• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI PROBIOTIK KHAMIR R1 DAN R2 SEBAGAI SUPLEMEN PAKAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI PROBIOTIK KHAMIR R1 DAN R2 SEBAGAI SUPLEMEN PAKAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

41

POTENSI PROBIOTIK KHAMIR R1 DAN R2 SEBAGAI SUPLEMEN

PAKAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO)

Teguh Wahyono, Irawan Sugoro dan Suharyono

Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi [email protected]

ABSTRACT

Yeast probiotic of R1 and R2 were feed supplement technology from BATAN. Previous research was conducted to examine the effectiveness of probiotic R1 and R2 to increase the production of ruminant livestock (in vitro) based on nuclear technique. The potential of R1 and R2 yeast probiotic as feed supplements for ongole descendant cattle were observed in this research. Twelve male ongole descendant cattle were used in this research. Feed treatment were: control (70.59% Pennisetum purpureum + 29.41% concentrate), R1 (control + 150g R1 yeast probiotic) and R2 (control + 150g R2 yeast probiotic). Parameters were daily weight gain, feed intake and digestibility. Result showed that R2 had the highest daily weight gain (1.38 kg/cattle/day or 89% higher than controls), then followed by treatment R1 and control which were: 1.26 kg/cattle/day (higher 72% compared to the control) and 0.73 kg/cattle/day. The results suggested that the R1 and R2 yeast probiotic have the potential as a feed supplement to increase the productivity of ongole descendant cattle.

ABSTRAK

Probiotik khamir R1 dan R2 merupakan suplemen pakan hasil litbang BATAN. Suplemen ini telah diuji secara in vitro dengan menggunakan teknik nuklir untuk mengetahui efektivitasnya dalam meningkatkan produksi ternak ruminansia.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi probiotik khamir R1 dan R2 untuk dimanfaatkan sebagai suplemen pakan pada sapi Peranakan Ongole (PO) . Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah 12 ekor sapi PO jantan.Perlakuan dibagi menjadi 3 macam yaitu : kontrol (70,59% rumput gajah + 29,41% konsentrat), R1 (kontrol + probiotik khamir R1 150 g) dan R2 (kontrol + probiotik khamir R2 150 g). Parameter yang dianalisis adalah pertambahan berat badan harian (PBBH), konsumsi pakan dan kecernaan yang meliputi koefisien cerna, Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Bahan Organik (KCBO).PBBH tertinggi terjadi pada sapi PO yang diberikan probiotik khamir R2, yaitu 1,38 kg/ekor/hari atau lebih tinggi 89% dibandingkan kontrol, sedangkan pada sapi PO yang diberikan probiotik khamir R1 yaitu 1,26 kg/ekor/hari atau lebih tinggi 72% dibandingkan dengan kontrol yaitu 0,73 kg/ekor/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa probiotik khamir R1 dan R2 memiliki potensi sebagai suplemen pakan untuk meningkatkan produktivitas sapi PO.

PENDAHULUAN

Salah satu sasaran pemerintah untuk mewujudkan swasembada daging sapi 2014 adalah dengan menurunkan impor sapi dan daging sehingga hanya mencapai 10% dari kebutuhan konsumsi masyarakat (Permentan, 2010). Kebijakan tersebut merupakan tantangan bagi para pelaku industri peternakan sapi potong. Produktivitas ternak sapi potong harus ditingkatkan seiring

kebutuhan konsumsi daging yang terus meningkat. Sapi potong lokal yang potensial untuk dikembangkan adalah sapi Peranakan Ongole (PO) karena bangsa sapi ini banyak dipelihara oleh petani peternak di Indonesia baik dalam skala kecil maupun industri.

Produksi dan kualitas produk ternak harus ditingkatkan dengan memperhatikan nutrisi, reproduksi, kesehatan, dan manajemen ternak

(2)

42

[Saragih, 2000]. Perbaikan nutrisi dapat

dilakukan dengan teknik manipulasi pakan, diantaranya melalui pemberian suplemen pakan (SP). Pemberian SP merupakan strategi untuk meningkatkan konsumsi pakan oleh ternak pada kondisi pemeliharaan tradisional, yang secara efisien dapat mendukung pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas mikroba rumen [Sugoro dan Pikoli, 2004].

SP dapat berupa probiotik yaitu sekumpulan mikroorganisme yang dimanfaatkan untuk mendukung proses biologis organisme lain dengan cara meningkatkan keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan [Fuller, 1992]. Beberapa penelitian tentang probiotik telah dilakukan di Indonesia, namun hasilnya belum banyak dikenal karena kurangnya sosialisasi dan informasi ke peternak. Aplikasi probiotik dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung terhadap ternak. Secara langsung probiotik dapat diberikan pada ternak dan probiotik akan bekerja di dalam tubuh ternak, sedangkan secara tidak langsung, probiotik membantu pemrosesan pakan menjadi lebih berkualitas sebelum diberikan pada ternak [Sugoro dan Pikoli, 2004].

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa suplementasi

kultur khamir pada pakan dapat meningkatkan produksi susu pada sapi dengan komposisi protein dan laktosa yang lebih tinggi [Kung et al, 1997]. Selain dapat meningkatkan produksi susu, dapat pula meningkatkan bobot badan pada sapi potong, menstimulasi nafsu makan, meningkatkan populasi mikroba menguntungkan, dan meningkatkan kecernaan serat [Alshaikh etc, 2002; Miller-Webster et al, 2002].

Berdasarkan hal tersebut di atas, tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui potensi probiotik khamir R1 dan R2 untuk dimanfaatkan sebagai suplemen pakan pada sapi PO. Teknik nuklir yang digunakan yaitu pemanfaatan radioisotop dan radiasi. Radioisotop 32P digunakan sebagai perunut untuk menentukan sintesis protein mikroba, sedangkan radiasi gamma untuk sterilisasi bahan pembawa. Selain itu dilakukan pula pengukuran kandungan mineral dengan teknik Analisis Aktivasi Neutron (AAN).

METODA PENELITIAN

Penelitian dilakukan selama 14 hari di Bogor dengan menggunakan sampel 12 ekor sapi PO jantan. Penelitian. Ternak dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan yaitu : Kontrol

(3)

43

(35% rumput gajah + 65% konsentrat),

R1 (kontrol + probiotik R1 150 g), R2 (kontrol + probiotik R2 150 g).

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Parameter yang dianalisis adalah pertambahan berat badan harian (PBBH), konsumsi pakan dan kecernaan yang meliputi koefisien cerna, Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Bahan Organik (KCBO). Data yang diperoleh diolah menggunakan metode One Way Anova dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Untuk mengetahui perbedaan pengaruh perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan dengan taraf uji ≤ 0,05 dengan bantuan program SPSS 12.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Hasil pengukuran lingkar dada yang dikonversi ke bobot badan pada PBBH terhadap sapi PO yang diberi probiotik khamir lebih tinggi dibandingkan dengan sapi PO kontrol. PBBH tertinggi terjadi pada sapi PO yang diberikan probiotik khamir R2,

yaitu 1,38 kg/hari atau lebih tinggi 89% dibandingkan kontrol, sedangkan pada sapi PO yang diberikan probiotik khamir R1 yaitu 1,26 kg/hari atau lebih tinggi 72% dibandingkan dengan kontrol (Gambar 1). Analisis statistik menunjukkan PBBH ketiga perlakuan tidak berbeda nyata. Hal ini berarti bahwa pemberian probiotik khamir tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap PBBH.

Pemberian probiotik khamir dapat meningkatkan PBBH sapi PO dibandingkan dengan kontrol, karena mekanisme khamir dapat meningkatkan kecernaan pakan dan penyerapan nutrisi. Khamir akan menggunakan oksigen, sehingga kondisi anaerob di dalam rumen dapat cepat tercapai dan akan meningkatkan viabilitas bakteri selulolitik anaerobik. Akibat dari meningkatnya viabilitas bakteri maka pemecahan karbohidrat oleh bakteri menjadi tinggi. Energi yang didapatkan dari pemecahan karbohidrat tersebut selanjutnya dipergunakan untuk metabolisme bakteri.

(4)

44

Gambar 1. PBBH Sapi PO yang Disuplementasi

Probiotik Khamir R1 dan R2.

Dengan tingginya metabolisme bakteri, maka protein mikroba sebagai salah satu sumber protein dalam pembentukan daging akan meningkat pula. Tingginya protein mikroba seiring dengan populasi bakteri rumen yang meningkat pada sapi yang diberikan probiotik khamir [Sniffen et al., 2004]. Hal ini sejalan dengan pernyataan Krehbiel et al. [2006] yang mengatakan bahwa pemberian khamir dapat meningkatkan populasi bakteri anaerobik di dalam rumen dan dapat memperbaiki penampilan (PBBH) sapi potong.

Khamir tidak hanya meningkatkan viabilitas bakteri anaerob dalam mencerna karbohidrat pakan. Dalam hal ini khamir juga meningkatkan viabilitas bakteri dalam perombakan protein pakan dan merubahnya menjadi asam amino yang essensial yang diperlukan sapi PO dalam pembentukan daging. Asam amino yang disintesis oleh bakteri anaerob ini

diperlukan sapi PO karena tidak disediakan secara langsung oleh pakan yang sebagian besar berupa hijauan. Pada ternak ruminansia sebagian protein yang masuk ke dalam rumen akan mengalami perombakan atau degradasi oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh mikroba rumen menjadi peptida dan asam-asam amino. Asam amino mengalami deaminasi yang menghasilkan ammonia, CO2, dan asam

lemak rantai pendek. Selanjutnya ammonia merupakan sumber nitrogen utama dan sangat penting untuk sintesis protein mikroba rumen [Suharto, 1995].

Komposisi pakan sangat berpengaruh terhadap VFA yang diproduksi oleh bakteri rumen. Sapi potong yang mengkonsumsi lebih banyak hijauan akan menghasilkan lebih banyak asam asetat yang memicu pembentukan lemak tubuh (lemak otot). Asam asetat akan mengalami metabolisme oleh inang (sapi potong) menjadi energi dan lemak tubuh. Pada sapi potong yang lebih banyak mengkonsumsi biji–bijian atau konsentrat akan menghasilkan lebih banyak asam propionat dengan konsentrasi lebih tinggi, tetapi konsentrasi asam asetat tetap lebih tinggi dibandingkan dengan asam propionat. Asam propionat akan mengalami metabolisme oleh inang

(5)

45

(sapi potong) menjadi energi dan

glukosa. Pemberian pakan yang mengandung karbohidrat yang terfermentasi (konsentrat) akan meningkatkan proporsi asam propionat. Peningkatan asam propionat akan memicu peningkatan sekresi insulin. Insulin meningkatkan sintesis lemak dan protein sambil menghambat pemecahan lemak dan protein pada tingkat jaringan [Fluharty, 2000].

Pakan sapi PO yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah hijauan (rumput gajah) dan konsentrat dengan perbandingan hijauan : konsentrat 70,59%:29,41%. Hal ini mengakibatkan lebih tingginya produksi asam asetat dibandingkan asam propionat dan butirat karena pemberian pakan hijauan yang lebih banyak dibandingkan dengan konsentrat. Walaupun konsentrasi asam asetat lebih tinggi, karena kecernaan yang meningkat akibat kinerja khamir, maka konsentrasi asam propionat akan meningkat pula. Hal ini mengakibatkan sapi PO yang diberi probiotik khamir memiliki PBBH yang lebih tinggi dengan kandungan protein yang lebih tinggi pada ototnya dibandingkan dengan kontrol.

PBBH sapi PO yang diberi probiotik khamir R2 lebih tinggi dibandingkan dengan probiotik khamir

R1. Hal ini sejalan dengan penelitian Sugoro dkk. [2005] yang memperlihatkan lebih tingginya populasi bakteri rumen pada cairan rumen kerbau yang diberi probiotik khamir R2 dibandingkan dengan R1. Tingginya populasi bakteri rumen tersebut mengakibatkan asupan protein mikroba meningkat sehingga meningkatkan PBBH. Kondisi penelitian sebelumnya juga dapat menjadi penyebab perbedaan hasil. Pada penelitian sebelumnya dilakukan secara

in vitro, sedangkan penelitian ini

dilakukan secara in vivo. Ada kemungkinan probiotik khamir R2 lebih efektif di dalam rumen sapi daripada rumen kerbau, sehingga PBBH sapi PO yang diberi R2 lebih tinggi dibandingkan R1.

Konsumsi Pakan

Hasil analisis terhadap konsumsi menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering (KBK) dan konsumsi bahan organik (KBO) sapi PO yang diberi probiotik khamir lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. KBK tertinggi terjadi pada sapi PO yang diberi probiotik khamir R2, yaitu 7,55 kg/hari, atau lebih tinggi 3,31% dibandingkan dengan kontrol, sedangkan KBK sapi PO yang diberi probiotik khamir R1 adalah 7,20 kg/hari,

(6)

46

Gambar 2. KBK dan KBO Sapi PO.

(a). KBK sapi PO yang disuplementasi R1 dan R2 (b). KBO sapi PO yang disuplementasi R1 dan R2

atau lebih rendah 1,51% dibandingkan dengan kontrol (Gambar 2a). KBO tertinggi terjadi pada sapi PO yang diberi probiotik khamir R2, yaitu 6,59 kg/hari atau lebih tinggi 1,73% dibandingkan dengan kontrol, sedangkan KBO sapi PO yang diberi probiotik khamir R1, yaitu 6,41 kg/hari lebih rendah bila dibandingkan dengan kontrol, yaitu 6,47 kg/hari atau lebih rendah 1,05% (Gambar 2b).

Hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan yang nyata pada ketiga perlakuan dalam konsumsi bahan kering dan bahan organik. Hal ini berarti pemberian probiotik khamir R2 memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan konsumsi bahan kering dan bahan organik. Uji jarak Duncan dari KBK sapi PO yang diberi probiotik khamir R2 berbeda nyata

dibandingkan dengan R1dan kontrol, sedangkan KBK sapi PO yang diberikan probiotik khamir R1 tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Pada uji ini KBK tertinggi terjadi pada sapi PO yang diberi probiotik khamir R2. Hal ini berarti pemberian probiotik khamir R2 pada sapi PO memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan KBK. Uji jarak Duncan dari KBO sapi PO yang diberi probiotik khamir R2 berbeda nyata dibandingkan dengan R1 dan kontrol, sedangkan KBO sapi PO yang diberi probiotik khamir R1 tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Hal ini berarti pemberian probiotik khamir R2 pada sapi PO memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan KBO.

(7)

47

Tingginya KBK dan KBO pada sapi PO

yang diberi probiotik khamir R2, karena probiotik khamir R2 meningkatkan KCBK dan KCBO yang berakibat pada meningkatnya KBK dan KBO. Dengan meningkatnya KCBK dan KCBO maka laju pengosongan akan semakin cepat dan sapi PO akan mengkonsumsi ransum dengan lebih banyak. Konsumsi erat kaitannya dengan laju pengosongan isi rumen, semakin cepat makanan tersebut meninggalkan rumen maka konsumsi akan meningkat dan hubungan ini timbal balik. Pakan yang mengandung serat kasar tinggi seperti jerami, sukar dicerna sehingga aliran makanannya juga rendah [Muhgiyanto, 1986]. Pakan yang bersifat mengenyangkan (misal hijauan) akan menurunkan konsumsi [Parakkasi, 1999]. Probiotik khamir R2 yang diberikan pada sapi PO meningkatkan kecernaan terutama makanan yang mengandung serat kasar sehingga meningkatkan konsumsi.

KBK dan KBO pada sapi PO yang diberi probiotik khamir R1 (Gambar 2) dibandingkan dengan kontrol berbanding terbalik dengan PBBH pada sapi PO yang diberi probiotik khamir R1 dibandingkan dengan kontrol (Gambar 1). KBK dan KBO sapi PO yang diberi probiotik khamir R1, walaupun KBK dan

KBOnya rendah tetapi PBBH-nya lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. KBK dan KBO kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan sapi PO yang diberi probiotik khamir R1, sedangkan PBBH-nya rendah. Hal ini karena probiotik khamir R1 meningkatkan efisiensi kecernaan dan penyerapan nutrisi pakan di dalam rumen sapi PO. Hal tersebut berakibat pada peningkatan pembentukan daging dan tingginya PBBH pada sapi PO yang diberi probiotik khamir R1 dibandingkan dengan kontrol.

Koefisien Cerna

Hasil analisis terhadap kecernaan menunjukkan bahwa koefisien cerna sapi PO yang diberi probiotik khamir lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Koefisien cerna tertinggi terjadi pada sapi PO yang diberi R1, yaitu81,62% atau lebih tinggi 2,27% dibandingkan dengan kontrol (79,81%), sedangkan pada sapi PO yang diberi R2, yaitu 81,61% atau lebih tinggi 2,26% dibandingkan dengan kontrol (Gambar 3). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa koefisien cerna dari ketiga perlakuan tidak berbeda nyata. Hal ini berarti pemberian probiotik khamir R1dan R2 tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap koefisien cerna.

(8)

48

Gambar 3. Koefisien Cerna sapi PO yang Disuplementasi Probiotik Khamir R1 dan R2.

Probiotik khamir R1 dan R2 meningkatkan koefisien cerna sapi PO dibandingkan kontrol. Hal ini karena khamir R1 dan R2 menciptakan kondisi yang mendukung di dalam rumen dengan kinerja khamir. Khamir di dalam rumen akan mengkonsumsi oksigen sehingga kondisi anaerob dapat cepat tercapai dan akan meningkatkan viabilitas bakteri selulolitik anaerobik. Viabilitas bakteri yang meningkat akan berakibat pada peningkatan koefisien cerna secara keseluruhan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Krehbiel et al. [2006] bahwa pemberian khamir akan menghasilkan aktivitas mikroba dan fermentasi serat (kecernaan) yang lebih tinggi.

Koefisien cerna pada pada hewan ruminansia tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas ransum, tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuan mikroba rumen dalam memfermentasi makanan yang masuk ke dalam rumen. Pada ternak herbivora, khususnya ruminansia pencernaan makanan tergantung pada aktifitas mikroba rumen [Muhgiyanto, 1986].

Tingginya koefisien cerna sapi PO yang diberi probiotik khamir R1dan R2 berbanding lurus dengan tingginya PBBH sapi PO pada kedua perlakuan. Hal ini berarti pemberian probiotik khamir R1 dan R2 meningkatkan PBBH sebagai akibat dari tingginya koefisien cerna.

(9)

49

Koefisien Cerna Bahan Kering

(KCBK) dan Bahan Organik (KCBO)

Hasil analisis terhadap kecernaan menunjukkan bahwa koefisien cerna bahan kering (KCBK) dan koefisien cerna bahan organik (KCBO) sapi PO yang diberi probiotik khamir lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. KCBK tertinggi terjadi pada sapi PO yang diberi R2, yaitu 80,56% atau lebih tinggi 0,34% dibandingkan dengan kontrol, sedangkan KCBK sapi PO yang diberi probiotik khamir R1, yaitu 80,11% atau lebih rendah 0,11% dibandingkan dengan kontrol (Gambar 4a). KCBO tertinggi terjadi pada sapi PO yang diberi R2, yaitu 81,51% atau lebih tinggi 1,11% dibandingkan dengan kontrol, sedangkan KCBO sapi PO yang diberi R1, yaitu 80,63% atau lebih tinggi 0,02% dibandingkan dengan kontrol (Gambar 4b).

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa KCBK dan KCBO ketiga perlakuan tidak berbeda nyata. Hal ini berarti pemberian probiotik khamir tidak memberikan pengaruh

yang signifikan pada KCBK dan KCBO sapi PO. Khamir dalam probiotik khamir R2 meningkatkan KCBK dan KCBO dengan cara meningkatkan viabilitas bakteri selulotik rumen. Selain itu, khamir juga meningkatkan laju penyerapan VFA melalui epithelium rumen. Hal ini penting untuk menjaga stabilitas pH rumen agar tidak turun secara drastis. Stabilnya pH rumen mengakibatkan pencernaan berjalan dengan baik dan kecernaan menjadi tinggi.

Hasil menunjukkan bahwa KCBK dan KCBO pada sapi PO yang diberi probiotik khamir R2 berakibat lebih tingginya PBBH dibandingkan dengan sapi PO yang diberi probiotik khamir R1 dan kontrol. Hal ini sejalan dengan penelitian secara in vitro yang memperlihatkan bahwa isolat khamir R2 lebih banyak menggunakan ammonia untuk pembentukan protein. Protein yang dibentuk oleh khamir R2 dan mikroba dalam rumen sapi PO akan meningkatkan PBBH akibat tingginya asupan protein tersebut [Sugoro dkk, 2005]

(10)

50

Gambar 4. KCBK dan KCBO Sapi PO.

(a). KCBK sapi PO yang disuplementasi R1 dan R2 (b). KCBO sapi PO yang disuplementasi R1 dan R2

a)

b)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa suplementasi probiotik khamir R1 dan R2 dapat meningkatkan PBBH sapi PO. Probiotik R2 mampu memberikan PBBH 1,38 kg/ekor/hari atau lebih tinggi 89% dibandingkan kontrol, sedangkan pada

sapi PO yang diberikan probiotik khamir R1 memberikan PBBH 1,26 kg/ekor/hari atau lebih tinggi 72% dibandingkan dengan kontrol yaitu 0,73 kg/ekor/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi probiotik khamir R1 dan R2 yang didukung dengan pemberian pakan hijauan dan konsentrat yang berkualitas

(11)

51

baik memiliki potensi sebagai suplemen

pakan untuk meningkatkan produktivitas sapi PO.

DAFTAR PUSTAKA

Alshaikh, M.A, Alsiadi, A.Y., Zahran, S.M., Mugawer, H.H., Aalshowime, T.A. 2002. Effect of Feeding Yeast Culture from Different Sources on The Performance of Lactating Holstein Cows in Saudi Arabia. Asian-Australia J. Animal Sci. Vol 15. No.3 :352 – 355.

Fluharty, F. L. 2000. Interaction of Management and Diet on Final Meat Characteristic off Beef Animals. Department of Animal. Ohio State University. 1680 Madison Ave.

http://beef.osu.edu/library/m gtdiet.html. 20 Oktober 2007. Fuller, J. 1992. Probiotics The Scientific Basic. Chapman and Hill, London.

Krehbiel, C. R., Carter, J. N., and Richards, Cj. 2006. Feed Additives in Beef Cow Nutrition. 2006 Tennessee Nutrition Confrence. Department of Animal Science and UT Extension.The University of Tennessee.http://www.tennes seenutritionconfrence.org/pdf / Proceedings2006/s-CKrehbiel.pdf. 20 Oktober 2007.

Kung, L.J.R, Kreck, E.M., Tung, R.S. Hession,A.O., Sheperd, A.C., Cohen, M.A., Swain, H.E. and Leedle, J.A.Z. 1997. Effect od a Live Yeast

Culture and Enzymes on In Vitro Ruminal Fermentastion and Milk Production of Dairy Cow. J. Dairy. Sci. 2045 – 2051.

Miller-Webster, T., Hoover, W.H., and Holt, M. 2002. Influence of Yeast Culture on Ruminal Microbial Metabolism in Continous Culture. J. Dairy Sci. American Dairy Science Association. 2009 – 2014. Muhgiyanto. 1986. Penggunaan Tetes,

Dedak Halus Dan Ampas Onggok Sebagai Campuran Daun Ketela Pohon Untuk Suplemen Makanan Kerbau.

Karya Ilmiah. Fakultas

Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI Press. Universitas Indonesia. Jakarta.

Peraturan Menteri Pertanian. 2010. Pedoman Umum Program Swasembada Daging Sapi 2014. Permentan No. 19/Permentan/OT.140/2/201 0.

Saragih, B. 2000. Tropical Animal Production, Prosiding Pertemuan Ilmiah Internasional Tropical Animal Production ke-3. Yogyakarta: UGM Press. Sniffen, Durand, Ordanza, and

Donaldson. 2004. Predicting the Impact Of a Live Yeast Strain on Rumen Kinetics and Ration Formulation, dari web-site : animal, cals, arizona, edu/swnmc/papers (12 Desember 2004).

Sugoro, I., Gobel, I., dan Lelaningtayas, N. 2005. Probiotik Khamir terhadap Fermentasi dalam

(12)

52

Cairan Rumen secara In

Vitro. Prosiding Apisora

P3TIR-BATAN. Jakarta: P3TIR-BATAN P: 110-116. Sugoro, I. dan Pikoli, M. 2004. Laporan

Penelitian : Isolasi dan Seleksi Khamir Mutan dari Cairan Rumen Kerbau sebagai Bahan Probiotik, Prodi Biologi – sJurusan MIPA, FST, UIN Syarif Hidayatullah.

Suharto. 1995. Pemanfaatan Probiotik dalam Pakan untuk Meningkatkan Efisiensi Produksi Ternak di Pedesaan. Prosiding Pertemuan Ilmiah Komunikasi dan Hasil Penelitian; Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Semarang.

DISKUSI

Penanya

: L. Agus Sukamto

Instansi

: Puslit Biologi LIPI

Ditujukan kepada

: bapak Teguh Wahyono

Pertanyaan:

Istilah probiotik khamir R1 dan R2 apa? Dimana diperoleh bahan tersebut?

Jawaban:

Yang berbeda dari istilah probiotik khamir R1 dan R2 adalah “strain”nya,

dieroleh dari isolate khamir dari rumen kerbau.

Strain R1 dan R2 berbeda pada besar selnya (R1 > R2 ), bentuk koloninya

dan rasio bakteri : protozoa.

Penanya

: Ahmad Nurdianto

Instansi

: Universitas Nusa Bangsa

Pertanyaan:

Kadar cara dan pemberian probiotik khamir

Jawaban:

Gambar

Gambar 1. PBBH Sapi PO yang Disuplementasi   Probiotik Khamir R1 dan R2.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penggunaan pakan suplemen yang mengandung daun lamtoro dapat meningkatkan konsumsi nitrogen dan retensi nitrogen sapi

Penggunaan pakan suplemen yang mengandung daun lamtoro dalam ransum memberikan perbedaan yang nyata (P £ 0,05) terhadap jumlah konsumsi bahan kering pada sapi PO

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ampas bir tidak berpengaruh terhadap deposisi energi dan konsentrasi VIrA rumen sapi PO jantan dengan pakan basal rumput

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan penggunaan aditif dedak padi dan inokulum bakteri asam laktat dari cairan rumen sapi PO nyata mempengaruhi kenaikan

Penggunaan pakan suplemen yang mengandung daun lamtoro dalam ransum memberikan perbedaan yang nyata (P£0,05) terhadap jumlah konsumsi bahan kering pada sapi PO

kecernaan Acid Detergent Fiber (KcADF) pada sapi peranakan ongole (PO) jantan yang diberikan pakan kualitas rendah. Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan protein dan produksi protein mikroba di rumen akibat pemberian roti sisa sebagai penyusun ransum sapi penggemukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa performans bobot hidup dan ukuran linier tubuh pedet sapi PO di foundation stock pada kondisi low external input memiliki keragaman yang kecil