• Tidak ada hasil yang ditemukan

NOMOR 75 EW. Fatamorgana Kemandirian Energi. Didukung IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NOMOR 75 EW. Fatamorgana Kemandirian Energi. Didukung IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR 75 EW

Fatamorgana

Kemandirian

Energi

(2)

SIKAP dan perilaku individu dalam sebuah

organisasi tidak selamanya selalu berbanding lurus dengan apa yang dicapai oleh organisasi. Tidak jarang suatu organisasi bisa mencapai visi sangat gemilang hanya didorong oleh individu dengan kemampuan sangat terbatas. Sebaliknya tidak selalu sekelompok individu yang memiliki kapasitas tinggi yang berada dalam sebuah organisasi bisa

mendorong capian visi secara efektif dan efisien. Inilah inti dari kerja bersama masyarakat dalam upaya mencapai visi negara yang mandiri berdaulat dan berdaya saing,

Perhelatan bangsa-bangsa di dunia dalam berlomba untuk mencari kehidupan yang berkelanjutan dan kemajuan diantaranya ditandai dengan tingkat kebutuhan bangsa itu untuk melakukan inovasi. Sedangkan darah yang mengalir dalam inovasi sebenarnya adalah energi. Inovasi yang menjadi jargon dalam komersialisasi hasil penelitian yang dilakukan oleh perguruan tinggi dan lembaga litbang tidak akan ada implikasi yang nyata jika tidak didukung oleh energi yang cukup. Kelangkaan energi juga mengakibatkan pertumbuhan ekonomi akan mengalami stagnasi, dan bahkan negara akan menjadi miskin tanpa daya. Oleh karena itu, tidak heran jika energi menjadi penting dan biang sengketa oleh beberapa negara yang

membutuhkannya, bahkan pertempuran antar negara sering dipicu oleh kebutuhan akan energi ini. Kita dihadapkan pada kenyataan bahwa negara yang semakin maju, semakin memerlukan pasokan energi yang tinggi.

Pada umumnya energi dapat dibagi kedalam tiga

jenis utama, yaitu energi tak terbarukan yang terdiri dari energi yang bersumber dari fosil, energi

terbarukan yakni energi yang dapat diperbaharui seperti tenaga surya, bio energi, arus laut termasuk energi angin dan energi nuklir.

Dalam “Energi Outlook” yang dirilis oleh Britis Petrolium menyampaikan bahwa permintaan energi dunia meningkat sekitar 30 persen dalam kurun waktu 20 tahun kedepan, dengan peningkatan rata-rata 1,3 persen per tahun. Tetapi disebutkan bahwa peningkatan permintaan energi ini lebih rendah dibandingkan peningkatan 3,4 persen per tahun terhadap ukuran yang diacu dari Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) dunia. Permintaan sumber daya energi itu antara lain disebabkan oleh faktor kepedulian manusia terhadap lingkungan hidup dan semakin tingginya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam laporan itu juga mengemukakan tentang permintaan terhadap minyak dan gas bumi, termasuk batubara tetap menjadi primadona dan merupakan sumber energi dominan hingga tahun 2035 mendatang. Dikatakan juga bahwa gas bumi diperkirakan berkembang lebih cepat dibandingkan minyak atau batubara karena akselerasi tingkat pemakaian Liquid Natural Gas (LNG) yang mengacu pada tren harga gas bumi Amerika Serikat.

Meskipun demikian, permintaan minyak diprediksi meningkat namun tidak setinggi gas bumi, dan pemanfaatan batubara dunia akan menuju titik puncak pada sekitar tahun 2020.

(3)

Fatamorgana Kemandirian Energi

(lanjutan)

Sejalan dengan itu, energi baru dan terbarukan diperkirakan mengalami peningkatan pesat hingga empat kali lipat dalam dua dekade ke depan, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 7,6 persen per tahun. Dalam hal ini, China merupakan pusat

pertumbuhan energi terbarukan mengalahkan pertumbuhan gabungan antara Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Cadangan Energi semakin menipis

Peningkatan kebutuhan energi yang sedemikian tinggi seiring dengan bertambahnya penduduk, aktivitas transportasi serta dinamika industri mengakibatkan menurunnya ketersediaan dan cadangan energi konvensional sehingga terganggu ekosistem. Hal ini akibat dari dinamika

pembangunan yang memanfaatkan sumber-sumber energi sebagai motor penggerak. Akibatnya,

pencarian sumber-sumber energi baru giat dilakukan oleh berbagai negara untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, terlebih di negara berkembang yang sedang menggalang kekuatan untuk bersaing dengan negara maju.

Indonesia, proyeksi kebutuhan energi telah dirilis dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang menegaskan kritisnya kebutuhan energi pada tahun 2025 dan tahun 2050. Diperkirakan jika pertumbuhan ekonomi bisa dijaga di level 7% maka kebutuhan energi menjadi 412 MTOE pada tahun 2025 dan menjadi 1030 MTOE pada tahun 2050. Sememtara itu posisi Indonesia pada tahun 2015 adalah sebesar 166 MTOE. Ini berarti bahwa kebutuhan energi meningkat sekitar 246 MTOE selama kurun waktu 2015 sampai 2025 dan sekitar 618 MTOE selama kurun waktu 2025 hingga 2050. Dari perkiraan itu dapat diperkirakan bahwa kenaikan kebutuhan energi sekitar 24.6 MTOE setiap tahun, atau sebesar 286.1MWH.

Memanfaatkan semaksimal mungkin hasil riset di bidang EBT.

Melihat kelangkaan energi ini maka sejumlah

perguruan tinggi dan lembaga litbang dikerahkan oleh kementerian yang membidangi untuk meneliti, mengembangkan dan menguasai teknologi energi untuk kepentingan pembangunan. Penelitian dan pengembangan Ilmu pengetahuan dibidang energi itu diarahkan untuk meningkatkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), biogas, fuelcell, pembangkit tenaga arus laut, gelombang laut, dan tenaga surya. Program-program Riset hilir, Science Technology Park, Pusat Unggulan Iptek, dan bahkan pengembangan program studi dan

Politeknik dilakukan secara besar-besaran. Tidak sedikit dana pemerintah digunakan untuk

mendorong riset dibidang energi ini. Lembaga litbang seperti BPPT, BATAN, LIPI, BIG termasuk Perguruan Tinggi ternama mengerahkan

kemampuannya untuk meningkatkan ketersediaan energi. Namun faktanya energi ini sebagian besar tidak dapat digunakan sebagai based load sehingga tidak dapat diandalkan untuk membangkitkan industri sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Karena bagaimanapun pada hakekatnya energi adalah darah dari upaya untuk meningkatkan pembangunan negeri, inovasi, daya saing dan

kemandirian ekonomi. Karena itu para peneliti terus melakukan upaya untuk mencari solusi terhadap energi dengan kapasitas besar, stabil dan handal.

(4)

Saatnya Menggunakan Pembangkit Energi Nuklir, meskipun sebagai pilihan terakhir.

Tak terpungkiri kecenderungan menurunnya cadangan energi fosil berbanding terbalik dengan pemanfaatan energi nuklir yang kian diminati negara majuuntuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Seiring dengan itu, akselerasi

pemanfaatan pembangkit nuklir ini seiring dengan majunya teknologi yang pesat serta jaminan keamanan yang sangat tinggi dari International Atomic Energy Agency (IAEA).

Pembangkit nuklir diapresiasi sebagai pembangkit yang relatif tidak mencemari atmosfir dan

menimbulkan efek rumah kaca, pemanasan global dan hujan asam, bahkan memberikan benefit yang nyata terhadap kelangsungan lingkungan hidup, bila dibanding dengan pembangkit konvensional seperti minyak, gas, dan batubara. Skala

pembangkitan yang besar dan stabil menjadikan pembangkit energi nuklir sangat diminati negara maju. Karen itu energi nuklir dapat diperankan sebagai based load energi, berguna untuk

membangkitkan industri yang bekerja secara terus menerus dengan daya yang besar.

Namun sejumlah keuntungan itu tidak akan jatuh dengan sendirinya dari langit Jika pembangkit nuklir tidak dilakukan melalui kajian yang teliti, pengelolaan secara detail, terprogram secara baik, jaminan keamanan serta penerapan system

operating prosedur yang prima. Pengantian bahan bakar nuklir, daur ulang radionuklida,

pengendalian rekayasa, perlindungan keselamatan perorangan, dan system pengendalian harus dilakukan sesuai prosedur yang ditetapkan secara internasional karena sesungguhnya kecelakaan nuklir dapat terjadi lebih disebabkan oleh kesalahan manusia atau bencana alam.

Strategi yang harus dilakukan

Sebagaimana dikemukakan Peter Senge dalam mengidentifikasi konvergensi inovasi organisasi pembelajar yang dibagi kedalam 5 strategi, yaitu

sistem system thinking (sistem berfikir), personal mastery (kemampuan pribadi), mental models (model mental), building shared vision

(membangun visi bersama), dan team learning(tim pembelajar). Karena itu ke lima disiplin tersebut perlu dimaknai secara lebih terinci oleh institusi dalam meningkatkan kedaulatan energi.

System Thinking (sistem berfikir) memungkinkan seluruh komponen dalam organisasi terintegrasi dalam sebuah disiplin yang terpadu, memiliki koherensi tinggi dalam menterjemahkan teori kedalam praktek, termasuk menyatukan berbagai ilmu menjadi kekuatan baru yang luar biasa untuk mencapai tujuan dan visi organisasi. Dalam hal ini Roadmap terpadu menjadi penting untuk

dikembangkan dan di implementasikan secara bersama.

Setiap peneliti, perekayasa dan akademisi perlu melihat sistem ini, membuat strategi terrinci untuk diterapkan dalam organisasi. Adapun kegagalan untuk memahami sebuah dinamika sistem dapat menjerat organisasi masuk ke dalam alam pikir yang keliru yaitu bahwa kesalahan selalu disebabkan dan datang dari eksternal.

(5)

Personal Mastery (penguasaan/kemampuan pribadi) memberi peluang untuk meningkatkan kemampuan individu. Organisasi pembelajar hanya terjadi melalui individu yang belajar. Pembelajaran individu tidak menjamin pembelajaran organisasi. Tapi tanpa itu tidak terjadi pembelajaran di level organisasi. Penguasaan kemampuan pribadi adalah disiplin dan kemahiran untuk meningkatkan pemahaman terhadap visi individu melalui energi yang dimiliki, lalu kemudian ditransformasikan dalam rangka mewujudkan visi organisasi.

Kemampuan pribadi harus bisa ditransformasikan menjadi kekuatan komunal dalam organisasi untuk berbuat suatu produk yang memiliki keunggulan, dan ini bukan sebuah impian atau ide ada di awang-awang tetapi harus menjadi kenyataan.

Mental Models (model mental) memungkinkan asumsi yang tertanam, generalisasi, atau bahkan gambar-gambar sebagai input bagi individu untuk memahami sekitar kita dan dunia. Hal itu termasuk bagaimana individu dapat mengembangkan

perilaku yang mencerminkan tindakan. Refleksi perlu dilakukan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan internal individu dalam memandang perkembangan dunia secara holistik. Hal ini berarti individu melakukan learningfull untuk

mengungkapkan pemikiran-pemikiran terobosan atas pengaruh ekseternal. Sebagai akibatnya individu menuntut dirinya untuk meningkatkan keterampilan dan orientasi baru dalam organisasi dalam rangka perubahan karena adanya lingkungan strategis yang cepat berkembang.

Building Shared Vision (Membangun Visi Bersama),

ini menegaskan bahwa jika visi organisasi bisa terinternalisasi secara mendalam terhadap seluruh individu dalam sebuah organisasi maka akan meningkatkan kekuatan dalam eksperimentasi dan inovasi. Skill dan kreativitas untuk menggali bersama cita-cita organisasi merupakan komitmen yang tidak hanya disebabkan oleh kepatuhan tetapi juga karena sikap mental dan motiv dasar individu. Kejelasan visi, motivasi dan komitmen bersama merupakan cermin dari kekuatan visi organisasi.

Team Learning (organisasi pembelajar) merupakan cara yang dapat memberi peluang dalam

peningkatan proses harmonisasi termasuk peningkatan kapasitas tim kerja yang bertugas untuk mencapai tujuan organisasi. Ini bisa terjadi jika organisasi memiliki personal mastery dan visi bersama, sekaligus mampu melakukan tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan organisasi. Hal itu memungkinkan terjadinya percepatan

pencapaian hasil, efisensi dan peningkatan produktivitas organisasi, karena kelompok akan menemukan cara lebih baik dibanding capaian secara individu.

oleh: Agus Puji Prasetyono

Staf ahli menteri riset, teknologi, dan pendidikan tinggi bidang relevansi dan produktivitas

Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

(6)

dan gas bumi

Seperti yang kita semua tahu, Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber daya alam

diantaranya minyak dan gas bumi. Sejak awal tahun 70’an, minyak dan gas bumi telah menjadi andalan pendapatan Negara dan telah menjadi penopang ekonomi Indonesia.

Di awal era 70’an itu banyaknya perusahaan asing masuk membangun fasilitas pengolahan minyak dan gas di Indonesia karena keahlian ini adalah baru untuk masyarakat kita.

Kemudian ada beberapa perusahaan dalam negeri yang berkecimpung dalam dunia EPC di bidang minyak dan gas bumi, a.l Tripatra, IKPT, Rekayasa yang muncul pada masa tersebut. Tetapi setelah lebih dari 40 tahun era booming minyak dan gas bumi tidak banyak perusahaan EPC minyak dan gas bumi yang tumbuh di Negara sendiri selain pemain sebelumnya. Artinya tumbuh menjadi ujung tombak dalam proyek EPC, menjadi leader dari consortium.

Memang menjalankan kontrak EPC ini tidaklah mudah. Teknologi tinggi di sektor minyak dan gas bumi, permodalan yang besar dan persyaratan global lainnya didalam industri menjadi suatu tantangan tersendiri bagi pemain dalam negeri. Tantangan inilah yang seharusnya dilihat sebagai

encouraging factor bukan sebagai discouraging factor. Banyaknya lulusan berbagai jurusan teknik

yang tidak bekerja di bidang teknik belum lagi yang tidak dalam bidang minyak dan gas, membuat sumber daya menjadi sangat terbatas. Dengan ini marilah kita ber-sama2 mengajak para mahasiswa teknik untuk nantinya bekerja di bidang ke-teknik-an.

Pertanyaannya adalah: Apa yang membuat para insinyur tertarik untuk bekerja di EPC bidang minyak dan gas ?

Pertama adalah membangun rasa bangga sebagai insinyur yang notabene adalah ahli teknik untuk bisa bekerja menerapkan secara langsung keahlian tekniknya. Tahap pertama dari pekerjaan EPC adalah Engineering dimana disinilah awalnya para insinyur berkreasi dengan terapan tekniknya.

mewujudkan hasil kreasinya dari atas kertas gambar maupun perhitungan teknis menjadi barang nyata a.l pipa, pipe rack, peralatan proses – heat

exchanger, pressure vessel, turbine generator, compressor dll., MCC dan switchgear, serta control instrumentnya. Kemudian diikuti dengan

melakukan instalasi barang2 tersebut di lapangan, yang akhirnya setelah mechanically complete, fasilitas tsb siap di commissioning dan start up. Adalah suatu kebanggaan bagi para insinyur dari berbagai disiplin itu yang terlibat dapat melihat barang atau fasilitas nyata bagian dari hasil karyanya. Mereka berhasil membangun fasilitas pengolahan minyak dan gas bumi yang beroperasi secara komersial dan mendatangkan revenue bagi Indonesia.

Kedua adalah bagaimana agar pemerintah melakukan rencana jangka panjang dengan

eksplorasi sumber daya alam agar proyek di dalam negeri bisa berkesinambungan. Berkesinambungan ini perlu agar ada suatu jaminan pekerjaan atau karir para insinyur dalam bidang ini.

Kebijakan pemerintah yang affirmative

pro-nasional juga sangat diharapkan agar perusahaan

EPC dalam negeri bisa tumbuh dan jangan sampai layu sebelum berkembang.

Kalau perusahaan2 EPC ini sudah kuat , mereka bisa pergi keluar untuk mencari proyek sejenis diluar negeri sehingga insinyur Indonesia bisa berkreasi di kancah global yang pada akhirnya bisnis model ini akan membawa devisa bagi Negara.

(7)

Sedikit tentang “Dewan Insinyur Insinyur”

dan “keinsinyuran”

Pengertian/definisi (pasal 1, angka 12 UU 11/2014 Keinsinyuran):

Dewan Insinyur Indonesia adalah lembaga yang beranggotakan pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan Keinsinyuran yang berwenang membuat kebijakan penyelenggaraan Keinsinyuran dan pengawasan pelaksanaannya. 


Pengaturan keinsinyuran di Indonesia sebagaimana kebiasaan di berbagai negara ada lembaga yang merupakan bagian dari sistem pemerintahan dan lembaga yang murni masyarakat (swasta). Campur tangan pemerintah dilakukan melalui “dewan” yang mengatur melalui berbagai kebijakan.

Maknanya adalah bahwa pemerintah mengakui seluruh kegiatan maupun profesionalitas kegiatannya termasuk orang-orang yang diakui kompetensinya, sebagai contoh penting melalui registrasi insinyur. Oleh karena itu dalam Undang-undang 11 tahun 2014 tentang keinsinyuran diatur bahwa (Penjelasan Umum UU 11/2014) “Kelembagaan Keinsinyuran terdiri atas 2 (dua) lembaga, yaitu Dewan Insinyur Indonesia dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII).

Dewan Insinyur Indonesia mempunyai fungsi merumuskan kebijakan penyelenggaraan dan pengawasan pelaksanaan Praktik Keinsinyuran, sementara itu, PII merupakan lembaga yang berfungsi melaksanaan Praktik Keinsinyuran. Pembinaan Praktik Keinsinyuran merupakan tanggung jawab Pemerintah yang dilakukan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan dan menteri lainnya yang terkait.

Agar kegiatan keinsinyuran di Indonesia terjamin mutunya dan profesional, maka harus dikembangkan 3 Standar penting (pasal 6), dua diantaranya yang merupakan “perangkat lunak” dari kegiatan keinsinyuran yang memerlukan peran dari Dewan Insinyur Indonesia yaitu terkait dengan standar kompetensi insinyur dan standar program profesi insinyur. Selain itu untuk menjamin keprofesionalannya ada 1 standar lagi yang harus

ditetapkan oleh Dewan Insinyur Indonesia yaitu Standar Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (pasal 32 ayat 3).

Sebagaimana kita ketahui bahwa gobalisasi merupakan kenyataan. Untuk awal dari proses globalisasai atau internasionalisasi ini telah dimulai dengan MEA konsekuensi dari proses ini akan terjadi arus personil keinsinyuran secara lintas batas. Hanya insinyur yang teregistrasi yang dapat berperan serta. Di sisi yang lain untuk Insinyur Asing akan masuk pula ke Indonesia, sehingga harus ada pengaturan dan pengawasannya (pasal 19 ayat 1 dan 2). Untuk pengawasannya negaralah yang berperan karena terkait dengan kompetensi maupun profesionalitasnya serta sesuai kepentingan negara (alih teknologi), maka pemerintah yang berperan. Peran Pemerintah ini dilakukan melalui Dewan Insinyur Indonesia.

Dalam pelaksanaannya pelaksanaan yang dilakukan melalui “registrasi insinyur asing” oleh PII (pasal 18, ayat 3), pengawasannya dilakukan oleh Dewan Insinyur Indonesia (pasal 19, ayat 2).

Untuk memelihara kompetensi dan profesionalitas Insinyur serta tanggung jawab sosial Insinyur pada lingkungan profesi maupun masyarakat sekitarnya dilakukanlah Pengembangan Keprofesian

berkelanjutan (pasal 23 ayat 1) untuk itu diperlukan Standar Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang ditetapkan oleh Dewan Insinyur Indonesia (pasal 23, ayat 3), dimana standar ini perlu disesuikan dari waktu kewaktu sesuai dengan perkembangan dan kemajuan iptek.

(8)

Engineer Weekly

Pelindung: A. Hermanto Dardak, Heru Dewanto Penasihat: Bachtiar Siradjuddin Pemimpin Umum: Rudianto Handojo, Pemimpin Redaksi: Aries R. Prima, Pengarah Kreatif: Aryo

Adhianto, Pelaksana Kreatif: Gatot Sutedjo,Webmaster: Elmoudy, Web Administrator: Zulmahdi, Erni Alamat: Jl. Bandung No. 1, Menteng, Jakarta Pusat Telepon: 021- 31904251-52.

25

30

33

36

53

54

55

65

77

100

117

224

332

977

26. Malaysia

21. Philipines

17. Vietnam

16. Thailand

10. Japan

9. Turkey

8. Russia

7. Pakista

6. Brazil

5. Nigeria

4. Indonesia

3. USA

2. India

1. China

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis dari penulis adalah sebagai berikut: Pola produksi untuk produk Pagar Ornamen yang tepat tahun 2001 adalah pola produksi moderat karena memiliki total Incremental

Tema ini merupakan rincian lanjut dari kegiatan yang sudah diidentifikasikan yang terkait dengan tugas-tugas perkembangan. Tema secara spesifik dirumuskan dalam bentuk materi

merupakan dosen dari Jurusan.. Pendidikan Bahasa Inggris. Sebagai akhir dari kegiatan pelatihan ini, peserta diharapkan merancang dan membuat media ajar berbasis internet

Ditinjau dari jumlah dana yang terserap dan jumlah kegiatan penelitian, sebanyak lebih dari 500 judul kegiatan dalam waktu tiga tahun terakhir yang telah dilakukan oleh para

Tujuan kegiatan PPM Unggulan ini adalah Tujuan dari kegiatan program PPM dalam bentuk PPM Unggulan berbasis TTG ini adalah untuk membantu pemecahan masalah yang dihadapi

Kegiatan PkM dengan judul “Penyuluhan Dan Pelatihan Teknologi Pemanfaatan Tanaman Obat Berbasis Kearifan Dan Sumber Daya Alam Lokal Untuk Perbaikan Tingkat

• Berada pada jalur untuk mencapai target volume produksi batubara sebesar 21,8 juta ton untuk tahun 2018.. • Persetujuan pemerintah Indonesia untuk produksi dalam konsesi BIB

Penelitian yang dilakukan oleh Das Salirawati, dkk (2010) terhadap berbagai kadar zat gizi yang terkandung dalam teh bunga sepatu, baik yang dioven maupun disangrai,