• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 PERDA NO 03 TAHUN 2010 PENJELASAN RTRW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "2 PERDA NO 03 TAHUN 2010 PENJELASAN RTRW"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACI TAN

NOM OR 3 TAHUN 2 0 1 0

TENTANG RENCANA TATA RUANG W I LAYAH KABUPATEN PACI TAN

TAHUN 2 0 0 9 - 2 0 2 8

I .

UMUM

1.

Ruang wilayah Kabupaten Pacitan, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat,

ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya,

merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada Kabupaten Pacitan yang perlu disyukuri,

dilindungi, dan dikelola secara berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sesuai

dengan amanat yang terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara

Republik I ndonesia Tahun 1945, serta makna yang terkandung dalam falsafah dan dasar

negara Pancasila.

2.

Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam

bumi, sebagai tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara

kelangsungan hidupnya, yang pada dasarnya ketersediaannya tidak tak terbatas. Berkaitan

dengan hal tersebut untuk mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Pacitan yang aman,

nyaman, dan berkelanjutan maka perlunya dilakukan penataan ruang yang dapat

mengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan buatan yang mampu mewujudkan

keterpaduan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan, serta dapat

memberikan perlindungan terhadap fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap

lingkungan hidup akibat pemanfaatan ruang.

3.

Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang bahwa penataan ruang wilayah Nasional, wilayah Propinsi dan wilayah

Kabupaten/ Kota dilakukan secara terpadu dan tidak dipisah-pisahkan. Ruang wilayah

Kabupaten Pacitan meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di

dalam bumi sampai batas tertentu yang diatur dengan peraturan perundang-undangan.

4.

Secara geografis Kabupaten Pacitan berada antara 110

o

55’ – 111

o

25’ Bujur Timur dan 7

o

55’ – 8

o

17’ Lintang Selatan. Adapun wilayah administrasi Kabupaten Pacitan setelah

diberlakukannya Undang-udang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang

ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Daerah, maka Kabupaten Pacitan telah terjadi

pengembangan wilayah terutama di desa yang terjadi pemekaran berjumlah 7 desa, dari

sebelumnya 12 kecamatan, 5 kelurahan, dan 159 desa menjadi 12 kecamatan, 5 kelurahan,

dan 166 desa.

5.

Berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah, wewenang penyelenggaraan penataan ruang

oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, yang mencakup kegiatan pengaturan, pembinaan,

pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang, didasarkan pada pendekatan wilayah

dengan batasan wilayah administratif.

Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah antara lain disebutkan bahwa pemberian kedudukan kabupaten sebagai daerah

otonom dan sekaligus sebagai wilayah administrasi dilakukan dengan pertimbangan untuk

memelihara hubungan serasi antara pusat, propinsi, dan daerah, untuk menyelenggarakan

otonomi daerah yang bersifat lintas Kabupaten.

(2)

6.

Penataan ruang dengan pendekatan kegiatan utama kawasan terdiri atas penataan ruang

kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan. Kawasan perkotaan menurut

besarannya dapat berbentuk kawasan perkotaan kecil, kawasan perkotaan sedang, kawasan

perkotaan besar, kawasan metropolitan, dan kawasan megapolitan. Penataan ruang dengan

pendekatan nilai strategis kawasan dimaksudkan untuk mengembangkan, melestarikan,

melindungi, dan/ atau mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan

yang bersangkutan demi terwujudnya pemanfaatan yang berhasil guna.

Penataan ruang Kabupaten Pacitan merupakan proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Kabupaten Pacitan di wilayah yang menjadi kewenangan Kabupaten Pacitan,

dalam rangka optimalisasi dan mensinergikan pemanfaatan sumberdaya daerah untuk

mewujudkan kesejahteraan masyarakat di kabupaten Pacitan.

7.

Penataan ruang Kabupaten Pacitan didasarkan pada karakteristik, daya dukung, dan daya

tampung lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan meningkatkan

keserasian, keselarasan, dan keseimbangan subsistem yang akan berpengaruh pada

subsistem lainnya, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem ruang Kabupaten

Pacitan secara keseluruhan. Pengaturan penataan ruang menuntut dikembangkannya suatu

kebijakan penataan ruang Kabupaten Pacitan sebagai ciri utama yang memadukan berbagai

kebijaksanaan pemanfaatan ruang Kabupaten Pacitan.

8.

Perencanaan tata ruang Kabupaten Pacitan dilakukan untuk menghasilkan rencana umum

tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan

pendekatan wilayah administratif, sedangkan rencana rinci disusun berdasarkan pendekatan

strategis kawasan dan/ atau kegiatan kawasan. Dalam penataan ruang Kabupaten Pacitan

diperlukan suatu pengendalian pemanfaatan ruang sebagai upaya untuk mewujudkan tertib

tata ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang dapat melalui perizinan pemanfaatan ruang,

pemberian insentif, dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.

Perizinan pemanfaatan ruang di Kabupaten Pacitan dimaksudkan sebagai upaya untuk

penertiban pemanfaatan ruang melalui izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan

pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan imbalan terhadap

pelaksana kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang di Kabupaten Pacitan, baik yang

dilakukan oleh masyarakat maupun Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan.

Pemberian disisentif dimaksudkan sebagai upaya untuk membatasi pertumbuhan atau

mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang di Kabupaten Pacitan.

Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan

ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Pengenaan sanksi

tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan

perizianan pemanfaatan ruang, tapi juga dikenakan kepada pejabat pemerintah yang

berwenang yang menertibkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana

tata ruang.

(3)

I I . PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Cukup

jelas

Pasal 3

Cukup

jelas

Pasal 4

Tujuan penataan ruang dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah

kabupaten; 2) karakteristik wilayah kabupaten; 3) isu strategis; dan 4) kondisi objektif

yang diinginkan.

Huruf

a

Cukup

jelas

Huruf

b

Cukup

jelas

Huruf

c

Cukup

jelas

Huruf

d

Yang dimaksud dengan “aman” adalah situasi masyarakat dapat menjalankan

aktivitas kehidupannya dengan terlindungi dari berbagai ancaman.

Yang dimaksud dengan “nyaman” adalah keadaan masyarakat dapat

mengartikulasikan nilai sosial budaya dan fungsinya dalam suasana yang tenang dan

damai.

Yang dimaksud dengan “produktif” adalah proses produksi dan distribusi berjalan

secara efisien sehingga mampu memberikan nilai tambah ekonomi untuk

kesejahteraan masyarakat, sekaligus meningkatkan daya saing.

Yang dimaksud dengan “berkelanjutan” adalah kondisi kualitas lingkungan fisik

dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan, termasuk pula antisipasi untuk

mengembangkan orientasi ekonomi kawasan setelah habisnya sumber daya alam

tak terbarukan.

Pasal 5

Kebijakan penataan ruang dirumuskan berdasarkan: 1) tujuan penataan ruang wilayah

kabupaten; 2) karakteristik wilayah kabupaten; 3) kapasitas sumber daya wilayah

kabupaten dalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya; dan 4) ketentuan peraturan

perundang-undangan terkait.

Strategi penataan ruang dirumuskan berdasarkan: 1) kebijakan penataan ruang wilayah

kabupaten; 2) kapasitas sumber daya wilayah kabupaten dalam melaksanakan kebijakan

penataan ruangnya; dan 3) ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 6

Cukup

jelas

Pasal 7

Cukup

jelas

Pasal 8

(4)

Pasal 9

Cukup

jelas

Pasal 10

Cukup

jelas

Pasal 11

Kebijakan dan strategi pelestarian kawasan lindung dimaksudkan untuk menjamin

kelestarian fungsi lingkungan dan keseimbangan pemanfaatan sumber daya alam dan

sumber daya buatan sesuai dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

Pasal 12

Cukup

jelas

Pasal 13

Cukup

jelas

Pasal 14

Cukup

jelas

Pasal 15

Cukup

jelas

Pasal 16

Cukup

jelas

Pasal 17

Cukup

jelas

Pasal 18

Cukup

jelas

Pasal 19

Cukup

jelas

Pasal 20

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Transportasi no. 4.2 lampiran buku RTRW

Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-10.

Pasal 21

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Transportasi no. 4.2 lampiran buku RTRW

Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-10.

Pasal 22

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Transportasi no. 4.2 lampiran buku RTRW

Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-10.

Pasal 23

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Transportasi no. 4.2 lampiran buku RTRW

Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-10.

Pasal 24

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Listrik dan Sumber Daya Energi no. 4.3

lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-12.

Pasal 25

(5)

Pasal 26

Ayat

1

Cukup jelas

Ayat

2

Penyediaan sarana pendistribusian Liquid Petroleum Gas (LPG) direncanakan dengan

penyediaan Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) dan direncanakan di lokasi yang

tingkat kepadatan permukimannya rendah, dengan ketentuan pendirian SPBE sesuai

aturan PERTAMI NA.

Pasal 27

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Telekominikasi no. 4.4 lampiran buku RTRW

Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-13

Pasal 28

Yang dimaksud dengan “Daerah Aliran Sungai” adalah suatu wilayah tertentu yang bentuk

dan sifat alamnya merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang

berfungsi menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya dan

kemudian mengalirkannya melalui sungai utama ke laut.

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Pengelolaan Air Bersih no. 4.5 lampiran buku

RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-19.

Pasal 29

Ayat

1

Cukup

jelas

Ayat

2

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Pengelolaan Limbah no. 4.6 lampiran

buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-23.

Ayat

3

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Pengelolaan Air Bersih no. 4.7 lampiran

buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-25.

Ayat

4

Cukup

jelas

Pasal 30

Cukup

jelas

Pasal 31

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Pola Ruang no. 5.2 lampiran buku RTRW

Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-4.

Pasal 32

Ayat

1

Cukup

jelas

Ayat

2

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Hutan Lindung dan Hutan

Rakyat no. 5.3 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-6.

Ayat

3

Cukup

jelas.

Ayat

4

(6)

Ayat

5

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Karst no. 5.4 lampiran buku

RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-7.

Ayat

6

Cukup

jelas

Ayat

7

Cukup

jelas

Pasal 33

Ayat

1

Cukup

jelas

Ayat

2

Cukup

jelas

Ayat

3

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Sempadan Pantai no. 5.5

lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-8.

Ayat

4

Cukup

jelas

Ayat

5

Cukup

jelas

Ayat

6

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Sempadan Sungai no. 5.6

lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-9.

Ayat

7

Cukup

jelas

Ayat

8

Cukup

jelas

Ayat

9

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Sekitar Mata Air no. 5.7

lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-11.

Ayat

10

Cukup

jelas

Ayat

11

Cukup

jelas

Ayat

12

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan SUTT no. 5.8 lampiran buku

RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-12.

Ayat

13

Cukup

jelas

Pasal 34

(7)

Pasal 35

Cukup

jelas

Pasal 36

Ayat

1

Cukup

jelas

Ayat

2

Cukup

jelas

Ayat

3

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Kawasan RTH no. 5.10

lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-17.

Ayat

4

Cukup

jelas

Ayat

5

Cukup

jelas

Ayat

6

Cukup

jelas

Ayat

7

Cukup

jelas

Pasal 37

Cukup

jelas

Pasal 38

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Peruntukan Hutan Produksi no. 5.13

lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-37.

Pasal 39

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Rakyat

no. 5.3 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-6.

Pasal 40

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Peruntukan Pertanian no. 5.14

lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-39.

Ketentuan lebih lanjut mengenai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diatur dengan

Peraturan Daerah

Pasal 41

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Peruntukan Perikanan no. 5.15

lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-41.

Pasal 42

Cukup

jelas

Pasal 43

Cukup

jelas

Pasal 44

(8)

Pasal 45

Ayat

1

Cukup

jelas

Ayat

2

Permukiman perdesaan merupakan permukiman yang sebagian besar kegiatan

penduduknya pertanian. Permukiman pedesaan sebagian besar tersebar di seluruh

kecamatan di Kabupaten Pacitan dengan pengelompokan skala kecil.

Permukiman perkotaan merupakan permukiman yang sebagian besar kegiatannya

bukan pertanian dan ini terletak di Kecamatan Pacitan.

Ayat

3

Cukup

jelas

Ayat

4

Cukup

jelas

Ayat

5

Cukup

jelas

Pasal 46

Cukup

jelas

Pasal 47

Cukup

jelas

Pasal 48

Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) sesuai dengan Peraturan Pemerintah

Republik I ndonesia Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan Pasal 11 meliputi

kawasan pendaratan dan lepas landas, kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan,

kawasan di bawah permukaan dalam, kawasan di bawah permukaan

horizontal-luar, kawasan di bawah permukaan kerucut, kawasan di bawah permukaan transisi, dan

kawasan di sekitar penempatan alat bantu navigasi penerbangan. KKOP yang dikemukakan

di atas akan mempengaruhi penetapan ketinggian bangunan maksimal di Kabupaten

Pacitan, yang arahan ketinggian bangunan banyak ditentukan oleh fungsi atau kegiatan

pemanfaatan ruangannya.

Pasal 49

Cukup jelas

Pasal 50

Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang

mempunyai pengaruh besar terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain di

bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya, dan/ atau peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Penetapan kawasan strategis di Kabupaten Pacitan diprioritaskan pada

kawasan yang mempunyai pengaruh sangat penting terhadap ekonomi, sosial, budaya,

dan/ atau lingkungan di wilayah Kabupaten Pacitan.

Ayat 1

Cukup

jelas

Ayat 2

Cukup

jelas

Ayat 3

(9)

Ayat 4

Cukup

jelas

Ayat 5

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Strategis Agropolitan no. 6.2

lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 6-9.

Ayat 6

Cukup

jelas

Ayat 7

Cukup

jelas

Ayat 8

Cukup

jelas

Pasal 51

Cukup

jelas

Pasal 52

Cukup

jelas

Pasal 53

Cukup

jelas

Pasal 54

Cukup

jelas

Pasal 55

Cukup

jelas

Pasal 56

Cukup

jelas

Pasal 57

Cukup

jelas

Pasal 58

Pengendalian pemanfaatan ruang di Kabupaten Pacitan sesuai dengan UU Nomor 26 tahun

2007 Pasal 26 ayat (2), dimaksudkan agar pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan

rencana tata ruang Kabupaten Pacitan, melalui ketentuan umum peraturan zonasi,

ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disisentif, dan arahan sanksi.

Pasal 59

Ayat

(1)

Zonasi yang dilakukan di Kabupaten Pacitan merupakan pembagian kawasan ke

dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi atau karakteristik semula atau diarahkan

untuk pengembangan fungsi-fungsi lain. Regulasi Zonasi (Zoning Regulation) adalah

ketentuan yang mengatur klasifikasi zoning dan penerapannya ke dalam ruang,

pengaturan lebih lanjut tentang pemanfaatan lahan dan prosedur pemanfaatan

lahan.

Ayat

(2)

Cukup

jelas

Pasal 60

(10)

Pasal 61

Cukup

jelas

Pasal 62

Cukup

jelas

Pasal 63

Cukup

jelas

Pasal 64

Cukup

jelas

Pasal 65

Cukup

jelas

Pasal 66

Cukup

jelas

Pasal 67

Cukup

jelas

Pasal 68

Cukup

jelas

Pasal 69

Cukup

jelas

Pasal 70

Cukup

jelas

Pasal 71

Ayat

(1)

Perizinan merupakan upaya yang mengatur agar pembangunan di Kabupaten

Pacitan sesuai dengan yang direncanakan serta mengatur agar kegiatan yang

memiliki peluang melanggar ketentuan perencanaan dan pembangunan, serta yang

dapat menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum dapat dikendalikan. I zin

dalam penataan ruang merupakan izin yang berkaitan dengan lokasi, kualitas ruang,

dan tata bangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, hukum

adat, dan kebiasaan yang berlaku.

Prinsip dasar penerapan mekanisme perizinan dalam pemanfaatan ruang adalah

sebagai berikut:

-

Setiap kegiatan dan pembangunan yang berpeluang menimbulkan gangguan

bagi kepentingan umum, pada dasarnya dilarang kecuali dengan izin dari

Pemerintah Kabupaten Pacitan.

-

Setiap kegiatan dan pembangunan harus memohon izin dari pemerintah

Kabupaten Pacitan yang akan memeriksa kesesuaiannya dengan rencana, serta

standar administrasi legal.

-

Setiap permohonan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang

harus melalui pengkajian mendalam untuk menjamin bahwa manfaatnya jauh

lebih besar dari kerugiannya bagi semua pihak terkait sebelum dapat diberikan

izin.

Ayat

(2)

(11)

Ayat

(3)

Syarat-syarat mengenai pengajuan izin pemanfaatan ruang antara lain:

a.

Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);

b.

Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

c.

Fotokopi akte pendirian perusahaan yang telah disahkan oleh pejabat yang

berwenang (bila ada);

d.

Uraian rencana pemanfaatan lahan (bila ada);

e.

Gambar teknis berupa site plan, tapak, potongan, dan situasi sekitar (bila ada);

f.

Gambar teknis konstruksi sipil (bila ada);

g.

I nformasi surat penguasaan tanah;

h.

I nformasi sertifikat hak atas tanah atau bukti perjanjian sewa tanah;

i.

Surat kuasa bila diurus orang lain.

Ayat

(4)

Cukup

jelas

Ayat

(5)

Cukup

jelas

Ayat

(6)

Cukup

jelas

Pasal

72

Setiap pemanfaatan ruang harus mendapat izin sesuai dengan rencana tata ruang dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap kegiatan yang meminta izin

pemanfaatan ruang, perlu memperoleh konfirmasi kesesuaian kegiatannya dengan RTRW

atau produk rencana yang lebih rinci, sehingga pengembangan kegiatan tersebut tidak

menyimpang dari fungsi ruang yang telah ditetapkan.

Perubahan pemanfaatan lahan harus melalui prosedur khusus yang berbeda dari prosedur

reguler/ normal. Dalam masa transisi tahapan rencana, izin khusus dapat diberikan apabila

dampak kegiatan yang dimohonkan negatif atau kecil dan berdasarkan kebijakan

Pemerintah Kabupaten Pacitan.

Pasal 73

Ayat

(1)

Pemberian insentif bertujuan untuk merangsang perkembangan yang sesuai dengan

fungsi atau pemanfaatan ruang pada suatu kawasan. I nsentif diterapkan di wilayah

Kabupaten Pacitan yang memiliki fungsi sebagai kawasan budidaya.

I nsentif dapat diberikan antarpemrintah daerah yang saling berhubungan berupa

subsidi silang dari daerah yang penyelenggaraan penataan ruangnya memberikan

dampak kepada daerah yang dirugikan, atau antara pemerintah dan swasta dalam

hal pemerintah memberikan preferensi kepada swasta sebagai imbalan dalam

mendukung perwujudan rencana tata ruang.

Ayat

(2)

Pemberian disisentif adalah untuk menghambat atau membatasi perkembangan

yang tidak sesuai dengan fungsi atau pemanfaatan ruang pada suatu kawasan.

Disinsentif diperuntukan bagi kawasan lindung.

Ayat

(3)

(12)

Pasal 74

Cukup

jelas

Pasal 75

Cukup

jelas

Pasal 76

Cukup

jelas

Pasal 77

Cukup

jelas

Pasal 78

Cukup

jelas

Pasal 79

Cukup

jelas

Pasal 80

Cukup

jelas

Pasal 81

Cukup

jelas

Pasal 82

Cukup

jelas

Pasal 83

Cukup

jelas

Pasal 84

Cukup

jelas

Pasal 85

Cukup

jelas

Pasal 86

Cukup

jelas

Pasal 87

Cukup

jelas

Pasal 88

Cukup

jelas

Pasal 89

Cukup

jelas

Pasal 90

Cukup

jelas

Pasal 91

Cukup

jelas

Pasal 92

(13)

Pasal 93

Sesuai dengan aturan perundangan Penataan Ruang, Undang-Undang Nomor 26 Tahun

2007, memuat ketentuan pidana sebagai berikut:

Romawi I :

1.

Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini yang mengakibatkan perubahan

fungsi ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda

paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2.

Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kerugian

terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara

paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu

miliar lima ratus juta rupiah).

3.

Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kematian

orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan

denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Romawi I I :

1.

Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang

dari pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 huruf b, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2.

Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan perubahan

fungsi ruang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan

denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

3.

Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kerugian

terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar

lima ratus juta rupiah).

4.

Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kematian

orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan

denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Romawi I I I :

Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin

pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 huruf c, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah).

Romawi I V :

Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan

perundang

undangan dinyatakan sebagai milik umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal

79 huruf d, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling

banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Romawi V :

1.

Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan

rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (8), dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah).

2.

Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku dapat dikenai pidana

tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya.

Romawi VI :

(14)

terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana

denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud

dalam Romawi I , Romawi I I , Romawi I I I , dan Romawi I V.

2.

Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi

pidana tambahan berupa:

-

pencabutan izin usaha; dan/ atau

-

pencabutan status badan hukum.

Romawi VI I :

5.

Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana sebagaimana dimaksud

dalam

Romawi I , Romawi I I , Romawi I I I , dan Romawi I V, dapat menuntut ganti

kerugian secara perdata kepada pelaku tindak pidana.

6.

Tuntutan ganti kerugian secara perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan hukum acara pidana.

Pasal 94

Ayat

(1)

Pengangkatan penyidik pegawai negeri sipil dilakukan dengan memperhatikan

kompetensi pegawai seperti pengalaman serta pengetahuan pegawai dalam bidang

penataan ruang dan hukum.

Ayat

(2)

Cukup

jelas

Ayat

(3)

Cukup

jelas

Ayat

(4)

Cukup

jelas

Ayat

(5)

Cukup

jelas

Ayat

(6)

Cukup

jelas

Pasal 95

Ayat

(1)

Cukup

jelas

Ayat

(2)

Untuk keperluan penggandaan buku Album Peta, skala yang digunakan dalam peta

buku Album Peta adalah skala batang.

Ayat

(3)

Cukup

jelas

Pasal 96

Cukup

jelas

Pasal 97

Cukup

jelas

Pasal 98

(15)

Pasal 99

Cukup

jelas

Pasal 100

Cukup

jelas

Pasal 101

Cukup

jelas

Pasal 102

Referensi

Dokumen terkait

UNDANG-UNDANG TENTANG PENATAAN RUANG.. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai. satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk

(1) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, adalah tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan

UNDANG-UNDANG TENTANG PENATAAN RUANG. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai. satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan

UNDANG-UNDANG TENTANG PENATAAN RUANG.. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai. satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk

Wawasan Kebangsaan adalah konsep politik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar laut

Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi darat, laut dan udara beserta sumber daya alam sebagai suatu kesatuan yang utuh dalam wilayah Negara

Penataan Ruang, yang dimaksud dengan ruang adalah wadah yang meliputi.. ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Tabanan adalah rencana yang meliputi sistem perkotaan wilayah Kabupaten Tabanan yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam