• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pahlawan tanpa tanda jasa sangat tepat diberikan kepada para Guru, karena merupakan profesi yang sangat mulia dan keberhasilan peserta didiknya tidak lepas dari jasa dan peran guru. Namun akhir-akhir ini sering sekali terdengar berita yang negatif mengenai citra guru di Indonesia. Salah satunya yaitu kasus kekerasan guru di sekolah. Sungguh mengenaskan, guru yang harusnya menjadi teladan dan panutan justru menjadi penyumbang angka kekerasan terhadap anak sekolah.

Hasil penelitian Farida (2006), mengenai “ Fenomena Tindak Kekerasan Yang Dialami Anak Sekolah Di Rumah Dan Di Sekolah”, menunjukkan bahwa kekerasan yang dilakukan guru di sekolah menimbulkan dampak hilangnya motivasi belajar dan kesulitan dalam memahami pelajaran, sehingga umumnya prestasi belajar mereka juga rendah. Kekerasan guru pada siswa juga menyebabkan siswa benci dan takut pada guru.

Menurut Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Hadi Supeno menilai kekerasan yang dilakukan guru terhadap anak-anak cenderung mengalami peningkatan. Pada 2007 tercatat 555 kasus kekerasan 11,8 persen diantaranya dilakukan guru. Sedangkan pada tahun 2008 terdapat sebanyak 86 kasus, dan 39 persen pelakunya guru. (http://nasional.news.viva.co.id diunduh tanggal 14/11/2012).

Dampak kekerasan atau efek tindakan dari korban penganiayaan fisik dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori. Ada anak yang menjadi negatif dan agresif serta mudah frustasi; ada yang menjadi sangat pasif dan apatis; ada yang tidak mempunyai kepibadian sendiri; ada yang sulit menjalin relasi dengan individu lain dan ada pula yang timbul rasa benci yang luar biasa terhadap dirinya sendiri. Selain itu juga ditemukan

(2)

adanya kerusakan fisik, seperti perkembangan tubuh kurang normal juga rusaknya sistem syaraf (Nataliani, 2004).

Tugas guru yang seharusnya yaitu tercantum dalam Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 2005. Tugas utama guru yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah ( Undang-Undang RI, 2005 ).

Penelitian yang dilakukan oleh Louise Berkhout, dkk (2010) kepada 52 guru yang diwawancarai dalam kelompok kecil, menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman mereka bekerja dengan anak-anak yang berbeda, para guru sadar bahwa mereka memberikan kontribusi penting bagi perkembangan sosial dan emosional yang sehat.

Kegagalan atau hambatan anak dalam mencapai kemampuan tugas perkembangan psikososial ini akan mengakibatkan anak merasa rendah diri hingga dimasa dewasa anak akan susah bersosialisasi ( Keliat BA, 2011 ). Kesejahteraan psikososial merupakan area yang penting dalam perawatan dan pendidikan anak usia dini karena ketika masalah psikososial muncul, mereka sering dapat bertahan melewati masa kanak-kanak.

Anak usia sekolah merupakan masa yang penuh dengan berbagai aktivitas, selain itu anak usia sekolah adalah generasi penerus bangsa, kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Oleh karena itu pengetahuan orangtua tentang tumbuh kembang anak harus baik, karena kurangnya pengetahuan dan sikap orang tua seringkali memaksa anaknya bertindak tidak tepat, kecenderungan memaksa anak melakukan peranan yang bernilai lebih rendah (Balson, 1993). Peran guru di sekolah sebagai pengganti orang tua saat anak di sekolah haruslah mengerti tentang pertumbuhan dan perkembangan anak didiknya. Selain itu seorang guru juga dituntut untuk menyadari bahwa pendidikan di Negara kita bukan saja untuk membuat anak pandai dan pintar, tetapi

(3)

harus juga dapat melatih mental anak didiknya. Peran guru dalam memahami kondisi siswa sangat diperlukan. Idealnya seorang guru mengenal betul pribadi peserta didik, termasuk tahap perkembangan peserta didik.

Guru yang berkualitas sangat berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 menyebutkan bahwa guru diwajibkan memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat ( UU RI, 2005 ).

Hasil sementara Uji Kompetensi Guru (UKG) saat ini masih di bawah standar. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penjaminan Mutu Pendidik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Syawal Gultom, menyebutkan nilai rata-rata nasional hasil perhitungan per 1 Juli 2012 adalah 47,84. Padahal nilai idealnya adalah 65 ( Tempo.co, 3 Agustus, 2012 ).

Berdasarkan fenomena diatas, peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Tingkat Pengetahuan Guru SD tentang Tahap Perkembangan Emosi dan Sosial pada Anak Usia sekolah di Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal”.

B. Rumusan Masalah

Guru yang berkualitas sangat berpengaruh dalam peningkatan kualitas pendidikan. Tugas utama guru yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Kualitas seorang guru diukur dari kompetensi yang dimiliki seorang guru. Hasil sementara Uji Kompetensi Guru (UKG) saat ini masih di bawah standar. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penjaminan Mutu Pendidik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Syawal Gultom, menyebutkan nilai rata-rata nasional hasil perhitungan per

(4)

1 Juli 2012 adalah 47,84. Padahal nilai idealnya adalah 65 ( Tempo.com, 3 Agustus, 2012 ).

Akibat dari rendahnya angka kompetensi guru mengakibatkan kurangnya pemahaman tentang perkembangan psikososial anak usia sekolah yang memicu terjadinya tindak kekerasan. Menurut Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Hadi Supeno menilai kekerasan yang dilakukan guru terhadap anak-anak cenderung mengalami peningkatan. Pada 2007 tercatat 555 kasus kekerasan 11,8 persen diantaranya dilakukan guru. Sedangkan pada 2008 sebanyak 86 kasus, 39 persen pelakunya guru. (http://nasional.news.viva.co.id diunduh tanggal 14/11/2012).

Dampak kekerasan atau efek tindakan dari korban penganiayaan fisik dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori. Ada anak yang menjadi negatif dan agresif serta mudah frustasi; ada yang menjadi sangat pasif dan apatis; ada yang tidak mempunyai kepibadian sendiri; ada yang sulit menjalin relasi dengan individu lain dan ada pula yang timbul rasa benci yang luar biasa terhadap dirinya sendiri. Selain itu juga ditemukan adanya kerusakan fisik, seperti perkembangan tubuh kurang normal juga rusaknya sistem syaraf (Nataliani, 2004).

Berdasarkan latar belakang maka masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut “ Bagaimanakah tingkat pengetahuan guru SD tentang perkembangan emosi dan sosial anak usia sekolah kelas 1 di kecamatan Tegal Timur Kota Tegal?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan guru terhadap perkembangan emosi dan sosial anak usia sekolah kelas 1 pada guru SD di kecamatan Tegal Timur kota Tegal.

(5)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan guru mengenai perkembangan emosi pada anak usia sekolah.

b. Mengetahui tingkat pengetahuan guru mengenai perkembangan sosial pada anak usia sekolah.

D. Manfaat Penelitian

1. Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan kesehatan khususnya perkembangan emosi dan sosial anak usia sekolah kelas 1.

2. Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pelayanan khususnya konseling dan peran dalam memantau perkembangan emosi dan sosial anak usia sekolah kelas 1.

3. Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya para guru SD untuk memperhatikan perkembangan emosi dan sosial anak usia sekolah kelas 1.

4. Penelitian

Hasil penelitian ini dapat sebagai data pendukung pada penelitian berikutnya.

E. Bidang Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam bidang Ilmu Keperawatan Jiwa dan Keperawatan Anak.

(6)

F. Originalitas Penelitian

No. Peneliti Tahun Judul Hasil

1 Louise Berkhout, Maarten Dolk dan Sieneke Goorhuis Brouwer 2010 Teachers’ views on psychosocial development in children from 4 to 6 years of age

Setelah langkah pertama analisis kualitatif dari wawancara yang dilakukan, 44 persen dari unit topik yang dinisbahkan kepada 12 kategori berasal dari teori permainan dan perkembangan psikososial dan 56 persen dari unit topik yang dinisbahkan kepada kategori 'lainnya'. Hasil analisis dari 381 unit topik ditunjukkan pada Tabel 3. Dalam kategori delapan 'bermain', kategori bernomor P5, P6 dan P7 disebutkan paling sering. Pada kategori 'realitas pribadi' 'membuat-percaya', dan 'kebebasan 'aturan dari

eksternal mewakili fitur penting dari bermain untuk guru. Mengenai kategori 'sosial', kategori diri 'dan orang lain '(S1) disebutkan paling sering, diikuti dengan 'belajar yang berpengalaman' (S4) dan kemudian 'kognisi sosial' kategori (S3) dan 'komunikasi' (S4). Guru juga tampaknya menghargai potensi dalam bermain menjadi seorang individu yang belajar melalui pengalaman serta mengembangkan komunikasi dan keterampilan kognitif sosial.

2 Emi Suhelmida

Munir 2012 GambaranPerkembangan Psikososial Anak Jalanan Usia Sekolah Di Kota Padang Tahun 2012

hasil dari 88 orang anak, 4 orang (4,5%) mempunyai gambaran psikososial sangat positif, 56 orang (63,6%) mempunyai gambaran psikososial positif, dan 28orang (31,8%) mempunyai gambaran psikososial negatif. Lebih dari separuh anak mencapai

perkembangan psikososial yang positif dikarenakan sebahagian besar anak masih bersekolah dan masih tinggal bersama orang tua

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dari hasil pengolahan atau perhitungan kuisioner pada Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong dengan

1) Hasil penelitian yang berjudul “Pola Pendidikan Karakter di SMP IT PAPB Pedurungan Semarang” ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi yang positif bagi mahasiswa

Dari hasil temuan penelitian tersebut di atas diketahui bahwa model kewirausahaan agribisnis yang dijalankan pada Yaponpes Dayama pada kegiatan pertania, yakni

Visual Basic merupakan bahasa pemrograman yang sangat mudah dipelajari, dengan teknik pemrograman visual yang memungkinkan penggunanya untuk berkreasi lebih baik dalam

Pencegahan preventif yang dilakukan oleh Kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana pelaku penyebaran Berita Hoax adalah dengan cara membentuk Satuan Tugas

c. Memenuhi persyaratan teknis minimal dan berlabel. Lahan bera atau tidak ditanami dengan tanaman yang satu familli minimal satu musim tanam. Untuk tanaman rimpang lahan yang

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Gresik Nomor 5 tahun 1960 tentang Pembuatan Reklame dan Mengadakan serta Penarikan Pajak Reklame yang disahkan oleh Presiden