B u k u P e d o m a n P e m e l i h a r a a n
P T P L N ( P E R S E R O )
J l T r u n o j o y o B l o k M I / 1 3 5
J A K A R T A
K O M P E N S A S I D A Y A R E A K T I F S T A T I K
( S V C )
D o k u m e n n o m o r : P D M / P G I / 0 6 : 2 0 1 4PT PLN (PERSERO)
PT PLN (Persero) No. 0520-2.K/DIR/2014BUKU PEDOMAN PEMELIHARAAN
KOMPENSASI DAYA REAKTIF
STATIK (SVC)
PT PLN (PERSERO)
JALAN TRUNOJOYO BLOK M-I/135 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN 12160
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
Susunan Tim Review KEPDIR 113 & 114 Tahun 2010
Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.0309.K/DIR/2013
Pengarah
: 1. Kepala Divisi Transmisi Jawa Bali
2. Kepala Divisi Transmisi Sumatera
3. Kepala Divisi Transmisi Indonesia Timur
4. Yulian Tamsir
Ketua
:
Tatang Rusdjaja
Sekretaris
:
Christi Yani
Anggota
:
Indra Tjahja
Delyuzar
Hesti Hartanti
Sumaryadi
James Munthe
Jhon H Tonapa
Kelompok Kerja Kapasitor, Reaktor, dan Kompensasi Daya Reaktif
Statik (SVC)
1.
Erwin Ansori (PLN P3BJB)
: Koordinator merangkap anggota
2.
Yusak Sumarno (PLN P3BJB)
: Anggota
3.
Imam Makhfud (PLN P3BJB)
: Anggota
4.
Donny Rinaeldi (PLN P3BS)
: Anggota
5.
Nursalam SR (PLN Sulselrabar)
: Anggota
6.
Ratmana (PLN Kalselteng)
: Anggota
Koordinator Verifikasi dan Finalisasi Review KEPDIR 113 & 114 Tahun
2010 (Nota Dinas KDIVTRS JBS Nomor 0018/432/KDIVTRS JBS/2014)
Tanggal 27 Mei 2014
1. Jemjem Kurnaen
2. Sugiartho
3. Yulian Tamsir
4. Eko Yudo Pramono
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...I DAFTAR GAMBAR ...II DAFTAR TABEL ...III DAFTAR LAMPIRAN ... IV PRAKATA ... V
STATIC VAR COMPENSATOR ...1
1 PENDAHULUAN ...1
1.1 Pengertian ...1
1.2 Fungsi...2
1.3 Jenis-Jenis SVC ...2
1.4 Bagian-Bagian SVC...6
1.4.1 Thyristor Valve Tower ... 6
1.4.2 Reaktor... 7
1.4.3 Kapasitor ... 7
1.4.4 Cooling System ... 8
1.5 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) ...9
1.5.1 Mendefinisikan Sistem (Peralatan) dan Fungsinya ... 9
1.5.2 Menentukan Subsistem dan Fungsi Tiap Subsistem... 9
1.5.3 Menentukan Functional Failure Tiap Subsistem... 9
1.5.4 Menentukan Failure Mode Tiap Subsistem ... 9
1.5.5 FMEA SVC ... 9
2 PEDOMAN PEMELIHARAAN...10
2.1 In Service Inspection ...10
2.2 In Service Measurement ...10
2.3 Shutdown Testing /Measurement/Treatment ...11
2.4 Shutdown Treatment ...12
3 EVALUASI HASIL PEMELIHARAAN DAN REKOMENDASI ...16
3.1 In Service Inspection ...16 3.1.1 Cooling System ... 16 3.1.2 Demin Unit... 17 3.2 In Service Measurement ...18 3.3 Shutdown Measurement ...18 3.4 Hasil ShutdownTreatment...19 3.4.1 Cooling System ... 19 3.4.2 ThyristorValve Tower ... 21
4 URAIAN KEGIATAN PEMELIHARAAN...22
DAFTAR ISTILAH ...29
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-1 One-line Diagram dari konfigurasi SVC ... 1
Gambar 1-2 Contoh SVC di Gardu Induk ... 1
Gambar 1-3 SVC yang menggunakan TCR dan FC ... 3
Gambar 1-4 SVC yang menggunakan TCR dan TSC... 3
Gambar 1-5 SVC yang menggunakan Selt-Commutated Inverters... 4
Gambar 1-6 Thyristor Controlled Series Capacitor (TCSC) ... 5
Gambar 1-7 Thyristor Controlled Phase Angle Regulator ... 5
Gambar 1-8 Unified Power Flow Controller ... 6
Gambar 1-9 Thyristor Valve Tower... 6
Gambar 1-10 Reaktor... 7
Gambar 1-11 Kapasitor ... 8
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1 Uji Fungsi dan Kalibrasi ...11
Tabel 2-2 Cooling System...13
Tabel 2-3 Thyristor Valve Tower ...15
Tabel 3-1 In Service Inspection Cooling System ...16
Tabel 3-2 In Service Inspection Demin Unit ...17
Tabel 3-3 In Service Measurement Pengukuran Thermovisi ...18
Tabel 3-4 Shutdown Measurement ...18
Tabel 3-5 Hasil Shutdown Treatment Cooling System ...19
Tabel 3-6 Hasil Shutdown Treatment Cooling System ...21
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 TABEL PERIODE PEMELIHARAAN SVC ... 24 Lampiran 2 FMEA SVC ... 27 Lampiran 3 Checklist Harian In Service Inspection... 28
PRAKATA
PLN sebagai perusahaan yang asset sensitive, dimana pengelolaan aset memberi kontribusi yang besar dalam keberhasilan usahanya, perlu melaksanakan pengelolaan aset dengan baik dan sesuai dengan standar pengelolaan aset. Parameter Biaya, Unjuk kerja, dan Risiko harus dikelola dengan proporsional sehingga aset bisa memberikan manfaat yang maksimum selama masa manfaatnya.
PLN melaksanakan pengelolaan aset secara menyeluruh, mencakup keseluruhan fase dalam daur hidup aset (asset life cycle) yang meliputi fase Perencanaan, Pembangunan, Pengoperasian, Pemeliharaan, dan Peremajaan atau penghapusan. Keseluruhan fase tersebut memerlukan pengelolaan yang baik karena semuanya berkontribusi pada keberhasilan dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Dalam pengelolaan aset diperlukan kebijakan, strategi, regulasi, pedoman, aturan, faktor pendukung serta pelaksana yang kompeten dan berintegritas. PLN telah menetapkan beberapa ketentuan terkait dengan pengelolaan aset yang salah satunya adalah buku Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran tenaga listrik.
Pedoman pemeliharaan yang dimuat dalam buku ini merupakan bagian dari kumpulan Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran yang secara keseluruhan terdiri atas 25 buku. Pedoman ini merupakan penyempurnaan dari pedoman terdahulu yang telah ditetapkan dengan keputusan direksi nomor 113.K/DIR/2010 dan 114.K/DIR/2010. Perubahan atau penyempurnaan pedoman senantiasa diperlukan mengingat perubahan pengetahuan dan teknologi, perubahan lingkungan serta perubahan kebutuhan perusahaan maupun stakeholder. Di masa yang akan datang, pedoman ini juga harus disempurnakan kembali sesuai dengan tuntutan pada masanya.
Penerapan pedoman pemeliharaan ini merupakan hal yang wajib bagi seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan pemeliharaan peralatan penyaluran di PLN, baik perencana, pelaksana maupun evaluator. Pedoman pemeliharaan ini juga wajib dipatuhi oleh para pihak diluar PLN yang bekerjasama dengan PLN untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan di PLN.
Demikian, semoga kehadiran buku ini memberikan manfaat bagi perusahaan dan stakeholder serta masyarakat Indonesia.
Jakarta, Oktober 2014 DIREKTUR UTAMA
STATIC VAR COMPENSATOR
1
PENDAHULUAN
1.1
Pengertian
StaticVAR Compensator (atau disebut SVC) adalah peralatan listrik untuk menyediakan
kompensasi fast-acting reactive power pada jaringan transmisi listrik tegangan tinggi. SVC adalah bagian dari sistem peralatan AC transmisi yang fleksibel, pengatur tegangan dan menstabilkan sistem. Istilah “static”berdasarkan pada kenyataannya bahwa pada saat beroperasi atau melakukan perubahan kompensasi tidak ada bagian (part) SVC yang bergerak, karena proses komensasi sepenuhnya dikontrol oleh sistem elektronika daya. Jika power sistem beban reaktif kapasitif (leading), SVC akan menaikkan daya reaktor untuk mengurangi VAR dari sistem sehingga tegangan sistem turun. Pada kondisi reaktif induktif(lagging), SVC akan mengurangi daya reaktor untuk menaikkan VAR dari sistem sehingga tegangan sistem akan naik.
Pada SVC pengaturan besarnya VAR dan tegangan dilakukan dengan mengatur besarnya kompensasi daya reaktif induktif pada reaktor, sedangkan kapasitor bank bersifat statis.
Gambar 1-1 One-line Diagram dari konfigurasi SVC
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
2
1.2
Fungsi
Kebutuhan daya reaktif pada sistem dapat dipasok oleh unit pembangkit, sistem transmisi, reaktor dan kapasitor.
Karena kebutuhan daya reaktif pada sistem bervariasi yang disebabkan oleh perubahan beban, komposisi unit pembangkit yang beroperasi, perubahan konfigurasi jaringan, hal ini berdampak pada bervariasinya level tegangan pada gardu induk. Pada umumnya gardu-gardu induk yang berada jauh dari pembangkit akan mengalami penurunan level tegangan yang paling besar, oleh sebab itu diperlukan sistem kompensasi daya reaktif yang dapat mengikuti perubahan tegangan tersebut.
SVC dapat dengan cepat memberikan supply daya reaktif yang diperlukan dari sistem sehingga besarnya tegangan pada gardu induk dapat dipertahankan sesuai dengan standar yang diizinkan. Kestabilan tegangan pada gardu induk akan meningkatkan kualitas tegangan yang sampai kekonsumen, mengurangi losses dan juga dapat meningkatkan kemampuan penghantar untuk mengalirkan arus.
Secara lebih rinci fungsi SVC adalah:
1. Meningkatkan kapasitas sistem transmisi 2. Kontrol tegangan
3. Reaktif kontrol power/reaktif kontrol aliran power
4. Penurunan dan atau pembatasan frekuensi over voltage power disebabkan
load rejection
5. Memperbaiki stabilitas jaringan AC
6. Mencegah terjadinya ketidakstabilan tegangan
SVC yang ada di Gardu Induk Jember terdiri dari empat bank fix kapasitor per-phasa yang diparalel dengan sebuah reaktor utama yang dikendalikan oleh thyristor. Pada SVC tersebut juga terpasang tiga buah reaktor yang dipasang secara seri dengan bank kapasitor yang berfungsi sebagai filter harmonik.
Jenis reaktor yang terpasang adalah air core dan jenis kapasitor yang terpasang adalah jenis elektrolit.
Pengaturan daya reaktif dilakukan dengan mengontrol besarnya MVAR pada reaktor melalui pengaturan sudut penyulutan pada thyristor. Besarnya sudut penyulutan ini tergantung dari variasi tegangan pada gardu induk dengan kata lain makin besar MVAR reaktif yang dibutuhkan maka sudut penyulutan akan semakin kecil. Karena kontrol sudut penyulutan ini dilakukan secara eletronik maka pengaturan tegangan dapat dilakukan secara lebih halus dan cepat.
Thyristor pada kondisi beroperasi akan menghasilkan panas sehingga diperlukan sistem
pendingin untuk mendinginkannya. Sistem pendinginan yang dipakai menggunakan
deionized water yang dikontrol konduktifitinya.
1.3
Jenis-Jenis SVC
SVC Berdasarkan Kontrol Yang Digunakan
1. SVC menggunakan TCR dan fixed Capasitor (FC)
Gambar 1-3 SVC yang menggunakan TCR dan FC
Fixed Capasitor bank terhubung ke sistem melalui step down transformator. Rating pada
reaktor dipilih yang lebih besar ratingnya dari kapasitor dengan jumlah yang diberikan maksimum lagging vars yang akan diserap dari sistem. Dengan mengubah firing angle dari thyristor akan mengontrol reaktor dari 90omenjadi 180o, maka sifat kompensasi akan berubah dari lagging ke leading.
Kerugian dari konfigurasi ini adalah harmonik yang dihasilkan karena besarnya partial
conduction dari reaktor dibawah kondisi operasi sinusoidal steady-state normal ketika
SVC menyerap zero MVAr.
2. SVC menggunakan TCR dan ThyristorSwitched Capasitor (TSC)
Gambar 1-4 SVC yang menggunakan TCR dan TSC
Kompensator jenis ini berguna untuk mengurangi losses pada kondisi beroperasi dan menjaga kinerja agar lebih baik saat gangguan sistem yang besar. Pada gambar 1-4,
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
4
menunjukkan pengaturan dari SVC dari satu TCR yang diparalel dengan beberapa bank TSC sehingga akan mengurangi harmonik yang dihasilkan reaktor.
3. SVC menggunakan Forced Commutation Inverters
Gambar 1-5 SVC yang menggunakan Selt-Commutated Inverters
SVC ini terdiri dari satu inverter (sumber konverter tegangan dc misalnya VSC) menggunakan gare turn-off (GTO) thyristor. Untuk inverter ini, sumber dc dapat berupa batere atau kapasitor yang tegangan terminalnya dapat ditinggikan atau diturunkan oleh pengontrol inverter.
Inverter ini dihubungkan ke system supply melalui reaktansi secara bergantian dan output trafo. Ketiga tegangan inverter V1 sama dengan tegangan sistem, SVC akan floating. Ketika V1 lebih besar dari tegangan sistem, SVC akan bertindak sebagai kapasitor, dan jika V1 kurang dari tegangan sistem, SVC akan bertindak sebagai induktor. Dengan menggunakan beberapa inverter dengan sudut phasa berbeda operasi yang diinginkan dapat dicapai.
SVC Berdasarkan Pemasangan Pada Transmisi 1. TCSR (Thyristor Controlled Series Reactor)
TCSR singkatan dari Thyristor Controlled Series Reactor yang dapat digunakan pada jaringan transmisi yang membutuhkan pengurangan beban dengan cepat dan pembatasan dari arus gangguan (fault). Alat ini dapat pula digunakan bersama TCSC pada jaringan transmisi yang memerlukan kompensasi induktif seri yang tinggi.
2. TCSC (Thyristor Controlled Series Capasitor)
Thyristor Controlled Series Capacitor (TCSC) yang berfungsi sebagai pengendali
impedansi dari jaringan transmisi. Seperti diketahui, impedansi sepanjang jaringan transmisi umumnya bersifat induktif sedangkan yang bersifat resistif hanya berkisar 5 sampai10%. Ini berarti akan terasa sangat besar manfaatnya apabila kita mampu mengendalikan impedansi transmisi yang bersifat induktif pada kondisi stabil (steady state
impendance). Hal ini dapat ditempuh dengan cara penambahan kapasitor dan induktor
secara seri. Penghubungan kapasitor secara seri akan berakibat pengurangan impedansi pada transmisi sedangkan penghubungan induktor secara seri akan berarti penaikan impedansi pada transmisi yang sama.
Studi kasus pemasangan TCSC yang telah dilaksanakan oleh Electric Power Research
Institute (EPRI) pada satu jaringan transmisi menunjukkan bahwa TCSC berhasil
meningkatkan kuantitas aliran daya (dalam MW) sebanyak 30% dengan sekaligus menjaga stabilitas sistim jaringan transmisi tersebut.
Gambar 1-6 Thyristor Controlled Series Capacitor (TCSC)
3. TCPR (Thyristor Controlled Phasa Angle Regulator)
TCPR kependekan dari ThyristorControlled Phase Angle Regulator. Fungsi dari alat ini tidak lain adalah sebagai pengendali selisih sudut fasa pada voltage dari kedua ujung jaringan transmisi yang sama. Fungsi tersebut dimungkinkan dengan cara penyuntikan voltase secara seri pada jaringan transmisi listrik.
Penambahan sudut fasa a pada voltase transmisi V dicapai dengan cara menambahkan voltase Vq yang tegak lurus terhadap V. Voltase Vq sendiri dihasilkan dari voltase sekunder dari transformer yang dihubungkan ke dua fasa dari sistim transmisi tiga fasa ini.
Gambar 1-7 Thyristor Controlled Phase Angle Regulator
4. UPFC (Unified Power Flow Controller)
UPFC yang mana perancangannya berbasis inverter dengan menggunakan thyristor. Sebagaimana diilustrasikan pada gambar 1-8, pada UPFC, vektor voltase Vpq yang dihasilkan oleh inverter disuntikkan secara seri ke jaringan transmisi. Voltase searah (dc) yang digunakan inverter ini didapatkan dari hasil penyearah (rectification) voltase dari transmisi yang sama. UPFC merupakan alat kendali daya aktif dan daya reaktif secara terpisah pada trasmisi listrik dan dapat dipasang pada ujung pengirim maupun penerima daya. Lebih penting lagi, UPFC juga merupakan alat pengendali daya yang sangat fleksibel karena dapat menggunakan salah satu ataupun kombinasi parameter dasar dari sistim aliran daya yaitu voltase transmisi, impedansi transmisi, dan selisih sudut fasa transmisi. Hal ini merupakan suatu keuntungan karena dengan pemasangan satu UPFC yang dapat mengendalikan ketiga parameter tersebut, maka tidak hanya sistim jaringan
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
6
transmisi akan menjadi lebih baik, tetapi juga akan menjadi lebih murah dan mudah dalam pemeliharaan dan pengoperasiannya. Dengan kata lain, pemasangan satu UPFC akan sama halnya dengan pemasangan alat TCSC, STATCON dan TCPR secara bersamaan.
Gambar 1-8 Unified Power Flow Controller
1.4
Bagian-Bagian SVC
1.4.1
Thyristor Valve Tower
Gambar 1-9 Thyristor Valve Tower
Thyristor valve tower adalah bagain dari TCR yang berfungsi untuk mengatur sudut
1.4.2
Reaktor
Reaktor dapat merupakan peralatan utama atau berupa peralatan yang terintegrasi pada
suatu sistem distribusi maupun transmisi. Reaktor merupakan peralatan utama jika pemasangannya tidak menjadi bagian dari paralatan lainnya, misalnya reaktor pembatas arus (currentliminting reactors), reaktor paralel (shunt reactor/steady-statereactive
compensation) dan lain-lain. Reaktor merupakan peralatan terintegrasi jika reaktor
tersebut merupakan bagian dari suatu peralatan dengan unjuk kerja tertentu, misalnya reaktor surja hubung kapasitor paralel (shunt-capacitor-switching reactor), reaktor peluah kapasitor (capacitor discharge reactor), reaktor penyaring (filter reactor) dan lain-lain. Aplikasi pemasangan reaktor dalam sistem tenaga listrik pada prinsipnya untuk membentuk suatu reaktansi induktif dengan tujuan tertentu. Beberapa tujuan tersebut diantaranya adalah membatasi arus gangguan (fault-current limiting), membatasi arus magnetisasi (inrush-current limiting) pada motor dan kapasitor, menyaring harmonisa (harmonic filtering), mengkompensasi VAR (var compensation), mengurangi arus ripple (reduction of ripple currents), mencegah masuknya daya pembawa signal (blocking of
power-line carrier), pentanahan titik netral (neutral grounding reactor), peredam surja
transient (damping of switching transient), pengurang flicker (flicker reduction) pada aplikasi tanur listrik, circuit detuning, penyeimbang beban (load balancing) dan power
conditioning. Untuk mempermudah identifikasi, pada umumnya penamaan reaktor
disesuaikan dengan tujuan pemasangannya atau lokasi dimana peralatan tersebut terpasang.
Gambar 1-10 Reaktor
1.4.3
Kapasitor
Bank kapasitor (capacitor banks) adalah peralatan yang digunakan untuk memperbaiki kualitas pasokan energi listrik antara lain memperbaiki mutu tegangan di sisi beban, memperbaiki faktor daya (cos φ) dan mengurangi rugi-rugi transmisi. Kekurangan dari pemakaian bank kapasitor adalah menimbulkan harmonisa pada proses switching dan memerlukan desain khusus PMT atau switching controller.
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
8
Gambar 1-11 Kapasitor
1.4.4
Cooling System
Cooling system dibutuhkan untuk memindah panas dari thyristor dan resistor pada
rangkaian RC. Setiap thyristor mempunyai drop tegangan, oleh karena itu diperlukan pendingin untuk menghilangkan panas dalam jumlah besar. 95% panas yang dihasilkan dihilangkan oleh cooling system, sisanya 5% menyebar ke udara.
Proses kerja cooling system yaitu air yang dingin dipompa menuju valve tower ketika terjadi panas tinggi. Dari valve tower, air panas mengalir ke dry type heat exchanger yang dipasang pada bagian atas container. Di heat exchanger, air akan menjadi dingin karena dikipas. Setelah keluar dari heat exchanger air yang telah dingin tadi kembali ke pompa dan proses tersebut akan terjadi lagi.
Cooling system membutuhkan pemeliharaan regular untuk menjaga agar tidak terjadi
masalah. Seminggu sekali visual dan audible inspection harus dilakukan (dengan menggunakan lembar pemeliharaan). Harus diperiksa telah terjadi kebocoran atau tidak (air pada lantai) pada cooling system tersebut. Level air pada pemuaian tank harus dikontrol.
1.5
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
FMEA merupakan suatu metode untuk menganalisa penyebab kegagalan pada suatu peralatan. Pada buku pedoman pemeliharaan ini FMEA menjadi dasar untuk menentukan komponen-komponen yang akan diperiksa dan dipeliharaan.
FMEA atau Failure Modes Effects Analysis dibuat dengan cara: a. Mendifinisikan sistem (peralatan) dan fungsinya b. Menentukan Subsistem dan fungsi tiap Subsistem c. Menentukan functional failure tiap Subsistem d. Menentukan failure mode tiap Subsistem
1.5.1
Mendefinisikan Sistem (Peralatan) dan Fungsinya
Definisi: kumpulan komponen yang secara bersama-samabekerja membentuk satu fungsi atau lebih.
1.5.2
Menentukan Subsistem dan Fungsi Tiap Subsistem
Definisi: peralatan dan/atau komponen yang bersama-sama membentuk satu fungsi. Dari fungsinya Subsistem berupa unit yang berdiri sendiri dalam suatu sistem.
1.5.3
Menentukan Functional Failure Tiap Subsistem
Functional Failure adalah ketidakmampuan suatu asset untuk dapat bekerja sesuai
fungsinya berdasarkan standar unjuk kerja yang dapat diterima pemakai.
1.5.4
Menentukan Failure Mode Tiap Subsistem
Failure Mode adalah setiap kejadian yang mengakibatkan functional failure.
1.5.5
FMEA SVC
Didalam FMEA SVC terdiri dari subsistem SVC, Functional Failure, Failure Mode pada SVC.
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
10
2
PEDOMAN PEMELIHARAAN
2.1
In Service Inspection
In Service Inspection adalah kegiatan pengamatan visual pada bagian-bagian peralatan
terhadap adanya anomali yang berpotensi menurunkan unjuk kerja peralatan atau merusak sebagian/keseluruhan peralatan.
Cooling System
Adapun bagian yang dilakukan pemeriksaan adalah: A. Pada Cooling System
1. Mencatat nilai temperatur pada indikator meter input thyristor 2. Mencatat nilai conductivity 1 pada indikator meter
3. Mencatat nilai conductivity 2 pada indikator mete. 4. Memeriksa level tanki consevator
5. Mencatat nilai Pressure 6. Mencatat nilai flow water
7. Mencatat temperatur output thyristor 8. Mencatat status motor pompa
9. Memeriksa kebocoran instalasi existing B. Demin Unit
1. Mencatat nilai conductivity
2. Mencatat nilai record demint/deionising eneble/make up (haur) 3. Memeriksa kebocoran instalasi air pendingin
2.2
In Service Measurement
In Service Measurement adalah kegiatan pengukuran/pengujian yang dilakukan pada
saat peralatan sedang dalam keadaan bertegangan/beroperasi. Thermovisi
Metode thermography pada SVC bertujuan untuk memantau kondisi SVC saat beroperasi. Pola temperatur akan terlihat pada bagian-bagian SVC yang di monitor. Dari pola temperatur tersebut, akan dilihat bagian mana pada subsistem SVC tersebut yang mengalami overheat atau penyimpangan lainnya. Dari hasil tersebut akan dievaluasi
kembali apa permasalahan yang terjadi pada bagian tersebut, sehingga kerusakan yang fatal dapat dihindarkan.
Adapun bagian subsistem SVC tersebut adalah:
Reaktor
Kapasitor
Thyristor valve tower
Cooling system
Klem-klem pada setiap bagian yang ada
2.3
Shutdown Testing /Measurement/Treatment
Shutdowntesting/measurement adalah pekerjaan pengujian yang dilakukan pada saat
peralatan dalam keadaan padam. Pekerjaan ini dilakukan pada saat pemeliharaan rutin maupun pada saat investigasi ketidaknormalan.
Pemeliharaan pada Reaktor (Lihat BukuPedoman Pemeliharaan Reaktor) Pemeliharaan pada Kapasitor (Lihat Buku Pedoman Pemeliharaan Kapasitor) Pemeliharaan Cooling System
Tabel 2-1 Uji Fungsi dan Kalibrasi
No. Bagian Peralatan
Yang Diperiksa Cara Pemeliharaan Standart Hasil
1. TemperaturRelay Uji Fungsi dan
Kalibrasi peralatan
Temp max 50oC; 40-46 Fan
operate; 48 Alarm & 50 trip.
2. Pressure Relay Uji Fungsi dan
Kalibrasi peralatan
- Pressure 4 bar; 3,2 bar Alarm;
3,0 bar trip.
3. Flow Meter Relay Uji Fungsi dan
Kalibrasi peralatan
- Flow 175 l/m; 165 l/m Alarm;
162 l/m trip. *Referensi mengacu pada SVC GI Jember
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
12
2.4
Shutdown Treatment
A. Cooling System 1. Pompa air
- Memeriksa kondisi bearing pompa
- Memeriksa terminal kabel motor pompa kencangkan/perbaiki sambungan jika terindikasi lost kontak
- Mengecat ulang body pompa jika terindikasi berkarat
- Memeriksa kekuatan ikatan baut dudukan pompa
2. Instalasi Air Pendingin
- Memeriksa kondisi sambungan-sambungan antar pipa, perbaiki jika terindikasi rembes
- Memeriksa kondisi pipa air, cat ulang jika terindikasi berkarat
3. Filter Air
- Memeriksa kondisi filter air, bersihkan dari polutan yang menyumbat atau ganti jika rusak
4. Resin
- Memeriksa kualitas air pendingin jika konduktivitynya cenderung naik dan nilainya > 5 μS/cm, ganti dengan resin baru yang sesuai
5. Eksternal Heat Exchanger
- Memeriksa instalasi kabel sumber daya listrik untuk motor fan, perbaiki sambungan kabel jika terindikasi lost kontak
- Memeriksa kondisi exhost fan, ganti bearing jika terindikasi aus pada
bearing
- Mengecat ulang body fan dan ruang heat exchanger jika terindikasi berkarat
6. Instrumen Meter Tekanan, Meter aliran dan meter konduktiviti dan meter temperature
- Memeriksa kabel wiring meter-meter instrumen apakah terindikasi longgar/lost kontak
Tabel 2-2 Cooling System No. Bagian Peralatan Yang Diperiksa
Cara Pemeliharaan Standart Hasil
A.
1. Pompa air Memeriksa kondisi bearing
pompa jika terindikasi aus
Memeriksa terminal kabel motor
pompa kencangkan/perbaiki
sambungan jika terindikasi lost kontak
Mengecat ulang body pompa
jika terindikasi berkarat
Memeriksa kekuatan ikatan baut
dudukan pompa
Bunyi putaran motor
halus/normal dan motor tidak bergetar
Tidak terjadi over-heat pada motor
Tidak berkarat Terikat dengan baik
2. Instalasi air
pendingin
Memeriksa kondisi
sambungan-sambungan antar pipa, perbaiki jika terindikasi rembes
Memeriksa kondisi pipa air, cat ulang jika terindikasi berkarat
Tidak bocor
Tidak berkarat
3. Filter air Memeriksa kondisi filter air,
bersihkan dari polutan yang menyumbat atau ganti jika rusah
Aliran air pendingin tidak
terhambat dan fisik filter masih dalam kondisi standart
4. Resin Memeriksa kualitas air
pendingin jika konduktivitynya cenderung naik dan nilainya > 5 μS/cm, ganti dengan resin baru yang sesuai
Konduktivity air pendingin < 5 μS/cm
5. Eksternal heat
exchanger
Memeriksa instalasi kabel
sumber daya listrik untuk motor
Motor fan tidak mengalami vibrasi dan over-heat, putaran
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK 14 No. Bagian Peralatan Yang Diperiksa
Cara Pemeliharaan Standart Hasil
fan, perbaiki sambungan kabel jika terindikasi lost kontak
Memeriksa kondisi exhost fan,
ganti bearing jika terindikasi aus pada bearing
Mengecat ulang body fan dan
ruang heat exchanger jika
terindikasi berkarat
motor tidak terbalik.
Putaran fan bekerja kontinyu dan tidak bergetar.
Tidak berkarat 6. Instrumen Meter Tekanan, Meter aliran dan meter konduktiviti dan meter temperature
Memeriksa kabel wiring
meter-meter instrumen apakah
terindikasi longgar/lost kontak
Instrumen bekerja normal dan terpasang dengan benar
7. Uji Fungsi - Temp max 50 oC; 40-46 Fan
operate; 48 Alarm & 50 trip.
- Pressure 4 bar; 3,2 bar Alarm;
3,0 bar trip.
- Flow 175 l/m; 165 l/m Alarm;
162 l/m trip. *Ket:Referensi mengacu pada SVC GI Jember
B. Thyristor Valve Tower 1. Almari Panel TCR
- Membersihkan ruangan panel bagian luar/dalam
2. Isolator Support perangkat Thyristor antar phasa dan ke body
- Membersihkan permukaan insulator terhadap polutan
- Merekondisi kualitas permukaan insulator jika terindikasi flex/cuil
- Membersihkan rangka besi penyangga Thyristor terhadap polutan, mengecat ulang jika terindikasi berkarat dan memeriksa kekencangan baut
3. Kabel dan Terminal Kabel
- Periksa kekencangan sambungan kabel apakah terindikasi kendor/lost kontak
Tabel 2-3 Thyristor Valve Tower
No. Bagian Peralatan
Yang Diperiksa Cara Pemeliharaan Standart Hasil
B. ThyristorValve Tower
1. Almari panel TCR Membersihkan ruangan panel
bagian luar/dalam
Mengecat ulang body panel
luar/dalam jika terindikasi berkarat
Memeriksa panel bagian atas, lapisi
waterproofing jika terindikasi bocor
Bersih
Tidak karatan
Tidak bocor
2. IsolatorSupport
perangkat Thyristor
antar phasa dan ke body
Membersihkan permukaan insulator
terhadap polutan
Merekondisi kualitas permukaan
insulator jika terindikasi flex/cuil
Membersihkan rangka besi
penyangga Thyristor terhadap
polutan, mengecat ulang jika
terindikasi berkarat dan memeriksa kekencangan baut
Bersih
Tidak cacat
Bersih, tidak berkarat dan terikat dengan sempurna
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
16
No. Bagian Peralatan
Yang Diperiksa Cara Pemeliharaan Standart Hasil
kabel kabel apakah terindikasi kendor/lost
kontak
terikat dengan baik dan terminal kabel
tidak terindikasi
bekas hot-spot
3
EVALUASI HASIL PEMELIHARAAN DAN REKOMENDASI
3.1
In Service Inspection
In Service Inspection yang dipakai pada buku pedoman ini berdasarkan SVC yang ada di
Jember.
3.1.1
Cooling System
Tabel 3-1 In Service Inspection Cooling System
No. Item Inspeksi Hasil Inspeksi Rekomendasi
1. Temperatur Input THY < 48oC Normal
> 48oC Periksa sistem pendingin apakah ada
yang tersumbat.
2. Conductivity 1 < 0,5 µS/cm Normal
> 0,7 µS/cm Periksa zat aktif resin kemungkinan
jenuh, bila jenuh segera diganti.
3. Conductivity 2 < 0,5 µS/cm Normal
> 0,7 µS/cm Periksa zat aktif resin kemungkinan
jenuh, bila jenuh segera diganti.
4. Level Tanki Conservator Kurang Tambahkan pure water
Normal Normal
5. Pressure < 3,5 bar 3. Periksa level air, kemungkinan level
air rendah
4.Periksa posisi valve kemungkinan ada yg tertutup (tidak normal).
No. Item Inspeksi Hasil Inspeksi Rekomendasi
> 3,5 bar Normal
6. Water Flow > 170 ltr/mmnt Normal
<170 ltr/mnt 1.Periksa level air, kemungkinan level
air rendah
2.Periksa posisi valve kemungkinan ada yg tertutup (tidak normal).
7. Temperatur out put THY
8. Status Motor Pump Operasi Normal
Tidak operasi Periksa penyebabnya
9. Kebocoran Instalasi
Exixting
Iya Periksa kondisi instalasi
Tidak Normal
*Ket:Referensi mengacu pada SVC GI Jember
3.1.2
Demin Unit
Tabel 3-2 In Service Inspection Demin Unit
No. Item Inspeksi Hasil Inspeksi Rekomendasi
1. Conductivity < 0,5 µS/cm Normal
> 0,7 µS/cm Periksa zat aktif resin
kemungkinan jenuh, bila jenuh segera diganti.
2. Kebocoran instalasi air Tidak Normal
Iya Periksa lokasi dan perbaiki
sumber kebocoran *Ket = Referensi mengacu pada SVC GI Jember
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
18
3.2
In Service Measurement
Pengukuran Thermovisi
Tabel 3-3 In Service Measurement Pengukuran Thermovisi No. Bagian yang Diukur Batasan Nilai
perbedaan suhu Rekomendasi 1. │∆Takhir│= (Imax/Ibeban)2x (suhu klem-suhu kawat) 1 sd 9,9 Baik
10 sd 24,9 Ukur 1 bulan lagi
25 sd 39,9 Rencanakan perbaikan
40 sd 69,9 Perbaiki segera
70 sd 100 Darurat
2. Body antar phasa 1 sd 3 Dimungkinkan ada ketidaknormalan,
perlu investigasi lanjut
4 sd 15 Mengindikasikan adanya defisiensi,
perlu dijadwalkan perbaikan.
> 16 Ketidaknormalan mayor, perlu
dilakukan perbaikan / penggantian segera
3.3
Shutdown Measurement
Pemeliharaan Cooling System
Tabel 3-4 Shutdown Measurement
No. Item Inspeksi Hasil Inspeksi Rekomendasi
1. Meter
Temperatur
Temp max 50 oC; 40-46 Fan operate; 48 Alarm & 50 trip.
Bila melebihi standard lakukan kalibrasi dan re-setting ulang.
2. Meter
Tekanan
- Pressure 4 bar; 3,2 bar Alarm;
3,0 bar trip. Bila melebihi standard lakukan
No. Item Inspeksi Hasil Inspeksi Rekomendasi
3. Meter flow - Flow 175 l/m; 165 l/m Alarm;
162 l/m trip.
Bila melebihi standard lakukan kalibrasi dan re-setting ulang. *Referensi mengacu pada SVC GI Jember
3.4
Hasil ShutdownTreatment
3.4.1
Cooling System
Tabel 3-5 Hasil Shutdown Treatment Cooling System
No. Subsistem Sub Subsistem Hasil Inspeksi Rekomendasi
A. Cooling System
1. Pompa air 1. Motor
2. Kabel terminal
3. Body pompa
Bunyi motor tidak
normal. Motor bergetar Overheat Kendor Isolasi terkelupas Berkarat Bocor Periksa kondisi bearing, bila diperlukan diganti. Kencangkan kabel terminal. Perbaiki isolasi kabel. Cat ulang Ganti seal Kencangkan
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
20
No. Subsistem Sub Subsistem Hasil Inspeksi Rekomendasi
4. Baut dudukan pompa Kendor 2. Instalasi air pendingin 1. Sambungan antar pipa 2. Kondisi pipa Bocor / rembes Berkarat Perbaiki Cat ulang
3. Filter air Tersumbat Bersihkan atau
ganti
4. Resin Konduktivity air
pendingin naik
dan nilainya tidak bisa diturunkan < 5 μS/cm Ganti resin 5. Eksternal heat exchanger 1.Sambungan Kabel
2.Bearing Exhost fan
3. Motor fan 4. heat exchanger kendor Aus Berkarat Berkarat / Bocor Kencangan sambungan Ganti bearing Bersihkan Bersihkan, perbaiki
No. Subsistem Sub Subsistem Hasil Inspeksi Rekomendasi
kebocoran
6. Instrumen Meter
Tekanan, Meter aliran dan meter konduktiviti dan meter temperature Meter tidak berfungsi (penunjukkan salah) Perbaiki dan kalibrasi ulang
3.4.2
ThyristorValve Tower
Tabel 3-6 Hasil Shutdown Treatment Cooling System
No. Subsistem Sub Subsistem Hasil Inspeksi Rekomendasi
B. Thyristor Valve Tower
1. Almari panel TCR Ruang panel
Body panel Kotor Berkarat / kusam Bersihkan Cat ulang 2. Isolator Support perangkat Thyristor
antar phasa dan ke body Isolator Rangka besi penyangga Kotor / flek Kotor/ berkarat / baut kendor Bersihkan Bersihkan Baut dikencangkan
3. Kabel dan terminal
kabel
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
22
4
URAIAN KEGIATAN PEMELIHARAAN
Tabel 4-1 Uraian Kegiatan Pemeliharaan SVC
Jenis Pemeliharaan Jenis Inspeksi/Pengujian Periode Alat Uji
In Service Inspection 1. Mencatat nilai temperatur pada indikator meter input thyristor.
Mingguan Visual
2. Mencatat nilai conductivity 1 pada
indikator meter.
Mingguan Visual
3. Mencatat nilai conductivity 2 pada
indikator meter.
Mingguan Visual
4. Memeriksa level tanki consevator. Mingguan Visual
5. Mencatat nilai Pressure. Mingguan Visual
6. Mencatat nilai flow water. Mingguan Visual
7. Mencatat temperatur outputthyristor Mingguan
8. Mencatat status motor pompa. Mingguan
9. Memeriksa kebocoran instalasi
existing.
Mingguan Visual
In Service
Measurement
1. Thermovisi antara klem dan
konduktor
Bulanan Kamera
Thermography
2. Thermovisi body dan isolasi Bulanan Kamera
Thermography Shutdown
Testing/Measurement
1. Memeriksa Meter Temperatur 2 Tahun
Jenis Pemeliharaan Jenis Inspeksi/Pengujian Periode Alat Uji
3. Memeriksa Meter Flow 2 Tahun
Shutdown Inspection 1. Memeriksa pompa air 2 Tahun
2. Memeriksa Instalasi Air Pendingin 2 Tahun
3. Memeriksa Filter Air 2 Tahun
4. Memeriksa Resin 2 Tahun
5. Memeriksa Ekxternal Heat Exchanger 2 Tahun
6. Memeriksa Instrumen Meter Tekanan,
Meter Aliran, Meter Konduktiviti dan Meter Temperatur
2 Tahun
7. Memeriksa Almari Panel TCR 2 Tahun
8. Memeriksa Isolator Support
Perangkat Thyristor antar phasa dan ke body
2 Tahun
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
24
Lampiran 1 TABEL PERIODE PEMELIHARAAN SVC
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN
Ha ria n M in gg ua n Bu la na n 3 Bu la na n 1 Ta hu na n 2 Ta hu na n 5 Ta hu na n Ko nd is io na l Keterangan 6 SVC 6.1 Inspeksi
6.1.1 Inspeksi Level 1 (in serviceinspection)
6.1.1.1.1 Cooling System Mencatat nilai temperatur pada indikatormeter input thyristor 6.1.1.1.2 Mencatat nilai conductivity 1 padaindikator meter 6.1.1.1.3 Mencatat nilai conductivity 2 padaindikator meter 6.1.1.1.4 Mencatat temperatur output thyristor 6.1.1.1.5 Memeriksa level tanki consevator 6.1.1.1.6 Mencatat nilai Pressure
6.1.1.1.7 Mencatat nilai flow water 6.1.1.1.8 Mencatat status motor pompa
6.1.1.1.9 Memeriksa kebocoran instalasi existing 6.1.1.2.1 Demin Unit Mencatat nilai conductivity
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Ha ria n M in gg ua n Bu la na n 3 Bu la na n 1 Ta hu na n 2 Ta hu na n 5 Ta hu na n Ko nd is io na l Keterangan
6.1.1.2.3 Memeriksa kebocoran instalasi airpendingin 6.1.2 Inspeksi Level 2 (in servicemeasurement)
6.1.2.1.1 Reaktor Thermovisi Body, Klem atau Jumperan 6.1.2.2.1 Kapasitor Thermovisi Body, Klem atau Jumperan 6.1.2.3.2 Thyristor Valve Tower Thermovisi Jumper/Sambungan/Klem 6.1.2.4.1 Sambungan/Jumper/Klem Thermovisi Jumper/Sambungan/Klem 6.1.3 Inspeksi Level 3 (shutdownmeasurement)
6.1.3.1.1 Cooling System Uji fungsi dan kalibrasi Meter Temperatur 6.1.3.1.2 Uji fungsi dan kalibrasi Meter Tekanan 6.1.3.1.3 Uji fungsi dan kalibrasi Meter Flow 6.2 Shutdown Treatment
6.2.1.1 Cooling System Memeriksa kondisi bearing pompa 6.2.1.2 Memeriksa terminal kabel motor pompa
6.2.1.3 Mengecat ulang body pompa
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
26
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN
Ha ria n M in gg ua n Bu la na n 3 Bu la na n 1 Ta hu na n 2 Ta hu na n 5 Ta hu na n Ko nd is io na l Keterangan
6.2.1.5 Memeriksa kondisi sambungan-sambungan antar pipa 6.2.1.6 Memeriksa kondisi filter air 6.2.1.7 Memeriksa kualitas air pendingin 6.2.1.8 Memeriksa instalasi kabel sumber dayalistrik untuk motor fan 6.2.1.9 Memeriksa kondisi exhost fan
6.2.1.10 Mengecat ulang body fan dan ruang heatexchanger 6.2.1.11 Memeriksa kabel wiring meter-meterinstrumen 6.2.2.1 Relay dan Meter Uji fungsi Rele Temperatur
6.2.2.2 Kalibrasi Rele Temperatur 6.2.2.3 Uji fungsi Rele Pressure 6.2.2.4 Kalibrasi Rele Pressure
6.2.2.5 Uji fungsi Flow meter
Lampiran 2 FMEA SVC
Kegagalan isolasi Isolator pecah Terminal leleh Overheating Loss contact Klem longgar Klem retak Overheating Loss Contact Konduktor putus Overheating Arus lebih
Tidak putus Kemampuan fuselebih Material tidak standar
Putus korosi
Hotspot Partial discharge Frekuensi swithing tinggi Kembung Arus lebih / overvoltage
Reaktor Isolasi (kertas dan Sebagai pemisah antara yang kumparan Kerusakan isolasi
Perubahan nilai
reaktansi Karbonisasi Humidity tinggi
Belitan Sebagai kompensasi tegangan tinggi Tidak bisa kompensasi tegangan tinggu
Perubahan nilai reaktansi
Terjadi pergeseran
belitan Gempa bumi Lembab Heater mati Kabel putus atau short Berlubang Karat Lapisan cat rusak/ anti karatrusak Isolator Support
perangkat Thyristor antar phasa dan ke
body
Mengisolasi thyristor terhadap body dan
phasa lain. Tidak dapat mengisolasi thyristorterhadap body dan phasa lain Isolator tembus Pecah / flashover Kabel dan terminal
kabel Media untuk mengalirkan arus. Gagal mengalir arus Kabel putus short circuit Kumparan terbakar
Sudu pompa aus Bocor Seal sambunganpipa rusak Tersumbar bagian dalam pipakorosi
Filter air Menyaring air pendingin agar selalu dalamkondisi bersih Tidak bisa menyaring air pendingin Mampet Kotor Pipa bagian dalam korosi Jenuh Melewati batasoperasi
Pecah menggunakan tipeTidak standard Korosi pada pipa
bagian dalam Pipa bagian luar
kotor
Motor kipas rusak Bearing kipas
macet
Konduktiviti air diatas standard Aliran air pendingin tidak
mencukupi Sistem pendingin
rusak Overpressure /underpressure
1
Instrumen Meter, tekanan, meter aliran, meter konduktiviti dan meter temperatur.
Mempertahankan unjuk kerja cooling system
Mengambil panas dari air pendingin Bushing
Fuse (cut out)
Sebagai pemisah antara bagian yang berbeda tegangan dan menyalurkan arus
kapasitansi
Tidak dapat mempertahankan unjuk kerja cooling system Tidak bisa mengambil panas dari
air pendingin
Kapasitor
Capacitance unit Sebagai kompensasi tegangan rendah
Cooling System 4
Pompa air Rusak
Kurang Tidak mampu mengambil panas
dari thyristor Air Pendingin Mengambil panas dari thyristor
Instalasi air
Resin
FAILURE MODE LEVEL 3
Tidak dapat melindungi peralatan thyristor valve terhadap kelembaban dan binatang
FAILURE MODE LEVEL 2
Sebagai pengaman peralatan terhadap arus lebih
Tidak bisa menyalurkan arus
Tidak bisa mengamankan peralatan
Gagal mengkompensasi penurunan
Perubahan kapasitansi
Mensirkulasikan air pendingin ke thyristor
Sub System Function Functional Failure
Tidak dapat mensirkulasi air pendingin ke thyristor
Mengarahkan aliran air pendingin Tidak dapat mengarahkan aliran airpendingin
Mempertahankan temperatur thyristor tetap pada temperatur operasional
FAILURE MODE LEVEL 4 FAILURE MODE
LEVEL 1 Sub Sub System Function
No
Bocor / rembes
Menjaga konduktiviti air pendingin Tidak dapat menjaga konduktivitiair pendingin Untuk mengatur daya
kompensasi dg cara mengatur besaran arus yang
menuju ke reaktor Thyrsitor Valve 3 Almari panel TCR 2 Overheating Kipas pendingin mati
Eksternal heat exchanger
Tyristor rusak Untuk melindungi peralatan thyristor valve
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
28
Lampiran 3 Checklist Harian In Service Inspection
REGION : UPT : GIS : NAMA BAY : TANGGAL INSPEKSI : JAM INSPEKSI : PELAKSANA : Merk : Tipe : A
1 F1 = TEMPERATUR INPUT THY °C < 480
C > 480
C
2 F2 = CONDUCTIVITY 1 < 0,5 µS/cm > 0,7 µS/cm
3 F3 = CONDUCTIVITY 1 < 0,5 µS/cm > 0,7 µS/cm
4 F4 = LEVEL TANKI CONSERVATOR kurang Normal
5 F5 = PRESSURE < 3,5 bar > 3,5 bar
6 F6 = WATER FLOW > 170 ltr/mmnt <170 ltr/mnt
7 F7 = TEMPERATUR OUT PUT THY °C
8 STATUS MOTOR PUMP Operasi Tidak Operasi
9 KEBOCORAN INSTALASI
EXIXSTING Iya Tidak
B DEMIN UNIT
1 F12 = CONDUCTIVITY
< 0,5 µS/cm > 0,7 µS/cm
2 KEBOCORAN INSTALASI AIR Iya Tidak
RUANG COOLING SYSTEM
FORMULIR CHECK LIST INSPEKSI LEVEL 1 SVC
PELAKSANAAN KHUSUS
NO KOMPONEN YANG DIPERIKSA KONDISI PERALATAN
PT. PLN ( PERSERO )
DAFTAR ISTILAH
1. In Service: kondisi bertegangan.
2. In Service Inspection: pemeriksaan dalam kondisi bertegangan dengan panca
indera.
3. In Service Measurement: pemeriksaan/pengukuran dalam kondisi bertegangan
dengan alat bantu.
4. Shutdown Testing: pengujian/pengukuran tidak bertegangan.
5. Shutdown Function Check: pengujian fungsi dalam keadaan tidak bertegangan.
6. Online Monitoring: monitoring peralatan secara terus menerus melalui alat ukur
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Aktiengesellschaft, Siemens. Power Transmission and Distribution Manual SVC.
Siemens.
2. N.G.Hingorani, High Power Elelctronics,Scientific American, November 1993.
3. PT PLN (Persero) P3B JB RJTB UJT Malang. Instruksi Kerja Pemeliharaan SVC 150/7,5 kV. 2004. Malang.
4. R. Nelson, Transmission Power Flow Control, IEEE Transactions on Power
Delivery, April 1994.
5. Vedam, R. Sastry. Power Quality Var Compensation in Power Systems. 2009. New York.