• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh ROM Aktif Asistif Terhadap Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Dengan General Anestesi Di RSUD Ambarawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh ROM Aktif Asistif Terhadap Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Dengan General Anestesi Di RSUD Ambarawa"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh ROM Aktif Asistif Terhadap Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Dengan General

Anestesi Di RSUD Ambarawa

Cicilia Yuni Ardini Widyaswari *),Yunie Armiyati**), M. Syamsul Arif SN***) *) Mahasiswa Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang, **) Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang ***) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang

ABSTRAK

Anestesi diperlukan dalam proses operasi yang bertujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan, namun dapat mempengaruhi peristaltik usus, lebih tepatnya dapat menurunkan atau mengilangkan gerakan peristaltik. Setelah pembedahan sangat memungkinan untuk melakukan aktivitas yang bertujuan untuk mempertahankan gerakan peristaltik. Salah satu aktivitas yang dapat meningkatkan peristaltik usus adalah mobilisasi dengan latihan aktivitas Range Of Motion (ROM) aktif asistif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ROM aktif asistif terhadap peristaltik usus pada pasien post operasi dengan general anestesi di RSUD Ambarawa. Jenis penelitian adalah quasi experiment dengan rancangan one group pre and post design, menggunakan teknik sampling accidental sampling, dengan jumlah sampel adalah 12 responden. Hasil penelitan dengan menggunakan uji Wilcoxon sign test didapatkan nilai p value 0,002 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan ROM aktif asistif mampu meningkatkan peristaltik usus pada pasien post operasi dengan general anestesi. Diharapkan perawat dapat menggunakan intervensi tersebut sebagai penatalaksanaan pada pasien post operasi untuk meningkatkan atau menstabilkan peristaltik sehingga pasien tidak terjadi gangguan pada gastrointestinal.

Kata Kunci : ROM aktif asistif, peristaltik dan general anastesi ABSTRACT

Anesthesia is required in the process of operation which aims to eliminate the pain of surgery, but it can affect the intestinal Peristaltic, more precisely can decrease or eliminate intestinal peristaltic movement. After the surgery, it is very possible to do activities which aim to maintain the movement of intestinal peristaltic. One of activity that can increase the intestinal peristaltic is mobilization exercise activity with the active asistif Range Of Motion (ROM). This research was aimed to know the influence of the active asistif ROM against intestinal Peristaltic in post surgery patients with general anesthesia in Ambarawa General Hospital. This was a quasi experiment research with one group pre and post test design, using the accidental sampling technique, with the number of samples were 12 respondents. The results of this research using Wilcoxon sign test obtained p value 0.002 (p < 0.05). It can be concluded that the active asistif ROM was able to increase the intestinal peristaltic in post surgery patients with general anesthesia. It is expected that the nurse can use such as management intervention in post operation patients to improve or stabilize the intestinal perisltaltic, so it can prevent the gastrointestinal disorders.

(2)

PENDAHULUAN

Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pengobatan dengan menggunakan teknik invasive dimana dilakukan sayatan pada bagian tubuh yang akan ditangani dan diakhiri dengan penutupan dengan penjahitan luka tersebut (Sjamsuhidayat, 2011, hlm.331). Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa selama lebih dari satu abad perawatan bedah telah menjadi komponen penting bagi perawatan kesehatan di seluruh dunia. Setiap tahun diperkirakan terdapat 230 juta bedah utama dilakukan di seluruh dunia (Haynes et al, 2009, dalam Hasri, 2012, ¶1). Data yang didapatkan di RSUD Ambarawa pada tahun 2013 terdapat 2210 pasien yang menjalani operasi, dan terdapat 146 pasien yang menjalani operasi bedah abdomen sedangkan pada tahun 2014 terjadi peningkatan menjadi 2220 pasien yang menjalani operasi, dan terdapat 160 pasien yang menjalani operasi bedah abdomen. Setiap tindakan operasi menggunakan anestesi untuk menghilangkan rasa nyeri. Anestesi merupakan bahan yang diberikan agar pasien menjadi tidak sadar (anestesi umum) atau hanya untuk menghilangkan perasaan (anestesi lokal) (Smeltzer dan Bare, 2013, hlm.450). Pembedahan yang menggunakan anestesi umum yang melibatkan prosedur mayor, dimana membutuhkan manipulasi jaringan yang luas. Efek anestesi ini dapat bertahan selama 6-8 jam setelah pemberian obat anestesi. Anestesi memperlambat motilitas gastrointestinal dan menyebabkan mual sehingga terjadi kelemahan bising usus (Potter dan Perry, 2010, hlm.695).

Bising usus merupakan aliran udara dan cairan yang menimbulkan gerakan peristaltik dengan menimbulkan suara bergemuruh pelan yang

terjadi secara tidak teratur (Potter & Perry, 2010, hlm. 317). Apabila otot-otot usus tidak dapat mendorong isi usus ke bawah maka akan terjadi gangguan peristaltik yang mengakibatkan terjadinya konstipasi dimana konstipasi yang berkelanjutan akan berujung pada ileus (Potter & Perry, 2010, hlm. 758). Melemahnya tonus-tonus otot rangka dapat melemahkan proses defekasi, sehingga ROM atau latihan otot-otot dasar panggul dan abdomen sangat penting dilakukan karena latihan tersebut dapat meningkatkan kemampuan individu supaya terjadi kontraksi pada intra abdomen. Jika terjadi kontraksi pada intra abdomen,maka peristaltik akan meningkat (Kozier et.al, 2009, hlm. 588-589). METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan rancangan one group pre and post test design.. Dimana penelitian ini memberikan intervensi kepada responden yang akan dilakukan tindakan perlakuan dan membandingkan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

Besar sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik total sampling/sampling jenuh dengan menggunakan non probability dengan teknik accidental sampling Jumlah sampel pada penelitian ini selama 1 bulan dari bulan Maret-April yaitu 12 responden.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan di RSUD Ambarawa Bulan Maret-April 2015

(3)

Variabel Frekuensi (n) Presentase (%) Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Total Usia 15-20 21-50 Total Pendidikan SD SMP SMA Total Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja Total 8 33.3 4 66.7 12 100 1 8.3 11 91.7 12 100 3 25.0 4 33.3 5 41.7 12 100 9 75 3 25 12 100

Berdasarkan tabel 5.1 di atas, didapatkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 8 orang (66.7%). Rata-rata responden yang menjalani operasi dengan general anestesi berusia 32.33 tahun, selain itu usia terendah yang menjalani operasi dengan general anestesi yaitu 20 tahun sedangkan usia tertinggi yaitu 48 tahun. Responden yang berpendidikan SMA yaitu sebanyak 5 orang (41.7%). Berdasarkan pekerjaan didapatkan bahwa sebagian besar responden bekerja yaitu 9 orang (75%). 2. Gambaran peristaltik usus

a. Gambaran peristalik usus pada pasien post operasi di RSUD Ambarawa

Tabel 5.2

Tabel Responden Berdasarkan Peristaltik Usus di RSUD Ambarawa

Bulan Maret-April 2015 (n=12)

Berdasarkan tabel 5.2 di atas, didapatkan bahwa median jumlah peristaltik usus

sebelum yaitu 3.50 x/menit dan sesudah 6.00 x/menit dan nilai minimum sebelum yaitu 3, maksimum 5. Sedangkan nilai minimum sesudah yaitu 4 dan maksimum yaitu 10.

b. Gambaran peristalik usus dilihat dari usia

Tabel 5.4

Tabel Responden Berdasarkan Peristaltik Usus yang dilihat dari usia di RSUD Ambarawa Bulan Maret-April 2015 (n=12)

Usia Sebelum ±SD Sesudah ±SD 15-20 5.00 ± - 10.0 ± - 21-50 3.45 ± 0.52 6.09 ± 1.13

Berdasarkan tabel 5.4 di atas, didapatkan bahwa rata-rata responden yang berusia 15-20 mengalami peningkatan jumlah peristalik usus terbanyak sebelum dan sesudah dilakukan ROM aktif asistif yaitu dari 5.00 (± -) menjadi 10.0 (± -), sedangkan rata-rata untuk usia 21-50 yaitu dari 3.45 (± 0.52) menjadi 6.09 (± 1.13). Usia dapat mempengaruhi peristalik karena semakin bertambahnya usia seseorang tonus otot akan menurun sehingga kemampuan kerja peristaltik menurun (Kozier, et.al. 2010, hlm. 605).

c. Gambaran peristalik usus dilihat dari pekerjaan

Tabel 5.5

Tabel Responden Berdasarkan Peristaltik Usus yang dilihat dari pekerjaan di RSUD Ambarawa Bulan Maret-April 2015 (n=12)

Pekerjaan Sebelum ±SD Sesudah ±SD Bekerja 3.77 ± 0.66 6.66 ± 1.58 Tidak bekerja 3.00 ± 0.00 5.66 ± 1.52 Berdasarkan tabel 5.5 di atas, didapatkan rata-rata responden yang bekerja mengalami peningkatan jumlah peristaltik usus terbanyak sebelum dan sesudah dilakukan ROM akti asistif yaitu dari 3.77 (± 0.66) Peristaltik usus Median Mini-mum Maxi-mum Pre 3.50 3 5 Post 6.00 4 10

(4)

menjadi 6.66 (± 1.58), sedangkan rata-rata responden yang tidak bekerja yaitu dari 3.00 (± 0.00) menjadi 5.66 (± 1.52). Pekerjaan juga dapat mempengaruhi peristaltik, hal tersebut dikarenakan karena semakin banyak mobilisasi yang dilakukan akan semakin tinggi juga peristaltik pada individu tersebut. Teori lain menurut Mochtar (2005) mengatakan bahwa dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus kembali normal. d. Gambaran peristalik usus dilihat dari jenis

kelamin

Tabel 5.3

Tabel Responden Berdasarkan Peristaltik Usus yang dilihat dari jenis kelamin di RSUD Ambarawa Bulan Maret-April 2015

(n=12) Jenis kelamin Sebelum Sesudah ±SD ±SD Laki-laki 3.25 ± 0.50 5.50 ± 1.73 Perempuan 3.75 ± 0.70 6.88 ± 1.35 Berdasarkan tabel 5.3 di atas, didapatkan bahwa rata-rata responden yang berjenis kelamin perempuan mengalami peningkatan jumlah peristaltik usus terbanyak sebelum dan sesudah dilakukan ROM aktif asistif yaitu dari 3.75 (±0.70) menjadi 6.88 (± 1.35) , sedangkan rata-rata dengan jenis kelamin laki-laki yaitu dari 3.25 (±0.50) menjadi 5.50 (± 1.73). Secara psikologis, perempuan lebih emosional daripada laki-laki dan mudah tersinggung, mudah dipengaruhi, sangat peka, menonjolkan perasaan dan mudah meluapkan perasaan. Berdasarkan emosional menurut Stuart (2006, hlm. 144) kecemasan merupakan stressor yang dapat disebabkan oleh respon emosional terhadap penilaian seseorang. Teori lain menurut Potter dan Perry (2010, hlm. 405-407) stress dapat mempengaruhi saraf autonom sistem pencernaan, yang berakibat lambatnya penyampaian impuls dan menurunnya gerakan peristaltik usus.

3. Pengaruh ROM aktif asistif terhadap peristaltik usus pada pasien post operasi dengan general anastesi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi di RSUD Ambarawa Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil uji Wilxocon menunjukkan nilai p value 0,002 atau < 0,05, berarti ada pengaruh ROM aktif asistif terhadap peristaltik usus pada pasien post operasi dengan general anestesi di RSUD Ambarawa. Hal ini menunjukkan bahwa ROM aktif asistif dapat meningkatkan peristaltik usus.

Prosedur pembedahan diperlukan adanya anestesi yang bertujuan untuk menghilangkan sensasi nyeri baik diseluruh tubuh (general anestesi) atau sebagian dari tubuh (lokal anestesi (Admin, 2013, ¶1). Anestesi menyebabkan lambatnya motilitas kolon dimana dapat mengakibatkan kelemahan pada peristaltik usus.

Aktivitas akan membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula dan dapat melancarkan sirkulasi darah yang bisa mempercepat pulihnya sistem pencernaan (Manuaba, 2006, hlm. 105). Mobilisasi dapat meningkatkan motilitas usus seperti otot pelvis dan otot abdomen, sehingga dapat meningkatkan peristaltik usus (Saryono & Widianti, 2010, hlm. 37). Mobilisasi itu sendiri salah satunya dengan ROM aktif asistif.

Pada penelitian ini dilakukan ROM aktif asistif pada ekstemitas bawah yaitu ROM aktif asistif pinggul dan lutut, karena secara anatomi berdekatan dengan abdomen yang dapat merangsang gerakan peristaltik usus. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok. Jadi latihan ROM aktif asistif pada ekstremitas bawah melatih tonus otot abdomen, pelvis dan diafragma yang

(5)

mengakibatkan gerakan peristaltik usus muncul (Widuri, 2015, hlm. 131).

SIMPULAN

Berdasarkan dari hasil uraian penelitian dan pembahasan tentang pengaruh ROM aktif asistif terhadap peristaltik usus paada pasien post operasi dengan general anestesi yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Rata-rata jumlah peristaltik usus responden sebelum diberikan ROM aktif asistif sebesar 3,58 x/menit dan sesudah diberikan ROM aktif asistif meningkat menjadi 6,42 x/menit.

2. ROM aktif asistif mampu meningkatkan peristaltik usus pada pasien post operasi dengan general anestesi di RSUD Ambarawa dengan hasil uji Wilxocon (p=0,002)

SARAN

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi rumah sakit dalam penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk meningkatkan peristaltik usus pada pasien post operasi dengan general anestesi dengan tindakan ROM aktif asistif .

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan ilmiah dan teoritis, sehingga memacu institusi pendidikan khususnya profesi keperawatan untuk lebih mempertimbangkan waktu penerapan intervensi yang efektif terhadap peningkatan peristaltik usus pasien post operasi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan peningkatan peristaltik pada pasien post operasi.

b. Peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan mengganti variabel seperti membandingkan antara ROM aktif dan

ROM pasif pada semua jenis operasi dengan general anestesi dan menggunakan kelompok kontrol DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2013). Anestesi umum dan anestesi lokal.

http://www.Jaringankomputer.org/ diperoleh pada tanggal 22 Mei 2015 Hasri, E.T (2014). Praktik keselamatan pasien:

surgical safety checklist.

http://mutupelayanankesehatan.net/i ndex.php/component/contentarticle/ 22/585 diperoleh tanggal 9 Desember 2014

Kozier, B., Berman, A., & Erb, G. (2009). Buku ajar praktik keperawatan klinis.. Jakarta: EGC

(2010). Buku ajar fundamental keperawatan konsep proses dan praktik. Volume 2. Jakarta: EGC Kusyati, dkk. (2013). Keterampilan dan

prosedur laboratorium

keperawatan dasar. Edisi 2.

Jakarta: EGC

Manuaba. (2006). Patologi obstetri. Jakarta: EGC

Mochtar, R. (2013). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Potter, P.A & Perry, A.G..(2010). Fundamental keperawatan. Buku 2. Edisi 7.Alih bahasa: Adrina Ferderika Nggie dan Marin Albar. Jakarta : Salemba medika

Saryono dan Widianti, A. (2010). Kebutuhan dasar manusia. Yogyakarta : EGC Setiadi. (2013). Konsep dan praktik penulisan

riset keperawatan. Edisi 2.

(6)

Sjamsuhidayat, R., & Jong, D. W (2011). Buku ajar ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC

(2010). Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC

(2005). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC

Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2013). Buku ajar keperawatan medical bedah. Edisi 8. volume 2. Alih bahasa: H. Y. Kuncara, Andry hartono, Monica Ester, dan Yasmin Asih. Jakarta : EGC

Stuart, G. W., & Laraia (2006). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 5. Alih bahasa: Ramona, G. K., & Egi, K. Y. Jakarta: EGC

WHO. (2012). Pedoman perawatan pasien. Jakarta : EGC

Widuri, H. (2010). Kebutuhan dasar manusia aspek mobilitas dan istirahat tidur. Edisi pertama. Yogyakarta: Gosyen publishing

Referensi

Dokumen terkait

dan aplikasi sistem keuangan syariah (Islam) di institusi keuangan syariah khususnya bank syariah yang berada dalam pengawasannya, sekurang- kurangnnya enam bulan sekali.4

Menurut Molyneux (2004) adanya aktivitas antioksidan disebabkan karena senyawa yang terdapat pada tumbuhan akan melepaskan atom H yang merupakan salah satu radikal

Alternatif produksi bersih yang dapat diterapkan pada kawasan industri penyamakan kulit pada Tabel 4 dianalisis dengan metoda Metoda Perbandingan Eksponensial (MPE)

Pada Gambar 3-2 biasa disebut sistem kontrol automatik berumpan balik atau sistem kontrol lup tertutup.Posisi penunjuk pada kontroler menyeteltemperature yang

Seperti yang terdapat di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas XI, tercantum standar kompetensi 11. memahami ragam wacana tulis dengan membaca cepat dan

Makna yang dapat ditarik dari gambaran ini adalah; (1) Varietas unggul lama masih digemari petani, (2) Varietas unggul lama (khususnya Wilis) mempunyai daya adopsi yang

Memperkuat atau memperlemah hasil dari ketiga aspek CSR (ekonomi, lingkungan dan sosial) dapat memberikan informasi bagi manajemen perusahaan, untuk meningkatkan pelaksanaan

Dalam hal ini terdapat 3(Tiga) permasalahan yang ada di dalam sistem yang berjalan pada Koperasi Kosma 15 yang terdapat didalam lingkungan SMA Negeri 15 Kota