• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAMPINGAN GURU SD DALAM MENGIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI GENERAL EDUCATION BERWAWASAN TRI HITA KARANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAMPINGAN GURU SD DALAM MENGIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI GENERAL EDUCATION BERWAWASAN TRI HITA KARANA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAMPINGAN GURU SD DALAM MENGIMPLEMENTASI MODEL

PEMBELAJARAN BERORIENTASI GENERAL EDUCATION

BERWAWASAN TRI HITA KARANA

I Made Ardana1, I Putu Wisna Ariawan2

ABSTRACT

Learning tools arranged by elementary school teachers in general have not integrated the development of students’ good character therefore teachers have not been able to implement good character of students in their learning. This is also the case for elementary school teachers along the Banyumala Singaraja Watershed. In this regard, it is deemed necessary to "mentor elementary school teachers along the Banyumala watershed in implementing a General Education (GE) oriented learning model with a Tri Hita Karana (THK) insight". The method of implementation is in the form of training and mentoring with the following stages: (1) providing information, question and answer, and discussion; (2) individual and group exercises; (3) mentoring teachers in schools. The mentoring participants are 16 elementary school teachers spread across the Banyumala watershed. The results of the mentoring show that the teachers are able to: (1) integrate the good character of students in the learning tools; and (2) implement a GE-oriented learning model with THK insight as evidenced by the improvement of the students’ good character categories from sometimes consistent categories to often consistent categories.

Keywords: gneral education, tri hita karana, character, elementary school

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Hasil pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan pada tahun 2018 di Kabupaten Buleleng dan 2019 di kecamatan Buleleng berkaitan dengan pemantapan materi matematika dan pedagogik esensial pada modul pelatihan guru pembelajar bagi guru-guru SD di Kecamatan Buleleng, terdapat cukup banyak

guru yakni 87% belum memahami, belum mampu mengintegrasikan dan belum mampu mengimplementasikan teori belajar dalam pembelajaran yang dapat berdampak pada peningkatan karakter baik peserta didik. Hal ini diperkuat ketika tim pengabdi mencermati Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru memang belum mengintegrasikan karakter baik peserta didik, Lembar Kerja 1Jurusan Matematika FMIPA UNDIKSHA;2 Jurusan Matematika FMIPA UNDIKSHA

Email: ardanaimade@undiksha.ac.id

Perangkat pembelajaran yang disusun guru Sekolah Dasar (SD) secara umum belum mengintegrasikan pengembangan karakter baik peserta didik sehingga gurupun belum mampu mengimplementasikan karakter baik peserta didik dalam pembelajarannya. Demikian halnya juga terjadi pada guru SD di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Banyumala Singaraja. Sehubungan dengan itu dipandang perlu untuk melakukan “pendampingan guru SD di sepanjang DAS Banyumala dalam mengimplementasikan model pembelajaran berorientasi General Education (GE) berwawasan Tri Hita Karana (THK)”. Metode pelaksanaannya berupa pelatihan dan pendampingan dengan tahapan: : (1) pemberian informasi, tanya jawab, dan diskusi; (2) latihan individu dan kelompok; (3) pendampingan guru di sekolah. Peserta pendampingan sebanyak 16 guru SD yang tersebar di daerah sepanjang DAS Banyumala. Hasil pendampingan menunjukkan bahwa guru-guru mampu: (1) mengintegrasikan karakter baik peserta didik dalam perangkat pembelajaran; dan (2) mengimplementasikan model pembelajaran berorientasi GE berwawasan THK yang dibuktikan dengan peningkatan kategori karakter baik peserta didik dari kategori kadang-kadang konsisten ke kategori sering konsisten.

(2)

Peserta Didik (LKPD) yang dibuat guru juga hanya menekankan pada knowledge saja, dan hasil klarifikasi secara langsung kepada guru menunjukkan bahwa memang benar perangkat yang disusun guru belum mencerminkan ke arah pengembangan karakter baik peserta didik. Bersamaan dengan itu, pada tahun 2019 dilakukan penelitian di salah satu SD yang berada di sepanjang DAS Banyumala tentang “Pengembangan Model Pembelajaran Matematika berorientasi GE berwawasan THK (Model PMbGEbTHK) untuk Meningkatkan Karakter Peserta Didik”. 7 (tujuh) karakter baik yang dicermati saat penelitian adalah karakter: jujur, disiplin, tanggungjawab, toleransi gotong royong, santun, dan percaya diri. Sehubungan dengan itu dipandang perlu untuk memanfaatkan hasil penelitian ini untuk meningkatkan karakter baik peserta didik melalui pendampingan guru SD di DAS Banyumala dalam menerapkan Model PMbGEbTHK. Melalui pendampingan ini diharapkan guru mampu: (1) mengintegrasikan karakter baik peserta didik dalam perangkat pembelajaran; dan (2) menerapkan Model PMbGEbTHK.

Setiadi, (2008) menungkapkan bahwa GE menawarkan pengalaman belajar yang variatif dengan tujuan agar para peserta didik dapat menjadi manusia yang memiliki perspektif luas, bertanggung jawab, dan peduli sebagai bagian dari masyarakat. GE bertujuan untuk membina individu untuk menjadi warga masyarakat dan warga negara yang baik melalui pengembangan keseluruhan kepribadian seseorang dalam kaitannya dengan masyarakat dan lingkungan hidupnya. GE merupakan suatu proses pembangkitan makna-makna yang esensial yang membimbing pelaksanaan hidup manusia guna mempersiapkan generasi muda yang mampu berperan aktif pada berbagai dimensi kehidupannya.

Boyer dan Levine (1981) menegaskan bahwa tujuan GE adalah bukan untuk menerapkan satu nilai, namun, membantu peserta didik berpikir tentang apa yang membentuk nilai-nilai tersebut. Sehingga, GE

harus didesain untuk membuat peserta didik agar dapat mengeksplorasi bagaimana nilai-nilai masyarakat dibentuk dan ditegakkan, dan bagaimana masyarakat bereaksi terhadap ide-ide yang tidak populer. Sehingga, peserta didik dapat mengidentifikasi nilai mereka sendiri dan berdiskusi tentang moral dan nilai- nilai tersebut. Sehingga diharapkan peserta didik dapat memahami nilai-nilai luhur yang dipercaya masyarakat dan juga olehnya.

THK merupakan falsafah kehidupan masyarakat hindu (local genius) yang berisikan mengenai tiga konsep/nilai universal untuk menjaga keharmonisan hidup manusia di dunia ini, terkait dengan hubungan tiga dimensi yaitu keharmonisan hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta (Parhyangan), keharmonisan hubungan manusia dengan manusia (Pawongan), serta keharmonisan hubungan manusia dengan lingkungan (Palemahan). Konsep keharmonisan universal dalam THK tersebut sangat relevan dengan tujuan GE yang menitikberatkan pada pembangunan tradisi, etos kerja, dan meletakan nilai-nilai luhur sebagai landasan pengembangan intelektualitas seiring dengan profesionalitas dan vokasionalitas.

THK yang terdiri dari unsur

parhyangan (hubungan manusia dengan

Tuhan), pawongan (hubungan manusia dengan manusia) dan palemahan (hubungan manusia dengan lingkungan) mengandung nilai-nilai karakter yang universal, dan penjabarannya dalam pembelajaran pada peserta didik dapat dideskripsikan seperti terlihat pada table 1 di bawah ini.

Tabel. 1 Nilai-nilai THK beserta Implementasi dalam Pembelajaran Nilai- Nilai THK unsur Parhyangan Implementasi dalam Pembelajaran 1. Religiusitas 2. Menumbuhkan keimanan 3. Menumbuhkan rastiti (takwa) 1. Mengucapkan salam keagamaan sebelum pembelajaran dimulai 2. Sembahyang dan berdoa sebelum

(3)

pada Tuhan 4. Sikap hidup bersih jasmani rohani mulai pelajaran/ kegiatan 3. Menghayati diri sebagai ciptaan Tuhan 4. Menghayati diri sebagai ciptaan Tuhan 5. Melaksanakan praktik keagamaan sesuai yang dianut 6. Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, proaktif, kompetitif 7. Memelihara tempat persembahyangan Nilai- Nilai THK unsur Pawongan Implementasi dalam Pembelajaran 1. Gotong royong 2. Saling melayani 3. Komunikasi yang efektif 4. Kolaborasi 5. Tanggung jawab 6. Budaya belajar 7. Demokratis 8. Sikap hidup disiplin 9. Saling menghormati 1. Membuat Klp belajar 2. Mendorong budaya belajar 3. Mendorong budaya melayani 4. Bergotong royong dalam melaksanakan kebersihan 5. Menggunakan etika yang bersumber dari kearifan lokal dalam mengembangkan komunikasi dengan: orang tua, sebaya, anak-anak, tamu 6. Menggunakan bahasa santun Nilai- Nilai THK unsur Palemahan Implementasi dalam Pembelajaran 1. Pemeliharaan dan pelestarian lingkungan 1. Mengajarkan rasa syukur dengan kesempurnaan Tuhan 2. Melakukan keg. olah

raga

3. Melakukan keg. rutin

pemeriksaan kesehatan anggota warga sekolah 4. Merawat dan melestarikan lingkungan sekolah 5. Membangun budaya

sehat dan bersih 6. Kegiatan ekstra

kurikuler

(Modifikasi dari Undiksha, 2018: 6) Komponen Model PMbGEbTHK (Ardana, 2019)

Syntax:

PMbGEbTHK yang terdiri dari 4 tahap yakni tahap: (1) pendahuluan; (2) inti PMbGEbTHK; (3) Penutup, dan (4) evaluasi seperti terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.

(1) Pendahuluan

a) Mengucapkan salam pembuka (insersi nilai pawongan)

b) Menata kebersihan lingkungan belajar sebelum memulai pembelajaran (insersi nilai palemahan)

c) Presensi (ketaatan, kedisiplinan): (insersi nilai Pawong)

d) Doa bersama sesuai dengan keyakinan masing-masing (insersi nilai Prahyangan)

(1) Pendahulua n (4) Evaluasi (2) Inti Berorientasi GE berwawasan THK (3) Penutup Penyimpulan dan Pendalaman

(4)

e) Apersepsi. Sub tahap ini menekankan pada proses pembelajaran yang dimulai oleh guru dengan memfasilitasi peserta didik untuk membuat hubungan antara tugas belajar yang sedang ditangani peserta didik dan pengalaman masa lalu mereka baik berkaitan dengan akademik, personal, dan budaya. Tujuannya adalah untuk melibatkan peserta didik dalam belajar dengan membangkitkan rasa ingin tahu mereka, menarik perhatian peserta didik terhadap masalah yang dihadapi, atau mengajukan beberapa pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir. Di samping itu, tahap ini memberi kesempatan kepada guru dan peserta didik melalui kegiatan evaluasi untuk mengidentifikasi konsep awal yang dimiliki peserta didik berkaitan dengan konsep baru yang dipelajari, apakah konsep awal mereka sesuai ataukah kurang tepat/keliru (miskonsepsi). Pada tahap ini guru mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan setiap peserta didik sehingga guru mudah menyesuaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan pengalaman belajar yang dimiliki oleh setiap individu atau kelompok terhadap pengetahuan yang sedang dipelajari. Kegiatan ini dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan menantang sebab mereka dibelajarkan pada antara level of actual

development dengan level of potental

development yang sering disebut Zone of Proximum Development seperti terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Lokasi ZPD (Angela Lui, 2012: 2)

Jika peserta didik dibelajarkan pada level of actual development, pembelajaran menjadi tidak menarik atau tidak memberi tantangan yang berarti bagi peserta didik. Diketahui bahwa level of actual development disebut juga tingkat independen, karena peserta didik sudah mampu menguasai keterampilan dan dapat melakukannya secara independen. Sebaliknya jika dibelajarkan jauh di atas level of potental development, pembelajaran menjadi tidak efektif karena tingkat perkembangan potensial mengacu pada apa yang peserta didik tidak mampu lakukan secara mandiri namun mereka mampu lakukan di bawah bimbingan orang dewasa atau bekerjasama dengan rekan-rekan yang lebih kompeten. Hal ini dilakukan karena diketahui bahwa bahan yang digunakan untuk mengkonstruksi pemahaman adalah pengetahuan yang telah dimiliki dan ide yang dimiliki peserta didik. Dalam tahap pertama ini nilai karakter yang berlandaskan budaya bangsa dimungkinkan dapat terwujud antara lain: rasa ingin tahu, kemandirian, kerja keras, dan

tanggung jawab.

(2) Inti Model PMbGEbTHK

a) Pembentukan kelompok belajar (4 – 5 anggota) (insersi nilai Pawongan)

b) Investigasi dan diskusi permasalahan pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan siswa sehari-hari berorientasi nilai-nilai THK dalam kelompok kooperatif (insersi nilai pawongan, insersi milai palemahan, dan insersi nilai parhyangan)

c) Pemanfaatan scaffolding sebagai cara guru dalam membantu peserta didik yang mengalami masalah (insersi nilai pawongan) d) Presentasi dan tanya jawab antar anggota kelompok dengan bimbingan belajar dari guru (insersi nilai Pawongan dan Palemahan)

Pada tahap ini guru memfasilitasi peserta didik saat melakukan investigasi tugas matematika yang sedang dikerjakan, bekerja untuk memahami konsep tertentu, dan memperoleh keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan berhitung. Guru

(5)

mendesain kegiatan yang mendorong peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan baru, memberikan cara awal sebagai landasan berpikir tentang suatu masalah dan mencoba beberapa alternatif. Jika terjadi kebuntuan pada peserta didik saat melakukan investigasi, guru memfasilitasi mereka dalam bentuk pemberian bantuan yang bersifat scaffolding. Selain itu Law structure merupakan sistem sosial dari Model PMbGEbTHK yakni proses pembelajaran memposisikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran, menjunjung tinggi kehidupan sosial dan memperhatikan perbedaan individu. Oleh karena itu, peserta didik diberi kesempatan secara maksimal untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui pemecahan masalah (problem solving) yang terdapat pada LKPD menggunakan nalar (reasoning) untuk mengkaitkan (connection) konsep yang bersesuaian dan akhirnya mampu mengkomunikasikan pengetahuan yang diperoleh (Communications). Nilai-nilai karakter baik peserta didik yang mungkin dapat dimunculkan adalah: toleransi , jujur, kerja keras, disiplin, kreatif, kemandirian, demokratis, percaya diri, rasa ingin tahu, saling menghargai, komunikatif, peduli sesama, tanggung jawab, kerja keras /memiliki daya tahan, suka menolong/gotong royong, semangat, kepemimpinan, saling percaya, dan

bersyukur (Ardana, 2016; 5) (3) Penutup

a) Presentasi dan Penyimpulan oleh peserta didik dengan pendampingan guru

b) Pemberian tugas sebagai bahan memperdalam materi yang sedang dipelajari c) Doa bersama sebagai wujud rasa

bersyukur telah diberikan kelancaran dalam beraktivitas (insersi nilai Prahyangan) Kegiatan pada tahap ketiga melibatkan lebih dari sekedar meninjau kembali apa yang telah dipelajari. Selama tahap ini, guru melibatkan peserta didik dalam kegiatan maupun diskusi yang menantang dan dapat memperluas pemahaman konsep maupun keterampilan

pemecahan masalah mereka. Dalam tahap ini, setidaknya nilai-nilai karakter yang berlandaskan budaya bangsa dapat terakomodasi antara lain: komunikatif dan

tanggung jawab, dan bersyukur. (4) Evaluasi

Evaluasi yang tertera di tengah dimaksudkan bahwa dalam setiap tahap perlu diadakan evaluasi sebagai bagian untuk merefleksi setiap tahapan. Pada setiap tahap dari tahap awal hingga akhir, guru menilai kemajuan peserta didik dan meminta peserta METODE

Metode pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan berbentuk pelatihan dan pendampingan dengan siklus tahapan seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Siklus Kegiatan Pendampingan Pada tahap (1) Pemberian Informasi, tanya jawab, dan diskusi. Kegiatan pelatihan diawali dengan penyampaian informasi yang berkaitan dengan: (a) GE; (b) THK; (c) Perangkat pembelajaran berbasis karakter; dan (d) model pembelajaran berorientasi GE berwawasan THK.

Gambar 3. Diskusi Melalui daring 2. Latihan Individu/ Kelompok 3. Pendampingan 4. Refleksi 1. Pemberian Informasi, Tanya Jawab, dan Diskusi

(6)

Kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi; dilanjutkan dengan tahap (2) Latihan individu/kelompok. Untuk lebih memantapkan pemahaman guru terhadap materi yang dipaparkan para peserta diberikan tugas untuk merancang RPP, LKPD, maupun perangkat lainnya dan mendiskusikan serta mensimulasikan perangkat yang dibuat di depan kelas; dan akhirnya dilakukan (3) Pendampingan. Setelah dilakukan pelatihan, guru kembali ke sekolah masing-masing untuk menerapkan model PMbGEbTHK untuk setiap pembelajarannya. Tim pengabdi melakukan pendampingan di sekolah mitra dan juga dengan memanfaatkan media elektronik yang ada melalui rekaman video pembelajaran yang dibuat. Setelah tahapan (3) berakhir dilakukan refleksi untuk setiap siklus kegiatan.

Gambar 4. Kegiatan Refleksi

Sasaran kegiatan ini adalah para guru SD di Desa sepanjang DAS Banyumala Singaraja yang belum mengembangkan pembelajaran berbasis karakter. Untuk tahun 2020 ini guru yang siap dan sanggup mengikuti pendampingan adalah sebanyak 16 guru dari berbagai sekolah seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Banyak dan Asal Sekolah dari Guru yang Mengikuti Pendampingan

No. Desa Nama

Sekolah Guru 1. Wanagiri (SDN 1,2,4) 4 2. Baktiseraga (SDN 1) 3 3. Tegal Linggah (SDN 4) 1 4. Alasangker (SDN 3) 3 5. Banjar Tegal (SDN 1) 1 6. Anturan (SDN 1) 1 7. Munduk (SDN 1) 1 8. Tamblang (SDN 3) 1 9. Penglatan (SDN 1) 1 Jumlah 11 16

Walaupun yang menyatakan siap dan sanggup mengikuti pendampingan sebanyan 16 orang dari 11 SD yang terdaftar, namun untuk tahun 2020 dimaksimalkan pendampingan pada SDN 1 Baktiseraga mengingat tahun 2019 guru di sekolah ini dilibatkan dalam pengembangan model PMbGEbTHK. Selanjutnya keberhasilan guru di SDN 1 Baktiseraga akan diimbaskan ke SD lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pendampingan guru SD di sepanjang DAS Banyumala berkaitan dengan pengintegrasian karakter baik peserta didik dan penerapan model PMbGEbTHK dapat dilaporkan seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rekap Hasil Pendampingan

N o Aspek SbP StP 1. Mengintegrasikan karakter dlm RPP 13,0% 93,8% 2. Mengintegrasikan karakter dlm LKPD 13,0% 87,5% 3. Mampu menerapkan model berorientasi GE berwawasan THK 0% (Blm mengenal model ini ) 87,5%

Ket. SbP : Sebelum Pendampingan StP : Setelah Pendampingan

Tabel 3 menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan guru dalam mengintegrasikan dan menerapkan karakter baik peserta didik berada dalam kategori sangat baik. Walaupun demikian konsistensi dari guru dalam mengintegrasikan karakter baik peserta didik dan konsistensi pengimplementasian model PMbGEbTHK dan berwawasan THK belum maksimal. Ada 2 orang guru yang belum mampu dengan baik mengintegrasikan karakter baik peserta didik dalam RPP karena kesulitan dalam memahami nilai-nilai THK dan sulitnya mengintegrasikan nilai-nilai THK dalam setiap

(7)

tahap pada model pembelajaran. Sementara beberapa guru lainnya mengalami kesulitan dalam menenrapkan model PMbGEbTHK karena belum dipahami dengan baik komponen model pembelajaran ini dan sulitnya merancang kegiatan-kegiatan yang dampak pengiringnya mengarah ke karakter baik peserta didik.

Secara umum hasil pengamatan karakter baik peserta didik dapat dilaporkan bahwa terjadi peningkatan karakter baik dari

kategori “kadang-kadang konsisten menunjukkan sikap sesuai dengan aspek dan sering tidak sesuai” ke kategori “sering konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek”;

Keberhasilan pendampingan guru SD di sepanjang DAS Banyumala dalam menerapkan Model PMbGEbTHK dalam upaya meningkatkan karakter baik peserta didik disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

Pertama, guru SD sepanjang DAS

Banyumala memiliki motivasi yang tinggi dalam memahami dan menguasai model PMbGEbTHK. Dengan memiliki motivasi untuk memahami dan menguasai model diharapkan dapat memiliki kinerja yang baik dan berdampak pada kepuasan kerja. Sehubungan dengan itu, Lee dan Liu (dalam Mujib, 2012: 145) membuat beberapa kesimpulan dari penelitian mereka, yaitu (1) Motivasi prestasi secara signifikan mempengaruhi kontrak psikologis; (2) Kontrak psikologis secara signifikan mempengaruhi sikap pekerjaan; (3) Motivasi berprestasi secara signifikan mempengaruhi sikap pekerjaan; dan (4) Motivasi berprestasi secara signifikan mempengaruhi sikap pekerjaan melalui kontrak psikologis, yang mana salah satu bentuk sikap kerja adalah kepuasan kerja.

Motivasi yang tinggi dari guru SD sepanjang DAS Banyumala dalam memahami dan menguasai model ini karena ada beberapa alasan antara lain: (1) model PMbGEbTHK yang dikenalkan adalah model pembelajaran yang baru bagi guru; (2) model PMbGEbTHK yang didesign memiliki dampak pengiring yakni pengembangan karakter dimana hal ini diketahui guru bahwa karakter merupakan

salah satu tuntutan dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan dalam kurikulum 2013; dan (3) guru SD sepanjang DAS Banyumala memiliki motivasi untuk memahami dengan baik standar proses matematika. Diakui bahwa dengan menerapkan standar proses dalam pembelajaran matematika, materi yang sedang dipelajari dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik. Standar proses yang dimaksud adalah: (a) problem solving; (b) reasoning and proof; (c) connection; (d) communication; dan (e) representation.

Kedua, guru SD di sepanjang DAS Banyumala telah memiliki pengetahuan mendasar berkaitan dengan THK. Istilah THK di Bali bukanlah merupakan istilah yang asing bagi masyarakat Bali termasuk bagi guru SD. Istilah ini merupakan istilah lokal yang memiliki nilai-nilai universal. Sehingga dikenal slogan yang berkaitan dengan THK yakni: “dimanapun dan kapanpun kita bertindak, THK adalah pedomanku”. Jika ini dilakukan setiap orang termasuk peserta didik, maka terjadi keharmonisan dalam kehidupan. Yang sangat menarik bagi guru SD dalam hal ini adalah bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai THK dalam perangkat dan mengimplementasikan nilai-nilai THK dalam pembelajaran merupakan suatu pengalaman yang belum pernah dialaminya. Karena pengalaman yang langka dan dimilikinya pengetahuan tentang THK inilah menyebabkan guru SD di sepanjang DAS Banyumala tertarik untuk melatihkan diri dalam mengintegrasikan dan menerapkan model PMbGEbTHK dan lebih mudah untuk melakukannya. Hal ini sesuai dengan teori asimilasi yang dikemukakan oleh Piaget. Piaget (dalam Van De Walle, 2013) mengungkapkan bahwa ’states that assimilation is a process of integrating new information with the existing cognitive structure in the student‟s mind”. Novak (dalam Ardana, 2017: 9) mengatakan bahwa “It means that the student‟s prior knowledge is something that needs to be taken into consideration in teaching. Dalam hal ini yang sedang memahami dan menguasai pengetahuan adalah guru sehingga sesuai

(8)

dengan teori di atas bahwa guru relatif mudah untuk menguasai model PMbGEbTHK karena mereka telah memahami nilai-nilai THK dengan baik.

Ketiga, guru SD di sepanjang DAS Banyumala memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan GE sehingga guru relatif mudah untuk memahami, mengarahkan, dan mendesign pembelajaran yang mengarah kepada pengembangan karakter baik peserta didik. Pengalaman dan pengetahuan guru tentang GE meyakini guru bahwa pendidikan yang dilaksanakan harus diberikan untuk mencapai tujuan akhir yakni membuat peserta didiknya mampu untuk bertahan hidup. Ini dimaksudkan agar peserta didik tidak hanya menguasai pengetahuan tetapi mampu menjadi baik dan bijak (memiliki karakter baik). Hal ini sesuai dengan pendapat Glynn, Aultman, & Owens, ( 2005) yang mengatakan bahwa: GE berkembang berdasarkan keyakinan para pendidik bahwa pendidikan harus mengajarkan pengetahuan untuk mampu bertahan hidup. Lebih spesifiknya, pendidikan harus dapat mengembangkan keterampilan peserta didik agar dapat mencapai tujuan akademiknya dan tujuan hidupnya.

Keempat, kerjasama yang baik terjadi di antara peserta dimana terjadi saling ketergantungan positif. Kerjasama kooperatif di antara guru dibangun dengan tujuan memberi pengalaman kepada guru bahwa mereka merasakan bagaimana sebenarnya belajar dalam kelompok kooperatif. Setelah mereka merasakannya mereka dapat menerapkan kepada peserta didiknya dengan tepat. Dengan kerjasama ini guru dapat bertanggungjawab pada diri sendiri maupun bertanggungjawab pada kelompok untuk dapat mengintegrasikan nilai-nilai THK dalam pembelajaran dan menerapkan dengan baik model PMbGEbTHK. Sehubungan itu Slavin (1997) mengungkapkan bahwa elemen kooperatif adalah: (1) saling ketergantungan positif; (2) terjadi interaksi tatap muka; (3) memiliki tanggung jawab pada diri sendiri maupun anggota kelompoknya; (4)

keterampilan kelompok maupun pribadi; dan (5) tujuan utamanya adalah keberhasilan kelompok.

SIMPULAN

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan guru mampu dengan baik:

1. mengintegrasikan karakter baik peserta didik dalam perangkat pembelajaran;

2. menerapkan model PMbGEbTHK yang dibuktikan dengan peningkatan kategori karakter baik peserta didik dari kategori kadang-kadang konsisten ke kategori sering konsisten.

DAFTAR RUJUKAN

Angela Lui. 2012. Teaching in the Zone: An Introduction to Working Within the Zone of Proximal Development (ZPD) to

Drive Effective Early Childhood

Instruction. Children’s Progress.

Ardana, I. M. (2016). Pembelajaran

Matematika Berkarakter. Makalah

disajikan dalam rangka SemNas oleh FPMIPA IKIP PGRI BALI di Grand Mutiara Ballroom Hotel Nikki, Denpasar Bali pada Tgl 13/1/2016

Ardana, I.M. (2017). Measuring the Effectiveness of BLCS Model (Bruner, Local Culture, Scaffolding) in Mathematics Teaching by using Expert System-Based CSE-UCLA. I.J. Education and Management Engineering, 2017, volume 4, hal. 1-12

Ardana, I. M. 2019. Pengembangan Model

PMbGEbTHK untuk Meningkatkan Karakter Peserta Didik. Laporan Penelitian

Boyer, E. L., & Levine, A. (1981). A quest for common learning: The aim of general

education. Washington, DC: The

Carnegie Foundation for the Advancement of Teaching.

Glynn, S. M., Aultman, L. P., & Owens, A. M. (2005). Motivation to learn in general

(9)

education programs. Journal of General Education, 54(2), 150-170.

Mujib, A (2012). Motivasi Berprestasi sebagai Mediator Kepuasan Kerja. Jurnal Psikologi Volume 39, No. 2, Desember

2012: 143 155.

https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/downl oad/6982/pdf_10 Diakses 1 September 2020. Diakses tanggal 1 September 2020

Slavin, R. E. ( 1997). Educational Psychology: Theory and Practice. Fourth Edition. Needham Heights: Allyn and Bacon Publisher.

VandeWalle.J.dkk. (2013) Elementary and Middle School Mathematics, Teaching Developmentally, Pearson Education,Inc.

Gambar

Gambar 1. Syntax Model
Gambar 2. Lokasi ZPD (Angela Lui,      2012: 2)
Gambar 3. Siklus Kegiatan Pendampingan   Pada  tahap  (1)  Pemberian  Informasi,  tanya  jawab,  dan  diskusi
Tabel  3  menunjukkan  bahwa  peningkatan  kemampuan  guru  dalam  mengintegrasikan  dan  menerapkan  karakter  baik peserta didik berada dalam kategori sangat  baik

Referensi

Dokumen terkait

treatment yang dilakukan oleh peniliti dapat dijelaskan sebagai berikut. Kegiatan yang dilakukan pada treatment pertama ini adalah guru memberikan kegiatan pembelajaran

Temuan di atas sejalan dengan hasil penelitian Yani (2012) Pengaruh Pemberian Kompres Air Hangat terhadap Rasa Nyaman dalam Proses Persalinan Kala I Fase Aktif,

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi (326,234) PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN TERKAIT 26,793,506..

Tingginya presentase, namun tidak ditemukan perbedaan presentase kadar Hb, status gizi dan prestasi belajar tapi hanya ditemukan perbedaan rerata kadar Hb dan SSB BB pada anak

Analisis potensi pada sampel dilakukan dengan beberapa tahapan berikut: 1) pengumpulan data hasil keseluruhan analisis utama (total karotenoid, β-karoten,

Dengan adanya TAP MPR Nomor XVII tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia, maka hak pemajuan dan perlindungan keberadaan masyarakat hukum adat termasuk di dalamnya tanah ulayat

Anggaran biaya pelaksanaan kegiatan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik dan Bantuan Peralatan Bagi Pemuda Putus Sekolah Dan Pengangguran Di Kabupaten Lamongan Tahun

Secara sederhana, imunostimulan merupakan suatu substan yang merangsang atau meningkatkan sistem imun dengan berinteraksi secara langsung dengan sel-sel yang