• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A.

Tinjauan Pustaka

1. Kepolisian

a. Pengertian Polisi

Polisi merupakan aparat negara yang mempunyai tugas utama menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Sesuai dengan kamus umum bahasa Indonesia, bahwa polisi Indonesia di artikan sebagai badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum (seperti menangkap orang yang melanggar undang-undang), anggota dari badan pemerintah tersebut (pegawai Negara yang bertugas menjaga keamanan).1

Menurut Anton Tabah kepolisian berasal dari kata polisi yang mendapatkan awalan ke-an. Istilah polisi pada mulanya berasal dari bahasa yunani yakni politea yang mempunyai arti pemerintahan negara. Seperti yang telah diketahui bahwa dahulu sebelum abad masehi negara yunani terdiri dari kota-kota yang disebut “polis”. Pada masa itu pengertian polisi adalah menyangkut segala urusan pemerintahan atau dengan kata lain arti polisi adalah urusan pemerintahan. Sedangkan menurut UU no 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 1 ayat (1), pengertian kepolisian yaitu “Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.2

Bunyi Pasal 1 ayat (1) diatas, maka kepolisian berarti berkaitan dengan lembaganya, sedangkan polisi menunjukkan orang yang termasuk dalam anggota kepolisian dengan syarat-syarat tertentu. Jadi polisi adalah anggota atau pejabat kepolisian yang mempunyai wewenang umum kepolisian yang dimiliki berdasarkan undang-undang yang berstatus pegawai negeri sipil yang mempunyai fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.3

Selanjutnya Pasal 5 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang KepolisianNegara Republik Indonesia menyebutkan bahwa:

1) Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangkaterpeliharanya keamanan dalam negeri.

1

W.J.S. Purwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hlm. 763.

2

Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta : Paradigma, 2007) hlm 145-149

3

(2)

2) Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional yang merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).4

Satu hal yang perlu di cermati dari polisi yaitu bahwa polisi termasuk organ pemerintah yang di beri wewenang dan kewajiban menjalankan pengawasan, dengan demikian istilah polisi dapat di maknai sebagai bagian dari organisasi pemerintah dan sebagai alat pemerintah.5

b. Tugas pokok polisi

Tugas polisi secara umum sebagaimana tercantum dalam Pasal 13Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, menyebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:

1) Memberikan keamanan dan ketertiban masyarakat 2) Menegakkan hukum

3) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat ( Pasal 13 Undang–Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia) Untuk mendukung tugas pokok tersebut di atas, polisi juga memiliki tugas-tugas tertentu sebagaimana tercantum dalam Pasal 14 ayat (1) Undang–Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan pengaturan penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.

b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan. c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat, kesadaran hukum masyarakat, serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.

d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.

e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum : melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipildan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

4

Pasal 5, Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang KepolisianNegara Republik Indonesia

5

(3)

g. Melakukan penyelidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.

h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian.

i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan / atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi/ atau pihak berwenang. k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan

kepentingan dalam lingkup tugas kepolisian.

l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal 14 ayat (1) Undang–Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia)6

Dimaksud dalam ayat (1) huruf f diatur lebih lanjut dengan PeraturanPemerintah. Pasal 15 (1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang:

a. menerima laporan dan/atau pengaduan.

b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum.

c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau

mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian.

f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan.

g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian.

h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang.

i. mencari keterangan dan barang bukti.

j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional.

k. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat.

l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat.

m. menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.7

6

Pasal 13, Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang KepolisianNegara Republik Indonesia

7

(4)

Dari tugas-tugas polisi tersebut dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya tugas polisi yaitu tugas untuk memelihara keamanan, ketertiban, menjamin dan memelihara keselamatan negara, orang, benda dan masyarakat serta mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat terhadap peraturan negara. Tugas ini dikategorikan sebagai tugas preventif, tugas yang kedua adalah tugas represif. Tugas ini untuk menindak segala hal yang dapat mengacaukan keamanan masyarakat, bangsa, dan negara. Dan juga Tugas Kuratif yang berati akan membina, menghukum atau memenjarakan para pelaku penjudi agar tidak mengulanginya lagi. Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penanggulangan kasus tindak pidana judi togel polisi melakukan tindakan preventif, represif, dan kuratif.

c. Tindakan kepolisian

Tindak pidana merupakan tindakan yang menyimpang dari peraturanperundang-undangan dan dirasakan oleh masyarakat sebagai suatu tindakanyang tidak boleh dilakukan dan terhadap pelakunya akan dikenai sanksipidana. Tindak pidanaakan selalu berhubungan dengan masyarakat dimanatindak pidana itu dilakukan. Masyarakat merasa terganggu akibat adanyatindak pidana sehingga diperlukan suatu upaya untuk menanggulangi tindakpidana agar kehidupan masyarakat dapat berjalan sesuai denganapa yangdiharapkan.

Tindak pidana baik merupakan kejahatanataupunpelanggaran padadasarnya melekat pada kondisi dinamik kehidupan masyarakat yangmempunyai latar belakang yang sangat kompleks yang antara

(5)

lainmenyangkut aspek sosial budaya dan juga aspek ideologi, politik sertakemampuan dan efektifitas aparat negara dan masyarakat. Sehubungandengan persoalan tersebut dalam upaya penanggulangan tindak pidanahendaknya dilakukan secara dinamis dan menyeluruh (komprehensif) melaluitindakanyang bersifatpreventif,maupunrepresif dan juga kuratif.

Penanggulangan tindak pidana baik kejahatan maupun pelanggaran secarapreventifmaupunrepresif dan juga kuratifadalah merupakan bagian dari politik kriminilsecara umum. Politik kriminal artinya mengadakan pemilihan dari sekianbanyak alternatif penanggulangan yang paling efektif dalam menanggulangimasalah kejahatan atau pelanggaran. Dalam arti sempit politik kriminaldiartikan sebagai keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasardari reaksiterhadap pelanggaran hukumyang berupa pidana, sedangkan arti yang lebihluas merupakan keseluruhan fungsi dari aparatur penegak hukum termasuk didalamnya cara kerja dari pengadilan dan polisi. Dalam arti yang paling luasmerupakan keseluruhan kebijakan yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan resmiyang bertujuan untuk menegakkannorma-normasentral dalam masyarakat.8

Menurut Muladi dan Barda Nawawi, upaya penanggulangan tindak pidana dapat menggunakan 2 pendekatan yaitu pendekatan integral antara kebijakan penal dan non penal dan penanggulangan menggunakan kebijakan nilai penggunaan hukum pidana.

1)Pendekatan Integral Antara Kebijakan Penal dan Non Penal

Dalam hal pemberantasan tindakan perjudian di wilayah hukum Boyolali ,kepolisian wilayah hukum Boyolali melakukan tindakan penal dan non penal.

Upaya untuk mengatasi kejahatan (politik/kriminal) dengan menggunakan sarana penal yaitu melalui hukum pidana yakni kaitannya dengan sanksi pidana berupa kurungan penjara dan/atau denda. Adapun usaha non penal misalnya dengan melakukan penyantunan dan pendidikan sosial dalam rangka mengembangkan tanggung jawab sosial warga masyarakat, penggarapan kesehatan jiwa masyarakat melalui

8

(6)

pendidikan moral, agama,dan sebagainya peningkatan usaha–usaha kesejahteraan anak dan remaja, kegiatan patroli dan pengawasan di tempat tempat yang disinyalir terdapat perjudian tentunya secara continue oleh polisi dan aparat keamanan lainnya.

Tujuan utama dari usaha–usaha non penal ini ialah memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu. Secara tidak langsung usaha non penal ini mempunyai pengaruh preventif terhadap tindak pidana perjudian. Dengan demikian dilihat dari sudut politik kriminal keseluruhan kegiatan preventif yang non penal itu sebenarnya mempunyai kedudukan yang sangat strategis, memegang posisi kunci yang harus diintensifkan dan diefektifkan. Kegagalan dalam menggarap posisi strategis ini justru akan berakibat fatal bagi usaha penanggulangan perjudian.

Kegiatan utama dalam usaha ini adalah mengintegrasikan dan mengharmonisasikan kebijakan non penal dan penal itu kearah penekanan atau pengurangan faktor-faktor yang potensial untuk terjadinya perjudian. Dengan kebijakan ini diharapkan social defance planing benar-benar dapat berhasil diharapkan pula dapat tercapai hakikat tujuankebijakan sosial.9

2)Pendekatan Kebijakan Nilai Penggunaan Hukum Pidana

Kebijakan dengan hukum pidana menyangkut permasalahan Perbuatanapa yang seharusnya dijadikan tindak pidana dan sanksi apayang sebaiknya digunakan bagi si pelanggar. Hal tersebut harus berorientasi pada kebijakan (policyoriented approach).10Berdasarkan pendekatan yang berorientasi pada kebijakan sosial Prof. Sudarto berpendapat dalam bukunya Muladi dan Barda Nawawi bahwa dalam menghadapi masalah sentral tentang perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana yang sering disebut masalah kriminalisasi harus diperhatikan hal-hal yang intinya sebagai berikut :

a) Penggunaan hukum pidana yang harus memperhatikan tujuanpembangunan nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil makmuryang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila sehubungandengan ini maka penggunaan hukum

9

Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, (Alumni:Bandung), 1992. hlm. 159

10

(7)

pidana bertujuan untukmenanggulangi kejahatan dan mengadakan pengugeran terhadaptindakan penanggulangan itu sendiri demi kebijakan dan pengayomanmasyarakat.

b) Perbuatan yang diusahakan untuk dicegah atau ditanggulangi denganhukum pidana harus merupakan perbuatan yang tidak dikehendakiyaitu perbuatan yang mendatangkan kerugian ( materiil dan atauspirituil) atas warga masyarakat.

c) Penggunaan hukum pidana harus pula memperhatikan prinsip biayadan hasil.

d) Penggunaan hukum pidana harus pula memperhatikan kapasitas ataukemampuan daya kerja dari badan-badan penegak hukum, yaitu jangansampai ada kelampauan beban tugas(overbelasting).11

Di lingkungan Polri istilah penanggulangan diartikan sebagai suatu usaha,tindakan dan kegiatan untuk mencegah dan menindak suatu kejahatan danpelangaran serta untuk memelihara dan meningktakan pembinaan Kamtibmas. Penanggulangan meliputi 2 usaha yaitu usaha pencegahan dan pembinaan, usaha penindakan. Dengan demikian penanggulangan dapat dimaksudkan melaksanakan segala kegiatan tindakan dan pekerjaan baik yang menyangkut segi preventif maupunr epresifdalam upaya meniadakan gangguan kamtibmas.12

Tindakan preventif merupakan tindakan pencegahan agar tidak terjadi pelanggaran norma-norma yang berlaku yaitu dengan mengusahakan agarfaktor niat dan kesempatan tidak bertemu sehingga situasi kamtibmas tetap terpelihara aman dan terkendali. Sedangkan Tindakan represif adalah rangkaian tindakan yang dimulai dari penyelidikan, penindakan (penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan), pemeriksaan danpenyerahan penuntut umum untuk dihadapakan ke depan sidang pengadilan.13

Berbagai solusi dan pembinaan selalu dilakukan oleh Kepolisian Boyolali, diharapkan kemungkinan terjadinya tindak pidana perjudian ini akan semakin berkurang dan teratasi. Dari pembahasan mengenai penanggulangan tindak pidana perjudian ini perlu ditekankan bahwa segala usaha harus ditujukan ke arah tercapainya masyarakat yang takut akan norma Agama dan taat akan Hukum yang berlaku di Negara

11Ibid. Hlm 161

12

Nurdjana, Hukum dan Aliran Mennyimpang di Indonesia, Peran Polisi, Bakopakem dan Penanggulangan, Pustaka Pelajar, Yogyakartta, 2009. Hlm 28

13

(8)

Republik Indonesia. Masyarakat diharapkan akan menjadi orang dewasa yang berpribadi baik.

Penanggulangan tindak pidana dilakukan polisi Secara preventif dan represif. Tindakan preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya kejahatan misalnya dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan, sedangkan tindakan represif dilakukan dengan menindak pelaku kejahatan yaitu dengan melakukan tindakan penyelidikan dan penyidikan. Serta tindakan kuratif dengan cara pembinaan terhadap masyarakat yang melakukan tindak pidana perjudian.

2. Pengaturan tindak pidana perjudian a. Pengertian perjudian

Perjudian adalah suatu permainan dimana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan diantara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang. Pemain yang kalah taruhan akan memberikan taruhannya kepada si pemenang. Peraturan dan jumlah taruhan ditentukan sebelum pertandingan dimulai.14

Pada hakekatnya perjudian adalah bertentangan dengan agama, kesusilaan dan moral Pancasila serta membahayakan masyarakat, bangsa dan negara dan ditinjau dari kepentingan nasional. Perjudian mempunyai dampak yang negatif merugikan moral dan mental masyarakat terutama generasi muda. Di satu pihak judi adalah

14

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Edisi III, PT. Refika Aditama, 2003. Hlm 134-135

(9)

merupakan problem sosial yang sulit di tanggulangi dan timbulnya judi tersebut sudah ada sejak adanya peradaban manusia.

Judi atau permainan “judi” atau “perjudian” menurut Kamus besar Bahasa Indonesia adalah “Permainan denganmemakai uang sebagai taruhan”.15

Berjudi ialah “Mempertaruhkan sejumlah uang atau harta dalam permainan tebakan berdasarkan kebetulan, dengan tujuan mendapatkan sejumlah uang atau harta yang lebih besar daripada jumlah uang atau hartasemula”.16

Perjudian menurut Kartini Kartono adalah:

“Pertaruhan dengan sengaja, yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai dengan menyadariadanya resiko dan harapan harapan tertentu pada peristiwa peristiwa, permainan pertandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak/belum pasti hasilnya.17

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 303 ayat (3) mengartikan judi adalah tiap-tiap permainan yang mendasarkan pengharapan buat menang pada umumnya bergantung kepada untung-untungan saja dan juga kalau pengharapan itu jadi bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan permainan. Termasuk juga main judi adalah pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermain itu, demikian juga segala permainan lain-lainnya. Bila melihat Pasal 303 ayat (3) dapat dipersepsikan bahwa unsur utama dari judi adalah „‟untung-untungan‟‟ yang juga ada pakar menyebut „‟tergantung nasib‟‟.18

15

Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, Hlm. 419.

16

Ibid, Hlm. 419.

17

Kartono, Kartini. Patologi Sosial, jilid I, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005. Hlm 56

18

(10)

Pada sebagian besar jenis perjudian di dunia memiliki peraturan persis seperti yang telah dijelaskan di atas. Namun banyak juga jenis perjudian yang memliki peraturan tersendiri namun intinya sama, yang kalah kehilangan uang, yang menang mendapat uang. Pada beberapa perjudian, terdapat eseorang yang menjadi Bandar Judi. Setiap pemain bertaruh pada Bandar, jika kalah uang akan mengalir ke tangan Bandar namun jika menang Bandarakan mengalirkan sejumlah uang yang telah dilipat gandakan kepada pemenang.

b. Perkembangan pengaturan perjudian

Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dalam Bab XIV tentang kejahatan terhadap kesopanan pada Pasal 303 dan Pasal 303 bis menetapkan perjudian sebagai perbuatan yang dilarang. Kejahatan mengenai perjudian yang pertama dirumuskan dalam Pasal 303 KUHP yang rumusannya yaitu:

1) Pasal 303 KUHP

a) Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barang siapa tanpa mendapat izin:

(1) dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi dan menjadikannya sebagai pencaharian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu.

(2) dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata cara

(3) menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencarian.

b) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencahariannya, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian itu.

c) Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk

(11)

segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.19

2) Pasal 303 bis KUHP Semula rumusan kejahatan Pasal 303 bis KUHP berupa pelanggaran dan dirumuskan dalam Pasal 542 KUHP tentang judi di jalanan umum.Namun melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian.Diubah menjadi kejahatan dan diletakkan pada Pasal 303 bis KUHP. Dengan adanya perubahan tersebut, ancaman pidana yang semula yang berupa kurungan maksimum satu bulan atau denda maksimum Rp. 4.500,00 dinaikkan menjadi pidana penjara maksimum empat tahun atau denda maksimum Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Kejahatan mengenai perjudian yang kedua dirumuskan dalam Pasal 303 bis KUHP yang rumusannya yaitu:

a) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidanadenda paling banyak sepuluh juta rupiah:

b) Barang siapa menggunakan kesempatan main judi, yang diadakan dengan melanggar ketentuan Pasal 303

c) Barang siapa ikut serta main judi di jalan umum atau di pinggir jalan umum atau di tempat yang dapat dikunjungi umum, kecuali kalau adaizin dari penguasa yang berwenang yang telah memberi izin untuk mengadakan perjudian itu. 20

Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun sejak adapemidanaan yang menjadi tetap karena salah satu dari pelanggaran ini, dapat dikenakan pidana penjara paling lama enam tahun atau pidana denda paling banyak lima belas juta rupiah.

Konsep mengenai perjudian menurut KUHP aslinya adalah konsep orang Belanda yang berbeda dengan konsep mengenai perjudian menurut nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia yang kuat dipengaruhi oleh norma-norma agama dan norma lain yang hidup menurut masyarakat Indonesia. Setelah Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian, sesuai dengan asas hukum Lex posteriori derogat lex priori yang berarti Undang-Undang atau peraturan yang baru mengenyampingkan Undang-Undang atau peraturan yang lama, maka ketentuan yang ada

19

Pasal 303 KUHP

20

(12)

dalam KUHP itu dapat dikesampingkan demi tercapainya keamanan dan ketertiban masyarakat.21

Pengaturan mengenai tindak pidana perjudian yang kedua dalam hukum positif di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian. Undang-undang ini menyatakan semua tindak pidana perjudian adalah sebagai kejahatan. Pemerintah mengeluarkan undang-undang ini dimaksudkan menggunakan kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk menertibkan perjudian, hingga akhirnya menuju kepenghapusan perjudian sama sekali dari seluruh wilayah Indonesia. Dalam KUHP tidak ada menjelaskan secara rinci apa yang dimaksud sebagai kejahatan, tetapi dimuat dalam Buku II KUHP Pasal 104 sampai dengan Pasal 488 KUHP. Semua jenis kejahatan diatur dalam Buku ke- II KUHP. Meski demikian, masih ada jenis kejahatan yang diatur di luar KUHP, yang dikenal dengan tindak pidana khusus misalnya tindak pidana korupsi, narkotika, terorisme, tindak pidana ekonomi. Bonger menayatakan bahwa kejahatan adalah merupakan perbuatan anti sosial yang secara sadar mendapat reaksi dari negara berupa berupa pemberian derita dan kemudian sebagai reaksi terhadap rumusan-rumusan hukum (legal definitions) mengenai kejahatan.22

Dengan undang-undang ini diatur beberapa perubahan beberapa Pasal dalam KUHP yang berkaitan dengan tindak pidana perjudian yaitu :

a. Semua tindak pidana perjudian dianggap sebagai kejahatan.Dengan ketentuan ini, maka Pasal 542 KUHP tentang tindak pidana pelanggaran perjudian yang diatur dalam Buku III tentang Pelanggaran dimasukkan dalam Buku II tentang Kejahatan dan ditempatkan dalam Buku II setelah Pasal 303 KUHP dengan sebutan Pasal 303 bis KUHP.

b. Memperberat ancaman pidana bagi pelaku bandar perjudian dalam Pasal 303 ayat (1) KUHP dari pidana penjara maksimal 2 tahun 8 bulan atau denda maksimal Rp. 90.000,- menjadi pidana penjara maksimal 10 tahun dan denda maksimal Rp. 25.000.000,-. Di samping pidana dipertinggi jumlahnya (2 tahun 8 bulan menjadi 10 tahun dan Rp. 90.000,- menjadi Rp. 25.000.000,-) sanksi pidana juga diubah dari bersifat alternatif (penjara atau denda) menjadi bersifat kumulatif (penjara dan denda).

c. Memperberat ancaman pidana dalam Pasal 542 ayat (1) tentang perjudian dalam KUHP dari pidana kurungan maksimal 1 bulan atau denda maksimal Rp. 4.500,- menjadi pidana penjara maksimal 4 tahun atau denda maksimal Rp. 10.000.000,-. Pasal ini kemudian menjadi Pasal 303 bis ayat (1) KUHP. d. Memperberat ancaman pidana dalam Pasal 542 ayat (2) KUHP tentang residive perjudian dalam KUHP dari pidana kurungan maksimal 3 bulan atau denda maksimal Rp. 7.500,- menjadi pidana penjara maksimal 6 tahun

21

R. Soesilo, Kitab Undang-Undang acara pidana, Politea.Bogor. 1996. Hlm 222

22

Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), 2002. Hlm. 2.

(13)

atau denda maksimal Rp. 15.000.000,-. Pasal ini kemudian menjadi Pasal 303 bis ayat (2) KUHP.

Maksud diberlakukannya undang-undang tersebut ialah dikarenakan pengaturan yang ada di dalam KUHP lama sudah tidak relevan lagi diberlakukan dikarenakan hukuman yang diberikan tidak dapat membuat efek jera seiring berkembangnya jaman

Salah satu contoh judi togel yang juga cukup banyak pelakunya di wilayah Kabupaten Boyolali tetapi lewat media elektronik sms atau internet saat berkomunikasi untuk membeli nomor togel juga bisa dikenakaan UU ITE

Pengaturan tindak pidana judi online di atur dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Perkembangan dunia teknologi informasi dengan adanya internet menimbulkan banyak bentuk kejahatan baru yang merubah kejahatan konvensional menjadi lebih modern, termasuk dalam perjudian yakni perjudian melalui internet (internet gambling).

Dalam Undang-undang ini diatur pada Pasal 27 yang terdiri dari empat ayat dan masing- masing ayat mengatur tindak pidana yang berbeda. Pasal 27 ayat (1) mengatur perbuatan “dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau menstransmisikan dan/atau membuat dapat di aksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan”. Pasal 27 ayat (2) mengatur perbuatan “dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau menstransmisikan dan/atau membuat dapat di aksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian”. Pasal 27 ayat (3) mengatur perbuatan “dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau menstransmisikan dan/atau membuat dapat di aksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”. Pasal 27 ayat (4) mengatur perbuatan” dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau menstransmisikan dan/atau membuat dapat di aksesnya informasi elektronik Universitas Sumatera Utara dan/atau dokumen

(14)

elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman”.23

Berdasarkan rumusan tersebut, ketentuan Pasal 27 merupakan ketentuan yang mengatur content-related offences yaitu tindak pidana yang memiliki muatan beberapa tindak pidana kesusilaan (Pasal 282 dan Pasal 283 KUHP), perjudian (Pasal 303 KUHP), penghinaan atau pencemaran nama baik (Pasal 310 dan Pasal 311 KUHP), dan pemerasan atau pengancaman (Pasal 368 dan Pasal 369 KUHP).24

Perumusan perbuatan dalam Pasal 27 pada dasarnya merupakan revormulasi tindak pidana yang terdapat dalam pasal-pasal KUHP tersebut. Perjudian dalam KUHP diartikan sebagai tiap-tiap permainan, diamana pada umumnya kemungkinan mendapat untung tergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Dengan mengacu pada pengertian tersebut , kriteria suatu permainan termasuk perjudian adalah :

a. Ada taruhan b. Ada hadiah

c. Kesempatan ada menang karena peruntungan

d. Berdasarkan pada keahlian pemain.48 Pada Pasal 45 dalam Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ini dijelaskan bahwa pengaturan tindak pidana perjudian online ini dapat diberikan sanksi berupa

23

Sigid Suseno ,Yurisdiksi Tindak Pidana Siber, (Bandung : Rafika Aditama), 2012,hal.166

24

(15)

kurungan maksimal selama 6 (enam) tahun penjara dan denda maksimal sebesar Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).25 Untuk melakukan kriminalisasi suatu perbuatan biasanya dilakukan melalui suatu proses yang diawali dengan penetapan suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau dipersamakan dengan orang, yang oleh undang-undang dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan sanksi. Proses ini berakhir dengan terbentuknya undang-undang di mana perbuatan diancam dengan suatu sanksi yang berupa pidana.26

Ketentuan dalam pasal ini semula adalah pelanggaran dan dirumuskan dalam Pasal 542 KUHP dan dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dirubah sebutannya menjadi pasal 303 bis. ini berarti perjudian dalam bentuk pelanggaran dalam pasal 542 tersebut dinyatakan sebagai tindak pidana kejahatan.27

Salah satu contoh judi togel yang juga cukup banyak pelakunya di wilayah kabupaten Boyolali tetapi lewat media elektronik sms atau internet saat berkomunikasi untuk membeli nomor togel juga bisa dikenakaan UU ITE,Kasus judi online bisa dijerat dengan 3 pasal dalam UU Informasi dan Transaksi Elektonik (ITE) atau UU No. 11 Tahun 2008. Selain dengan Pasal 303 KUHP, maka pelaku juga bisa dikenai pelanggaran Pasal 27 ayat 2 UU ITE, yaitu

“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya

25

Pasal 27 KUHP

26

Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana,op.cit. hal. 32

27

Barda Nawawi Arief, Hukum Pidana I (Pelengkap Bahan Kuliah), Cet. I. Penerbit Yayasan Sudarto. Semarang, 1990, hlm. 88

(16)

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian”.

Oleh karena pelanggaran pada Pasal tersebut maka menurut Pasal 43 ayat 1, yang bersangkutan bisa ditangkap oleh Polisi atau “Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik”. Sementara sanksi yang dikenakan adalah Pasal 45 ayat 1, yaitu

“Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”

Undang-Undang No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksaksi Elektronik (UU ITE) telah mengatur masalah yurisdiksi yang didalamnya sudah menerapkan asas universal. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 2 dan penjelasannya:

Pasal 2 UU ITE: Undang-Undang ini berlaku untuk setiap Orang yang melakukan perbuatan hukumsebagaimana diatur dalam undang-undang ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di

(17)

luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukumIndonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia.28

Penjelasan Pasal 2 UU ITE Undang-Undang ini memiliki jangkauan yurisdiksitidak semata-mata untuk perbutanhukum yang berlaku di Indonesia dan/atau dilakukan oleh warga Negara Indonesia, tetapi juga berlaku untuk perbutan hukum yang dilakukan di luar wilayahhukum (yurisdiksi) Indonesia baik oleh warga negara Indonesia maupun warga negara asing atau badan hukumIndonesia maupun badan hukum asing yang memiliki akibat hukum di Indonesia,mengingat pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik dapat bersifat lintas teritorial atau universal. Yang dimaksud dengan ”merugikan kepentingan Indonesia” adalah meliputi tetapi tidak terbatas pada merugikan kepentingan ekonomi nasional, perlindungan data strategis, harkat dan martabat bangsa, pertahanan dan keamanan Negara, kedaulatan negara, warga negara, serta badan hukum Indonesia.

3. Faktor yang mempengaruhi penegakan hukum

Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan bagian dari politik kriminal yang pada hakikatnya menjadi bagian integral dari kebijakan social (social policy), kemudian kebijakan ini diimplementasikan ke dalam system peradilan pidana (criminal justice system), menurut Muladi system peradilan pidana mempunyai dimensi fungsional ganda. Di satu pihak berfungsi sebagai sarana masyarakat untuk menahan dan mengendalikan kejahatan pada tingkatan tertentu (crime containment system), dilain pihak sistem peradilan pidana juga berfungsi untuk

28

(18)

pencegahan sekunder (secondary prevention) yaitu mencoba mengurangi kriminalitas dikalangan mereka yang pernah melakukan tindak pidana dan mereka yang bermaksud melakukan kejahatan melalui proses deteksi, pemidanaan dan pelaksanaan pidana.29

Sistem peradilan pidana tersebut di dalam operasionalnya melibatkan sub-systemnya yang bekerja secara koheren, koordinatif dan integratif, agar dapat mencapai efesiensi dan efektivitas yang maksimal. Oleh karena itu efesiensi maupun efektivitasnya sangat tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut:

1) infrastruktur pendukung sarana dan prasarana 2) profesionalisme aparat penegak hukum dan; 3) budaya hukum masyarakat 30

Terhadap masalah penegakan hukum Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa secara konsepsional inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantah sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Sebagai suatu proses penegakan hukum pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi yang menyatakan pembuat keputusannya tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum. Akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi demikian menurut Wayn Lafawel.31

Sehubungan dengan pandangan diatas menurut Soerjono Soekanto ada beberapa faktor yang mempengaruhi penegakan hukum yaitu:

a. faktor hukumnya b. faktor penegak hukum c. faktor sarana dan fasilitas

29

Barda Nawawi Arif. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Cetakan Kedua Edisi Revisi, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002. Hlm. 2-3

30

ibid. Hlm. 25

31

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali Press, Jakarta, 1983. Hlm 4-5

(19)

d. faktor budaya e. faktor masyarakat

Kelima faktor di atas merupakan faktor-faktor yang terkait satu sama lain. Merupakan esensi dari penegakan hukum dan bekerjanya hukum dalam masyarakat. Kaitannya dengan penegakan hukum terhadap tindak pidana perjudian, efesiensi maupun efektivitasnya juga tergantung kepada faktor-faktor sebagaimana yang disebutkan meliputi:

a. Faktor Hukum

Faktor utama, yakni undang-undang menjadi faktor utama dalam menunjang lahirnya penegakan hukum, yang diartikan dengan undang-undang dalam arti materiil adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah. Maka undang-undang tersebut mencakup peraturan pusat yamg berlaku untuk semua warga negara atau golongan tertentu saja maupun yang berlaku umum di sebagian wilayah negara dan peraturan setempat yang hanya berlaku di suatu tempat atau daerah saja.

b. Faktor Penegak Hukum

Faktor kedua dalam mempengaruhi penegakan hukum yakni penegak hukum. Penegak hukum yang dimaksudkan di sini adalah mereka yang berkecimpung dalam bidang penegakan hukum, kalangan tersebut mereka yang bertugas dikehakiman, kejaksaan, kepolisian, pengacara, dan pemasyarakatan.

(20)

Seorang penegak hukum, sebagaimana halnya dengan warga-warga masyarakat lainnya, lazimnya mempunyai beberapa kedudukan dan peranan. Dengan demikian tidaklah mustahil, bahwa antgara berbagai kedudukan dan peranan timbul konflik (statud conflict fsn conflict of roled). Bila di dalam kenyataan terjadi suatu kesenjangan antara peranan yang seharusnya dengan peranan yang sebenarnya dilakukan untuk peranan actual, maka terjadi suatu kesenjangan peranan (role-distance).

c. Faktor Sarana Dan Fasilitas

Faktor ketiga yang mempengaruhi penegakan hukum ialah faktor sarana atau fasilitas. Tanpa adanya sarana dan fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tgersebut, antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Bila hal-hal itu terpenuhi maka mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuannya. d. Faktor Budaya

Faktor budaya menjadi faktor yang berperan dalam mempengaruhi lahirnya penegakan hukum. Kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi mengenai apa yang dinilai baik dan apa yang dinilai tidak baik.

(21)

e. Faktor Masyarakat

Kepatuhan semua masyarakat terhadap hukum, ketidak disiplinan sosial, tidak diindahkannya etika sosial, mudahnya anggota masyarakat tergiur oleh suatu bentuk perjudian yang menawarkan keuntungan diluar kelaziman dan lain sebagainya. Adalah sederetan contoh dari bentuk-bentuk budaya hukum yang rawan serta potensial untuk terjadinya tindak pidana perjudian. Tidak berdaya untuk memanfaatkan upaya-upaya hukum karena faktor-faktor ekonomi, psikis, sosial, atau polotik.

Masaaah-masalah yang sering timbul dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi penegakan hukum dapat berupa:

1. Masyarakat tidak mengetahui atau tidak menyadari, apabila hak-hak mereka dilanggar tertanggu

2. Masyarakat tidak mengetahui akan adanya upaya-upaya hukum untuk melindungi kepentingan-kepentingannya

3. Masyarakat

Pendapat lain mengenai syarat-syarat agar hukum lebih efektif dalam penerapannya menurut CG. Howard dan RS. Mumner, antara lain:

1. undang-undang harus dirancang baik

2. undang-undang seyogianya bersifat melarang bukan mengatur

3. sanksi yang dicantumkan harus sepadan dengan sifat-sifat undang-undang yang dilanggar.

4. berat sanksi yang diancamkan kepada sipelanggar tidak boleh keterlaluan.

5. kemungkinan untuk mengamati dan menyelidiki atau menyidik perbuatan yang dilanggar undang-undang harus ada.

6. hukum yang mengandung larangan-larangan moral akan lebih efektif dari pada hukum yang tidak selaras dengan kaidah moral, atau yang netral.

(22)

7. mereka yang bekerja sebagai pelaksana-pelaksana hukum harus menunaikan tugasnya dengan baik.32 Berdasarkan pendapat di atas, maka pembuatan peraturan perundang-undangan harus dirumuskan secara jelas dan terinci mengatur dan memberisanksi agar tidak menimbulkan keraguan dalam penerapannya agar tercipta suatu keadilan dan kepastian hukum bagi pihak-pihak yang berperkara. Menurut Soedarto bahwa secara fungsional sistem penegakan hukum merupakan suatu sistem aksi.33 Ada banyak aktivitas yang dilakukan alat perlengkapan negara dalam melaksanakan penegakan hukum yaitu kepolisian, kejaksaan, hakim, pembentuk undang-undang, institusi pemerintah dan aparat pelaksana pidana, yang kesemuanya itu mempunyai peranan untuk mencegah dan menanggulangi kejahatan.

Memperhatikan masalah penegak hukum ini jika dikaitkan dengan penegak hukum terhadap tindak pidana perjudian, maka aktivitas atau kegiatan yang dapat dilakukan sebagai upaya menghadapi masalah-masalah yang timbul dalam rangka penegakan hukum dan antisipasinya dapat meliputi pembuatan undang-undang atau penyempurnaan ketentuan yang sudah ada. Tersedianya aparat penegak hukum yang memadai baik secara kuantitas maupun secara perorangan maupun kelompok.

32

http://e-journal.igilib.ac.id/7868/6/5MIH01253.pdf. diakses pada tanggal 06 Juni 2018 pukul 08:27

33

Soedarto, Kapita Selekta hukum pidana, op.cit. Hlm. 112

(23)

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas dapat dilihat bahwa efektivitas fungsionalisasi hukum pidana terhadap tindak pidana perjudian tidak hanya terletak pada efesiensi dan efektivitas kinerja masing-masing sub sistem dalam peradilan pidana. Melainkan juga tergantung pada dukungan sosial maupun kelembagaan dalam rangka pembentukan opini masyarakat tentang tindak pidana perjudian dan sosialisasi hukum nasional secara luas.

B.Hasil Penelitian

1. Gambaran lokasi penelitian

Dalam penelitian ini ,penulis melakukan penelitian di wilayah hukum Kepolisian Kota Boyolali yang tepatnya di Jalan Ampel/ Solo-Boyolali, Kecamatan Boyolali, Dusun 2, Kiringan, Kec. Boyolali, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah 57313.

Secara Geografis Kepolisian Kota Boyolali terletak di Kabupaten Boyolali, Polres Boyolali terletak antara110‟.22 – 110‟.50 Bujur Timur dan 7‟.36 – 7‟.11 Lintang Selatan dengan ketinggian antara 1500 s/d 2200 meter dari permukaan laut.Luas Wilayah Polres Boyolali Luas wilayah seluruhnya 1.015.100.965.

Kabupaten Boyolali sendiri terbagi atas 19 Kecamatan yang terdiri dari 267 Desa.Dari 19 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Boyolali tersebut jumlah kepadatan penduduk daerah Boyolali mencapai 944.181 jiwa yang terdiri dari,laki-laki 461.806 jiwa (48,9%) dan perempuan 483.735 jiwa (51,1%)dengan kepadatan penduduk rata-rata 930 jiwa/km2.Adapun batas – batas Wilayah Polres Boyolali ialah sebagai berikut :

(24)

a. Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Sragen b. Sebelah Selatan : Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo c. Sebelah Barat : Kabupaten Magelang dan Kabupaten Salatiga d. Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kota Surakarta

Dari sekian banyaknya penduduk yang terdapat di Kabupaten Boyolali dan masyarakat yang beraneka ragam maka diperlukanlah peran serta anggota Kepolisian Boyolali untuk mengontrol perilaku masyarakat Boyolali. Dalam hal ini Kepolisian Boyolali mempunyai unsur pelaksana yang bertugas menyelenggarakan tugas kepolisian mencangkup penjagaan, pengaturan, pengawalan, patroli, menertibkan, mengamankan dan penegakan hukum. Selain itu Kepolisian Boyolali juga menyelenggarakan beberapa fungsi sebagai berikut

a. Melayani masyarakat

b. Pengamanan dan menyelamatkan masyarakat

c. Pelaksanaan patrolidan penindakan pelanggaran serta dalam rangka penegakan hukum.

d. penyelidikan dan penyidikan tindak pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

e. pemberian bantuan hukum bagi masyarakat setempat.

Dalam hal ini fungsi kepolisian Polres Boyolali adalah menjalankan komando dari atasan untuk menangani atau memberikan pengarahan dan penyuluhan kepada masyarakat,demi terciptanya lingkungan yang aman, nyaman, tentram dan yang terutama ialah menciptakan situasi kondusif di

(25)

lingkungan masyarakat Boyolali selain itu membentuk masyarakat yang tertib hukum. Maka dari itu untuk melancarkan fungsi-fungsi Polres Boyolali tersebut maka peranan Polsek- polsek yang tersebar di seluruh wilayah hukum Boyolali sangatlah penting guna membantu mempercepat penanganan kasus.

Dari hal tersebut dengan kerjasama yang baik antara Polres Boyolali dengan Polsek yang tersebar di wilayah hukum Boyolali nantinya angka perjudian di wilayah hukum Boyolali dapat ditekan atau diminimalisir,tentunya dengan melakukan fungsi -fungsi tersebut diatas.Polres Boyolali sendiri membawahi 19 Polsek yang terletak dalam 19 Kecamatan yang dapat dilihat dalam Tabel sebagai berikut:

(26)

Tabel 3

Daftar Polsek di Lingkungan Polres

NO DAERAH POLSEK Desa/Kelurahan Jumlah penduduk

1. Polsek Cepogo Kecamatan Cepogo

D/K=15 55.250

2. Polsek Ampel Kecamatan Ampel

D/K=20 77.279

3. Polsek Musuk Kecamatan Musuk D/K=20 55.705 4. Polsek Boyolali Kecamatan Boyolali D/K=9 67.373 5. Polsek Mojosongo Kecamatan Mojosongo D/K=13 51.429

6. Polsek Teras Kecamatan Teras

D/K=13 43.631

7. Polsek Sawit Kecamatan Sawit

D/K=12 29.753

8. Polsek Banyudono Kecamatan Banyudono

D/K=15 48.355

9. Polsek Sambi Kecamatan Sambi D/K=16 41.688 10. Polsek Ngemplak Kecamatan Ngemplak D/K=12 83.208 11. Polsek Nogosari Kecamatan Nogosari D/K=13 64.580

12. Polsek Simo Kecamatan Simo

D/K=13 44.649

13. Polsek Karanggede Kecamatan Karanggede

D/K=16 37.963

14. Polsek Klego Kecamatan Klego

D/K=13 39.588

15. Polsek Andong Kecamatan Andong

D/K=16 54.337

(27)

Sumber : Polres Boyolali

Dari tabel data diatas dapat dijelaskan bahwa wilayah Polres Boyolali membawahi 19 Polsek dan 19 Polsek ini sesuai dengan Kewilayahan di Kabupaten Boyolali yang terdiri 19 Kecamatan.Dengan table tersebut penulis bermaksud untuk menjelaskan dan mempertegas bahwa tersebarnya 19 Polsek di wilayah hukum Polres Boyolali adalah sebagai salah satu cara untuk mewujudkan ke lima fungsi yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya ,Dari table tersebut diketahui bahwa setiap Polsek membawahi 9 hingga 20 kelurahan yang masing – masing dengan jumlah penduduk antara 28.408 s/d 83.208 .Hal itu tidak lain juga untuk mewujudkan dan mengontrol perilaku masyarakat dalam hal ini khususnya pada masyarakat pelaku perjudian dan disisi lain untuk menciptakan tegaknya hukum diwilayah hukum Polres Boyolali.Dengan table tersebut penulis juga menjelaskan dan mempertegas bahwa setiap Polsek di wilayah hukum Polres Boyolali bertanggung jawab atas beberapa kelurahan dan bahkan ribuan masyarakat yang tersebar diberbagai kelurahan untuk menjalankan kelima fungsi yang telah disebutkan diatas.

Kemusu

17. Polsek Wonosegoro Kecamatan Wonosegoro

D/K=18 49.720

18. Polsek Juwangi Kecamatan Juwangi

D/K=10 31.661

19. Polsek Selo Kecamatan Selo

(28)

2. Gambaran upaya Kepolisian Boyolali dalam menanggulangi tindak pidana perjudian

Tabel 4

Tabel penanganan tindak pidana perjudian di Polres Boyolali

No Tahun Laporan Selesai P21

1 2013 20 22 2 2014 76 47 3 2015 33 37 4 2016 51 71 5 2017 56 34 Jumlah 236 211

Sumber : Polres Boyolali

Dari tabel diatas dapat dijelaskan total laporan perjudian yang masuk dari tahun 2013-2017 sebanyak 236 laporan dan dilimpahkan ke Penuntut Umum sebanyak 211 kasus. Dan dari tahun ke tahun terjadi fluktuasi.

Pada tahun 2013 terdapat 20 laporan mengenai adanya tindak pidana perjudian di wilayah hukum Polres Boyolali, dan dari ke 20 kasus tersebut dapat diselesaikan P21 dan dilimpahkan ke jaksa Penuntut Umum sebanyak 22

(29)

kasus, 2 diantaranya ialah laporan kasus perjudian tunggakan tahun sebelumnya yang belum terselesaikan.

Adapun dengan tahun 2014 terdapat 76 laporan kasus perjudian, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2014 kasus perjudian mengalami peningkatan dibanding dengan tahun 2013, dan dari ke 76 laporan tersebut hanya dapat diselesaikan hingga ke tahap P21 atau dilimpahkan ke jaksa Penuntut Umum sebanyak 47 kasus dan sisanya belum terselesaikan ataupun belum P21 sehingga menjadi tunggakan penanganan kasus untuk tahun selanjutnya.

Ditahun 2015 angka laporan tindak pidana perjudian di wilayah hukum Polres Boyolali sebanyak 33 laporan dan dapat diselesaikan hingga tahap P21 sebanyak 37 kasus, 4 kasus sisanya ialah tunggakan kasus di tahun – tahun sebelumnya.

Pada tahun 2016 terdapat 51 laporan masuk tentang tindak pidana perjudian di wilayah hukum Polres Boyolali dan kesemuanya dapat diselesaikan dan dilimpahkan ke Jaksa Penuntut Umum ataupun P21 sebanyak 71 kasus, itu menandakan 20 kasus sisanya ialah tunggakan tunggakan kasus perjudian yang belum diselesaikan diantara kurun waktu tahun 2013-2015.

Dan ditahun 2017 laporan tindak pidana perjudian sebanyak 56 kasus dan terselesaikan dilimpahkan ke Jaksa Penuntut Umum hanya sebanyak 34 kasus.

Total dari keseluruhan laporan yang masuk kurun waktu 2013 hingga 2017 ialah sebanyak 236 laporan kasus perjudian dan hanya dapat mencapai hingga pelimpahan berkas ke Penuntut Umum sebanyak 211 kasus.Hal ini

(30)

menandakan bahwa masih terdapat 25 kasus perjudian yang belum terselesaikan dan akan terus menjadi tanggungan sekaligus tunggakan secara terus menerus untuk tahun – tahun berikutnya jika dalam setahun selalu terdapat tunggakan kasus yang belum dilimpahkan ke Penuntut Umum.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, penulis hanya memfokuskan penanganan tindak pidana perjudian yang dilakukan oleh

Polres Boyolali, belum memperhatikan kontribusi dari 19 Polsek yang berada di bawah Polres Boyolali.

Terkait dengan data pada tabel 2 diatas, Aiptu Dalyanto selaku kasatreskrim menambahkan juga bahwa dari kurun waktu 2013-2017 walaupun tercatat 236 laporan, tapi masih ada angka-angka gelap artinya kasus perjudian yang terjadi tidak diketahui oleh Kepolisian Polres Boyolali yang jumlahnya mungkin lebih besar dari data pada tabel 2 diatas.34

Tabel 5

Upaya Kepolisian Boyolali dalam menghadapi tindak pidana perjudian Usaha Preventif Usaha Represif Usaha Kuratif

34

(31)

-pengawasan ditempat keramaian

-melakukan sosialisasi atau penyuluhan tentang dampak dari bermain judi

Pertemuan rutin dengan tokoh masyarakat dan alim ulama setiap bulanya untuk mengetahui keadaan yang berkembang di masyarakat.Peran serta Binmas sangatlah mencolok dalam usaha preventif.

-ikut bermain judi -melakukan penyamaran -melakukan lidik dan mencari informasi -melakukan pengintaian -menangkap tersangka dan menyita barang bukti. -melakukan operasi/patroli usaha represif biasanya dilakukan oleh reserse kriminal

Pembinaan terhadap terpidana agar tidak mengulangi

perbuatannya.

Sumber : Polres Boyolali

Dari tabel diatas adalah bentuk upaya Kepolisian Boyolali dalam menanggulangi tindak pidana perjudian, dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Usaha Preventif (Upaya meningkatkan kesadaran hukum dalam masyarakat)

Kepolisian Boyolali melakukan operasi dan pengawasan di tempat – tempat keramaian dengan sasaran tempat- tempat keramaian seperti pasar yang bertujuan untuk mencegah munculnya perjudian di wilayah tersebut dan menjaga keamanan daerah tersebut, juga melakukan sosialisasi atau penyuluhan tentang dampak dari bermain judi dengan sasaran semua warga masyarakat yang bertujuan untuk memberikan

(32)

pemahaman atau pengetahuan tentang akibat yang ditimbulkan dari permainan judi.

Usaha Preventif yaitu usaha penanggulangan berupa tindakan pencegahan. Usaha preventif ini menitik beratakan pada unsur pencegahan, artinya usaha penanggulangan yang dilakukan sebelum terjadinya perjudian. Salah satu perwujudan dari usaha preventif ini dalah dengan memberi penyuluhan hukum. Apabila kita semua dalam kehidupan bernegara dan masyarakat bersedia dan dengan sukarela mematuhi hukum dan wajib membantu menegakan hukum, maka kehidupan bernegara dan bermasyarakat menjadi aman dan tenteram meskipun dinyatakan bahwa setiap orang dianggap mengetahui hukum, akan tetapi kenyataan tidaklah demikian, oleh sebab itu kita harus selalu menyebarluaskan pengetahuan hukum yang kita miliki agar jumlah masyarakat yang menetahui mengenai hukum dapat bertambah. Dengan bertambahnya orang yang mengetahui hukum maka di harapkan masyarakat dapat sadar akan manfaat hukum dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Usaha Preventif dilakukan Binmas yang melibatkan Reserse berupa penyuluhan kepada masyarakat guna meminimalisir tindak pidana perjudian, adapun upaya penyuluhan dilakukan dengan mengundang tokoh – tokoh dan/atau perangkat desa sekaligus anggota masyarakat untuk hadir dalam sosialisasi dengan maksud dan tujuan memberika wawasan kepada masyarakat akan arti tidak pentingnya sekaligus bahaya perjudian.

(33)

Tabel 6

Frekuensi penyuluhan Binmas

No Tahun Total Penyuluhan

1. 2013 70 kali

2. 2014 56 kali

3. 2015 65 kali

4. 2016 43 kali

5. 2017 78 kali

Sumber : Polres Boyolali

Pada tahun 2013 Kepolisian Boyolali telah melakukan 70 kali penyuluhan antara bulan januari – desember 2013. Pada bulan januari diadakan 12 kali usaha preventif, bulan febuari 8 kali penyuluhan, maret 6 kali, april 9 kali, mei 4 kali, juni 4 kali, juli 2 kali, agustus 11 kali, september 9 kali, oktober 4 kali, november 3 kali dan desember 5 kali. Dari sekian banyaknya penyuluhan yang dilakukan kepolisian Boyolali selama kurun waktu Januari – Desember 2013, penyuluhan tersebut dilakukan di 19 Kecamatan yang terdapat di Boyolali, dimana disetiap kecamatan terdapat 1 polsek. Dari 70 kali penyuluhan yang telah dilakukan diantaranya dilakukan di wilayah polsek ngemplak tepatnya di 12 kelurahan sebanyak 12 kali, penyuluhan di wilayah polsek ini di intensifkan karena kepadatan penduduknya yang paling tinggi dibanding dengan kepadatan penduduk di wilayah polsek lainnya. Dan sisanya penyuluhan dilakukan di 20 kelurahan di wilayah

(34)

polsek musuk, polsek Banyudono sebanyak 15 kali di 15 kelurahan ,di wilayah polsek Sambi 16 kali di 16 kelurahan, dan 7 kali di kelurahan wilayah polsek Boyolali. Adapun materi yang diberikan Kepolisian Boyolali pada tahun 2013 ialah mengenai pemberantasan perjudian di kalangan masyarakat.35

Pada tahun 2014 kepolisian Boyolali telah melakukan 56 kali penyuluhan antara bulan januari – desember 2014. Pada bulan januari diadakan 10 kali usaha preventif, bulan febuari 6 kali penyeluhan, maret 4 kali, april 7 kali, mei 3 kali, juni 4 kali,juli 5 kali, agustus 3 kali, september 2 kali, oktober 4 kali, november 5 kali dan desember 5 kali. Dari sekian banyaknya penyuluhan yang dilakukan kepolisian Boyolali selama kurun waktu Januari – Desember 2014, penyuluhan tersebut dilakukan di 19 Kecamatan yang terdapat di Boyolali, dimana disetiap Kecamatan terdapat 1 polsek. Penyuluhan yang telah dilakukan sebanyak 56 kali diantaranya dilakukan di wilayah polsek cepogo tepatnya di 15 kelurahan sebanyak 15 kali, penyuluhan di wilayah polsek ini di intensifkan karena dicurigai penduduknya kedapatan diduga terjadi perjudian didaerah tersebut. Dan sisanya, penyuluhan dilakukan 10 kali di 13 kelurahan di wilayah polsek selo, polsek Ampel sebanyak 15 kali di 20 kelurahan, di wilayah polsek sawit 16 kali di 16 kelurahan, materi yang disuluhkan kepada

35

Hasil wawancara penulis dengan Aiptu Dalyanto selaku reserse Polres Boyolali pada 9 juni 2018.

(35)

masyarakat pada tahun 2014 ialah Menciptakan situasi kondusif dengan tertib hukum.36

Pada tahun 2015 kepolisian boyolali telah melakukan 65 kali penyuluhan antara bulan januari – desember 2015. Pada bulan januari diadakan 8 kali usaha preventif, bulan febuari 8 kali penyeluhan, maret 6 kali, april 4 kali, mei 4 kali,juni 7 kali, juli 5 kali, agustus 9 kali, september 3 kali, oktober 3 kali, november 3 kali dan desember 5 kali. Dari sekian banyaknya penyuluhan yang dilakukan kepolisian Boyolali selama kurun waktu Januari – Desember 2015, penyuluhan tersebut dilakukan di 19 kecamatan yang terdapat di Boyolali, dimana disetiap kecamatan terdapat 1 polsek. Dari 65 kali penyuluhan yang telah dilakukan diantaranya dilakukan di wilayah polsek boyolali tepatnya di 9 kelurahan sebanyak 8 kali, dan sisanya penyuluhan dilakukan di 13 kelurahan di wilayah polsek mojosongo sebanyak 13 kali, polsek teras sebanyak 15kali di 13 kelurahan, di wilayah polsek sambi 16 kali di 16 kelurahan, dan 13 kali di 13 kelurahan wilayah polsek nogosari.Materi yang diberikan kepolisian Boyolali kepada masyarakat ialah mengenai bahaya narkoba mengancam nyawa dan masa depan.37

Pada tahun 2016 Kepolisian Boyolali telah melakukan 43 kali penyuluhan antara bulan januari – desember 2016. Pada bulan januari diadakan 5 kali usaha preventif, bulan febuari 3 kali penyeluhan, maret 2 kali, april 5 kali, mei 3 kali, juni 2 kali, juli 3 kali, agustus 5 kali,

36

Ibid.

37

(36)

september 3 kali, oktober 2 kali, november 5 kali dan desember 5 kali. Dari sekian banyaknya penyuluhan yang dilakukan kepolisian Boyolali selama kurun waktu Januari – Desember 2016, penyuluhan tersebut dilakukan di 19 Kecamatan yang terdapat di Boyolali, dimana disetiap kecamatan terdapat 1 Polsek. Dari 43 kali penyuluhan yang telah dilakukan diantaranya dilakukan di wilayah polsek simo tepatnya di 13 kelurahan sebanyak 13 kali, dan sisanya penyuluhan dilakukan di 16 kelurahan di wilayah polsek karanggede sebanyak 17 kali, polsek klego sebanyak 13 kali di 13 kelurahan.Adapun materi yang diberikan kepada masyarakat ialah tertib berlalulintas jaminan keselamatan diri.38

Pada tahun 2017 Kepolisian Boyolali telah melakukan 78 kali penyuluhan antara bulan januari – desember 2017. Pada bulan januari diadakan 15 kali usaha preventif, bulan febuari 7 kali penyeluhan, maret 3 kali, april 6 kali, mei 8 kali, juni 4 kali, juli 5 kali, agustus 9 kali, september 5 kali, oktober 4 kali, november 7 kali dan desember 8 kali. Dari sekian banyaknya penyuluhan yang dilakukan kepolisian Boyolali selama kurun waktu Januari – Desember 2017, penyuluhan tersebut dilakukan di 19 kecamatan yang terdapat di Boyolali, dimana disetiap Kecamatan terdapat 1 polsek. Dari 78 kali penyuluhan yang telah dilakukan diantaranya dilakukan di wilayah polsek andong tepatnya di 16 kelurahan sebanyak 16 kali, penyuluhan di wilayah polsek ini di intensifkan karena kepadatan banyaknya laporan tentabng

38

(37)

perjudian yang masuk. Dan dilakukan penyuluhandi 13 kelurahan di wilayah Polsek Kemusu sebanyak 13 kali, polsek juwangi sebanyak 10 kali di 10 kelurahan, di wilayah polsek wonosegoro 18 kali di 18 kelurahan, 16 kali dilakukan penyuluhan 16 kelurahan di sambi, dan 5 kali dilakukan polsek Boyolali di 9 kelurahan. Materi pada tahun 2017 ialah mengenai budayakan lapor dan waspada lingkungan sekitar.39 Adapun materi – materi penyuluhan dari tahun ke tahun dalam

kurun waktu 5 tahun terhitung sejak tahun 2013 s/d 2017 berasal dan disampaikan langsung oleh Kepolisian Boyolali dalam hal ini Reserse, Binmas.

Demikian jadwal yang selalu dilakukan oleh reskrim dan binmas dari 19 Polsek akan tetapi terkadang tidak setiap bulan dilakukan karena banyaknya jadwal yang berbeda atau kepentingan lain yang harus diprioritaskan.

b. Usaha Represif ( Langkah pemberantasan dan penangkapan)

Kepolisian Boyolali selalu melakukan lidik dan mencari informasi dengan sasaran warga masyarakat bertujuan untuk memetakan daerah- daerah yang dianggap rawan dari tindak pidana perjudian, ikut bermain judi dengan sasaran para pemain dan pelakui judi bertujuan untuk mengetahui tindak pidana permainan tersebut, melakukan penyamaran dengan sasaran bandar dan pelaku judi bertujuan untuk mengetahui tempat-tempat perjudian dan orang-orang yang terlibat perjudian tersebut, melakukan pengintaian lingkungan tempat

39

(38)

berlangsungnya perjudian bertujuan untuk mengetahui keadaan daerah dari morang-orang sekitar lingkungan tempat diadakannya perjudian tersebut.

Usaha represif terhadap perjudian di lakukan setelah terjadinya tindak pidana perjudian oleh pelaku perjudian. Mengenai masalah tindakan represif, “Yang di maksud dengan tindakan represif adalah segala tindakan yang di lakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadinya kejahatan atau tindak pidana termasuk dalam represif ini adalah penyidikan, penuntutan sampai pelaksanaan pidana.40

Dengan demikian usaha represif dalam tindak pidana kejahatan perjudian dilakukan setelah terjadi tindak pidana perjudian, dengan di lakukanya penyelidikan oleh pihak kepolisian kemudian berkas penyidikan di serahkan ke jaksa sebagai penuntut umum untuk dilakukan penuntutan.

Menengok padal tabel 2 (halaman 30) terdapat laporan yang masuk dari kurun waktu 2013 hingga 2017 ialah sebanyak 236 laporan kasus perjudian dan hanya dapat mencapai hingga pelimpahan berkas ke Penuntut Umum sebanyak 211 kasus.Hal ini menandakan bahwa masih terdapat 25 kasus perjudian yang belum terselesaikan dan akan terus menjadi tanggungan sekaligus tunggakan secara terus menerus untuk tahun – tahun berikutnya jika dalam setahun selalu terdapat tunggakan kasus yang belum dilimpahkan ke Penuntut Umum.Hal

40

(39)

tersebut ialah tindakan represif yang selama ini dilakukan oleh Kepolisian Boyolali.

Adapun upaya represif yang telah dilakukan kepolisian boyolali dalam hal ini merupakan tugas khusus reserse untuk menanggulangi kasus perjudian diwilayah Hukum Polres Boyolali pada umumnya seperti penyelidikan dan penyidikan terhadap pelaku perjudian dan kawasan yang dianggap rawan terjadinya perjudian, dimana penyelidikan dilakukan di 19 kecamatan yang terdapat di Boyolali, tentunya dengan bantuan polsek masing – masing wilayah. Dan jika disinyalir dari hasil penyelidikan ,pengintaian, maupun laporan masyarakat setempat dan cukup bukti menurut hukum acara bahwa disuatu kawasan di wilayah hukum Boyolali terjadi perjudian ,maka akan dilakukan penggrebekan maupun operasi tangkap tangan.

c. Usaha Kuratif

Kepolisian Boyolali memberikan pembinaan terhadap narapidana dan pengawasan kepada mantan narapidana kasus perjudian. Dengan dilakukannya upaya ini diharapkan setelah keluar dari penjara mereka tidak mengulangi lagi perbuatannya karena telah mengetahui akibat dari perbuatannya. Namun jika didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh penulis, usaha kuratif kepolisian Boyolali terhadap narapidana dan mantan narapidana baik selama dan sesudah dipidana tidak ada.

(40)

3. Fakta Tindak Pidana Perjudian di Boyolali

Fakta tindak pidana perjudian di Boyolali yaitu seperti tabel tersebut, yaitu banyaknya laporan dari masyarakat yang masuk ke Kepolisian Boyolali dengan jumlah 236 kasus dan terselesaikan 211 kasus, sebenarnya diluar sana masih terdapat angka gelap perjudian yang tidak dilaporkan dan tidak tertangani oleh Kepolisian Boyolali dan jika berdasar pada penelitian penulis jumlah kasus perjudian melebihi 236 kasus baik yang terdapat keramaian kota maupun daerah pelosok desa.Hal ini gambaran bahwa fluktuatifnya kejadian di Boyolali maka perlu mendapat perhatian dan penanganan yang lebih intensif.

Perjudian terjadi di berbagai daerah diboyolali dan dikawasan ramai mupun sepi dengan pemain yang berbeda-beda umurnya baik dari anak-anak sampai orang tua, didekat rumah penulis ada dua tempat perjudian yang ramai. Pertama belakang pasar Bendan dan di warung kopi.

Menurut pendapat pemain perjudian kartu di warung kopi tersebut, ternyata fasilitas tempat tersebut memang disediakan untuk para penjudi kartu oleh pemilik warung kopi karena warung kopi tersebut mendapat untung karna banyak pembeli dan semakin banyak juga pemasukan yang diperoleh oleh yang mempunyai warung kopi juga mendapat persenan dari uang kemenangan dari para penjudi.41

41

Hasil wawancara dengan Bagus selaku pemain perjudian, yang dilakukan pada tanggal 10 juni 2018

(41)

Sebenarnya warga terganggu dengan adanya perjudian diwarung kopi tersebut, karena perjudian sangat bertentangan dengan agama dan setiap malam sangat mengganggu karena berisiknya suara mereka yang begitu keras. Saat warga lapor kepada yang berwewenang, dan saat itu waktu dipatroli oleh polisi mereka dengan sigap sudah bersih tanpa alat bukti. Saat didatangi mereka hanya terlihat sekedar ngopi.42

Dan ada tempat perjudian yang paling besar di Boyolali yaitu judi dadu, ditempat tersebut banyak pemain judi dari berbagai daerah yang mengadu nasib ditempat judi tersebut, diantaranya ialah dikawasan pasar Klumpit dan tempat billiard di daerah Bendan. Anehnya ditempat tersebut jarang sekali terjadi penggropyokan judi. Dikarenakan banyak oknum seperti anggota kopasus, masyarakat lingkungan sekitar kawasan perjudian yang mendapatkan uang suap dari bandar dadu untuk membungkam adanya tindak pidana dikawasan tersebut, dimana uang suap yang diberikan oleh bandar dadu kepada masyarakat sekitar juga digunakan untuk mengisi pemasukan kas desa, sehingga dari hal tersebut terjadilah disfungsi hukum yang salah satunya disebabkan oleh aparat penegak hukum itu sendiri dan masyarakat. Jika dari Polres Boyolali ditarget mencari pelaku perjudian di tempat tersebut, maka bandar judi dan rekan rekannya akan membayar orang untuk jadi joki dengan diberi uang sebesar Rp.30.000.000 dan keluarganya juga diberi uang santunan

42

Hasil wawancara dengan bapak Modin selaku ulama/tokoh masyarakat, yang dilakukan pada tanggal 10 juni 2018

(42)

sebesar Rp.200.000/bulan.43 Menurut penulis perjudian ditempat tersebut akan bubar setelah aparat yang membela perjudian dadu itu sudah tidak aktif dalam mengurusi tempat perjudian dan sadarnya masyarakat setempat kalau hal tersebut melanggar norma agama dan Hukum yang ada di Indonesia. Maka dari itu penulis dapat menyimpulkan bahwa upaya Kepolisian Boyolali dalam memberantas tindak pidana perjudian diwilayah hukum Boyolali sudah dilakukan mulai dari upaya preventif, represif, dan kuratif, namun upaya – upaya tersebut belum sepenuhnya berjalan secara efektif, terbukti dengan tidak adanya pemberantasan tindak pidana perjudian yang nominal angka perjudian sudah mencapai ratusan juta dimana kondisi tersebut dimanfaatkan oleh oknum sebagaimana penulis telah jelaskan pada bagian sebelumnya.

4. Penegakan Hukum Kasus Perjudian Oleh Polres Boyolali

Dalam penegakan hukum terhadap kasus perjudian di Boyolali faktor yang mempengaruhi diantaranya ialah fakor hukum itu sendiri, faktor hukum itu sendiri ialah bagaimana dituangkan dalam KUHP dan Undang – Undang 7 Tahun 1974 bahwa judi tanpa izin tidak diperbolehkan dan sebaliknya. Faktor lain ialah penegak hukum itu sendiri,penegak hukum sebenarnya sudah paham tentang penanganan kasus perjudian di Boyolali terbukti dari 236 kasus Kepolisian Boyolali berhasil menindaklanjuti 211 tetapi yang disayangkan ialah adanya pembiaran oleh aparat penegak hukum dalam hal ini

43

Hasil wawancara dengan Budi selaku pemuda setempat, yang dilakukan pada tanggal 10 juni 2018

(43)

Kepolisian Boyolali terhadap tempat – tempat perjudian tertentu, dan yang terakhir ialah faktor masyarakat dan budaya, masyarakat cenderung permisif atau menerima adanya judi tidak mau melaporkan, dan budaya cari untung sendiri walaupun sebenarnya melanggar Undang – Undang. Dari sinilah penulis berpendapat bahwa dalam penegakan hukum secara umum ada beberapa faktor yang memengaruhi demikian juga penegakan hukum pidana terkait perjudian di Boyolali sebagaimana dijelaskan penulis diatas.

Dalam hal ini reserse kriminal melakukan kerjasama dengan binmas hal ini lantaran jika dilihat pada tugas umumnya, reserse kriminal sendiri lebih kepada tugas penyidikan dan fungsi dari reskrim sendiri akan bekerja apabila telah terjadi suatu tindak pidana maupun diduga terjadi tindak pidana dalam hal ini tindak pidana perjudian, reserse lebih pada pengumpulan bukti yang bertujuan untuk mengungkap kasus perjudian, dan tugas dari binmas sendiri lebih condong pada tugas humas,yaitu berkonsentrasi pada sosialisasi informasi kepolisian secara aktif yang menghubungkan antara polisi dan masyarakat.

Pelaksanaan penegakan hukum terhadap tindak pidana perjudian tidak dapat terlepas dari peran berbagai pihak baik itu aparat penegak hukum “polisi, Jaksa, Hakim, Pengacara, Ulama, Aparat desa, dan Organisasi Masyarakat”. Semua pihak di atas tidak dapat berjalan sendiri-sendiri tanpa adanya kerja sama dan kesinambungan dalam penanganan tindak pidana perjudian tersebut. Menurut pengamatan

Gambar

Table dilihat dalam halaman berikutnya.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Nabi Muhammad kembali mengadakan pertemuan dengan Jamah Haji dari Yatsrib, yang terdiri dari 73 orang , kali ini mereka mendatangi Nabi untuk meminta perlindungan dan mengajarkan

Penggunaan utama Asam Sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi cita rasa dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan. Sifat sitrat sebagai larutan

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur ( path analysis ) dan Sobel test. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini: 1) keadilan distributif,

Menurut Indra Lesmana Karim, upaya penanggulangan terhadap pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak adalah melalui lingkungan yang terkecil

penelitkin ini tidak a h clapat diselesakm sebjgaimana yang diharapkan dan m o g a kerjasama yang baik ini akan lebih baik lagi di masa yang rrken datgng.. HETODE

Pelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah utama dan sub masalah. Masalah utamanya yaitu seperti apakah media pembelelajaran yang inovatif pada pelajaran PKn

Pada kegiatan inti pengajar mengorientasikan siswa ke dalam masalah, yaitu dengan memberikan teks bacaan mengenai soal-soal bersangkutan dengan longsor. Dari teks bacaan