HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KUALITAS HIDUP
PADA PENDERITA TB PARU DI POLI PARU
RSUD Dr. MOHAMMAD SALEH
KOTA PROBOLINGGO
JURNAL
SRI YUNITA
1724201035PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2019
HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KUALITAS HIDUP
PADA PENDERITA TB PARU DI POLI PARU
RSUD Dr. MOHAMMAD SALEH
KOTA PROBOLINGGO
Jurnal ini di ajukan kepada STIKES Majapahit untuk memperoleh gelar Sarjana keperawatan (S.Kep)
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
SRI YUNITA
1724201035PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2019
PERNYATAAN
Dengan ini kami selaku Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto :
Nama : SRI YUNITA
NIM : 1724201035
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
Setuju/tidak setuju naskah jurnal ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan setelah mendapat arahan dari Pembimbing, dipublikasikan dengan/tanpa mencantumkan nama tim pembimbing sebagai co-author.
Demikian harap maklum.
Mojokerto, 2019
NIM : 1724201035
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL SKRIPSI
HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA TB PARU DI POLI PARU RSUD Dr. MOHAMMAD SALEH
KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2019
SRI YUNITA 1724201035
HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA TB PARU DI POLI PARU RSUD Dr. MOHAMMAD SALEH
KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2019 Sri Yunita
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto Sriyunita1988@gmail.com
Atikah Fatmawati
Dosen S1 Ilmu Keperawatan STIKes Majapahit Mojokerto Email : tikaners87@gmail.com
Sulis Diana
Dosen D3 Kebidanan STIKes Majapahit Mojokerto Email : diana.sulis6@gmail.com
Abstrak
TB paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, dapat menimbukan komplikasi berbahaya hingga kematian. Efikasi diri adalah keyakinan individu akan kemampuannya dalam mengatur dan melakukan suatu tugas tertentu demi tercapainya tujuan untuk meningkatkan prestasi kehidupannya. Efikasi diri diperlukan bagi pasien tuberkulosis paru untuk meningkatkan kemandirian pasien dalam mengelola penyakitnya sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan kualitas hidup penderita TB paru di poli paru RSUD Dr. Mohammad saleh Kota Probolinggo. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling dengan jumlah subjek 36 orang. Instrumen yang digunakan berupa skala efikasi diri dan skala kualitas hidup. Analisis data yang dilakukan menggunakan teknik korelasi uji Pearson, menunjukan korelasi antara efikasi diri dengan kualitas hidup sebesar r = 0, 837 dan ρ value = 0,000 (ρ < 0,05). Berdasarkan hasil data korelasi tersebut menunjukan bahwa ada hubungan yang positif yang sangat erat antara efikasi diri dengan kualitas hidup sehingga hipotesis diterima. Berdasarkan hasil penelitian diatas disarankan bagi penelti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian dengan desain dan metodelogi yang berbeda.
Kata kunci : Tuberkulosis, Paru, Efikasi Diri, Kualitas Hidup
Abstract
Pulmonary tuberculosis is a contagious infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis, can cause dangerous complications to death. Self-efficacy is the individual's belief in his ability to regulate and perform certain tasks in order to achieve goals to improve the performance of his life. Self-efficacy is needed for pulmonary tuberculosis patients to increase patient independence in managing their disease so that they can improve their quality of life. This study
aimed to determine the relationship between self-efficacy and quality of life of pulmonary TB patients in pulmonary clinic Dr. Saleh Mohammad Probolinggo City. The study used descriptive correlation. There was 36 respondents that selected by using consecutive sampling. The instruments used the self-efficacy and the quality of life scale. The analysis that was performed by using Pearson Correlation test, showed r = 0, 837 and p value = 0,000 (p <0.05). Based on the results of the correlation data show that there was a very close positive relationship between self-efficacy and quality of life so the hypothesis was accepted. Based on the results of the above research, it is suggested that the researcher can further develop research with different designs and methodologies.
Keywords: Pulmonary, Tuberculosis, Self Efficacy, Quality of life
PENDAHULUAN
Tuberkulosis paru atau yang sering disebut TB paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ terutama paru, bila tidak di obati atau pengobatannya tidak tunas dapat menimbukan komplikasi berbahaya hingga kematian (Infodatin, 2016). Manajemen medis termasuk melakukan perawatan pada waktu sakit, pemberian farmakoterapi OAT, dukungan ventilasi, penggunaan oksigen dan intervensi gizi, sedangkan rehabilitasi paru diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kapasitas fungsional termasuk di dalamnya edukasi pasien. Kualitas hidup pasien seharusnya menjadi perhatian penting bagi para profesional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu tindakan atau intervensi (Mulenga et al, 2010).
Salah satu faktor yang mempengaruhi manajemen perawatan diri pasien adalah efikasi diri. Efikasi diri adalah keyakinan individu akan kemampuannya dalam mengatur dan melakukan suatu tugas tertentu demi tercapainya tujuan (Bandura dalam Jess Feist & Feist, 2010).
Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. WHO menargetkan untuk menurunkan kematian akibat tuberkulosis sebesar 90% dan menurunkan insidens sebesar 80% pada tahun 2030. Pada tahun 2016 ditemukan kasus tuberkulosis sebanyak 351.893 kasus, meningkat bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis pada tahun 2015 yang sebesar 330.729 kasus. (Kemenkes RI, 2017).
Di Kota Probolinggo tahun 2015 ada 159 kasus baru BTA (+) dari sejumlah 329 kasus TB yang ada, jumlah penderita TB-Paru BTA (+) yang diobati 116 penderita, angka kesembuhannya 84,48% (Depkes Kota Probolinggo, 2016).
Dari studi pendahuluan pada januari 2018, jumlah kunjungan pasien TB paru yang datang berobat di IGD RSUD dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo pada tahun 2016 sebanyak 363 orang, dan pada tahun 2017 sebanyak 388 orang. Dari data di atas menunjukan peningkatan jumlah kunjungan pasien TB paru sebesar 6,4% di bandingkan pada tahun 2016.
Berasarkan penelitian berjudul “Evaluation of Health-Related Quality of Life among Tuberculosis Patients in Two Cities in Yemen” oleh Ammar Ali (2016) di simpulkan bahwa pasien TB di Yaman ditemukan memiliki kualitas hidup yang buruk, karena itu, upaya harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka karena dapat mempengaruhi hasil akhir klinis pasien.
Jurnal keperawatan oleh Sulaiman (2009) tentang hubungan efikasi diri dan dukungan sosial dengan kualitas hidup penderita tuberkulosis paru di RSUD Cut Meutia Lhokseumawe menunjukan adanya hubungan yang signifikant antara efikasi diri dan dukungan sosial secara bersama-sama terhadap kualitas hidup penderita tuberkulosis paru.
Efikasi diri berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup penderita TB paru. Kualitas hidup penderita TB paru penting diukur untuk upaya tindakan peningkatan kualitas hidup.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan Efikasi diri dengan Kualitas hidup pada penderita TB paru di Poli Paru RSUD dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik korelasional pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2015). Sampel dengan metode Consecutive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang diambil dari semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan sampai jumlah subyek terpenuhi (Saryono, 2011). Yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Lokasi penelitian
dilaksanakan di Poli Paru RSUD Dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo, pada tanggal 25 Februari 2019 sampai 09 Maret 2019. Pengumpulan data dilakukan setelah menyelesaikan proses administrasi. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan 2 (dua) skala yaitu skala efikasi diri dan skala World Health Organization Quality of Life (WHOQOL-BREF). Analisis data menggunakan analisis univarat dan bivarat (Uji Statistic Pearson dengan penarikan kesimpulan : jika p value ≤ 0,05 maka H1 diterima, H0 ditolak).
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Demografi
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden di Poli Paru RSUD dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo (N= 36)
Karakteristik Responden Kriteria N %
Usia 18 – 39 tahun 40- 60 tahun >60 tahun 8 19 9 25 53 22 Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
26 10
72 28 Pendidikan Terakhir Tidak Tamat/SD
SMP/Sederajat SMA/sederajat PT 3 5 20 8 8 14 56 22 Status Merokok Merokok
Tidak
23 12
66 34 Pekerjaan Tidak bekerja
Pensiunan PNS Swasta Buruh Petani 6 7 5 6 8 4 17 19 14 17 22 11 Status Menikah Menikah
Tidak Menikah Cerai/meninggal 25 9 2 69 25 6 Lama Sakit < 6 Bulan
> 6 Bulan 12 24 33 67 Penghasilan < UMK >UMK 23 13 64 36 Dari diatas, menunjukan deskripsi karakteristik demografi pasien tuberkulosis paru di Poli Paru RSUD dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo,
dari 36 responden. Lebih dari setengahnya usia responden ialah kelompok usia reproduktif yaitu usia 40-60 tahun sebanyak 19 orang (53%), sebagian besar responden adalah laki-laki sebanyak 26 orang (72%). Tingkat pendidikan lebih dari setengah responden adalah Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat sebanyak 20 orang (56%), sebagian besar pasien Tuberkulosis paru dengan status merokok sebanyak 23 orang (63%), diketahui bahwa pekerjaan responden hampir setengahnya adalah buruh sebanyak 8 orang (22%), sebagian besar responden menikah sebanyak 29 orang (69%), selanjutnya lebih dari setengahnya responden berpenghasilan < UMK yaitu 23 orang (64%).
.
2. Efikasi Diri Pada Penderita TB Paru
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Efikasi Diri
Penderita TB Paru di Poli Paru RSUD dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo 2019
Efikasi Diri Penderita TB Paru n %
Baik 21 58,3
Kurang Baik 15 41,7
Total 36 100
Dari diatas, diketahui efikasi diri penderita TB paru lebih dari setengahnya dalam kategori baik.
3. Kualitas hidup
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Kualitas Hidup Penderita TB Paru di Poli Paru RSUD dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo 2019
Kualitas Hidup Penderita TB Paru n %
Baik 24 66,7
Kurang Baik 12 33,3
Total 36 100
Dari diatas, diketahui kualitas hidup pasien sebagian besar termasuk dalam kategori baik.
4. Analisa Hubungan Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup Pasien TB Paru
Tabel 4 Analisa Hasil Tabulasi Silang Variabel Efikasi Diri Dengan Kualitas Hidup Efikasi Diri Kualitas hidup N % Kurang Baik n % n % Kurang 12 33.3 3 8,4 15 41,7 Baik 0 0 21 58,3 21 58,3 Total 12 33,3 24 66,7 36 100 P value = 0,000 (p value < 0,05), r = 0,837
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Pearson, diketahui bahwa nilai coeficient corelation 0, 837 yang berarti tingkat keeratan hubungan efikasi diri dengan kualitas hidup penderita TB Paru di Poli Paru RSUD dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo 2019 sangat kuat dan nilai ρ value yaitu 0,000 dengan α = 0,05 dan arah hubungan positif yang artinya semakin tinggi variabel (x) dalam hal ini efikasi diri maka akan di ikuti dengan perubahan kualitas hidup Pasien. karena p value < α ,maka Ho ditolak, dan H1 diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna antara efikasi diri dengan kualitas hidup penderita TB Paru di Poli Paru RSUD dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo 2019.
b. Pembahasan:
1. Efikasi Diri Penderita TB Paru
Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata penderita TB paru di Poli Paru RSUD dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo sudah memiliki efikasi diri yang baik (58,3%) dari total responden. Pengertian efikasi diri adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap funggsi orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan (Bandura dalam Jess Feist & feist, 2010).
Dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan efikasi diri antara lain: Meniru (Modelling Social) dan Persuasi sosial (Social Persuasions). Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa sebagian besar yaitu 75% lama menderita TB Paru > 6 bulan dan sebagian kecil yaitu 25% lama menderita adalah < 6 bulan. Hal ini menjelaskan bahwa semakin lama sesorang berkecimpung dalam hal tertentu dalam satu komunitas, maka mereka akan membandingkan kemampuan dirinya untuk meniru hal-hal yang mereka anggap
positif, selain itu peneliti juga menggunakan kriteria inklusi penderita dengan pengobatan OAT >lebih dari 2 minggu.
Hal ini sesuai teori menurut Bandura (dalam Feist & feist, 2010), yang menyebutkan bahwa efikasi diri dapat ditumbuhkan dan di pelajari melalui 4 (empat) hal, yaitu: Pengalaman menguasai sesuatu (Mastery experience), Meniru (Modelling Social), Persuasi sosial (Social Persuasions), Kondisi fisik dan emosional.
2. Kualitas Hidup Penderita TB Paru
Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata penderita TB paru di Poli Paru RSUD dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo sudah memiliki kualitas hidup yang baik (66,7%) dari total responden. Pengertian dari kualitas hidup menurut WHO (WHOQOL BREF, 1997) adalah merupakan persepsi dari individu dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dan dalam kaitannya dengan nilai-nilai, standart dan kekhawatiran dalam hidup. Kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan berdasarkan perbedaan jenis kelamin menunjukkan bahwa pada pasien tuberkulosis paru laki-laki mempunyai kualitas hidup lebih buruk dari pada perempuan dikarenakan kebiasaan merokok pada laki-laki. Perbedaan kebiasaan dalam mencari pertolongan medis yang menyebabkan deteksi yang buruk terhadap kejadian penyakit dikalangan wanita, hal ini didukung hasil penelitian pada tabel 1, didapatkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki 72%.
Semakin bertambahnya usia maka kualitas hidup akan menurun, terjadi akibat penurunan fungsi fisiologis ini menyebabkan seseorang mengalami hambatan dalam setiap upaya untuk meningkatkan gaya hidup dan meningkatkan kualitas kesehatan yang berhubungan dengan kehidupan pasien, didukung dari hasil penelitian pada tabel 1, menunjukkan bahwa lebih dari setengah dari responden tergolong dalam kategori usia reproduktif (usia 40-60 tahun) sebanyak 53%.
Rendahnya tingkat pendidikan ini, akan berpengaruh pada pemahaman tentang penyakit tuberkulosis, didukung dari hasil penelitian pada tabel 1, ditemukan bahwa sebagian besar responden tergolong dalam tingkat pendidikan
sekolah menengah/sederajat 56% dan 22% berpendidikan terakhir perguruan tinggi.
Status pekerjaan juga berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien. pekerjaan berhubungan dengan aktualisasi diri seseorang dan mendorong seseorang lebih bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas, didukung dari hasil penelitian pada tabel 1, ditemukan bahwa status pekerjaan responden sebagian besar buruh 22%, tidak bekerja 17%, dan tani 11%.
Penderita tuberkulosis paru pada umumnya adalah masyarakat yang tergolong miskin, didukung dari hasil penelitian pada tabel 1, ditemukan bahwa pendapatan keluarga perbulan ditemukan rata-rata < dari UMK sebanyak 64%.
Merokok secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien, didukung dari hasil penelitian pada tabel 1, ditemukan bahwa responden sebagian besar merokok sebanyak 66%.
Orang yang menikah atau tinggal bersama pasangannya akan mempunyai kualitas hidup yang baik.. Peran keluarga sangat dibutuhkan dalam memperhatikan pengobatan anggota keluarganya. didukung dari hasil penelitian pada tabel 1, bahwa sebagian besar responden sudah menikah sebanyak 69%.
Hal diatas sesuai dengan teori menurut Murphy (2006) (dalam Yurhansyah, 2016), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pada manusia, antara lain: Kemandirian secara individu, mengeskpresikan rasa puas, kesehatan fisik dan mental, status ekonomi dan sosial, kualitas lingkuangan tempat tinggal, aktifitas yang bermakna, hubungan sosial, faktor kultural keterkaitan dengan umur, jenis kelamin, kelas sosial, ras dan agama atau kepercayaan.
3. Hubungan Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup Penderita TB Paru
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Pearson, diketahui bahwa nilai coeficient corelation 0, 837 yang berarti tingkat keeratan hubungan efikasi diri dengan kualitas hidup penderita TB Paru di Poli Paru RSUD dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo 2019 sangat kuat dan nilai ρ value yaitu 0,000 dengan α = 0,05 dan arah hubungan positif ,maka H1 diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna antara efikasi diri dengan kualitas hidup penderita TB Paru di Poli Paru RSUD dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo 2019.
Pernyataan efikasi diri mengacu pada seberapa banyak kepercayaan seseorang dapat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi situasi tertentu. Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa terdapat penderita dengan Efikasi diri baik memiliki kualitas hidup baik sebanyak 58,3%, sedangkan penderita dengan efikasi diri kurang baik memiliki kualitas hidup kurang baik sebanyak 33,3%. Hal ini menunjukan bahwa seseorang dengan efikasi diri baik akan menunjukkan kualitas hidup yang baik dalam pengelolaan penyakitnya Penelitian oleh Sulaiman (2009) menunjukan adanya hubungan yang signifikant dan bersifat positif antara efikasi diri dan dukungan sosial secara bersama-sama terhadap kualitas hidup penderita tuberkulosis paru. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Ammar Ali (2016) yang menyatakan bahwa pasien TB yang memiliki kualitas hidup yang buruk. Peningkatan efikasi diri pasien tuberkulosis paru akan meningkatkan status psikologis pasien. Meningkatnya status kesehatan berarti akan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Hal ini sesuai teori menurut Bandura (dalam Alwisol, 2012), bahwa Self efficacy (efikasi diri) mempengaruhi tindakan dan perilaku manuasia melalui proses kognitif, proses motivasi, proses afeksi, proses seleksi dimana semua proses saling berhubungan dalam menentukan atau membentuk perilaku.
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri berhubungan dengan kualitas hidup dan analisis hubungan efikasi diri dengan kualitas hidup menunjukkan bahwa responden yang mempunyai efikasi diri baik menunjukkan kualitas hidup baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian dapat dsimpulan bahwa efikasi diri pada penderita TB Paru lebih dari setengah dari responden dalam kategori baik, kualitas hidup pada penderita TB Paru sebagian besar dari responden dalam kategori baik, serta ada hubungan yang bermakna antara efikasi diri dengan kualitas hidup penderita TB Paru di Poli Paru RSUD dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo 2019, dengan tingkat keeratan yang sangat kuat dan arah hubungan positif artinya semakin tinggi efikasi diri maka akan di ikuti dengan perubahan kualitas hidup pasien. Saran bagi kelayanan keperawatan yaitu perawat perlu memasukkan pengkajian
efikasi diri dalam pengkajian faktor psikososial sebagai dasar dalam menentukan perencanaan dan intervensi keperawatan. Bagi pendidikan keperawatan lebih menekankan pemahaman bahwa pada penderita TB paru yang menjalani perawatan di Rumah Sakit bukan hanya gejala fisik saja yang perlu mendapat perhatian khusus, tetapi juga harus memperhatikan gejala psikologis yang timbul. Bagi penelitian keperawatan penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal sekaligus motivasi untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Akkermans, R. (2017). “48th Union World Conference on lung health”. The Lancet Respiratory Medicine. VOLUME 5, ISSU12, P926-927, DECEMBER 01, 2007. (https://www.thelancet.com/journals/lanres/article/ PIIS2213-2600(17)30423X/full text). Di Akses tanggal 17 Desember 2018, jam: 10.00 WIB
Ali, A. (2016). “Evaluation of Health-releted Quality of Life among Tuberculosis Patients in Two Cities in Yamen“. PLoS ONE 11(6): e0156258. doi: 10. 1371 /journal.pone.0156258
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes). (2013). Riset kesehatan dasar 2013.(http://www.depkes.go.id/resources/ download/ general/ Hasil% 20Riskesdas%202013.pdf).Diakses tanggal 01 februari 2018, jam: 21.00 WIB
Brunner & Suddart. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Terjemahan,volume II). Jakarta : EGC
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (Dinkes Provinsi Jatim). (2017). ProfilKesehatan Provinsi Jawa Timur 2016. Surabaya: Dinkes.
Dinas Kesehatan Kota Probolinggo (Dinkes Kota Probolinggo). (2016). Profil Kesehatan Kota Probolinggo 2015. Probolinggo: Dinkes.
Direktorat Jendral Penegendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen PP dan PL). (2011). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Kemenkes RI
Feist, Jess and Gregory J. Feist. (2010). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika
Kementrian Kesehatan RI (Kemenkes RI). (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Kemenkes RI
Notoatmodjo. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika
Pusat Komunikasi Publik. 24 Maret 2011. Tbc Masalah Kesehatan Dunia. Sekjen Kementerian Kesehatan RI. (http://www.depkes.go.id%2Farticle2% 2Fprint%2F1444%Ftbc-masalah-kesehatan-dunia.html&usg=AOvVaw1-G V4bn9Wu8QTTKd Ny8V3). Diakses tanggal 10 februari 2018 jam 12.25 WIB
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (Infodatin). (2016). Tuberkulosis Temukan Obati Sampai Sembuh.(http://www.depkes.go.id/ download.php ?file= download/pusdatin/ info datin/ infodatin-2016-TB.pdf). Diakses tanggal 01 februari 2018, jam: 20.30 WIB
Sulaiman. (2009). “Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hidup Penderita Tuberkulosis Paru”. Electronic Theses & Dissertations (ETD) Gadjah Mada University 2010. (http://etd.repository. ugm.ac.id/index.php?mod=penelitiandetail&sub=penelitianDetail&acat=vie w&typ=html&bukuid=43307). Diakses tanggal 02 Nopember 2018, jam: 11.30 WIB
Yurhansyah, AF. (2016). “Hubungan Antara Efikasi Diri Dengankualitas Hidup Pada Penderita Penyakit Kanker”. Skripsi Psikologi. Program Sarjana. (http://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/39929/1937/04%20abst ract.pdf?sequence=5&isAllowed=y). Diakses tanggal 01 Nopember 2018, jam: 10.00 WIB