• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Kombinasi Serbuk Kelor (Moringa oleifera) dan Asam Jawa (Tamarindus indica)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Kombinasi Serbuk Kelor (Moringa oleifera) dan Asam Jawa (Tamarindus indica)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

41

Pengolahan

Limbah Cair Tahu Menggunakan Kombinasi Serbuk

Kelor (Moringa oleifera) dan Asam Jawa (Tamarindus indica)

Robin Januardi

1

, Tri Rima Setyawati

1

, Mukarlina

1

1

Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, email: robinjanuardi@gmail.com

Abstract

Tofu industrial wastewater containing high protein causes highly suspended solids (TSS) and

dissolved solids (TDS).

Moringa oleifera

and

Tamarindus indica

seed powder can be used as a

coagulant to reduce TSS and TDS. This study aims to determine best dose and the effectiveness of

the combination

Moringa

and

Tamarind

seeds in improving the quality tofu liquid waste. The

research was conducted in Pebruary to April 2013. Value TSS, TDS and total bacteria before

treatment at high 1232 mg/l, 8432 mg/l and 2,7×10

7

CFU/ml. The best treatment was at the dose

K2:A1 (

Moringa

133,3 mg and

Tamarind

66,7 mg) with the final value TSS 151 mg/l, while the

final value TDS 2794 mg/l. Best treatment for the total bacteria was at the dose K1:A2 (

Moringa

66,7 mg and

Tamarind

133,3 mg) with the final value 3,1×10

6

CFU/ml. Once the tofu liquid waste

is treated, the mean value of dissolved oxygen was 3,09 to 3,67 ppm and the degree of acidity was

4,67 to 5,00.

Keywords : tofuliquid waste, Moringa oleifera, Tamarindus indica, coagulant, combination PENDAHULUAN

Limbah cair industri tahu mengandung bahan organik yang tinggi terutama protein yang mengandung padatan tersuspensi (TSS) sebesar 1500 mg/l dan padatan terlarut (TDS) 6060 mg/l (Astuti dkk, 2005). Besarnya volume limbah yang melebihi daya dukung lingkungan dapat menimbulkan efek negatip seperti bau busuk, gatal dan diare.

Padatan tersuspensi dan terlarut dalam limbah cair dapat diolah menggunakan koagulan. Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan air untuk membantu proses pengendapan partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya. Koagulan yang biasa digunakan adalah tawas. Meskipun koagulan kimia lebih efektif dari pada koagulan alami, koagulan kimia relatif mahal dan menghasilkan endapan yang sulit untuk ditangani (Eckenfelde, 2000).

Koagulan alami yang biasa digunakan berasal dari biji tanaman karena mengandung protein bermuatan positip yang berperan sebagai polielektrolit (Eckenfelde, 2000). Koagulan alami seperti serbuk biji kelor dan biji asam jawa dapat digunakan sebagai koagulan alternatif pengganti tawas.

Penelitian mengenai kombinasi serbuk biji kelor dan biji asam jawa perlu dilakukan agar mendapatkan hasil yang efektif dalam pengolahan limbah cair, sehingga dapat meningkatkan kualitas limbah cair tahu. Tujuan penelitian ini adalah menentukan dosis kombinasi terbaik dan mengetahui efektivitas kombinasi serbuk biji kelor

(M. oleifera) dan biji asam jawa (T. indica) dalam

memperbaiki kualitas limbah cair tahu.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Pebruari hingga April 2013, yang dilakukan di Laborato- rium Zoologi, Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Tanjungpura Pontianak.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan dan terbagi dari 3 kelompok waktu pengambilan sampel. Perlakuan yang diberikan sebagai berikut: Kontrol=tanpa pemberian serbuk

K 1:A 1=serbuk kelor 100 mg dan asam jawa 100 mg K 2:A1=serbuk kelor 133,3 mg dan asam jawa 66,7 mg K 1:A2=serbuk kelor 66,7 mg dan asam jawa 133,3 mg

(2)

42 Pembuatan Serbuk Biji Kelor dan Asam Jawa

Biji kelor dan asam jawa diambil dari Desa Galang Kecamatan Sungai Pinyuh. Buah yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah yang kering dari pohon, selanjutnya buah dikupas dan dikeringkan selama satu hari. Biji kemudian ditumbuk dan diblender hingga halus selanjutnya diayak dengan ayakan 140 mesh. Serbuk biji kelor dan asam jawa dimasukan ke dalam kemasan plastik steril.

Pengambilan Sampel Limbah

Sampel limbah cair tahu diambil sebanyak tiga kali pada waktu yang berbeda. Sampel berasal dari industri tahu di Jalan Parit Pangeran Sungai Sahang Tiga Kecamatan Siantan Hulu.

Proses Koagulasi

Sampel limbah cair tahu sebanyak 1000 ml dimasukkan ke dalam gelas beker. Serbuk kelor dan asam jawa dimasukkan ke dalam pembungkus serbuk dan diikat pada pengaduk magnetik, setelah itu diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan tinggi 156 rpm selama 10 menit dan kecepatan rendah 40 rpm selama 15 menit, kemudian sampel didiamkan selama 120 menit (Hidayat, 1999). Setelah itu diukur parameter kualitas limbah cair tahu.

Pengukuran Parameter Kualitas Limbah Padatan Tersuspensi (TSS)

Kertas saring Whatman dibilas dengan akuades dan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 105˚C. Selanjutnya kertas saring dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang hingga berat konstan. Sampel disaring dengan kertas saring Whatman dan dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 105˚C, selanjutnya dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang. Tahapan pengeringan ke dalam oven diulangi hingga berat konstan. Pengukuran TSS dihitung dengan menggunakan rumus:

(A – B) x 1000

Nilai TSS (mg/l) = Volume sampel (ml)

Keterangan :

A = Berat kertas saring + residu kering (mg) B = Berat kertas saring (mg)

Padatan Terlarut (TDS)

Gelas beker 100 ml dipanaskan ke dalam oven pada suhu 105˚C selama 1 jam kemudian didinginkan di dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang beratnya. Hasil saringan padatan tersuspensi dimasukan ke dalam gelas beker dan

dimasukan ke dalam oven pada suhu 105˚C hingga kering. Setelah itu didinginkan dalam desikator dan ditimbang sehingga didapatkan berat konstan. Pengukuran TDS dihitung dengan menggunakan rumus :

(A – B) x 106

Nilai TDS (mg/l) = Volume sampel (ml)

Keterangan :

A = Bobot kering residu + cawan (g) B = Bobot cawan (g)

Aroma Limbah

Sampel limbah cair tahu dimasukan ke dalam gelas beker. Selanjutnya sampel dicium dengan indra penciuman dan dicatat standar aroma limbah (berbau busuk dan tidak berbau). Penciuman aroma limbah dilakukan oleh satu penguji.

Derajat Keasaman (pH)

Kertas pH universal dicelupkan ke dalam sampel limbah cair tahu. Setelah itu dibiarkan selama 2 menit, kemudian diamati perubahan warna pada kertas pH dan dicatat hasilnya.

Oksigen Terlarut (DO)

Sampel limbah cair tahu dimasukan ke dalam botol Winkler 68 ml. Larutan MnSO4 ditambahkan

sebanyak 10 tetes, KOH-KI 10 tetes hingga terbentuk endapan. Selanjutnya ditambah H2SO4

pekat 10 tetes. Larutan dititrasi dengan Na2S2O3

(0,025 N) hingga terbentuk warna kuning muda dan ditetesi amilum sebagai indikator hingga warna biru, kemudian titrasi kembali dengan Na2S2O3 sampai berwana putih. Volume Na2S2O3

yang terpakai dimasukan ke dalam rumus: Volume Na2S2O3 x N Na2S2O3 x 1000 x 8

DO =

Volume sampel (ml)

(Rayani, dkk, 2012) Total Bakteri

Sampel limbah cair tahu diencerkan mulai dari pengenceran 10-1 sampai 10-5. Sebanyak 0,1 ml sampel dipipet ke dalam cawan petri dan ditambahkan 15 ml media nutrient agar (NA) kemudian dihomogenkan Selanjutnya diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37˚C. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah koloni bakteri yang ada di dalam cawan petri menggunakan colony counter. Perhitungan Colony

(3)

43 Jumlah koloni yang terhitung

CFU/ml = 1 x faktor pengenceran

(Gandjar, dkk, 1992)

Perhitungan Efektivitas

Efektivitas penurunan TSS, TDS dan total bakteri dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: Ps – Po

% Efektivitas = x 100 % Ps

Keterangan :

Ps = Hasil pengukuran awal

Po = Hasil pengukuran akhir (Sofiany, 1999)

Analisis Data

Data hasil pengujian yang telah diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Nilai TSS dan TDS sebelum perlakuan masing-masing sebesar 1232 mg/l dan 8432 mg/l, sedangkan setelah diberi perlakuan nilai TSS dan TDS terjadi penurunan masing-masing berkisar antara 151-232 mg/l dan 2794-5556 mg/l. Penurunan TSS dan TDS terbaik adalah perlakuan K2 : A1 (kelor 133,3 mg dan asam jawa 66,7 mg) (Tabel 1).

Tabel 1. Rerata Nilai Padatan Tersuspensi (TSS) dan Padatan Terlarut (TDS) Sebelum dan Setelah Perlakuan

Menggunakan Kombinasi Serbuk Biji Kelor dan Asam Jawa Perlakuan TSS(mg/l) Awal TSS (mg/l) Akhir TDS (mg/l) Awal TDS (mg/l) Akhir Kontrol 1232 1040 8432 7818 K 1 : A 1 1232 211 8432 5556 K 2 : A 1 1232 151 8432 2794 K 1 : A 2 1232 232 8432 3432 Keterangan:

Kontrol=tanpa pemberian serbuk

K 1:A 1=serbuk kelor 100 mg dan asam jawa 100 mg

K 2:A1=serbuk kelor 133,3 mg dan asam jawa 66,7 mg K 1:A2=serbuk kelor 66,7 mg dan asam jawa 133,3 mg

Tabel 2.Rerata Nilai Total Bakteri Sebelum dan Setelah Perlakuan Menggunakan Kombinasi Serbuk Biji Kelor dan Asam Jawa

Nilai total bakteri sebelum perlakuan sebesar 2,7 ×107 CFU/ml, sedangkan setelah diberi perlakuan serbuk biji kelor dan asam jawa, nilai total bakteri berkisar antara 3,1×106-7,5×106 CFU/ml. Dosis K1 : A2 (kelor 66,7 mg dan asam jawa 133,3 mg) mampu menurunkan nilai total bakteri hingga

3,1

× 10

6 CFU/ml (Tabel 2).

Oksigen terlarut (DO) limbah cair tahu sebelum perlakuan adalah 1,34 ppm dan nilai pH 4. Setelah limbah cair tahu diberi perlakuan, nilai DO berkisar antara 3,09 - 3,67 ppm dan nilai pH 4,67 - 5,00. Aroma limbah cair tahu sebelum perlakuan berbau busuk sedangkan setelah diberi perlakuan menggunakan kombinasi biji kelor dan asam jawa menjadi tidak berbau busuk (Tabel 3).

Perlakuan Total Bakteri (CFU/ml) Awal

Total Bakteri (CFU/ml) Akhir

Kontrol 2,7 ×107 2,2 ×107

K 1 : A 1 2,7 ×107 7,5 × 106

K 2 : A 1 2,7 ×107 4,2 × 106

(4)

44 Tabel 3.Rerata Nilai Oksigen Terlarut (DO), Derajat Keasaman (pH) dan Aroma Limbah Cair Tahu Sebelum dan

Setelah Perlakuan Menggunakan Kombinasi Serbuk Biji Kelor dan Asam Jawa

Perlakuan DO (ppm) Awal

DO (ppm)

Akhir pH Awal pH Akhir

Aroma Limbah Awal

Aroma Limbah Akhir

Kontrol 1,34 1,75 4,00 4,00 Berbau busuk Berbau busuk

K 1: A 1 1,34 3,12 4,00 4,67 Berbau busuk Tidak berbau

K 2: A 1 1,34 3,67 4,00 5,00 Berbau busuk Tidak berbau

K 1: A 2 1,34 3,09 4,00 5,00 Berbau busuk Tidak berbau

Pembahasan

Limbah cair tahu sebelum perlakuan mengandung padatan tersuspensi (TSS) yang tinggi dan setelah pemberian kombinasi serbuk biji kelor dan asam jawa terjadi penurunan nilai TSS (Tabel 1). Perlakuan terbaik dalam penurunan nilai TSS limbah cair tahu adalah pada dosis K2 : A1 (kelor 133,3 mg dan asam jawa 66,7 mg) dengan nilai akhir TSS sebesar 151 mg/l. Nilai standar baku mutu TSS pada limbah cair industri yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup No 51 tahun 1995 adalah 200 mg/l. Jika dibandingkan dengan nilai standar baku mutu, maka kandungan TSS limbah cair tahu yang diberi kombinasi serbuk kelor dan asam jawa, telah memenuhi standar baku mutu untuk limbah cair industri No 51 tahun 1995.

Penurunan TSS terjadi karena serbuk biji kelor memiliki kandungan protein yang mampu mengikat dan menetralkan koloid yang terdapat pada limbah cair tahu. Hidayat (2006), menyatakan bahwa biji kelor memiliki kandungan protein bermuatan positip yang berperan sebagai polielektrolit. Protein tersebut dapat membantu proses koagulasi dengan cara menetralkan muatan-muatan partikel koloid. Serbuk biji asam jawa memiliki senyawa pati yang dapat mempercepat pembentukan flok, dengan cara menghubungkan partikel muatan positip pada kombinasi koagulan dan muatan negatip pada limbah cair tahu. Rao (2005) menyatakan bahwa senyawa pati yang terdapat pada biji asam jawa berfungsi sebagai penghubung antar partikel muatan positip dan negatip melalui proses adsorpsi.

Penurunan TDS pada penelitian ini belum mencapai standar baku mutu yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup No 51 tahun 1995. Nilai akhir TDS terbaik hanya mencapai 2794 mg/l, sedangkan standar baku mutu TDS adalah 2000 mg/l (Tabel 1). Hasil ini menunjukkan bahwa pengolahan yang dilakukan dengan proses

koagulasi belum mampu untuk menurunkan TDS, supaya memenuhi standar baku mutu harus dilakukan pengolahan lanjutan seperti filtrasi. Agusti (2011), menyatakan bahwa pengolahan limbah cair secara filtrasi dan koagulasi dapat menurunkan TDS sebesar 97,80%.

Penurunan TDS yang terjadi karena serbuk kelor memiliki protein yang bermuatan positip yang akan mengikat muatan-muatan negatip pada limbah cair tahu. Muyibi dan Evison (1995), menyatakan bahwa penurunan kekeruhan pada limbah cair disebabkan terjadinya penggabungan muatan antara protein biji kelor yang bermuatan positip dengan partikel penyebab kekeruhan air yang bermuatan negatip, sehingga flok yang terjadi semakin membesar dan akan terendapkan. Perlakuan terbaik dalam menurunkan total bakteri limbah cair tahu adalah menggunakan dosis K1:A2 (kelor 66,7 mg dan asam jawa 133,3 mg) (Tabel 2). Penurunan total bakteri selain karena adanya pengadukan kecepatan tinggi dan rendah juga adanya kandungan senyawa tanin pada biji asam jawa dan senyawa benzil-isothiocyanate pada serbuk kelor yang dapat mengganggu permeabilitas sel dan membran sel bakteri. Ajizah (2004), menyatakan bahwa tanin dapat mengkerutkan dan merusak dinding sel bakteri sehingga mengganggu permeabilitas sel, akibatnya sel tidak dapat melakukan aktivitas dan pertumbuhannya menjadi terhambat.

Grabow, et al (1985), menyatakan bahwa biji kelor memiliki senyawa aktif

benzil-isothiocyanate yang berperan sebagai bahan anti

mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan dan mematikan bakteri dengan cara mengganggu sintesis membran sel bakteri. Serbuk biji kelor membantu dalam proses penurunan total bakteri melalui aktivitas bakterisida. Hal ini didukung oleh penelitian Januardi, dkk (2013), yang menunjukkan bahwa serbuk biji kelor dapat menurunkan jumlah bakteri Escherichia coli pada limbah cair domestik sebesar 77,67%.

(5)

45 Oksigen terlarut (DO) limbah cair tahu sebelum

perlakuan menunjukkan nilai yang rendah yaitu 1,34 ppm (Tabel 3). Peningkatan nilai DO terbaik terjadi pada perlakuan dosis K2 : A1 (kelor 133,3 mg dan asam jawa 66,7 mg) yang mencapai 3,67 ppm. Peningkatan nilai DO terjadi karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas. Kecepatan difusi oksigen dari udara tergantung dari beberapa faktor seperti kekeruhan air dan TSS. Menurut Anita dan Azizah (2005), nilai TSS yang rendah dapat meningkatkan oksigen terlarut dalam air.

Nilai derajat keasaman (pH) sebelum perlakuan sangat rendah yaitu 4, setelah pemberian kombinasi serbuk biji kelor dan asam jawa nilai pH meningkat menjadi 5 (Tabel 3). Meningkatnya nilai pH diduga karena adanya senyawa tanin pada biji asam jawa. Rao (2005), menyatakan bahwa tanin mampu menetralkan pH air dan membentuk senyawa kompleks melalui ikatan hidrogen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa aroma limbah cair tahu sebelum perlakuan berbau busuk sedangkan setelah diberi perlakuan bau busuk menjadi berkurang (Tabel 3). Hal ini disebabkan adanya minyak essensial pada serbuk biji asam jawa yang dapat mengurangi aroma limbah cair tahu yang berbau busuk. Rao (2005) menyatakan bahwa biji asam jawa memiliki minyak essensial yang dapat mengurangi bau yang tidak sedap.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis pertama mengucapkan terima kasih kepada Comdev dan Outreaching Universitas Tanjungpura Pontianak yang telah memberikan bantuan dana riset. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Anang, Suci, Mistia, Maulidil, Piter, Khotim, Ryan, Reza, Indra dan Ismail yang telah membantu dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Agusti, S.I, 2011, Pengolahan Limbah Cair Rumah Tangga dengan Sistem Filtrasi dan Koagulasi menggunakan Biji Kelor (Moringa oleifera), Skripsi, Universitas Tanjungpura Pontianak, Pontianak.

Ajizah, A, 2004, Sensitivitas Salmonella thypimurium

terhadap Ekstrak Daun Psidium guajava L.

Bioscientiae. vol .1, no.1,hal. 31-38.

Anita dan Azizah, 2005, Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS, dan MPN Colifrom pada Air Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan di RSUD

Nganjuk, Laporan Penelitian, Universitas Airlangga Surabaya, Surabaya.

Astuti, A,D, Wisaksono,W dan Nurwini. A,R, 2005, Pengolahan Air Limbah Tahu menggunakan Bioreaktor Anaerob - Aerob Bermedia Karbon Aktif dengan Variasi waktu Tunggal, Teknologi Lingkungan. vol.4, no.2, hal. 30-35.

Eckenfelde, W, 2000, Industrial Water Pollution Control, McGrow-Hill Inc Edition 3, New York. Gandjar, I.I.M, Koentjoro, W, Mangunwardoyo dan

Soebagya, L, 1992, Pedoman Mikrobiologi Dasar, Universitas Indonesia, Jakarta.

Grabow, W, Slabert J,L, Morgan W and Jahn S,A, 1985, Toxicity and Mutagenicity Evaluation of Water Coagulated with Moringa oleifera Seed Preparations Using Fish, Protozoan, Bacterial, Enzyme, and Ames Salmonella Assays. Water Research, vol .2, no.2, hal. 675-701.

Hidayat, 2006, Pemberdayaan Masyarakat Bantaran

Sungai Lematang Dalam Menurunkan

Kekeruhan Air dengan Biji Kelor (Moringa oleifera) Sebagai Upaya Pengembangan Proses Penjernihan Air, Tesis, Universitas Negeri Malang, Malang.

Januardi, R, Aditiya, A dan Andriani, S, 2013,

Kemampuan Serbuk Biji Kelor (Moringa oleifera) dan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica) Dalam Menurunkan Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Pada Limbah Cair Domestik, Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian, Universitas Tanjungpura Pontianak, Pontianak.

Muyibi, S.A dan Evison L.M, 1995, Optimizing Physical Parameters Affecting Coagulation of Turbid Water With Moringa oleifera Seeds,

Water Res, vol.29, no.12, hal. 2689-2695. Rao, N, 2005, Use of Plant Material As Natural

Coagulants for Treatmen of Waste Water, McGrow-Hill, New York.

Rayani, K, Setyaningtyas, T dan Dian, W.D, 2012, Pengelolahan Limbah Cair Batik Menggunakan Fototaksik TiO2-Duopan-N dengan Bantuan

Sinar Matahari, Valensi, vol.2, no.5, hal.24-33. Sofiany, R, 1999, Efektivitas Biji Moringa oleifera

Dalam Memperbaiki Sifat Fisik dan Kimia Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit di Sukaregang, Tesis, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Gambar

Tabel  1.  Rerata  Nilai  Padatan  Tersuspensi  (TSS)  dan  Padatan  Terlarut  (TDS)  Sebelum  dan  Setelah  Perlakuan  Menggunakan Kombinasi Serbuk Biji Kelor dan Asam Jawa

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh [24] terlihat bahwa serbuk biji kelor lebih efektif dalam proses

Sebuah penelitian yang dilakukan [13] dengan menggunakan serbuk biji kelor dengan ukuran partikel 50 mesh, menunjukkan bahwa biji kelor mampu menurunkan

Untuk menambah kepustakaan yang ada khususnya dalam lingkup pengolahan limbah dengan memanfaatkan biji asam jawa sebagai koagulan untuk menurunkan kadar TSS pada

Analisis Kemampuan Optimum Biji Kelor (Moringa oleifera) dalam Mengkoagulasi Limbah Cair Laboratorium Kimia; Ikrima, 091810301017; 2013: 45 halaman; Jurusan Kimia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koagulan dari biji asam jawa dapat menangani limbah cair industri farmasi untuk parameter TSS, pH, BOD, dan NH4+, namun untuk

Dari gambar 3 dapat disimpulkan bahwa pemberian koagulan serbuk biji asam jawa tidak dapat menurunkan kadar amoniak pada limbah cair rokok pada semua

Hasil yang ditunjukan pada sampel limbah cair mie ayam S2, penambahan biokoagulan biji kelor (Moringa oliefera) sebesar 1,25% terjadi perubahan kadar ammonia menjadi 80 mg/L.

Dari gambar 3 dapat disimpulkan bahwa pemberian koagulan serbuk biji asam jawa tidak dapat menurunkan kadar amoniak pada limbah cair rokok pada semua