• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jalan Menurut Uu 38/2004 - Repository UNIKOM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Jalan Menurut Uu 38/2004 - Repository UNIKOM"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PRASARANA JALAN

(2)

Beberapa Istilah (1)

Jalan: prasarana transportasi darat yang meliputi segala

bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel;

Jalan umum: jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum;  Jalan khusus: jalan yang dibangun oleh instansi, badan

usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri;

Jalan tol: jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan

jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol;

Tol: sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk

(3)

Beberapa Istilah (2)

Penyelenggaraan jalan: kegiatan yang meliputi pengaturan,

pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan;

Pengaturan jalan: kegiatan perumusan kebijakan

perencanaan, penyusunan, perencanaan umum, dan penyusunan peraturan perundang-undangan jalan;

Pembinaan jalan: kegiatan penyusunan pedoman dan

standar teknis, pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan jalan;

Pembangunan jalan: kegiatan pemrograman dan

penganggaran, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan;

Pengawasan jalan: kegiatan yang dilakukan untuk

(4)

Beberapa Istilah (3)

Penyelenggara jalan:

pihak yang melakukan

pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan

pengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya;

Jalan bebas hambatan:

jalan umum untuk lalu

lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk

secara penuh dan tanpa adanya persimpangan

sebidang serta dilengkapi dengan pagar ruang milik

jalan;

Badan Pengatur Jalan Tol

(BPJT): badan yang

(5)

Beberapa Istilah (4)

Badan usaha di bidang jalan tol

(Badan

Usaha): badan hukum yang bergerak di

bidang pengusahaan jalan tol;

Sistem jaringan jalan

: satu kesatuan ruas

jalan yang saling menghubungkan dan

mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan

wilayah yang berada dalam pengaruh

(6)

Pengaturan penyelenggaraan

jalan

Tujuan

:

1. Mewujudkan ketertiban dan kepastian hukum dalam

penyelenggaraan jalan;

2. Mewujudkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan; 3. Mewujudkan peran penyelenggara jalan secara optimal dalam

pemberian layanan kepada masyarakat;

4. Mewujudkan pelayanan jalan yang andal dan prima serta

berpihak pada kepentingan masyarakat;

5. Mewujudkan sistem jaringan jalan yang berdaya guna dan

berhasil guna untuk mendukung terselenggaranya sistem transportasi yang terpadu; dan

6. Mewujudkan pengusahaan jalan tol yang transparan dan

(7)

Pengelompokan Jalan (1)

Jalan sesuai dengan

peruntukannya

terdiri atas

jalan umum

dan

jalan

khusus

.

Jalan umum

dikelompokkan menurut

sistem

,

fungsi

,

status

, dan

kelas

.

Jalan khusus

diperuntukkan bagi lalu

lintas umum dalam rangka

distribusi

(8)

Pengelompokan Jalan (2)

Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem

jaringan

jalan primer

dan

sistem jaringan jalan sekunder

.

Sistem jaringan jalan primer

: sistem jaringan jalan

dengan peranan pelayanan distribusi barang dan

jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat

nasional, dengan

menghubungkan semua simpul

jasa distribusi

yang berwujud pusat-pusat kegiatan.

Sistem jaringan jalan sekunder

: sistem jaringan

jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang

dan jasa untuk masyarakat

di dalam kawasan

(9)

Pengelompokan Jalan (3)

Jalan umum menurut

fungsi

nya:

jalan arteri,

jalan kolektor,

jalan lokal, dan

jalan lingkungan.

Jalan arteri: jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan utama dengan ciri perjalanan:

 jarak jauh,

 kecepatan rata-rata tinggi, dan

(10)

Pengelompokan Jalan (4)

 Jalan kolektor: jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan:

 jarak sedang,

 kecepatan rata-rata sedang, dan  jumlah jalan masuk dibatasi.

 Jalan lokal: jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat

dengan ciri perjalanan:

 jarak dekat,

 kecepatan rata-rata rendah, dan  jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

 Jalan lingkungan: jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

(11)

Pengelompokan Jalan (5)

Jalan umum menurut statusnya:

 jalan nasional,  Jalan provinsi,  jalan kabupaten,  jalan kota, dan  jalan desa.

 Jalan nasional: jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem

jaringan jalan primer yang menghubungkan

(12)

Pengelompokan Jalan (6)

 Jalan provinsi: jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang

menghubungkan

 ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau  antaribukota kabupaten/kota, dan

 jalan strategis provinsi.

 Jalan kabupaten: jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer selain

jalan nasional dan provinsi yang menghubungkan:

 ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,  antaribukota kecamatan,

 ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal,  antarpusat kegiatan lokal, serta

 jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah

kabupaten, dan

(13)

Pengelompokan Jalan (7)

Jalan kota: jalan umum dalam sistem jaringan jalan

sekunder yang menghubungkan:

 antarpusat pelayanan dalam kota,

 pusat pelayanan dengan persil,

 antarpersil, serta

 menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di

dalam kota.

Jalan desa: jalan umum yang menghubungkan

(14)

Pengelompokan Jalan (8)

Untuk pengaturan penggunaan jalan dan

kelancaran lalu lintas, jalan dibagi dalam

beberapa kelas jalan.

Pengaturan kelas jalan berdasarkan

spesifikasi penyediaan prasarana jalan

dikelompokkan atas

jalan bebas hambatan,

jalan raya,

(15)

Bagian-bagian Jalan (1)

Bagian-bagian jalan meliputi:

 ruang manfaat jalan (rumaja),  ruang milik jalan (rumija), dan

 ruang pengawasan jalan (ruwasja).

 Rumaja meliputi:

 badan jalan,

 saluran tepi jalan, dan  ambang pengamannya.

 Rumija meliputi:

 ruang manfaat  Jalan, dan

(16)

Bagian-bagian Jalan (2)

Ruwasja

:

ruang tertentu di luar rumija yang ada di

bawah pengawasan penyelenggara jalan.

Setiap orang dilarang melakukan

perbuatan yang mengakibatkan

(17)
(18)

Jalan Umum (1)

Penguasaan

atas jalan ada pada negara, sehingga

Pemerintah dan pemerintah daerah berwenang

untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan.

Wewenang Pemerintah

(Pusat):

 penyelenggaraan jalan secara umum dan

penyelenggaraan jalan nasional, mencakup:

 pengaturan,

 pembinaan,

 pembangunan, dan

(19)

Jalan Umum (2)

Wewenang pemerintah provinsi

penyelenggaraan jalan provinsi, mencakup

 pengaturan,

 pembinaan,

 pembangunan, dan

 pengawasan jalan provinsi.

Jika pemerintah provinsi belum dapat

(20)

Jalan Umum (3)

 Wewenang pemerintah kabupaten :

 penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa.

 Wewenang pemerintah kota:

 penyelenggaraan jalan kota.

 Wewenang penyelenggaraan jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan

desa, mencakup:

pengaturan,pembinaan,

pembangunan, dan

 pengawasan.

 Jika pemerintah kabupaten/kota belum dapat melaksanakan

(21)

Jalan Umum (4) - pengaturan

Pengaturan jalan umum:

pengaturan jalan secara umum,

pengaturan jalan nasional,

pengaturan jalan provinsi,

pengaturan jalan kabupaten dan jalan

desa, serta

(22)

Jalan Umum (5) - pengaturan

 Pengaturan jalan secara umum:

 pembentukan peraturan perundang-undangan sesuai dengan

kewenangannya;

 perumusan kebijakan perencanaan;

 pengendalian penyelenggaraan jalan secara makro; dan

 penetapan norma, standar, kriteria, dan pedoman pengaturan

jalan.

 Pengaturan jalan nasional meliputi:

 Penetapan fungsi jalan untuk ruas jalan arteri dan jalan kolektor

yang menghubungkan antaribukota provinsi dalam sistem jaringan jalan primer;

 Penetapan status jalan nasional; dan

(23)

Jalan Umum (6) - pengaturan

Pengaturan jalan provinsi meliputi:

 Perumusan kebijakan penyelenggaraan jalan provinsi

berdasarkan kebijakan nasional di bidang jalan;

 Penyusunan pedoman operasional penyelenggaraan jalan

provinsi dengan memperhatikan keserasian antarwilayah provinsi;

 Penetapan fungsi jalan dalam sistem jaringan jalan

sekunder dan jalan kolektor yang menghubungkan

ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten, antaribukota kabupaten, jalan lokal, dan jalan lingkungan dalam sistem jaringan jalan primer;

 Penetapan status jalan provinsi; dan

(24)

Jalan Umum (7) - pengaturan

Pengaturan jalan kabupaten dan jalan desa

meliputi:

 Perumusan kebijakan penyelenggaraan jalan kabupaten

dan jalan desa berdasarkan kebijakan nasional di bidang jalan dengan memperhatikan keserasian antardaerah dan antarkawasan;

 Penyusunan pedoman operasional penyelenggaraan jalan

kabupaten dan jalan desa;

 Penetapan status jalan kabupaten dan jalan desa; dan  Penyusunan perencanaan jaringan jalan kabupaten dan

(25)

Jalan Umum (8) - pengaturan

Pengaturan jalan kota meliputi:

Perumusan kebijakan penyelenggaraan jalan

kota berdasarkan kebijakan nasional di bidang

jalan dengan memperhatikan keserasian

antardaerah dan antarkawasan;

Penyusunan pedoman operasional

penyelenggaraan jalan kota;

Penetapan status jalan kota; dan

(26)

Jalan Umum (9) – pembinaan

Pembinaan jalan umum meliputi

pembinaan jalan secara umum dan jalan

nasional,

jalan provinsi,

jalan kabupaten dan jalan desa, serta

(27)

Jalan Umum (10) – pembinaan

Pembinaan jalan secara umum dan jalan

nasional meliputi:

Pengembangan sistem bimbingan, penyuluhan,

serta pendidikan dan pelatihan di bidang jalan;

Pemberian bimbingan, penyuluhan, dan

pelatihan para aparatur di bidang jalan;

Pengkajian serta penelitian dan pengembangan

teknologi bidang jalan dan yang terkait;

Pemberian fasilitas penyelesaian sengketa

antarprovinsi dalam penyelenggaraan jalan; dan

Penyusunan dan penetapan norma, standar,

(28)

Jalan Umum (11) – pembinaan

Pembinaan jalan provinsi meliputi:

Pemberian bimbingan, penyuluhan, serta

pendidikan dan pelatihan para aparatur

penyelenggara jalan provinsi dan aparatur

penyelenggara jalan kabupaten/kota;

Pengkajian serta penelitian dan pengembangan

teknologi di bidang jalan untuk jalan provinsi;

dan

Pemberian fasilitas penyelesaian sengketa

(29)

Jalan Umum (12) – pembinaan

Pembinaan jalan kabupaten dan jalan desa

meliputi:

Pemberian bimbingan, penyuluhan, serta

pendidikan dan pelatihan para aparatur

penyelenggara jalan kabupaten dan jalan desa;

Pemberian izin, rekomendasi, dispensasi, dan

pertimbangan pemanfaatan ruang manfaat jalan,

ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan;

dan

Pengembangan teknologi terapan di bidang

(30)

Jalan Umum (13) – pembinaan

Pembinaan jalan kota meliputi:

Pemberian bimbingan, penyuluhan, serta

pendidikan dan pelatihan para aparatur

penyelenggara jalan kota;

Pemberian izin, rekomendasi, dispensasi dan

pertimbangan pemanfaatan ruang manfaat jalan,

ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan;

dan

Pengembangan teknologi terapan di bidang

(31)

Jalan Umum (14) –

pembangunan

Pembangunan jalan umum, meliputi

pembangunan jalan secara umum,

pembangunan jalan nasional,

pembangunan jalan provinsi,

pembangunan jalan kabupaten dan jalan

desa, serta

(32)

Jalan Umum (15) –

pembangunan

 Pembangunan jalan secara umum:

 Pengoperasian jalan umum dilakukan setelah dinyatakan memenuhi

persyaratan laik fungsi secara teknis dan administratif;

 Penyelenggara jalan wajib memrioritaskan pemeliharaan, perawatan dan

pemeriksaan jalan secara berkala untuk mempertahankan tingkat pelayanan jalan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan;

 Pembiayaan pembangunan jalan umum menjadi tanggung jawab

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan masing-masing;

 Dalam hal pemerintah daerah belum mampu membiayai pembangunan jalan

yang menjadi tanggung jawabnya secara keseluruhan, Pemerintah dapat membantu sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

 Sebagian wewenang Pemerintah di bidang pembangunan jalan nasional

mencakup perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian, dan pemeliharaannya dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan; dan

 Pembentukan peraturan perundang-undangan, termasuk kriteria,

(33)

Jalan Umum (16) –

pembangunan

 Pembangunan jalan nasional meliputi:

1. Perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran,

pengadaan lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan nasional; 2. Pengoperasian dan pemeliharaan jalan nasional; dan

3. Pengembangan dan pengelolaan sistem manajemen jalan nasional.

 Pembangunan jalan provinsi meliputi:

1. Perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran,

pengadaan lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan provinsi; 2. Pengoperasian dan pemeliharaan jalan provinsi; dan

(34)

Jalan Umum (17) –

pembangunan

 Pembangunan jalan kabupaten dan jalan desa meliputi:

1. Perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran,

pengadaan lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan kabupaten dan jalan desa;

2. Pengoperasian dan pemeliharaan jalan kabupaten dan jalan desa; dan

3. Pengembangan dan pengelolaan manajemen pemeliharaan jalan kabupaten dan jalan desa.

 Pembangunan jalan kota meliputi:

1. Perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan kota; 2. Pengoperasian dan pemeliharaan jalan kota; dan

(35)

Jalan Umum (18) –

pengawasan

Pengawasan jalan umum meliputi

pengawasan jalan secara umum,

pengawasan jalan nasional,

pengawasan jalan provinsi,

pengawasan jalan kabupaten dan jalan

desa, serta

(36)

Jalan Umum (19) –

pengawasan

Pengawasan jalan secara umum meliputi:

1. Evaluasi dan pengkajian pelaksanaan kebijakan

penyelenggaraan jalan;

2. Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan

jalan; dan

3. Hasil penyelenggaraan jalan harus memenuhi standar

pelayanan minimal yang ditetapkan.

Pengawasan jalan nasional meliputi:

1. Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan nasional; dan

2. Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan

(37)

Jalan Umum (20) –

pengawasan

 Pengawasan jalan provinsi meliputi:

1. Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan provinsi; dan

2. Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan provinsi.

 Pengawasan jalan kabupaten dan jalan desa meliputi:

1. Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa; dan

2. Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan kabupaten dan jalan desa.

 Pengawasan jalan kota meliputi:

1. Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan kota; dan

(38)

Jalan Tol (1)

 Jalan tol diselenggarakan untuk:

1. Memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang; 2. Meningkatkan hasil guna dan daya guna pelayanan distribusi

barang dan jasa guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi;

3. Meringankan beban dana Pemerintah melalui partisipasi pengguna jalan; dan

4. Meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dan keadilan.

 Pengusahaan jalan tol dilakukan oleh Pemerintah dan/atau

badan usaha yang memenuhi persyaratan.

 Pengguna jalan tol dikenakan kewajiban membayar tol yang

(39)

Jalan Tol (2)

Syarat-syarat:

1.

Jalan tol sebagai bagian dari sistem

jaringan jalan umum merupakan lintas

alternatif.

2.

Dalam keadaan tertentu, jalan tol dapat

tidak merupakan lintas alternatif.

3.

Jalan tol harus mempunyai spesifikasi

(40)

Jalan Tol (3) – wewenang

penyelenggaraan

 Wewenang penyelenggaraan jalan tol berada pada Pemerintah, meliputi

pengaturan, pembinaan, pengusahaan, dan pengawasan jalan tol.

 Sebagian wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan jalan tol

dilaksanakan oleh BPJT.

 BPJT dibentuk oleh Menteri, berada di bawah, dan bertanggung jawab

kepada Menteri.

 Keanggotaan BPJT terdiri atas unsur Pemerintah, unsur pemangku

kepentingan, dan unsur masyarakat.

 Tugas BPJT adalah melaksanakan sebagian penyelenggaraan jalan tol,

meliputi:

1. Pengaturan jalan tol mencakup pemberian rekomendasi tarif awal dan

penyesuaiannya kepada Menteri, serta pengambilalihan jalan tol pada akhir masa konsesi dan pemberian rekomendasi pengoperasian selanjutnya;

2. Pengusahaan jalan tol mencakup persiapan pengusahaan jalan tol, pengadaan

investasi, dan pemberian fasilitas pembebasan tanah; dan

3. Pengawasan jalan tol mencakup pemantauan dan evaluasi pengusahaan jalan tol

(41)

Jalan Tol (4) – pengaturan

 Pengaturan jalan tol meliputi

 perumusan kebijakan perencanaan,  penyusunan perencanaan umum, dan

 pembentukan peraturan perundang-undangan.

 Pengaturan jalan tol ditujukan untuk mewujudkan jalan tol

yang aman, nyaman, berhasil guna dan berdaya guna, serta pengusahaan yang transparan dan terbuka.

 Rencana umum jaringan jalan tol merupakan bagian tak

terpisahkan dari rencana umum jaringan jalan nasional.

(42)

Jalan Tol (5) – pengaturan

 Tarif tol dihitung berdasarkan:

 kemampuan bayar pengguna jalan,

 Besar keuntungan biaya operasi kendaraan, dan  kelayakan investasi.

 Tarif tol yang besarannya tercantum dalam perjanjian

pengusahaan jalan tol ditetapkan pemberlakuannya

bersamaan dengan penetapan pengoperasian jalan tersebut sebagai jalan tol.

 Evaluasi dan penyesuaian tarif tol dilakukan setiap 2 (dua)

tahun sekali berdasarkan pengaruh laju inflasi.

 Pemberlakuan tarif tol awal dan penyesuaian tarif tol

(43)

Jalan Tol (6) - pembinaan

Pembinaan jalan tol meliputi:

kegiatan penyusunan pedoman dan

standar teknis,

pelayanan, pemberdayaan, serta

(44)

Jalan Tol (7) - pengusahaan

 Pengusahaan jalan tol adalah untuk mempercepat perwujudan

jaringan jalan bebas hambatan sebagai bagian jaringan jalan nasional.

 Pengusahaan jalan tol meliputi kegiatan:

 pendanaan, perencanaan teknis,  pelaksanaan konstruksi,

 pengoperasian, dan/atau  pemeliharaan.

 Wewenang mengatur pengusahaan jalan tol dilaksanakan oleh BPJT  Pengusahaan jalan tol dilakukan oleh badan usaha milik negara dan/

atau badan usaha milik daerah dan/atau badan usaha milik swasta.

 Dalam keadaan tertentu yang menyebabkan pengembangan jaringan

(45)

Jalan Tol (8) - pengusahaan

Konsesi pengusahaan jalan tol diberikan dalam

jangka waktu tertentu untuk memenuhi

pengembalian dana investasi dan keuntungan yang

wajar bagi usaha jalan tol.

Dalam hal konsesi berakhir, Pemerintah

menetapkan status jalan tol yang dimaksud sesuai

dengan kewenangannya.

Dalam keadaan tertentu yang menyebabkan

pengusahaan jalan tol tidak dapat diselesaikan

berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam

perjanjian pengusahaan jalan tol, Pemerintah dapat

melakukan langkah penyelesaian untuk

(46)

Jalan Tol (9) - pengusahaan

 Pengusahaan jalan tol yang diberikan oleh Pemerintah kepada badan

usaha dilakukan melalui pelelangan secara transparan dan terbuka.

 Pelelangan dapat meliputi sebagian atau seluruh lingkup

pengusahaan jalan tol.

 Badan usaha yang mendapatkan hak pengusahaan jalan tol

berdasarkan hasil pelelangan mengadakan perjanjian pengusahaan jalan tol dengan Pemerintah.

 Jika pembangunan jalan tol melewati jalan yang telah ada, badan

usaha menyediakan jalan pengganti.

 Jika pembangunan jalan tol berlokasi di atas jalan yang telah ada,

jalan yang ada tersebut harus tetap berfungsi dengan baik.

 Jika pelaksanaan pembangunan jalan tol mengganggu jalur lalu lintas

(47)

Jalan Tol (10) - pengusahaan

Jalan tol hanya diperuntukkan bagi pengguna jalan

yang menggunakan kendaraan bermotor.

Penggunaan jalan tol selain untuk kendaraan

bermotor dapat dilakukan dengan persetujuan

Pemerintah.

Jika lintas jaringan jalan umum yang ada tidak

berfungsi sebagaimana mestinya, ruas jalan tol

alternatifnya dapat digunakan sementara menjadi

jalan umum tanpa tol.

Penetapan ruas jalan tol menjadi jalan umum tanpa

(48)

Jalan Tol (10) - pengawasan

Pengawasan jalan tol meliputi kegiatan

yang dilakukan untuk mewujudkan

(49)

Pengadaan Tanah (1) – untuk

pembangunan jalan

 Pengadaan tanah untuk pembangunan jalan bagi kepentingan

umum dilaksanakan berdasarkan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.

 Pembangunan jalan disosialisasikan kepada masyarakat,

terutama yang tanahnya diperlukan untuk pembangunan jalan.

 Pemegang hak atas tanah, atau pemakai tanah negara, atau

masyarakat ulayat hukum adat, yang tanahnya diperlukan untuk pembangunan jalan, berhak mendapat ganti kerugian.

 Pemberian ganti kerugian dalam rangka pengadaan tanah

(50)

Pengadaan Tanah (2) – untuk

pembangunan jalan

Apabila kesepakatan tidak tercapai dan

lokasi pembangunan tidak dapat

dipindahkan, dilakukan pencabutan hak atas

tanah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan di bidang pertanahan.

Pelaksanaan pembangunan jalan dapat

(51)

Pengadaan Tanah (3) – untuk

pembangunan jalan tol

Pemerintah melaksanakan pengadaan

tanah untuk pembangunan jalan tol

bagi kepentingan umum berdasarkan

rencana tata ruang wilayah kabupaten/

kota.

Pengadaan tanah dapat menggunakan

Referensi

Dokumen terkait

After the codon optimization step, caf1 was synthesized by “gapless” PCR using 22 overlaping oligonucleotides cover the complete sequence of this gene.. The sequencing

serial konfigurasi yang berfungsi sebagai komunikasi serial antara software dengan Arduino Mega, bagian tampilan tekanan dan kedalaman berfungsi menampilkan hasil

Diharapkan dengan melalui proses perancangan dan promosi ini, kelompok Ludruk Irama Budaya sebagai Ludruk yang masih tradisional di Surabaya tetap bertahan dan lebih dikenal

Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi

Pada prosedur penuh ini sebaiknya dilakukan jika sebelumnya tidak terlalu banyak terjadi pemecahan/pemandirian perusahaan, tetapi masing-masing perusahaan dengan kepemilikan

Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia sedangkan sumber daya manusia berkualitas sangat dipengaruhi oleh kualitas

Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spectrum sinar tampak, umumnya dalam

Pada awalnya PT Garuda Indonesia selaku airlines melaksanakan kegiatan ground handling untuk keperluan perusahaan sendiri, mengingat kebutuhan akan pelayanan yang