HUBUNGAN STATUS PEMBERIAN ASI DAN KELENGKAPAN IMUNISASI DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA ANAK DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
Nurul Azizah, Didik Setiawan, Susanti
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl. Raya Dukuhwaluh, PO BOX 202, Purwokerto 53182
ABSTRAK
Di Indonesia penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat,
karena tingginya angka kesakitan dan kematian terutama pada balita. Kejadian diare
pada anak di ruang Aster RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto bulan
September 2011 - Februari 2012 sebanyak 23,4% dari total 1125 anak. Desain penelitian
ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian case
control. Kelompok kasus adalah ibu-ibu yang anaknya dirawat di ruang Aster yang
menderita diare, sedangkan kelompok kontrol adalah ibu-ibu yang anaknya dirawat di
ruang Aster menderita bronkopneumonia. Analisis data dilakukan secara univariat,
analisis bivariat dengan chi square test dengan program SPSS. Hasil uji chi square
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara status pemberian
ASI (p=0,472) dan kelengkapan imunisasi (p=0,432) dengan kejadian diare pada anak di
ruang Aster RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Anak yang mendapat ASI
eksklusif beresiko lebih kecil terkena diare dibandingkan anak yang tidak diberi ASI
eksklusif, sedangkan anak yang mendapatkan imunisasilengkap beresiko lebih kecil
terkena diare dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap.
Kata kunci: ASI eksklusif, kelengkapan imunisasi, diare
ABSTRACT
Diarrhea is one of problem in public health in Indonesia, it can be seen from the number
of illness and mortality rate in toddlers. The incidence in Aster wards Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto Public Hospital from September 2011-Februari 2012 showed 23,4%
from 1125 children experienced diarrhea. The method of this research was analytic
observational through case control research design. Experiment group came from the
mothers with diarrhea children, while control group was mothers with bronkopneumonia
children treated in Aster ward. Researcher used univariate analysis, chi square test in
bivariate analysis with SPSS. Chi square experiment revealed that there was no
significant relationship between breastfeeding (p=0,472) and completeness of
immunization (p=0,432) of the incident of diarrhea in Aster ward Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokwerto Public Hospital. It can be concluded that children who are
exclusively breastfeeding had smaller risk of diarrhea than children who did not
exclusively breastfeeding, while children who had complete immunization showed
smaller risk of diarrhea than children who had not complete immunization
Pendahuluan
Hingga saat ini penyakit diare masih
merupakan
masalah
kesehatan
masyarakat di Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dengan meningkatnya angka
kesakitan diare dari tahun ke tahun
terutama pada bayi dan balita. Angka
kesakitan diare di Indonesia dari tahun
ke tahun cenderung meningkat. Angka
kesakitan diare pada tahun 2000 yaitu
301 per 1000 penduduk, tahun 2003 naik
menjadi 374 per 1000 penduduk, tahun
2006 naik menjadi 423 per 1000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411
per 1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa
(KLB) diare juga masih sering terjadi
dengan CFR yang masih tinggi. Pada
tahun 2008 terjadi KLB di 69 kecamatan
dengan jumlah kasus 8133 orang,
kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun
2009 terjadi KLB di 24 kecamatan
dengan jumlah kasus 5756 orang,
dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%),
sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare
di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73
orang (CFR 1,74%) (Depkes RI, 2010).
Di negara yang sedang berkembang
seperti
Indonesia,
pajanan
mikroorganisme patogen maupun zat
alergen
lainnya
masih
merupakan
masalah. Infeksi gastrointestinal maupun
non
gastrointestinal
lebih
sering
ditemukan pada bayi yang mendapat
pengganti Air Susu Ibu (ASI). Hal ini
menandakan bahwa ASI merupakan
komponen penting pada sistem imun
mukosa gastrointestinal maupun mukosa
lain,
karena
sebagian
besar
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh
melalui mukosa (Matondang, dkk, 2008).
Diare sering timbul menyertai
campak
sehingga
pemberian
imunisasicampak juga dapat mencegah
diare. Untuk itu anak harus segera diberi
imunisasicampak ketika berumur 9 bulan
sampai anak berusia 1 tahun. Hasil
penelitian Nuraeni (2009) menunjukkan
ada hubungan yang bermakna antara
imunisasi dengan kejadian diare balita,
dimana balita dengan status tidak
dilakukan kelengkapan imunisasi lebih
banyak terkena diare 90%.
Berdasarkan data di RSUD Margono
di ruang Aster dari tanggal 1 September
2011 sampai 31 Februari 2012 terdapat
1125 pasien dan terdapat 263 anakyang
menderita diare dengan presentasi
23,4% (Data primer Rekam Medis RSMS,
2011-2012). Selain itu tiap saat pada
periode hari perawatan selalu ditemukan
anak dengan menderita diare di ruang
Aster.
Berdasarkan dari permasalahan di
atas, maka perlu dilakukan penelitian
tentang
hubungan
antara
status
pemberian
ASI
dan
kelengkapan
imunisasi dengan kejadian diare pada
anak di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian observasional analitik dengan
rancangan penelitian berupa penelitian
case
control.
Tujuannya
adalah
membandingkan
2
variabel
bebas
dengan variabel tergantung untuk
mengetahui hubungan status pemberian
ASI dan kelengkapan imunisasi dengan
kejadian diare pada anak di RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Populasi dalam penelitian ini adalah
ibu-ibu yang mempunyai anak yang
sedang di rawat di ruang Aster RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Sedangkan sampel adalah ibu-ibu yang
memiliki anak yang sedang di rawat di
ruang Aster RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto yang menderita
diare atau bronkopneumonia. Jumlah
keseluruhan sampel sebanyak 102
responden,
dengan
perincian
52
responden yang menderita diare dan 50
responden
yang
menderita
bronkopneumonia.
Sumber data dalam penelitian ini
berupa data primer dan data sekunder.
Alat
yang
digunakan
untuk
megumpulkan data primer berupa
lembar kuesioner, sedangkan data
sekunder diperoleh dari catatan rekam
medis pasien
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik responden
Gambaran karakteristik responden
ditemukan saat penelitian seperti umur
anak, jenis kelamin anak, pendidikan ibu,
pekerjaan
ibu
dan
umur
ibu.
Karakteristik pasien berdasarkan umur
anak
diperoleh
mean±SD
sebesar
16,9±2,10 untuk pasien diare dan
16,28±2,3 untuk pasien brpn. Uji bivariat
menunjukkantidak
ada
perbedaan
bermakna antara umur anak pasien diare
dengan pasien brpn (p=0,282).Proporsi
jenis kelamin anak paling banyak pada
kelompok laki-laki, yaitu 33 anak (63,5%)
pada pasien diare dan 29 anak (58%)
pada pasien brpn. Jenis kelamin pasien
tidak ada perbedaan bermakna antara
pasien diare dengan pasien brpn
(p=0,572). Pendidikan ibuterbanyak pada
pasien diare adalah tingkat SLTP yaitu
sebanyak 19 orang (36,5%). Sedangkan
pada pasien brpnterbanyak adalah
tingkat SD yaitu sebanyak 18 orang
(36%). Pendidikan
ibu tidak ada
perbedaan bermakna antara pasien
diare dan pasien brpn (p=0,200).
Mayoritas ibu bekerja sebagai ibu
rumah tangga yaitu 40 orang (76,9%)
pada pasien diare dan 28 orang (56%)
pada pasien brpn. Pekerjaan ibu ada
perbedaan bermakna antara pasien
diare
dan
pasien brpn (p=0,01).
Karakteristik responden berdasarkan
umur ibu tidak ada perbedaan bermakna
antara pasien diare dengan pasien brpn
(p=0,065),
dengan
nilai
mean±SD
26,98±4,92 untuk pasien diare dan
25,2±5,09 untuk pasien brpn.
Tabel 1. Karakteristik Responden Pasien Diare dan Brpn
Karakteristik Pasien Pasien Diare
N = 52
Pasien Brpn N = 50
p-value
Umur Anak (mean±SD) 16,9±2,10 16,28±2,3 0,282
Jenis Kelamin Anak (%) 1. Laki-laki 2. Perempuan 33 (63,5) 19 (36,5) 29 (58) 21 (42) 0,572 Pendidikan Ibu (%) 1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. Perguruan Tinggi 10 (19,2) 19 (36,5) 14 (26,9) 9 (17,4) 18 (36) 17 (34) 11 (22) 4 (8) 0,200 Pekerjaan Ibu (%) 1. PNS 2. Pegawai Swasta 3. Wiraswasta 4. IRT 1 (1,9) 9 (17,3) 2 (3,9) 40 (76,9) 1 (2) 7 (14) 14 (28) 28 (56) 0,01
Umur Ibu (mean±SD) 26,98±4,92 25,2±5,09 0,065
Status pemberian ASI dan kejadian
diare
Setelah dilakukan analisis bivariat, tidak
ada perbedaan yang signifikan antara
status pemberian ASI dengan kejadian
diare pada anak (p=0,472). Dapat
disimpulkan, anak yang diberi ASI secara
eksklusif beresikolebih kecil terkena
diare dibandingkan dengan anak yang
tidak
diberi
ASI
secara
eksklusif
(OR=1,361). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Atika (2009) yang
melakukan penelitian terhadap balita
6-23 bulan dengan nilai x
2sebesar 0,1217
yang artinya tidak ada hubungan antara
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
diare.
Tabel 2. Tabel bivariat hubungan status pemberian ASI dengan kejadian diare.
Status pemberian ASI
kelompok Total n (%) OR (95% CI) p kasus kontrol n (%) n (%)
Eksklusif 18 (34,6) 14 (28) 32 (31,4) 1,361 0,472
Non eksklusif 34 (65,4) 36 (72) 70 (68,6) (0,587-3,157)
total 52 (100) 50 (100) 102 (100)
ASI adalah asupan yang aman dan
bersih bagi bayi dan mengandung
antibodi penting yang ada dalam
kolostrum,
sehingga
sangat
kecil
kemungkinan bagi bagi kuman penyakit
untuk dapat masuk ke dalam tubuh bayi.
Peran
ASI
peran
belum
mampu
digantikan olehsusu formula seperti
peran bakteriostatik, anti alergi atau
peran psikososial.Pemberian ASI pada
bayi
tersebut
dapat
membantu
meningkatkan daya tahantubuh bayi. ASI
mengandung IgA, Limfosit T, Limfosit B,
dan Laktoferin yang dapat merangsang
peningkatan status imun pada bayi
(Markum, 2002).
IgA sekretoris yang didapatkan
bayi
dari
ASI
sangat
membantu
kemampuan
tubuhnya
dalam
menghalang
mikroorganisme
dan
menjauhkan dari jaringan tubuh. Ibu
membentuk antibodi dari agen penyakit
yang dihirup, dimakan ataupun masuk
lewat kontak manapun. Antibodi yang
terbentuk bersifat spesifik pada agen
penyakit, sehingga dapat melindungi
bayi pada minggu-minggu pertama
kehidupan. IgA sekretorik dari ASI tidak
seperti antibodi lain pada umumnya. IgA
sekretorik melawan penyakit tanpa
menyebabkan proses inflamasi yang
dapat melukai jaringan sehat.
Pada waktu lahir sampai beberapa
bulan sesudahnya, bayi belum dapat
membentuk kekebalan sendiri secara
sempurna. ASI tidak hanya menyediakan
perlindungan yang unik terhadap infeksi
dan
alergi,
tetapi
juga
memacu
perkembangan yang memadai dari
sistem imunologi bayi sendiri. ASI
memberikan zat-zat kekebalan yang
belum dibuat oleh bayi tersebut,
sehingga bayi yang diberi ASI lebih
jarang sakit, terutama pada awal
kehidupannya (Soetjiningsih, 2001).
Kelengkapan imunisasi dan kejadian
diare
Kelengkapan
imunisasi
dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu
lengkap (apabila imunisasi dasar yang
diberikan pada bayi dari saat lahir hingga
berumur 1 tahun diberikan lengkap) dan
tidak lengkap (apabila imunisasi dasar
yang diberikan pada bayi dari saat lahir
hingga berumur 1 tahun diberikan tidak
lengkap).
Berdasarkan hasil uji bivariat,
tidak ada perbedaan bermakna antara
kelengkapan imunisasi dengan kejadian
diare (p=0,432). Anak yang mendapatkan
imunisasi lengkap beresiko lebih kecil
terkena diare dibandingkan dengan anak
yang tidak mendapatkan imunisasi
lengkap (OR=0,732). Hasil penelitian ini
bertolakbelakang
dengan
penelitian
yang dilakukan Riyanto (2010), yaitu
terdapat hubungan yang signifikan
antara kelengkapan imunisasi dengan
kejadian diare, dengan nilai OR = 4,00
yang
artinya
bayi
yang
tidak
mendapatkan
imunisasi
lengkap
berpeluang menderita diare 4 kali lebih
besar dibandingkan yang mendapatkan
imunisasi tidak lengkap.
Tabel 3. Tabel bivariat hubungan kelengkapan imunisasi dengan kejadian diare Kelengkapan imunisasi kelompok Total n (%) OR (95% CI) p kasus kontrol n (%) n (%) lengkap 23 (44,2) 26 (52) 49 (48) 0,732 0,432 Tidak lengkap 29 (55,8) 24 (48) 53 (52) (0,336-1,596) total 52 (100) 50 (100) 102 (100)
Imunisasi
merupakan
usaha
memberikan kekebalan kepada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin ke
dalam tubuh agar tubuh membuat zat
antibodi untuk mencegah penyakit
tertentu. Di Indonesia terdapat program
imunisasi yang disusun oleh pemerintah
melalui Departemen Kesehatan-Program
Pengembangan Imunisasi (PPI-Depkes)
dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
yang menyusun Satgas Imunisasi
PPI-IDAI.
Kelima
jenis
imunisasi
ini
diwajibkan
dan
menjadi
program
pemerintah, karena angka kematian,
cacat, sakit akibat penyakit-penyakit ini
masih
tinggi
dan
imunisasi
ini
memberikan perlindungan yang lama.
Kelima jenis imunisasi tersebut antara
lain: BCG, DPT, polio, campak, dan
hepatitis B. Imunisasi tersebut diberikan
secara gratis oleh pemerintah di
puskesmas, posyandu, dan rumah sakit
pemerintah.
Imunisasi Campakdan kejadian diare
Dari hasil uji bivariat, tidak ada
perbedaan bermakna antara imunisasi
campak dengan kejadian diare (p=0,692).
Ini berarti anak yang mendapatkan
imunisasi campak beresiko lebih kecil
terkena diare dibandingkan anak yang
tidak mendapatkan imunisasi campak
(OR=0,855). Hasil ini bertolakbelakang
dengan hasil penelitian Nuraeni (2009)
yang menunjukkan ada hubungan yang
bermakna antara imunisasi campak
dengan kejadian diare balita, dimana
balita dengan status tidak dilakukan
imunisasi campak lebih banyak terkena
diare 90%.
Tabel 4. Tabel bivariat hubungan imunisasicampak dengan kejadian diare Imunisasi Campak kelompok Total n (%) OR (95% CI) p kasus kontrol n (%) n (%) Diberikan 25 (48,1) 26 (52) 51 (50) 0,855 0,692 Tidak diberikan 27 (51,9) 24 (48) 51 (50) (0,393-1,859) total 52 (100) 50 (100) 102 (100)