• Tidak ada hasil yang ditemukan

Noor Putri Indriani. Universitas Bina Nusantara ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Noor Putri Indriani. Universitas Bina Nusantara ABSTRACT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI BISNIS DAN KINERJA

LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN

SESUDAH DIVESTASI SERTA ANALISIS

PREDIKSI KEBANGKRUTAN PT MATAHARI

PUTRA PRIMA TBK PERIODE 2008-2012

Noor Putri Indriani

Universitas Bina Nusantara

ABSTRACT

This research aims to look at the business strategy and development of the financial performance of PT Matahari Putra Prima Tbk before and after divestiture by using a 5-year period from 2008 to 2012. Business strategies used include SWOT analysis, Porter's analysis and stakeholder analysis / Mandelow Matrix analysis. While financial ratios are used in the assessment of financial performance are liquidity ratios, solvency ratios, activity ratios and profitability ratios to obtain materials and data in connection with the writing of this essay, the author uses secondary data and the authors conducted a study using descriptive analysis . From the research that has been done is known that the financial performance of PT Matahari Putra Prima Tbk looks good after the divestituret. For bankruptcy prediction analysis of PT Matahari Putra Prima Tbk is the gray zone area prior to divestiture in 2008 and 2009. Safety zone for the year 2010 and after the divestiture is in gray area in 2011 and in 2012 the safety zone. (NPI) Keyword

Business strategy, divestitures, financial performance

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat strategi bisnis dan perkembangan kinerja keuangan PT Matahari Putra Prima Tbk sebelum dan sesudah divestasi dengan menggunakan periode 5 tahun sejak tahun 2008 sampai 2012. Strategi bisnis yang digunakan meliputi analisis SWOT, analisis Porter dan analisis stakeholders / Mandelow Matrix analysis. Sedangkan Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penilaian kinerja keuangan ini adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas Untuk memperoleh bahan-bahan dan data sehubungan dengan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan data sekunder dan penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Dari penelitian yang telah penulis lakukan diketahui bahwa kinerja keuangan PT Matahari Putra

(2)

Prima Tbk cukup baik setelah divestasi. Untuk analisis prediksi kebangkrutan PT Matahari Putra Prima Tbk berada pada zona grey area sebelum divestasi untuk tahun 2008 dan 2009. Zona aman untuk tahun 2010 dan setelah divestasi berada pada grey area pada tahun 2011 dan zona aman tahun 2012. (NPI)

Kata Kunci: Strategi bisnis, divestasi, kinerja keuangan

PENDAHULUAN

Industri perdagangan eceran atau yang biasa disebut perusahaan ritel terus tumbuh dan berkembang dari tahun ke tahun dan memiliki persaingan yang semakin kompetitif. Setiap perusahaan manufaktur membutuhkan perantara untuk menjual barang atau produk yang mereka produksi untuk sampai ketangan konsumen. Sangat sulit jika perusahaan langsung menjual produk mereka ke konsumen. Sehingga banyak perusahaan menitipkan produk mereka ke perusahaan ritel. Selain permintaan dari supplier, potensi penduduk Indonesia yang terus meningkat juga menjadi salah satu motif untuk perusahaan ritel mengembangkan usahanya. Seiring dengan tingkat kebutuhan dan konsumsi masyarakat yang terus meningkat akan permintaan produk–produk, perusahaan ritel semakin dibutuhkan masyarakat untuk mempermudah melakukan transaksi perdagangan.

PT. Matahari Putra Prima Tbk merupakan salah satu perusahaan ritel yang diambil oleh peniliti dalam penulisan skripsi. PT. Matahari Putra Prima Tbk adalah perusahaan ritel yang termasuk salah satu perusahaan ritel modern yang yang berkembang di Indonesia yang telah go public sejak November 1992. PT. Matahari Putra Prima Tbk terus mengalami perkembangan dan berinovasi dalam melaksanakan kegiatan bisnis perusahaan, sehingga PT. Matahari Putra Prima Tbk, menjadi salah satu perusahaan ritel terbesar di Indonesia, yang produknya dikenal oleh masyarakat Indonesia. Perkembangan yang dialami PT. Matahari Putra Prima Tbk tercermin dengan perusahaan memperoleh banyak penghargaan baik dalam negeri maupun luar negeri.

Pada tahun 2010 PT. Matahari Putra Prima Tbk melakukan divestasi salah satu anak perusahaan terbesarnya yaitu PT. Matahari Departement Store (MDS). Divestasi PT. Matahari Departement Store kepada CVC Capital Partners (CVC) melalui Asia Meadow Company Limited (MAC) dengan total nilai sekitar Rp 7,2 triliun. Berdasarkan publikasi yang diterbitkan PEFINDO dalam

Equity Valuation kontribusi MDS mencapai rata-rata 50% dari total pendapatan PT. Matahari Putra

Prima Tbk. Divestasi yang dilakukan tentunya akan mengurangi pendapatan PT. Matahari Putra Prima Tbk secara signifikan, tetapi divestasi tersebut akan dikompensasi oleh keuntungan dari hasil transaksi divestasi. PT. Matahari Putra Prima Tbk akan menggunakan hasil penjualan PT. Matahari Departement Store untuk membeli kembali obligasi guna mengurangi beban bunga yang tinggi dan untuk membiayai sejumlah rencana ekspansi bisnis terkait Matahari Food Business (MFB). Menurut Abdul (2010) mengartikan divestasi sebagai penjualan saham atau asset, pemisahan atau penghapusan unit bisnis, lini produk atau penjualan perusahaan anak.

Julie Søgaard dan Dinna Louise Sønderstrup Nielsen (2011) mengungkapkan bahwa sentral atau pusat untuk semua bentuk divestasi adalah bahwa mereka mengalihkan kekuasaan dari aset dari perusahaan induk ke pemilik baru, baik sebagian atau seluruhnya. Begitu perusahaan telah memutuskan bahwa asset disukai atau ingin dimiliki, manajer perlu mempertimbangkan alternatif mana divestasi akan paling efisien dalam mendukung motivasi yang mendasarinya

Sebuah publikasi dari PWC dalam Deals practice : Strategies for managing a successful

divestiture Corporate development roundtable insights menjelaskan bahwa “A key to success in any divestiture is planning and preparation – investing significant resources, time and effort up front before going to market.”

William dan Paul (2008) yang diterjemahkan oleh Salim (2010) mengemukakan tentang pertimbangan divestasi : penjualan unit yang berjalan dengan baik, tetapi tidak strategis, penjualan unit yang tidak berjalan baik (underperforming) yang merusak pertumbuhan yang terkonsolidasi dan profitabilitas, penjualan unit yang sehat atau dapat memberikan keuntungan (profitable) untuk memperoleh uang tunai (cash) dan penjualan unit yang diterima oleh pasar yang menyebabkan salah perkiraan seluruh perusahaan penjual.

Identifikasi Masalah

(3)

1. Bagaimana penilaian strategi bisnis yang diterapkan PT. Matahari Putra Prima, Tbk sebelum dan sesudah divestasi?

2. Bagaimana kinerja keuangan PT. Matahari Putra Prima, Tbk sebelum dan sesudah divestasi dilihat dari periode 2008–2012 berdasarkan analisa rasio keuangan ?

3. Bagaimana kelangsungan PT. Matahari Putra Prima, Tbk berdasarkan analisa kebangkrutan dengan menggunakan metode Z-score?

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian yaitu menganalisa bagaimana strategi bisnis PT. Matahari Putra Prima, Tbk sebelum dan sesudah divestasi, mengukur kondisi dan kinerja keuangan PT. Matahari Putra Prima, Tbk berdasarkan laporan keuangan tahun 2008 sampai tahun 2012 untuk menilai apakah terjadi peningkatan kinerja atau sebaliknya setelah melakukan divestasi, membandingkan kinerja keuangan PT. Matahari Putra Prima, Tbk dengan perusahaan yang melakukan divestasi (industri tidak sejenis) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan perusahaan industri sejenis dan menilai apakah PT. Matahari Putra Prima, Tbk terdapat indikasi terjadinya kebangkrutan atau tidak berdasarkan analisis kebangkrutan

MOTODE PENELITIAN

Jenis dan sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari situs web Matahari Putra Prima dan Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini membutuhkan data berupa laporan keuangan perusahaan yaitu laporan keuangan Matahari Putra Prima serta laporan keuangan perusahaan yang melakukan divestasi. Penelitian ini juga mengumpulkan data-data yang relevan dari perpustakaan, literatur-literatur, dan situs internet.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dari penelitian ini adalah secara tidak langsung. Penulis melakukan penelitian kepustakaan (Library Research) untuk memperoleh data-data yang relevan sebagai bahan penulisan skripsi. Penulis mencari bahan-bahan bacaan yang digunakan sebagai referensi seperti buku-buku, internet, dan sumber-sumber lainnya.

Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis yang akan dilakukan penulis terhadap objek adalah analisis strategi bisnis dengan menggunakan analisis SWOT, analisis Porter, analisis Mandelow Matrix serta analisis keuangan yakni berupa analisis vertikal dan horizontal, analisis rasio keuangan, dan analisis kebangkrutan PT Matahari Putra Prima Tbk.

Metode Penyajian Data

Metode penyajian data yang digunakan penulis atas data-data hasil analisis

disajikan dalam bentuk diagram dan narasi untuk menjelaskan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT Matahari Putra Prima Tbk dan perusahaan yang melakukan divestasi tahun 2010. Data hasil analisis terhadap laporan keuangan perusahaan - perusahaan divestasi dan perusahaan-perusahaan industri sejenis PT Matahari Putra Prima Tbk, digunakan sebagai pembanding dalam analisis rasio keuangan dan apakah ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah divestasi.

Untuk perbandingan perusahaan divestasi, penulis membandingkan PT Matahari Putra Prima Tbk dengan rata-rata perusahaan yang melakukan divestasi tahun 2010 yaitu PT Kalbe farma Tbk, PT Intiland Development Tbk, PT Mitra Internarional Resources dan PT Elnusa Tbk. Perusahaan divestasi tersebut bukan merupakan industri sejenis PT Matahari Putra Prima Tbk. Sedangkan untuk perusahaan pesaing sesama industri ritel penulis melakukan perbandingan dengan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, PT Hero Supermarket Tbk, PT Ace Hardware Tbk, PT Catur Sentosa Adiprana Tbk.

HASIL DAN BAHASAN

Analisis SWOT

Menurut David (2010) mendefinisikan SWOT (Strength-Weakness-Opportunities-Treaths) adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi

,

strategi tersebut antara lain:

(4)

PT Matahari Putra Prima Tbk merupakan salah satu perusahaan retailer modern terbesar di Indonesia dan produk-produknya sudah dikenal masyarakat luas. Perusahaan memiliki sumber daya manusia handal yang bertambah setiap tahunnya. Semua SDM diberikan program pelatihan dan pengembangan lanjutan. PT Matahari Putra Prima Tbk telah mengoperasikan Human Resources Information System (“HRIS”). Dengan adanya HRIS, pihak manajemen Perseroan dapat memperoleh informasi real time dan transparan mengenai data-data terkait SDM. Meraih penghargaan Top 500 Asia Pasifik Retailer Award sejak tahun 2004 hingga saat ini, sebanyak 9 kali berturut-turut PT Matahari Putra Prima Tbk mempertahankan penghargaan tersebut yang membuktikan bahwa PT Matahari Putra Prima Tbk mampu mempertahankan eksistensi di bidang retailer. Melakukan ekspansi agresif setiap tahun terhadap salah satu produk yang dimiliki yaitu Hypermart, PT Matahari Putra Prima Tbk terus mengembangkan bisnisnya dalam rangka menciptakan pelayanan kepada masyarakat dengan mengandalkan kekuatan dari produk – produk yang sudah ada, yang memantapkan posisinya sebagai perusahaan retailer kelas dunia.

B. Kelemahan (Weakness)

Setelah Tahun 2010 PT Matahari Putra Prima Tbk hanya berfokus pada bisnis inti yaitu Food division sehingga PT Matahari Putra Prima Tbk melakukan divestasi salah satu anak perusahaan terbesarnya yaitu PT Matahari Departement Store Tbk. Dengan divestasi ini, dapat mengakibatkan menurunnya pendapatan yang diperoleh perusahaan karena PT Matahari Departement Store Tbk menghasilkan pendapatan kedua yang cukup besar selain Hypermarket. Pada Tahun 2011 PT Matahari Putra Prima Tbk mengalami penurunan penjualan akibat divestasi PT Matahari Departement Store Tbk, sehingga penjualan PT Matahari Putra Prima Tbk sebagian besar hanya mengandalkan dari Hypermarket saja. Adanya penurunan arus kas dari aktivitas operasi sebelum dan sesudah PT Matahari Putra Prima Tbk melakukan divestasi PT Matahari Departement Store Tbk, karena berkurangnya penerimaan kas dari pelanggan.Tingginya beban umum dan administrasi yang dimiliki PT Matahari Putra Prima Tbk, sekitar 50%-75% beban tersebut mengurangi laba kotor perusahaan, sehingga laba bersih yang dihasilkan perusahaan hanya sekitar 1-2% dari penjualan bersih, kecuali untuk laba bersih tahun 2010.

C. Kesempatan (Opportunities)

Adanya kesempatan menjadi retailer nomor 1 di Indonesia. Dengan terus melakukan ekspansi Hypermart dan produk lainnya, tidak menutup kemungkinan PT Matahari Putra Prima Tbk menjadi

retailer yang menjadi pilihan masyarakat. Pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus bertambah setiap

tahun dapat menciptakan peluang permintaan barang dan jasa sebagai kebutuhan dan konsumsi masyarakat. Potensi tersebut dapaat digunakan sebagai motif untuk perusahaan retailer mengembangkan usaha dan meningkatkan pendapatan usaha. Dana hasil divestasi PT Matahari Departement Store Tbk senilai 7,2 Triliyun dapat digunakan untuk ekspansi Hypermarket dan pembayaran hutang – hutang. D. Ancaman (Threaths)

Selain menjadi peluang, tingginya permintaan barang dan jasa dapat mengakibatkan ancaman untuk perusahaan. Ancaman yang diperoleh perusahaan adalah persaingan antara perusahaan retailer lain yang berdiri semakin banyak sehingga persaingan semakin ketat. Perusahaan harus terus menurus melakukan inovasi–inovasi untuk menarik pelanggan. Ancaman yang selanjutnya dihadapi perusahaan yaitu munculnya toko-toko online baik melalui website maupun media sosial. Toko online sedang minati masyarakat Indonesia karena masyarakat merasa bahwa lebih praktis belanja melalui internet, tidak perlu keluar rumah. Walaupun sekarang perusahan telah menerapkan sistem penjualan online, namun masih jarang pelanggan menggunakan website tersebut.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia tentang pedoman penataan dan pembinaaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Peraturan ini harus benar–benar dipatuhi perusahaan karena bisnis utama perusahaan mengenai perdagangan pusat perbelanjaan dan toko modern.

(5)

Analisis Porter

Analisis Mandelow’s Matrix

A. Minimal effort

Tipe pemangku kepentingan ini memiliki kekuatan dan tingkat kepentingan yang rendah. Yang termasuk dalam kategori ini adalah pelanggan dan karyawan pemasok.

B. Keep Informed

Stakeholders yang termasuk dalam kategori keep informed adalah stakeholders yang mempunyai

tingkat ketertarikan tinggi terhadap perusahaan namun tidak dapat mempengaruhi keputusan management. Stakeholders dalam kategori ini perlu mengetahui laporan keuangan dan harus di beritahu info-info mengenai perusahaan karena penting bagi pihak ini untuk mengetahuinya. Pihak yang termasuk dalam kategori ini adalah pemasok, pemegang saham minoritas, karyawan tingkat menengah perusahaan.

C. Keep Satisfied

Pendatang Baru : Mini market yang menawarkan dine in, Super market yang menawarkana produk barang – barang import

Substitusi : Toko online melalui website /

internet / media social Penjualan barang melalui catalog

maupun telepon Pemasok:

Berbagai produsen makanan, minuman, peralatan rumah tangga, perlengkapan rumah tangga,

dll.

Pembeli : Pembeli biasa Pembeli skala besar Persaingan antar perusahaan sejenis : Super Market Mini Market Stakeholder Analysis Mendelow’s Matrix Low Power

Low Interest High Interest

High Power Pelanggan Karyawan Pemasok menteri kesehatan, BPOM, menteri perdagangan, dewan direksi, dewan komisaris, manajer Pemasok, pemegang saham minoritas, karyawan tingkat menengah

(6)

Keep Satisfied stakeholders termasuk pemerintah yang memiliki wewenang penuh untuk membuat

dan merevisi aturan-aturan baru bagi perusahaan, pemerintahan yang terkait seperti menteri kesehatan, BPOM, menteri perdagangan dan menteri keuangan. Menteri kesehatan dan BPOM dalam perusahaan berperan karena perusahaan selain menjual barang – barang konsinyasi perusahaan juga menjual makanan yang dibungkus maupun siap saji.

D. Key Players

Pemangku kepentingan yang memiliki peran penting sebagai pemain kunci dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan, mempunyai kekuasaan dan mempunya ketertarikan untuk mengontrol perusahaan. Key Players pada PT Matahari Putra Prima Tbk meliputi dewan direksi perusahaan, dewan komisaris, dan para manager. Dengan adanya key players memungkinkan mereka untuk mencapai visi dan langkah – langkah yang harus dilakukan supaya misi perusahan tercapai.

Analisis Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (PSAK 2012), pengertian laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisis keuangan dan kinerja suatu entitas. laporan keuangan yang lengkap adalah laporan keuangan yang meliputi laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode, laporan laba-rugi koprehensif selama periode, laporan perubahan ekuitas selama periode, laporan arus kas selama periode, catatan atas laporan keuangan, laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menrapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

Dalam penelitian kenerja keuangan penulis menggunakan anaalisis laporan keuangan. Harahap (2010) menyatakan “rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).” Afriyeni & Wira (2008) dalam jurnal penilaian kinerja keuangan dengan menggunakan ananalisis rasio keuangan yang ditulis oleh Afreyeni (2008) mengungkapkan bahwa “untuk analisis rasio keuangan hanya diperlukan dua jenis laporan keuangan yaitu neraca dan laporan laba rugi.”

Rasio Likuiditas 2008 112.14% 85.90% 70.64% 2009 161.09% 113.97% 108.63% 2010 176.48% 135.58% 134.91% 2011 122% 69.09% 67.92% 2012 187.22% 119.27% 117.68%

Tahun Current Ratio Acid Test Ratio Cash Ratio

2008 150.07% 89.56% 110.65% 2009 230.41% 127.90% 95.32% 2010 159.81% 148.99% 140.47% 2011 103.66% 86.34% 151.26% 2012 107.90% 141.39% 113.87% Tahun Rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk Rata - rata perusahaan divestasi

Untuk current ratio, acid test ratio dan cash ratio mengalami peningkatan pada tahun 2010. Untuk current ratio hal tesebut dikarenakan adanya kenaikan pada aset lancar pada akun kas dan setara kas beserta kenaikan investasi jangka pendek masing mengalami peningkatan sebesar 17,96% dan 18,74% dan adanya penurunan kewajiban jangka pendek pada utang usaha dan bagian lancar atas liabilitas jangka panjang yaitu berkurangnya utang bank. Pada tahun 2012 kembali meningkat secara signifikan menjadi 187,22% untuk current ratio. Terjadi peningkatan karena menurunnya kewajiban lancar dan perusahaan melakukan investasi jangka pendek sebesar Rp 1.553.980 dan meningkatnya persediaan. Pada acid test ratio . Tahun 2009 dan 2010 mengalami kenaikan menjadi 113,97% dan 135,58% disebabkan karena kewajiban jangka pendek yang terus berkurang pada hutang notes, hutang obligasi dan kontrak swap. Tahun 2011 acid test ratio perusahaan kembali menurun secara signifikan yaitu 66,49% dari tahun 2010. Bila dilihat dari analisis horizontal hal tersebut disebabkan karena menurunnya aset lancar, akun yang terkait dalam penurunan acid test ratio pada tahun 2011 yaitu menurunnya kas dan setara kas sebesar 66,7% dan berkurangnya investasi jangka pendek sebesar 85,47%. Tahun 2009 dan 2010 terjadi peningkatan cash ratio secara signifikan yaitu sebesar 37,99% dan 26,28% hal tersebut karena meningkatnya kas dan setara kas didukung dengan menurunnya kewajiban lancar

(7)

perusahaan. Tahun 2011 cash ratio perusahaan mengalami penurunan yang signifikan, cash ratio yang dihasilkan hanya 66,99%, terjadi penurunan kas dan setara kas yang sangat tinggi pada tahun tersebut dan penurunan investasi jangka pendek, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan cash ratio. Tahun 2012 perusahaan kembali miningkatkan cash ratio 49,76% dari tahun 2011 dengan cara melakukan investasi jangka pendek yaitu promissory note merupakan nilai yang diterima Perusahaan sehubungan dengan transaksi penjualan saham PT Nadya Putra Investama kepada PT Multipolar Tbk (entitas induk) dan kas yang dihasilkan mulai meningkat. Kewajiban jangka pendek juga mengalami penurunan sebesar 5,4% dari tahun 2011.Untuk Tahun 2008-2011 likuiditas perusahaan masih tertinggal dari rata-rata kompetitor sejenis yaitu perusahaan retail, namun perusahaan mulai memperbaikinya tampak dari meningkatnya tingkat likuiditas perusahaan pada tahun 2012. Perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang baik yaitu pada saat divestasi tahun 2010.

Rasio Solvabilitas

2008

67.28%

205.62%

64.31%

2009

66.28%

196.55%

108.23%

2010

37.01%

58.75%

16.16%

2011

44.86%

81.37%

29.28%

2012

53.24%

113.88%

43.26%

Tahun

Debt Ratio to

Total Assets

Debt Ratio to

Total Equity

Long Term Debt

to Equity Ratio

2008 78.24% 112.40% 235.68% 2009 76.97% 123.69% -18.80% 2010 86.04% 37.31% 1.61% 2011 79.21% 51.84% 36.21% 2012 79.87% 70.13% 34.02% Tahun Rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk Rata - rata perusahaan divestasi

Menurut penjelasan Gibson (2010) “rasio hutang adalah rasio yang mengindikasi kemampuan perusahaan membayar utang jangka panjangnya. Rasio ini mengukur seberapa besar dana yang dipinjam telah digunakan untuk membiayai aset perusahaan.” Rasio hutang yang tinggi berarti perusahaan menggunakan hutang dengan jumlah yang besar untuk mendanai perusahaan.

Pada tahun 2010 Debt ratio to total assets mengalami penurunan yang sangat signifikan yaitu sebesar 29,27% dari tahun 2009. Hal tersebut dikarenakan terjadi penurunan kewajiban jangka pendek maupun panjang dan meningkatnya total aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan telah membayar utang bank jangka panjang, utang obligasi dan utang usaha dan meningkatkan aset termasuk kas dan setara kas, persediaan, aset tetap dan uang muka dan jaminan sewa bersih. Pada tahun 2011 dan 2012 debt

ratio to total assets kembali mengalami peningkatan secara bertahap yaitu tahun 2011 sebesar 44,86%

dan 2012 sebesar 53,24%. Hal tersebut menandakan bahwa perusahaan mulai menambah utang untuk meningkatkan aset perusahaan. Tahun 2011 dan 2012 perusahaan menambah utang bank jangka panjang, sebesar Rp 1.307.040 untuk tahun 2011 dan Rp 1.280.100 untuk tahun 2012. Namun pada tahun 2011 dan 2012 aset perusahaan mulai mengalami penurunan, tahun 2011 penurunan terjadi pada kas dan investasi jangka pendek sedangkan tahun 2012 terjadi penurunan signifikan terhadap piutang dan investasi jangka panjang.

PT Matahari Putra Prima Tbk memiliki debt to equity ratio yang fluktuatif, tahun 2008 memiliki

debt to equity ratio sebesar 205,62% yang berarti bahwa kegiatan pendanaan perusahaan yang berasal

dari hutang adalah sebesar 205,62% dari jumlah ekuitas perusahaan. Tahun 2009 terjadi penurunan walaupun hanya sedikit yaitu sebesar 9,07%. Pada tahun 2010 perusahaan mengalami penurunan debt to

equity ratio secara signifikan, debt to equity ratio yang dihasilkan perusahaan sebesar 58,75%, turun

sebesar 137,8% dari tahun sebelumnya. Perusahaan berhasil melunasi beberapa kewajiban mereka yang terlihat adanya penurunan kewajiban seperti utang bank dan utang notes bersih diikuti dengan kenaikan jumlah ekuitas perusahaan yang dimiliki oleh saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya, ini adalah debt to equity ratio paling rendah dari tahun 2008 – 2010. Dengan debt to equity ratio sebesar 58,75% berati bahwa kegiatan pendanaan PT Matahari Putra Prima Tbk yang berasal dari hutang hanya 58,75% dan sisanya berasal dari ekuitas perusahaan. Kondisi ini sangat baik bagi perusahaan.

Tahun 2010 dimana PT Matahari Putra Prima Tbk menjual PT Matahari Departement Store Tbk yang memperoleh aliran dana segar, membuat perusahaan membayar kewajiban – kewajiban jangka panjang terutama utang bank jangka panjang, penurunan kewajiban jangka panjang juga diikuti

(8)

meningkatnya total ekuitas yang dimiliki perusahaan dengan meningkatnya saldo laba yang belum digunakan. Tahun 2011 dan 2012 long term debt to equity ratio kembali mengalami peningkatan, long

term debt to equity ratio masing – masing sebesar 29,28% dan 43, 36%, terjadi penurunan pada ekuitas

karena saldo laba yang belum digunakan telah digunakan Long term debt to equity yang dimiliki perusahaan relatif tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata kompetitor atau industri retailer sejenis. Perusahaan kompetitor rata-rata memiliki long term debt to equity kurang dari 50%. PT Matahari Putra Prima Tbk tahun 2008 dan 2009 memiliki long term debt to equity jauh lebih tinggi diatas rata-rata kompetitor. Tetapi pada saat divestasi tahun 2010 PT Matahari Putra Prima Tbk mampu menekan long

term debt to equity menjadi 16.16%. dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2011 dan 2012.

Perusahaan memiliki tingkat solvabilitas yang cukup baik dibandingkan dengan rata-rata kompetitor setelah perusahaan melakukan divestasi dan pada saat divestasi yaitu tahun 2010 sampai tahun 2012. Rata-rata perusahaan divestasi pada tahun 2009 minus karena ada salah satu perusahaan yang melakukan divestasi yaitu PT Mitra International Resources (MIRA) memiliki saldo ekuitas yang negatif. Rasio Aktivitas

Kasmir (2008) medefinisikan rasio aktivitas sebagai berikut: “rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya atau unutuk mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang ada dalam perusahaan.”

2008 19.64x 18 hari 5.95x 61 hari 2009 23.93x 15 hari 6.24x 58 hari 2010 90.79x 4 hari 6.24x 58 hari 2011 323.86x 2 hari 6.58x 55 hari 2012 278.50x 12 hari 6.11x 59 hari Jumlah Waktu Pengumpulan Piutang Perputaran Piutang Usaha Tahun Perputaran Persediaan Jumlah Waktu Penjualan Persediaan

Dari tahun 2008-2012, tingkat perputaran piutang perusahaan terus mengalami peningkatan dan hal ini sangat efektif bagi perusahaan. Pada tahun 2008, tingkat perputaran PT Matahari Putra Prima Tbk adalah sebanyak 19.64 kali yang berarti dalam setahun perusahaan dapat melakukan penagian sebanyak 19.64 kali. Tahun 2009 perusahaan mengalami peningkatan, perputaran piutang menjadi 23,93 kali, hal tersebut dikarenakan perusahaan mengalami peningkatan penjualan dan menurunnya piutang lain-lain. Pada tahun 2010 perusahaan mengalami peningkatan perputaran piutang yang sangat tinggi yaitu naik sebanyak 66.86 kali. Hal tersebut dikarenakan piutang dan penjualan yang dimiliki perusahaan menurun sehingga perusahaan menjadi lebih cepat melakukan penagihan. Tahun 2011 perusahaan berhasil mencapai puncak tertinggi perputaran piutang yaitu sebesar 323.86 kali dan tahun 2012 kembali menurun menjadi 278.50 kali. Tingginya perputaran tersebut karena perusahaan mulai meningkatkan penjualan dan piutang yang dimiliki perusahaan semakin sedikit. Kenaikan perputaran piutang terjadi setelah perusahaan melakukan divestasi pada tahun 2010 dan 2011. Karena perusahaan adalah industri pedagang eceran yang berbasis langsung kepada pelanggan maka perusahaan sedikit memiliki piutang usaha. Piutang usaha merupakan piutang pihak ketiga yang berasal dari penjualan ke pelanggan melalui kartu kredit dan joint promotion.

Dari tahun 2008-2011 penurunan terus terjadi pada jumlah hari yang dibutuhkan PT Matahari Putra Prima Tbk dalam mengumpulkan jumalah piutang usahanya, dimana tahun 2008 perusahaan membutuhkan waktu selama 18 hari, tahun 2009 selama 15 hari. Tahun 2010 perusahaan membutuhkan waktu hanya 4 hari dan tahun 2011 selama 2 hari. Walaupun terus menurun, hal tersebut sangat baik untuk perusahaan, namun tetap harus berhati-hati dan tepat waktu dalam mengih piutang usahanya. Tahun 2012 perusahaan membutuhkan waktu 12 hari, walaupun jumlah hari yang dibutuhkan menambah waktu 10 hari dari tahun sebelumnya. Pada PT Matahari Putra Prima Tbk terlihat adanya fluktuasi dari tahun ke tahun namun relatif seimbang. Tahun 2008 perusahaan sebanyak 5.95 kali perputaran dalam setahun. Tahun 2009, terjadi peningkatan pada tingkat perputaran persediaan perusahaan sebanyak 0.29 kali karena beban pokok penjualan yang mulai meningkat yang menyebabkan peningkatan persediaan. Perputaran tahun 2010 sama dengan tahun 2009. Tahun 2011 perputaran persediaan yang dihasilkan perusahaan sebanyak 6.58 kali dan 6.11 kali pada tahun 2012, peningkatan tersebut terjadi juga karena bertambahnya beban pokok penjualan dan rata-rata persediaan yang dimiliki perusahaan. Pada tahun

(9)

2008 sampai 2011, jumlah hari yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengconvert persediaan ke dalam bentuk kas melalui kegiatan penjualan mengalami penurunan, dan ini berarti waktu yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh kas semakin cepat waktu yang dimiliki oleh perusahaan dalam memperoleh kas melalui hasil dari penjualan. Pada tahun 2008, jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan dalam menghabiskan jumlah persediaan selama 61 hari. Tahun 2009 dan 2010, jumlah yang dibutuhkan mengalami penurunan yaitu 58 hari, hal ini dapat dilihat dari analisis inventory turnover tahun 2009 dan 2010, dimana tingkat perputaran persediaan mengalami peningkatan yang berpengaruh juga pada menurunnya jumlah hari yang dibutuhkan untuk menghabiskan persediaan. Tahun 2011 jumlah hari yang dibutuhkan mengalami penurunan menjadi 55 hari dan kembali mengalami kenaikan pada tahun 2012 selama 4 hari menjadi 59 hari.

Rasio Profitabilitas

2008

34.61%

0.12%

92.11%

0.33% 0.11%

2009

34.59%

2.92%

97.35%

8.43% 2.84%

2010

21.85%

69.12%

74.82%

82.10% 51.71%

2011

17.48%

1.35%

86.42%

2.12% 1.17%

2012

17.46%

2.19%

132.13%

6.20% 2.90%

ROA

GPM

Tahun

NPM Aset Turnover

ROE

2008 60.98% 25.46% 18.12% 2009 57.00% 29.23% 27.66% 2010 56.55% 59.92% 30.87% 2011 61.62% 21.71% 160.13% 2012 58.81% 32.18% 27.73% Tahun Rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk Rata - rata perusahaan divestasi

Dari tahun 2008–2012 gross profit margin perusahaan terus mengalami penurunan. Hal tersebut tidak baik untuk keberlangsungan perusahaan karena perusahaan tidak mampu mengendalikan beban pokok penjualan yang terus meningkat. Dimulai tahun 2008 perusahaan memiliki 34,61% GPM, kemudian tahun 2009 turun 0,02% yaitu 34,59% penurunan ini diikuti meningkatnya penjualan namun peningkatan beban pokok penjualan juga terjadi. Tahun 2010 GPM perusahaan menurun sebesar 12,74% menjadi 21,85%. Penurunan tersebut terjadi seiiring dengan proses divestasi pada tahun 2010 sehingga berpengaruh pada penjualan perusahaan. Perusahaan hanya memperoleh sedikit pendapatan dari industri pakaian. Tahun 2011 penjualan mulai meningkat walaupun tidak banyak namun perusahaan menambah jumlah beban pokok penjualan tahun tersebut untuk pembelian persediaan diperuntukan sebagai persediaan toko – toko baru hypermart. Tahun 2012 perusahaan mulai menstabilkan penjualan hasil dari ekspansi hypermart dengan meraup penjualan sebesar Rp 10.868.164.- namun besarnya pembelian persediaan membuat perusahaan memperoleh gross profit margin yang sedikit. Sehingga menimbulkan kekhawatiran gross profit perusahaan tidak dapat menutupi beban – beban seperti tahun 2008 laba usaha menjadi minus karena gross profit margin tidak dapat menutupi beban–beban.

Tahun 2009 net profit perusahaan meningkat menjadi 2,92%. Penjualan PT Matahari Putra Prima Tbk sangat tinggi namun tidak dapat menghasilkan net income yang besar, hal tersebut dikarenakan beban–beban yang harus di tanggung perusahaan terlampau besar. Tahun 2011 terjadi kenaikan net profit margin secara signifikan yaitu 69,12%. Walaupun penjualan pada tahun 2010 menurun namun perusahaan mendapatkan laba dari pelepasan entitas anak sebesar Rp 5.518.619,- sehingga laba bersih yang diperoleh sangat tinggi. Tahun 2011 dan 2012 kembali menurun dibawah net income 2009. Perusahaan di tahun 2011 hanya mampu menghasilkan net profit margin sebesar 1.35% dan tahun 2012 sebesar 2.19%. Perputaran aset terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu 74,82% sedangkan tertinggi pada tahun 2012 sebesar 132,13%. Pada tahun 2010 menjadi yang terendah karena penjualan pada tahun tersebut penjualan terendah selama periode 2008-2012 dan total aset tertinggi selama periode tersebut. Total aset tinggi karena perusahaan menambah investasi jangka pendek dan jangka panjang untuk tahun 2010 dan dan bertambahnya piutang jangka panjang. Sedangkan untuk tahun 2012 perusahaan berhasil meningkatkan penjualan tertinggi 132,13% pada periode tersebut, dan diikuti oleh total aset terendah dalam periode 2008 – 2012. Pada tahun 2008 return on equity sebesar 0,33% , tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 8,1% yaitu menjadi 8,43% karena laba bersih perusahaan mulai mengalami peningkatan, peningkatan terjadi karena bertambahnya penjualan yang diikuti beban pokok penjualan sebesar 13%. Tahun 2008 yang hanya menghasilkan net income Rp 10,490,- tahun 2009 bisa

(10)

menghasilkan Rp 300,035,- Pada tahun 2010 mengalami signifikan menjadi 82,10% karena kenaikan net

income dan ekuitas perusahaan sebagai hasil dari divestasi perusahaan. Tahun 2011 perusahaan

mengalami return on equity yang sangat drastis, bahkan jauh dibawah return on equity sebelum divestasi yaitu tahun 2011. Tahun 2011 hanya bisa menghasilkan ROE sebesar 2,12%, walaupun ekuitas yang dimiliki perusahaan sedikit namun yang menjadi kendala adalah penurunan net income yang didasarkan pada menurunnya penjualan dan meningkatnya beban pokok penjualan. Tahun 2012 perusahaan mampu memperbaikinya dengan menaikkan net icome dan menurunkan ekuitas untuk memperbaiki net income. Tahun 2012 perusahaan memiliki ROE sebesar 6,02%.

Return on asset yang dimiliki PT Matahari Putra Prima Tbk sama seperti ROE yang memiliki

persentase yang sangat kecil, bahkan masih dibawah ROE. Dimulai tahun 2008 perusahaan hanya mampu menghasilkan ROA sebesar 0,11%. Dengan aset yang cukup besar yaitu Rp 9.800.729,- perusahaan hanya mampu menghasilkan net income sebesar Rp 10.497,- hal tersebut berarti perusahan belum dapat memanfaatkan aset perusahaan untuk membantu kegiatan penjualan. Tahun 2009 perusahaan mengalami sedikit peningkatan yaitu 2,84%. Tahun 2010 perusahaan didukung oleh penjualan entitas anak yang menyebabkan net income menjadi tinggi, dan aset bertambah walaupun hanya sedikit. Tahun 2011 perusahaan kembali dalam keadaan sebelum divestasi bahkan net income dan total aset yang dimiliki perusahaan mengalami penurunan dari tahun 2009. Penurunan tersebut bisa berdampak buruk bagi perusahaan, karena tujuan divestasi PT Matahari Departement Store Tbk untuk mengembangkan Hypermart belum berhasil dijalankan untuk tahun 2011, sehingga penjualan belum mencapai hasil tertinggi . Tahun 2012 perusahaan sudah mulai menata dengan baik dengan meningkatkan net income melalui hasil penjualan walaupun aset yang dimiliki mengalami penurunan.

Analisis Prediksi Kebangkrutan ( Z-score)

Analisis kebangkrutan pertama kali dikembangkan oleh Edward Altman pada tahun 1968. Analisis Altman Z-score merupakan metode untuk mengetahui tingkat kesehatan keuangan perusahaan yang dapat digunakan untuk menilai berhasil atau tidaknya manajermen perusahaan dalam memperoleh, menggunakan dan mengelola dana yang ada dalam perusahaan. Ramadhani, AS & Lukviarman, N. (2009) berpendapat bahwa seiring dengan berjalannnya waktu dan penyesuaian terhadap berbagai jenis perusahaan. Altman kemudian memodifikasi modelnya supaya dapat diterapkan pada semua perusahaan, sepeti manufaktur, non manufaktur, dan perusahaan penerbit obligasi di negara berkembang (emerging market). Perhitungannya adalah:

Z-score = 6.56 X1 + 3.26 X2 + 6.72 X3 + 1.05 X4 Dimana :

X1 = Net working capital / total asset X2 = Retained earning/ total asset

X3 = Earning before interest and tax / total asset X4 = Book value of equity / book value of debt

Dalam Z-score modifikasi ini Altman mengeliminasi variabel X5, berikut pendapat Hayes, Hodge, Hudge (2010)

The variable of X5, found in the original Z-score for manufacturing firms, is omitted in Z”. This variable represented sales/total assets, and Altman removed this variable when calculating the score for non-manufacturers because this turnover ratio is likely to be significantly higher for retail and service firms as compared to manufacturing firms. In other words, if the original model was employed to predict bankruptcy in non-manufacturing firms, the scores would underpredict bankruptcy for these firms because of their lower capital intensity.

Dengan memasukkan rasio-rasio keuangan ke dalam rumus tersebut maka dapat ditentukan besarnya kemungkinan kebangkrutan dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

a. Z > 2,6 menunjukkan perusahaan yang tidak mempunyai permasalahan atau kesulitan keuangan. b. 1,1 ≥ Z ≤ 2,6 menunjukkan indikasi perusahaan dalam grey area apabila perusahaan tidak

melakukan perbaikan, perusahaan mungkin akan mengalami ancaman kebangkrutan.

c. Z < 1,1 menunjukkan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan yang serius atau kondisi tingkat kesehatan keuangan yang sangat buruk.

Berdasarkan perhitungan analisis Z-score yang dilakukan terhadap PT Matahari Putra Prima Tbk, dapat disimpulkan bahwa perusahaan berada pada tingkat yang kurang memuaskan. pada tahun

(11)

2008 2009 2010 2011 2012 X1 0.056 0.182 0.205 0.063 0.288 X2 0.105 0.126 0.363 0.256 0.344 X3 (0.007) 0.035 0.488 0.016 0.033 X4 0.486 0.337 0.660 0.603 0.064 Tahun 6.56 3.26 6.72 1.05 Total 2008 0.368 0.344 (0.048) 0.511 1.174 2009 1.193 0.412 0.238 0.354 2.197 2010 1.346 1.185 3.281 0.693 6.504 2011 0.414 0.836 0.107 0.633 1.990 2012 1.889 1.122 0.219 0.067 3.298

2008 analisis Z-score adalah 1,1764 dimana angka tersebut sangat mengkhawatirkan perusahaan karena berada pada grey area yang menunjukkan indikasi perusahaan mendekati ancaman kebangkrutan. Tahun 2009 terjadi peningkatan menjadi 2,197 namun masih berada pada grey area. Pada tahun 2010 perusahaan berhasil membuat peningkatan dan berada pada tingkat yang aman yaitu sebesar 6,504. Peningkatan tersebut tidak lepas dari proses divestasi yang dilakukan perusahaan karena meningkatnya saldo laba yang dimiliki perusahaan dan pengurangan pada beban pokok penjualan yang dihasilkan.

Namun pada tahun 2011 perusahaan kembali pada tingkat grey area yaitu 1,99, hal tersebut dikarenakan X3 perusahaan mengalami penurunan signifikan pada earning before interest and taxes. Tetapi pada tahun 2012 perusahaan berada pada posisi 3,928 yang berarti menunjukkan indikasi bahwa perusahaan dapat dikategorikan perusahaan sehat. Jika dilihat dari perbandingan prediksi kebangkrutan sebelum dan sesudah divestasi, sebelum divestasi perusahaan berada pada grey area dimana jika perusahaan tidak melakukan perbaikan perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Namun setelah divestasi dilakukan perusahaan dapat memperbaiki sehingga tahun 2012 perusahaan berada pada zona aman.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan analisis strategi dan kinerja keuangan serta analisis kebangkrutan yang telah dilakukan oleh penulis pada PT. Matahari Putra Prima Tbk dengan menggunakan laporan keuangan tahun 2008 hingga 2012 disimpulkan bahwa berdasarkan analisis strategi bisnis perusahaan sebelum dan sesudah divestasi PT. Matahari Putra Prima Tbk memiliki kekuatan sebagai salah satu pedagang eceran modern terbesar di Indonesia. Posisi tersebut dipertahankan perusahaan baik sebelum dan sesudah divestasi. terbukti dengan mendapatkan pengakuan dari pihak tiga atas penghargaan Meraih penghargaan Top 500 Asia Pasifik Retailer Award sejak tahun 2004 sampai tahun 2012.

Berdasarkan analisis rasio likuiditas, dapat disimpulkan bahwa PT. Matahari Putra Prima Tbk tingkat liquid lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor. Untuk cash ratio perusahaan lebih unggul daripada yang lainnya. Perusahaan memiliki kas serta investasi yang lebih tinggi dan memiliki kewajiban lancar yang menurun setiap tahunnya. Berdasarkan analisis rasio solvabilitas, dapat disimpulkan bahwa PT. Matahari Putra Prima Tbk lebih solvable setelah melakukan divestasi. Hal ini disebabkan karena hampir seluruh kegiatan pendanaan perusahaan dibiayai sendiri oleh perusahaan yang sebagian besar dananya diperoleh dari jumlah ekuitas sebagai dana hasil dari divestasi. Berdasarkan analisis rasio aktivitas, untuk perputaran piutang perusahaan berada di bawah rata-rata industri / kompetitor dan rata-rata perusahaan divestasi, hal tersebut baik untuk perusahaan namun persuhaan harus tetap hati-hati karena tahun 2012 perusahaan mengalami peningkatan perputaran piutang usaha. Untuk persediaan perusahaan berada dibawah rata-rata kompetitor untuk tahun 2011 dan 2012. Berdasarkan analisis rasio profitabilitas, dapat disimpulkan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh PT. Matahari Putra Prima Tbk lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor dan rata-rata perusahaan divestasi. Padahal untuk GPM, NPM, ROE dan ROA perusahaan berada di atas rata-rata industri sejenis namun perputaran aset perusahaan berada jauh di bawah rata-rata industri sejenis. Perusahaan berada dititik tertinggi profitabilitas yaitu pada tahun 2010 pada saat perusahaan divestasi PT. Matahari Departement Store Tbk. Dengan menggunakan metode Z-score, dapat disimpulkan bahwa PT. Matahari Putra Prima Tbk berada di zona sedang atau grey area pada tahun 2011 dan zona aman pada tahun 2012. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis berpendapat bahwa ada beberapa hal perbaikan yang perlu dilakukan oleh PT. Matahari Putra Prima Tbk seperti harus terus melakukan inovasi agar dapat berkompetisi dalam industri retailer, yakni dengan melaksanakan strategi seperti menjaga kualitas

(12)

pelayanan serta menjaga hubungan yang baik dengan supplier dan pelanggan. Meningkatkan strategi bisnis yang dimiliki perusahaan dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki perusahaan dan meminimalisir berbagai kelemahan dan ancaman,

Perusahaan dapat meningkatkan likuiditasnya dengan cara memberikan diskon atau bonus, baik penjualan secara tunai maupun kredit kepada pelanggan dan melaksanakan acara-acara promo tertentu sehingga pelanggan tertarik untuk melakukan pembelian. Hal ini dapat membantu perusahaan meningkatkan kas pada perusahaan. Perusahaan harus lebih aktif lagi dalam mengumpulkan jumlah piutang usaha, mengingat bahwa terjadi peningkatan dari tingkat perputaran piutang usahanya pada tahun 2012, yang bertujuan untuk menghindari resiko akan tidak tertagihnya piutang usaha tersebut walaupun perusahaan berada di bawah rata-rata industri. Perusahaan juga harus melakukan pembelian persediaan secara tepat sehingga perusahaan tidak mengalami kelebihan persediaan maupun kekurangan persediaan mengingat perputaran persediaan perusahaan lebih tinggi dari rata-rata kompetitor. Diharapkan perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cepat karena program ekspansi perusahaan yang terus berkembang diharapkan mampu meningkatkan penjualan perusahaan. Sehingga perusahaan dapat meningkatkan profitabilitasnya dan memperkecil solvabilitas.

Dengan nilai Z-score perusahaan berada di zona grey area pada tahun 2011 yang menunjukkan indikasi apabila perusahaan tidak melakukan perbaikan, perusahaan mungkin akan mengalami ancaman kebangkrutan. Sehingga perusahaan perlu meningkatkan kinerjanya. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambah analisis strategi bisnis perusahaan dan menambah rasio-rasio keuangan serta menambah periode waktu.

REFERENSI

David, F. R. Alih bahasa oleh Sunardi, D. (2010). Manajemen Strategis buku 1 (edisi 12). Jakarta: Salemba Empat.

Gibson, C. H. (2009). Financial Reporting and Analysis: Using Financial Accounting Information (11st

editon). South Western: Cengage Learning.

Harahap, S. S. (2013). Analisis Kritis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Kasmir. (2008). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.

Munawir, S. (2007). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Moin, Abdul. (2009). Merger, Akuisisi, & Divestasi. Edisi Kedua. Yogyakarta: Ekonisa Kampus Fakultas Ekonomi UII.

Salim HS, (2010) Hukum Divestasi di Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Afreyeni, E. (2008). Penilaian Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis Rasio. Jurnal Ekonomi

dan Bisnis Oktober 2008 Volume 3 Nomor 2: 109-118

Hayes, Hodge & Hughes. (2010). A Study of the Efficacy of Altman’s Z To Predict Bankruptcy of

Specialty Retail Firms Doing Business in Contemporary Times. Economics & Business Journal: Inquiries & Perspectives Volume 3 Number 1 October2010: 123-134

Søgaard, J., Nielsen, DLS. (2011). Asset Divestitures - A study of motives and value creation. Master Thesis. Copenhagen Business School

Ramadhani, AS & Lukviarman, N. (2009). Perbandingan Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi dan Altman Modifikasi Dengan Ukuran dan Umur Perusahaan sebagai Variabel Penjelas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009. Hal: 15–28

PT Matahari Putra Prima Tbk. Laporan Keuangan Tahunan 2008-2012. Diakses dari http://www.mataharigroup.co.id/

PwC. Februari (2012). Strategies for managing a successful divestitureCorporate developmentroundtable

insight. PWC’s Deals Practice. Diakses 17 April 2013 dari

http://www.pwc.com/en_US/us/transaction-services/assets

RIWAYAT PENULIS

Noor Putri Indriani lahir di kota Ngawi pada 25 Januari 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi peminatan Auditing pada tahun 2013. Saat ini bekerja sebagai finance staff di PT. Indoferro.

Referensi

Dokumen terkait

Dari data dan pengalaman Anda pada praktikum ini, pikirkan suatu hipotesis dan mendesain suatu percobaan yang bisa membuktikan hipotesis Anda itu benar atau tidak dan yang

Ini bukan maloklusi kelas 3 yang sebenarnya, tapi tampak serupa, disini mandibula bergesar ke anterior dengan fossa gleroid dengan kontak premature gigi atau beberapa alas an

Nasabah pemegang kartu mandiri debit/ kredit datang langsung ke outlet merchant untuk melakukan transaksi minimal sesuai syarat dan ketentuan program lalu melakukan

Jika dilihat dari profil kromatogram dan titik didih masing-masing komponen dalam minyak laja gowah maka fraksi I sampai dengan fraksi III merupakan fraksi ringan

Sebagian masyarakat juga memberikan beberapa tanggapan dan masukan pikiran dalam sosialisasi ini seperti tentang penghibahan tanah dimana yang telah disepakati

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil langsung dari informan penelitian melalui wawancara langsung kepada masyarakat Nagari Kasang sekaligus

Pe- laksanaan aktivitas kepemimpinan yang lebih banyak ke arah menekan guru bisa saja me- nyebabkan seorang guru dapat mencapai tingkat kinerja tertentu dalam

Seorang Sarjana Teknik Sipil / Pengairan bagi ahli Operasional dan Pemeliharaan dengan pengalaman minimal 4 (empat) tahun dalam bidang penyusunan operasi dan