• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI

PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

KODE ETIK PEGAWAI

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

DAN REFORMASI BIROKRASI,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pegawai Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang tertib, akuntabel, berwibawa, transparan, dan berintegritas serta menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik, perlu menegakkan norma etika dalam menjalankan tugas;

b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Kode Etik Pegawai Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi;

(2)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004

tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);

4. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011 ;

5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 tahun 2011; 6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang

kedudukan, tugas dan fungsi Kementerian Negara serta susunan organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011;

7. Peraturan Menteri Negara dan Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Tugas Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi;

(3)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI TENTANG KODE ETIK PEGAWAI KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi ini yang dimaksud dengan:

1. Kode Etik Pegawai Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang selanjutnya disebut kode etik, adalah pedoman sikap, perilaku, perbuatan, tulisan dan ucapan pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta kegiatan sehari-hari.

2. Pegawai di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang selanjutnya disebut pegawai, adalah Pegawai Negeri Sipil, Calon Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Tidak Tetap Pemerintah, tenaga lainnya termasuk tenaga rekanan yang bekerja untuk dan di lingkungan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

3. Pelanggaran adalah sikap, perilaku, perbuatan, tulisan dan ucapan pegawai yang bertentangan dengan kode etik.

4. Majelis Kode Etik yang selanjutnya disebut Majelis adalah tim yang bersifat Ad Hoc yang dibentuk di lingkungan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan bertugas melaksanakan penegakan Kode Etik.

5. Terlapor adalah Pegawai yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik.

(4)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA

6. Pelapor adalah seorang karena hak atau kewajiban berdasarkan peraturan perundang-undangan harus memberitahukan kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang adanya peristiwa pelanggaran Kode Etik.

7. Pengadu adalah seorang yang memberitahukan disertai permintaan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak pegawai yang telah melakukan pelanggaran kode etik.

8. Saksi adalah adalah seorang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan pemeriksaan tentang suatu pelanggaran Kode Etik yang ia dengar sendiri, ia Iihat sendiri dan ia alami sendiri.

9. Laporan adalah pemberitahuan secara tertulis yang disampaikan kepada Pejabat yang berwenang tentang sedang dan/atau telah terjadi pelanggaran Kode Etik. 10. Pengaduan adalah pemberitahuan secara lisan dan

tertulis yang disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk dilakukan pemeriksaan terhadap Pegawai yang diduga telah melakukan pelanggaran Kode Etik.

11. Pejabat yang berwenang adalah Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang selanjutnya disebut Menteri atau pejabat lain yang ditunjuk.

12. Menteri adalah Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

BAB II

NILAI DASAR, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Bagian Kesatu

Nilai Dasar Pasal 2

Nilai dasar yang harus dijunjung tinggi oleh pegawai meliputi:

a. Integritas; dan b. Professional.

(5)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA

Bagian Kedua Tujuan Pasal 3

Kode Etik bertujuan menjaga martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta menciptakan keharmonisan sesama pegawai, dalam rangka mencapai dan mewujudkan visi dan misi organisasi.

Bagian Ketiga Ruang Lingkup

Pasal 4 Ruang Lingkup Kode Etik terdiri dari: a. Sikap; b. Perilaku; c. Perbuatan; d. Tulisan; dan e. Ucapan pegawai. BAB III KODE ETIK Pasal 5

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, pegawai wajib mematuhi dan berpedoman pada Kode Etik.

Pasal 6

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dan bersikap kehidupan sehari-hari, setiap Pegawai wajib berpedoman pada Etika:

a. berorganisasi; b. bermasyarakat;

c. sesama Pegawai; dan d. terhadap diri sendiri.

(6)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA Pasal 7

(1) Etika berorganisasi Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a meliputi:

a. Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku;

b. Bertanggung jawab atas hasil pelaksanaan tugasnya;

c. Menjaga informasi yang bersifat rahasia;

d. Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan; e. Membangun etos kerja untuk meningkatkan kinerja

organisasi;

f. Menjamin kerjasama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait dalam rangka pencapaian tujuan;

g. Bertanggung jawab dalam menggunakan, memelihara, dan mengamankan semua barang milik/kekayaan Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

h. Menjaga data dan informasi yang dimiliki dalam menjaga:

1. Mengamankan file dan berkas;

2. Mengamankan password computer dan tidak membocorkan kepada pegawai dan pihak lain yang tidak berhak; dan

3. Memusnahkan dokumen yang tidak terpakai sesuai dengan prosedur yang berlaku; dan tidak mengijinkan orang yang tidak berhak berada dalam ruangan kerja.

i. Tidak melakukan pertemuan secara perorangan atau kelompok dengan pihak lain untuk urusan kantor/dinas yang diduga untuk kepentingan diri sendiri/golongan/kelompok;

j. Tidak melakukan hal-hal yang mengganggu lingkungan dan suasana kerja pada saat jam kerja; dan

k. Tepat waktu dalam menghadiri rapat maupun pertemuan lainnya yang berhubungan dengan kepentingan dinas.

(7)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA

(2) Etika bermasyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b meliputi:

a. Menghormati sesama warga negara tanpa membedakan agama, kepercayaan, suku, ras, dan status sosial;

b. Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain;

c. Tidak merendahkan dan/atau meremehkan harga diri orang lain dilingkungan masyarakat; dan

d. Tanggap dan peduli terhadap keadaan lingkungan masyarakat; dan

e. Memberikan pelayanan dengan empati, hormat dan santun tanpa pamrih dan tanpa unsur paksaan. (3) Etika sesama pegawai sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 huruf c meliputi:

a. Menghormati sesama pegawai tanpa membedakan agama, kepercayaan, suku, ras, dan status sosial; b. Memelihara dan meningkatkan keutuhan,

kekompakan, persatuan dan kesatuan korps pegawai;

c. Saling menghormati antara teman sejawat baik secara vertikal maupun horizontal dalam suatu unit kerja, instansi maupun antar instansi;

d. Menghargai perbedaan pendapat;

e. Menjunjung tinggi harkat dan martabat sesama pegawai;

f. Menjaga dan menjalin kerjasama yang kooperatif sesama pegawai;

g. Menjaga dan menjalin rasa solidaritas; dan

h. Mengindahkan etika berkomunikasi sesama pegawai termasuk dalam menggunakan sarana komunikasi telpon, menerima tamu, dan menggunakan media elektronik.

(4) Etika terhadap diri sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d meliputi:

a. Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar;

(8)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA

b. Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan;

c. Bersikap dan berperilaku sopan santun terhadap masyarakat, sesama pegawai, bawahan dan atasan; d. Menjadi dan memberi contoh teladan yang baik; e. Menjaga tempat kerja dalam keadaan bersih, aman,

dan nyaman serta peduli dengan situasi dan kondisi lingkungan kerja;

f. Hemat energi dan air;

g. Tidak merokok di lingkungan kantor, kecuali di tempat yang telah disediakan;

h. Tidak melakukan perbuatan asusila atau tercela; i. Tidak memasuki tempat-tempat yang dapat

mencemarkan kehormatan dan martabat pegawai; dan

j. Berpenampilan sederhana, rapi dan sopan.

BAB IV

SANKSI DAN TINDAKAN ADMINISTRATIF

Bagian Kesatu Sanksi

Pasal 8

(1) Pegawai yang melakukan pelanggaran terhadap Kode Etikdijatuhi sanksi moral.

(2) Sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan pejabat yang berwenang. (3) Keputusan pejabat yang berwenang sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) berdasarkan keputusan sidang Majelis.

(4) Keputusan pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat pelanggaran kode etik yang dilanggar oleh yang bersangkutan.

(9)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA Pasal 9

(1) Sanksi moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dapat disampaikan secara tertutup atau terbuka.

(2) Penyampaian sanksi moral secara tertutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di dalam pertemuan tertutup yang dihadiri oleh pejabat yang berwenang, atasan langsung terlapor dan terlapor.

(3) Penyampaian sanksi moral secara terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan pada upacara bendera atau forum resmi pegawai dan papan pengumuman.

(4) Sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditindaklanjuti dengan keharusan bagi terlapor untuk membuat pernyataan permohonan maaf dan/atau penyesalan.

Bagian Kedua Tindakan Administratif

Pasal 10

(1) Pegawai yang dilaporkan melakukan pelanggaran Kode Etiksetelah diperiksa oleh Majelis ternyata pelanggaran tersebut merupakan pelanggaran disiplin sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan direkomendasikan kepada pejabat yang berwenang untuk dikenakan penjatuhan hukuman disiplin sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lama 8 (delapan) hari kerja setelah ditetapkan oleh Majelis.

BAB V

TATA CARA PENEGAKAN KODE ETIK

(10)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA

(1) Penanganan pelanggaran Kode Etik dimulai dengan adanya laporan dan/atau pengaduan yang diajukan secara:

a. lisan yang ditandatangani disertai dengan identitas yang jelas oleh pelapor/pengadu dan petugas penerima laporan; atau

b. tertulis yang ditandatangani disertai dengan identitas yang jelas oleh pelapor/ pengadu.

(2) Penerimaan laporan dan/atau pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh unit kerja yang menangani kepegawaian.

(3) Laporan dan/atau pengaduan yang dapat ditindaklanjuti harus didukung dengan bukti yang diperlukan.

(4) Apabila hasil pemeriksaan pendahuluan diperoleh dugaan kuat bahwa laporan dan/atau pengaduan termasuk dalam kategori pelanggaran Kode Etik maka unit kerja yang menangani kepegawaian mengirimkan berkas laporan dan/atau pengaduan kepada pejabat yang berwenang.

(5) Unit kerja yang menangani kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat meminta saran hukum kepada unit yang menangani hukum dan perundang-undangan.

(6) Pejabat yang berwenang memerintahkan kepada Majelis untuk menindaklanjuti laporan/pengaduan dimaksud.

(7) Dalam melaksanakan tugasnya, Majelis dan unit kerja yang menangani kepegawaian bekerja dengan prinsip praduga tak bersalah.

(8) Sidang Majelis dilaksanakan secara cepat dan paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak laporan/pengaduan diterima dari pejabat yang berwenang sudah menjatuhkan putusan.

BAB VI

MAJELIS KODE ETIK Pasal 12

(11)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA

(1) Dalam rangka melaksanakan penegakan kode etik dibentuk Majelis sesuai dengan pelanggaran kode etik yang dilaporkan.

(2) Majelis ditetapkan dengan Keputusan Menteri atau pejabat lain yang ditunjuk.

(3) Masa tugas Majelis berakhir pada saat keputusan Majelis ditetapkan.

Pasal 13

(1) Keanggotaan Majelis berjumlah paling kurang 5 (lima) orang terdiri atas:

a. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota;

b. 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota; c. 1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota; dan d. 2 (dua) orang sebagai anggota.

(2) Dalam hal anggota Majelis lebih dari 5 (lima) orang maka jumlahnya harus ganjil.

(3) Pangkat dan Jabatan Anggota Majelis tidak boleh lebih rendah dari jabatan dan pangkat pegawai yang diperiksa.

Pasal 14 Majelis mempunyai tugas :

a. melakukan persidangan dan menetapkan jenis pelanggaran Kode Etik;

b. membuat rekomendasi pemberian sanksi moral dan tindakan administratif kepada Pejabat yang berwenang; dan

c. menyampaikan keputusan sidang majelis kepada Pejabat yang berwenang.

Pasal 15

Majelis dalam melaksanakan tugas berwenang untuk: a. memanggil pegawai untuk didengar keterangannya

sebagai terlapor;

b. menghadirkan Saksi untuk didengar keterangannya guna kepentingan pemeriksaan;

(12)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA

c. mengajukan pertanyaan secara langsung kepada Terlapor, Saksi mengenai sesuatu yang diperlukan dan berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh terlapor;

d. memutuskan/menetapkan terlapor terbukti atau tidak terbukti melakukan pelanggaran;

e. memutuskan/menetapkan sanksi jika terlapor terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik; dan

f. merekomendasikan sanksi moral dan tindakan administratif.

Pasal 16 (1) Ketua Majelis berkewajiban:

a. melaksanakan koordinasi dengan anggota Majelis untuk mempersiapkan pelaksanaan sidang dengan mempelajari dan meneliti berkas laporan/pengaduan pelanggaran Kode Etik;

b. menentukan jadwal sidang;

c. menentukan saksi-saksi yang perlu didengar keterangannya;

d. memimpin jalannya sidang;

e. menjelaskan alasan dan tujuan persidangan;

f. mempertimbangkan saran, pendapat baik dari anggota majelis maupun Saksi untuk merumuskan putusan sidang;

g. menandatangani putusan sidang; h. membacakan putusan sidang; dan i. menandatangani berita acara sidang. (2) Wakil Ketua Majelis berkewajiban:

a. membantu kelancaran pelaksanaan tugas Ketua Majelis;

b. memimpin sidang apabila Ketua Majelis berhalangan;

c. mengkoordinasikan kegiatan dengan Sekretaris Majelis; dan

d. menandatangani berita acara sidang.

(13)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA (3) Sekretaris Majelis berkewajiban:

a. Menyiapkan administrasi keperluan sidang;

b. membuat dan mengirimkan surat panggilan kepada Terlapor, Pelapor/Pengadu dan/atau Saksi yang diperlukan;

c. menyusun berita acara sidang;

d. menyiapkan konsep keputusan sidang;

e. menyampaikan surat keputusan sidang kepada Terlapor;

f. membuat dan mengirimkan laporan hasil sidang kepada atasan terlapor; dan

g. menandatangani berita acara sidang. (4) Anggota Majelis berkewajiban:

a. mengajukan pertanyaan kepada Terlapor, Saksi untuk kepentingan sidang;

b. mengajukan saran kepada Ketua Majelis baik diminta ataupun tidak; dan

c. mengikuti seluruh kegiatan persidangan termasuk melakukan peninjauan di lapangan.

Pasal 17

(1) Anggota Majelis yang tidak setuju terhadap keputusan sidang tetap menandatangani keputusan sidang.

(2) Ketidaksetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita acara sidang.

Pasal 18

(1) Sidang Majelis tetap dilaksanakan tanpa dihadiri oleh terlapor setelah dipanggil secara sah 2 (dua) kali.

(2) Panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan tenggang waktu antara surat panggilan pertama dan surat panggilan berikutnya 7 (tujuh) hari kerja.

(3) Sidang Majelis tetap memberikan keputusan sidang walaupun terlapor tidak hadir dalam sidang.

(4) Keputusan Majelis Kode Etikbersifat final.

(14)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA Pasal 19

Dalam melaksanakan tugas Majelis dibantu oleh Tim Penegak Kode Etik yang dilakukan oleh Tim Penegakan Disiplin Pegawai.

BAB VII

TERLAPOR, PELAPOR/PENGADU, DAN SAKSI Pasal 20

(1) Hak Terlapor:

a. Mengetahui susunan keanggotaan Majelis sebelum pelaksanaan sidang;

b. Menerima salinan berkas laporan/pengaduan baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama paling lambat 3 (tiga) hari sebelum dilaksanakan sidang; c. Mengajukan pembelaan;

d. Mengajukan saksi dalam proses persidangan; dan e. Menerima salinan keputusan sidang 3 (tiga) hari

setelah keputusan dibacakan.

f. Mendapatkan perlindungan administratif. (2) Terlapor berkewajiban :

a. Memenuhi semua panggilan; b. Menghadiri sidang;

c. Menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Ketua dan anggota Majelis;

d. Memberikan keterangan untuk memperlancar jalannya sidang Majelis;

e. Menaati semua ketentuan yang dikeluarkan oleh Majelis; dan

f. Berlaku sopan.

Pasal 21 (1) Pelapor/Pengadu berhak:

a. Mengetahui tindak lanjut laporan/pengaduan yang disampaikan;

b. Mengajukan saksi dalam proses persidangan; c. Mendapatkan perlindungan.

d. Mendapatkan . . ..

(15)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA

d. Mendapatkan salinan berita acara pemeriksaan. e. Memberikan identitas secara jelas.

f. Mendapatkan perlindungan administratif. (2) Pelapor/Pengadu berkewajiban :

a. Memberikan laporan/pengaduan yang dapat dipertanggung jawabkan;

b. Menjaga kerahasiaan laporan/pengaduan yang disampaikan kepada pejabat yang berwenang;

c. Memenuhi semua panggilan;

d. Memberikan keterangan untuk memperlancar jalannya sidang Majelis; dan

e. Menaati semua ketentuan yang dikeluarkan oleh Majelis;

Pasal 22

(1) Saksi berhak mendapat perlindungan administratif. (2) Saksi berkewajiban :

a. Memenuhi semua panggilan; b. Menghadiri sidang;

c. Menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Majelis;

d. Memberikan keterangan yang benar sesuai dengan yang diketahui tanpa dikurangi maupun ditambah; e. Menaati semua ketentuan yang dikeluarkan oleh

Majelis; dan f. Berlaku sopan.

BAB VIII

KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 23

(1) Dalam hal tidak terbukti adanya pelanggaran, Majelis merekomedasikan sanksi moral bagi pelapor/ pengadu. (2) Penjatuhan sanksi moral bagi pelapor/pengadu

ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri ini.

BAB VIII …

(16)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 24

Kelengkapan administrasi penegakan Kode Etik tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini.

Pasal 25

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 April 2012

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

(17)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

NOMOR 21 TAHUN 2012

TENTANG

KODE ETIK PEGAWAI

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

(18)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI

PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORASI BIROKRASI

NOMOR : 21 Tahun 2012 TANGGAL : 19 April 2012 LAPORAN/PENGADUAN LISAN NOMOR : IDENTITAS PELAPOR : Nama : NIP : Pangkat/Gol : Jabatan : Unit Kerja : IDENTITAS TERLAPOR : Nama : NIP : Pangkat/Gol : Jabatan : Unit Kerja :

Nama, Alamat Saksi

1. ... 2. ... Isi laporan : ... ... ...

Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya di ...

..., tanggal ... Pegawai Penerima Laporan Pelapor

(19)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN II

PERATURAN MENTERI

PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORASI BIROKRASI

NOMOR : 21 Tahun 2012 TANGGAL : 19 April 2012 LAPORAN/PENGADUAN TERTULIS NOMOR : IDENTITAS PELAPOR : Nama : NIP : Pangkat/Gol : Jabatan : Unit Kerja : IDENTITAS TERLAPOR : Nama : NIP : Pangkat/Gol : Jabatan : Unit Kerja : Nama, Alamat Saksi

1. ... 2. ... Isi laporan : ... ... ... Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya di ...

...,tanggal ... Pelapor

...

(20)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III

PERATURAN MENTERI

PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORASI BIROKRASI

NOMOR : 21 Tahun 2012

TANGGAL : 19 April 2012

Surat Pemanggilan NOMOR :

Bersama ini diminta dengan hormat kehadiran Saudara :

Nama :

NIP :

Pangkat/Gol : Jabatan : Unit Kerja :

Untuk menghadap kepada

Nama : NIP : Pangkat/Gol : Jabatan : pada Hari : Tanggal : Jam : Tempat :

Untuk diperiksa/dimintai keterangan*) sehubungan dengan dugaan pelanggaran kode etik **)

Demikian untuk dilaksanakan

... Sekretaris Majelis Nama ... NIP Tembusan: 1. ……… 2. ………..

*) coret yang tidak perlu

**) Tulislah pelanggaran kode etik yang diduga dilakukan oleh PNS yang berangkutan

(21)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN IV

PERATURAN MENTERI

PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORASI BIROKRASI

NOMOR : 21 Tahun 2012

TANGGAL : 19 April 2012

Nomor : ... 20 Sifat : RAHASIA

Lampiran : Satu Berkas

Hal : Usulan Pembentukan Majelis Kode Etik

Yth. Menteri PAN dan RB di Jakarta

1. Rujukan :

Laporan/pengaduan No... ……….

2. Sehubungan dengan laporan/pengaduan tersebut di atas, kami berpendapat bahwa Nama …………... NIP………... Pangkat/Gol ……… Jabatan ……… Unit Kerja ……….. diduga telah melakukan pelanggaran Kode Etik.

3. Berdasarkan ketentuan Pasal 12 Peraturan Menteri ini, diusulkan pembentukan Majelis Kode Etik untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap pelanggaran dimaksud.

4. Demikian untuk menjadi periksa.

Sekretaris Kementerian PAN dan RB

...

(22)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN V

PERATURAN MENTERI

PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORASI BIROKRASI

NOMOR : 21 Tahun 2012

TANGGAL : 19 April 2012

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

NOMOR : ... TAHUN ... TENTANG

PEMBENTUKAN MAJELIS KODE ETIK PEGAWAI KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

DAN REFORMASI BIROKRASI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Ketentuan Pasal 11 ayat (2) Peraturan Menteri Nomor... Tahun 2011 tentang Kode Etik Pegawai Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi perlu membentuk Majelis Kode Etik;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor ... Tahun ... tentang ...

2. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor ... tahun ... tentang Kode Etik Pegawai Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi;

.

Memperhatikan : 1. Laporan/pengaduan ...; 2. Surat ... ... Nomor ... tanggal ...; 3. Hal usulan pembentukan Majelis Kode Etik Pegawai

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi;

(23)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA 2

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PEMBENTUKAN MAJELIS KODE ETIK PEGAWAI KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

DAN REFORMASI BIROKRASI;

……….

NO NAMA PANGKAT/GOL JABATAN

STRUKTURAL DALAM MAJELIS

1. ... ... ... KETUA MERANGKAP ANGGOTA 2. ... ... ... WAKIL KETUA MERANGKAP ANGGOTA 3. ... ... ... SEKRETARIS MERANGKAP ANGGOTA 4. ... ... ... ANGGOTA 5. ... ... ... ANGGOTA 6. ... ... ... ANGGOTA 7. ... ... ... ANGGOTA Ditetapkan di Jakarta pada tanggal

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

ttd

(24)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN VI

PERATURAN MENTERI

PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORASI BIROKRASI

NOMOR : 21 Tahun 2012

TANGGAL : 19 April 2012

Berita Acara Pemeriksaan

Pada hari ini...tanggal...bulan...tahun...saya/Majelis*) 1. Nama : NIP : Pangkat/Gol : Jabatan : 2. Nama Nama : NIP : Pangkat/Gol : Jabatan : 3. dst

berdasarkan wewenang yang ada pada saya/Surat Perintah*)...telah melakukan pemeriksaan terhadap:

Nama : NIP :

Pangkat :

Jabatan : Unit Kerja :

Karena yang bersangkutan diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal……angka……huruf….Peraturan Menteri

1. Pertanyaan……. 1. Jawaban:………. 2. Pertanyaan :……… 2. Jawaban:……… 3. Dst

(25)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA

Demikian Berita Acara Pemeriksaan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. ……….. Yang diperiksa : Nama : NIP : Tanda tangan : Majelis 1. Nama : Jabatan : NIP : Tanda tangan : 2. Nama : Jabatan : NIP : Tanda tangan : 3. dst

(26)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN VII

PERATURAN MENTERI

PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORASI BIROKRASI

NOMOR : 21 Tahun 2012

TANGGAL : 19 April 2012

KEPUTUSAN MAJELIS KODE ETIK PEGAWAI

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

NOMOR :

TENTANG

PUTUSAN SIDANG MAJELIS

MAJELIS KODE ETIK PEGAWAI

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Mengingat : 1. Peraturan MenterI Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor ... tentang Kode Etik Pegawai Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

2. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor ... tahun ...tentang Organisasi

dan Tata Kerja majelis Kode Etik Pegawai Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

3. Keputusan Sekretaris Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor ... tahun ... tentang Pembentukan Majelis Kode Etik.

Membaca : 1. Laporan/pengaduan nomor ... tanggal ... mengenai

pelanggaran atas nama ... 2. Surat surat lain yang berhubungan dengan perkara tersebut.

Menimbang : Bahwa setelah dilakukan sidang pemeriksaan terhadap Terlapor dan

mendengar keterangan saksi-saksi serta memeriksa barang bukti yang diajukan dalam perkara ini, disimpulkan bahwa :

... ...

(27)

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : Terlapor : Nama : ... NIP : ... Pangkat/Gol: ... Jabatan : ... Unit Kerja : ...

1. Terbukti telah melakukan pelanggaran Kode Etik Pegawai Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sebagaimana di atur dalam Pasal ... jo pasal ... Kode Etik Pegawai Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

2. Menjatuhkan sanksi berupa ... ...

DITETAPKAN DI JAKARTA PADA TANGGAL

MAJELIS KODE ETIK

SEKRETARIS KETUA ... ... ANGGOTA ... ... Ditetapkan di Jakarta pada tanggal

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi

ttd

Referensi

Dokumen terkait

PAR memiliki pengaruh yang negatif terhadap CCR, hal ini terjadi apabila PAR meningkat berarti telah terjadi peningkatan pinjaman tertunggak dengan prosentase peningkatan

kasih sayang, bagi terwujudnya akuntansi syari’ah spiritual berlandasakan memayu hayuning bawana sebagai realisasi spiritual kecintaan kepada Tuhan (Sang Maha). Basis akuntansi

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan daya anthelmintik pada perasan dan infusa rimpang bengle terhadap cacing Ascaridia galli dibandingkan dengan larutan piperazin sitrat

Dengan adanya sistem informasi tersebut diharapkan dapat membantu Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Semarang dalam melakukan pengarsipan lebih efisien dan

Perlengkapan Mesin Pesawat Engine Accessories of Aircraft 2915,2925, Terbang untuk Jenis Mesin Torak, Reciprocating Engine, Gas Turbine, 2935,2945, Mesin Gas Turbin, Mesin Jet,

Hubungan tidak langsung dari iklim berpendapat terhadap kesiapan individu untuk berubah akan semakin kuat pada karyawan yang memiliki keterikatan kerja yang

Jadi, peran produser pada saat produksi berlangsung adalah melanjutkan tanggung jawab atas tahap pra produksi, yaitu mengembangkannya atau merealisasikannya dari bentuk

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi