau, serta menyimpan sejarah tentang asal usul kebudayaan kehidupan manusia sejak dahulu hingga masa yang akan datang.

3. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran (intelek), dan pertumbuhan anak. Dalam memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya (Erawati, 2010: 12).

Satu hal yang dibutuhkan manusia dalam hidupnya adalah kebutuhan akan pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, pendidikan berfungsi untuk mengembangkan manusia, masyarakat, dan alam sekitarnya. Oleh karena itu pendidikan harus merupakan usaha yang menuju kearah yang baik (Suwarna, 1988: 37).

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (1967: 65 ) adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti, intelek, dan jasmani anak-anak. Maksudnya adalah supaya dapat memajukan kehidupan agar menuju kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya. Pendidikan tersebut dapat berfungsi dengan baik jika dilaksanakan secara berkesinambungan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan yang terdapat dalam karya sastra meliputi:

a. Pendidikan Ketuhanan; b. Pendidikan kekeluargaan; c. Pendidikan Kemasyarakatan; d. Pendidikan Kerohanian; e. Pendidikan moral.

(5)

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 65

Jadi, menurut penulis pendidikan adalah suatu upaya pengembangan mental, spiritual, dan intelektual manusia untuk membentuk kepribadian yang baik dalam beradaptasi dengan kehidupan sosialnya melaui proses pembelajaran baik secara formal maupun informal.

4. Pengertian Moral

Ajaran moral yang terdapat pada karya sastra dapat dimanfaatkan sebagai alternatif untuk membentuk dan membina pribadi yang berbudi luhur. Darma (1984: 47) menyatakan bahwa karya sastra yang baik selalu memberi pesan kepada pembaca untuk berbuat baik, dalam konteks tersebut adalah ajaran moral. Pendapat lain dikemukakan oleh Rusydi (1996: 13), moral adalah penilaian terhadap suatu karya dalam kaitannya dengan nilai kemanusiaan.

Ajaran moral tersebut merupakan “petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Masalah tersebut bersifat praktis karena dapat ditampilkan sebagai suatu model yang ditampilkan sebagai suatu model dalam kehidupan nyata, sebagaimana model yang ditampilkan dalam cerita lewat tokoh-tokohnya.

Ajaran moral tersebut dapat mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan. Seluruh persoalan yang menyangkut harkat dan martabat, manusia itu secara garis besar membahas persoalan hidup dan kehidupan manusia. Persoalan itu pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial, termasuk juga hubungan dengan lingkungan alam dan hubungan manusia dengan Tuhan.

Jadi, menurut penulis pengertian moral adalah sebuah penilaian baik buruk perbuatan, sikap, akhlak, susila, dan budi pekerti manusia yang merupakan sebuah penilaian dari masyarakat sosial yang memiliki sanksi tertentu dalam menertibkan perilaku moral masyarakatnya.

5. Nilai Pendidikan Moral dalam Sastra

Pada dasarnya karya sastra adalah wujud representasi dunia dalam bentuk lambang (kebahasaan). Karya sastra merupakan salah satu media yang

(6)

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 66

dapat menjadi sumber pengalaman estetik yang pada gilirannya akan mengantarkan seseorang untuk mencapai pengalaman yang religius, oleh karena itu secara langsung maupun tidak langsung karya sastra mengandung sesuatu yang baik (Darma, 1984: 79 dalam Rini Adiati, 2002: 3).

Wellek dan Waren (1962: 27), menyatakan bahwa karya sastra memberikan manfaat yang berupa keseriusan yang bersifat didaktis, yaitu keseriusan yang bernilai pendidikan. Pendapat lain dikemukakan oleh Padmopuspita (1990: 39) yang menegaskan kembali tentang pemanfaatan nilai pendidikan dalam karya sastra, bahwa di dalam karya sastra terdapat ajaran, pesan-pesan dan nilai-nilai kehidupan yang dapat diangkat dan dimanfaatkan sebagai piwulang (ajaran) dan pedoman hidup baik dimasa lampau, sekarang, maupun pada masa yang akan datang oleh generasi berikutnya.

Karya sastra akan muncul pada masyarakat yang telah memiliki konversi, tradisi, pandangan tentang estetika, tujuan berseni, dan lain-lain, yang kesemuanya dapat dipandang sebagai wujud kebudayaan, dan tidak mustahil sastra merupakan “rekaman” terhadap pandangan masyarakat tentang seni. Hal itu berarti bahwa sesungguhnya sastra merupakan konversi masyarakat, karena masyarakat menginginkan adanya suatu bentuk kesenian yang bernama sastra (Nurgiyantoro, 1998: 15).

Sebagai salah satu hasil kebudayaan karya sastra memiliki fungsi bagi kehidupan manusia. Menurut Horace (dalam Wellek 1990: 25) fungsi karya sastra adalah dulce et utile (sweet and useful) yang berarti indah dan bermanfaat. Keindahan dalam karya sastra dapat menyenangkan pembacanya, dalam arti dapat memberi hiburan serta rekreasi bagi pembaca atau penikmatnya. Bermanfaat dalam karya sastra yaitu kegiatan membaca atau menikmati karya sastra untuk mendapatkan masukan yang dapat memperkaya batin. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan antara yang lainnya sehingga membentuk keterkaitan.

Karya sastra dapat digunakan sebagai media pendidikan yang tidak terbatas oleh waktu. Ajaran, pesan, dan nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam karya sastra merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat dari generasi ke generasi. Hal tersebut dapat dipahami karena kehidupan manusia

(7)

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 67

dari jaman dahulu hingga sekarang tidak dapat terlepas dari nilai-nilai kehidupan. Sehingga karya sastra digunakan sebagai alternative untuk mengontrol tingkah laku manusia agar tatanan kehidupannya tetap selaras. Pendidikan dalam hal ini dikaitkan dengan ajaran nilai pendidikan moral yang terkandung dalam karya sastra. Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Dalam hal ini mencakup pengertian tentang baik buruknya perbuatan manusia (Poespoprodjo, 1998: 118).

Jadi, menurut penulis nilai pendidikan moral dalam sastra merupakan suatu penilaian baik buruk budi pekerti yang disampaikan melalui tokoh cerita serta kebudayaan pada masa lampau yang tertuang dalam isi dari karya sastra tersebut.

6. Struktural Sastra dalam Suluk Suksma Lelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita

1. Tema

Dalam Suluk Suksma Lelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita terdapat tema cerita, yaitu tentang seseorang yang ingin mencari jati dirinya dengan mendekatkan diri dengan Sang Khalik (Tuhan) ke negri Sukawarastra karena telah merasa jenuh dengan segala godaan dan ujian yang ia hadapi dalam kehidupannya yang termasuk golongan priyayi atau bangsawan, ia adalah Raden Sukmalelana. Hal ini terlihat dalam kutipan Suluk Suksma Lelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita dalam pupuh pocung pada 4, sebagai berikut:

“Darbé karsa, rentjana marang Sang Bagus, supadi katrema, nèng Sukawastra nagri, dumadakan kukuh Dyan Sukmalelana”.

Terjemahan:

„Mempunyai keinginan dan sebuah rencana untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Sempurna supaya diterima di Negara Sukawastra, tiba-tiba dengan kemantapannya Raden Sukmalelana pergi‟.

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Raden Sukmalelana sangat ingin mencapai kesempurnaan hidup atau oleh masyarakat Jawa sering disebut

(8)

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 68

dengan ngudi kasampurnan. Dalam kutipan tersebut, Negara Sukawastra merupakan negara yang damai di ibaratkan surga yang member kedamaian batin bagi manusia yang sedang dilanda kegundahan seperti Raden Sukmalelana tersebut. Oleh karena itu dengan kemantapan lahir batin, Raden Sukmalelana melangkahkan.

2. Tokoh dan Penokohan

Tokoh utama cerita dalam Suluk Suksma Lelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita adalah Raden Sukmalelana, sedangkan tokoh tambahan yang paling dominan adalah Ki Dremba, Sang Harda, dan Sang Dyah, yang akan dijelaskan perwatakannya melalui penjabaran sebagai berikut:

3. Alur

Alur adalah cerita yang berisi urutan peristiwa, tetapi setiap peristiwa itu dihubungkan secara kasual. Peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain. Alur yang terdapat dalam Suluk Suksma Lelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita,adalah alur maju yang akan dijelaskan, sebagai berikut :

4. Latar

Dalam Suluk Suksma Lelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita, latar tempat terdapat pada kutipan pupuh sinom pada 15, sebagai berikut:

“Kawarta ing wod siratal”

„Diberitahukan di jembatan Siratal’

Gambaran latar juga terdapat dalam pupuh sinom pada 2, sebagai berikut: “Kaélokan wignja ngambah dirgantara”.

„Keindahan kecerdasan dapat menapakkan kaki di angkasa’ Gambaran latar juga terdapat dalam pupuh mijil pada 2, sebagai berikut:

“djroning wana sahéndranja kabèh”

(9)

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 69

Dalam Suluk Suksma Lelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita, latar waktu terdapat dalam pupuh sinom pada 15, sebagai berikut:

“punika ing djaman ngakir”

„Tersebut pada jaman akhir kehidupan’.

Pernyataan tersebut merupakan sebuah nasihat kepada manusia supaya mempercayai akan datangnya hari kiamat dimana hari tersebut merupakan akhir perjalanan dari semua makhluk.

7. Nilai Pendidikan Moral dalam Suluk Suksma Lelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita

Dalam Suluk Suksma Lelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita terdapat nilai pendidikan moral yang berhubungan dengan Tuhan, yaitu percaya pada takdir dan kekuasaan Tuhan, percaya pada sifat-sifat baik Tuhan serta memohon ampunan pada Tuhan. Indikator yang menunjukkan nilai-nilai pendidikan moral tersebut dicetak tebal dalam setiap kutipan teks tersebut. Demikian juga pada nilai-nilai pendidikan moral yang menjelaskan hubungan manusia dengan sesama manusia dan dengan alam sekitar.

Proses kehidupan di dunia ini adalah bersosialisasi dengan sesama makhluk. Demikian halnya dengan manusia, ia beradaptasi dengan alam disekitarnya dan bersosial dengan sesamanya (manusia), karena manusia tidak dapat hidup dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Hubungan antara manusia dengan sesama manusia diatur dalam sebuah etika yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat yang disebut dengan moralitas. Etika merupakan dasar kemanusiaan atau petunjuk dasar bagi tingkah laku, cara pikir, dan keyakinan manusia. Sedangkan moralitas adalah suatu ajaran yang berkaitan dengan perbuatan yang pada hakikatnya merupakan pencerminan akhlak dan budi pekerti.

8. Relevansi Nilai Moral dengan Kehidupan Sekarang

Kutipan nilai pendidikan moral yang terkandung dalam Suluk Suksmalelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita adalah sebuah bukti nyata bahwa kehidupan manusia telah di atur sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat sejak jaman dahulu sampai sekarang. Relevansi nilai pendidikan

(10)

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 70

moral yang terkandung dalam Suluk Suksmalelana karya Raden Ngabehi Ranggawarsita dengan kehidupan manusia pada jaman modern seperti sekarang adalah berupa peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam wujud undang-undang dasar beserta sanksi yang diterapkan pada pelanggarnya.

Nilai pendidikan moral pada saat ini sudah mulai pudar, terbukti dengan semakin meningkatnya tindak kejahatan di lingkungan masyarakat. Perbuatan manusia semakin tidak terarah dan tidak teratur. Kepercayaan terhadap Tuhan merupakan salah satu jalan manusia untuk terhindar dari kesesatan, dengan cara beribadah dan meningkatkan kualitas keimanan dan toleransi terhadap sesama.

DAFTAR PUSTAKA

Baribin, Raminah. 1985. Teori dan Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP Press Darmiyati, Zuchdi. 1993. Panduan Penelitian Analisis Konten. Yogyakarta:

Lembaga Pendidikan IKIP Yogyakarta.

Ekoputranti, Adiati, Rini. 2002. Religiusitas Dalam Sastra Jawa Modern. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Endraswara, Suwardi. 2006. Budi Pekerti Jawa. Jogjakarta: Buana Pustaka.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Widyatama.

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Transformasi Unsur Pewayangan dalam Fiksi Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Poespoprodjo, W. 1998. Filsafat Moral. Bandung: CV Pustaka Grafika.

Purwaningsih, Indrastri. 2009. Nilai-Nilai Pendidikan Moral Dalam Serat Pusara Krama (skripsi). Jogjakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor lain yang menyebabkan sex ratio tidak berpengaruh nyata terhadap daya tetas adalah kualitas telur yang dihasilkan oleh induk betina pada sex ratio 1:5,

Pengaruh ukuran partikel terhadap kerapatan tumpukan dan berat jenis beberapa bahan pakan dapat dilihat pada Tabel 9. Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung

Kondisi ini dapat memberikan keuntungan bagi pengembangan perikanan laut dan didukung posisi Segara Anakan yang tidak langsung bersatu dengan laut lepas (Samudera Hindia)

Sedangkan kekurangan pemakaian anestesi spinal akan menimbulkan hipotensi, hanya dapat digunakan pada operasi dengan durasi tidak lebih dari dua am, bila tidak aseptik  akan

Untuk itu JPN baik sebelum maupun sesudah melak- sanakan tindakan atau kegiatan dalam rangka proses penyelesaian suatu kasus/perkara, harus terus berkon- sultasi dan

 Arah aliran air tanah pada kondisi hujan dan tidak hujan mengalir dari titik 5 (pemukiman) menuju titik 1 (TPA), sehingga TPA Rasau Jaya tidak mempengaruhi

Penelitian ini telah membangun sebuah sistem yang dapat mengklasifikasi sinyal EEG terhadap tiga kondisi pikiran yaitu menghitung, menulis dan tidak memikirkan sesuatu