1 1.1 Latar Belakang Masalah
Kekayaan dan daya saing perusahaan pada masa lalu selalu didasarkan pada kepemilikan sumber daya yang bersifat fisik (tangible asset). Perkembangan ekonomi baru yang dikendalikan oleh informasi dan pengetahuan mengubah dasar dan tumpuan industri. Industri yang sebelumnya bertumpu pada aset wujud fisik, yakni produksi barang dan jasa serta penciptaan nilai menjadi tergantung pada aset nirwujud (intangible assets). Pentingnya peran dan kontribusi asset nirwujud dapat dilihat pada perbandingan antara nilai buku (book value) dan nilai pasar (market value) pada perusahaan-perusahaan yang berbasis pengetahuan (knowledge base).
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran aset nirwujud adalah Intellectual Capital (IC), (Fajarini dan Firmansyah, 2012).
Menurut PSAK No.19 Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik. Entitas sering kali mengeluarkan sumber daya maupun menciptakan liabilitas dalam perolehan, pengembangan, pemeliharaan atau peningkatan sumber daya tidak berwujud, seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang (termasuk merek produk dan judul publisitas), (IAI, 2009).
Modal intelektual (Intellectual Capital) merupakan modal jangka panjang yang terdiri dari human capital, structural capital dan customer capital. Human
Capital (HC) merupakan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan
seperti pengetahuan, pengalaman, keterampilan komitmen, hubungan kerja yang baik di dalam dan di luar lingkungan perusahaan, dan sebagainya. Structural Capital (SC) meliputi struktur organisasi, strategi, rangkaian proses, budaya kerja yang baik, serta kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh rutinitas perusahaan. Customer Capital (CC) adalah hubungan yang baik dan berkelanjutan antara perusahaan
dengan para mitranya, seperti distributor, pemasok, pelanggan, karyawan, masyarakat, pemerintah, dan sebagainya (Ifada dan Hapsari, 2012).
Di Indonesia intellectual capital masih belum dikenal secara luas. Pada saat ini perusahaan – perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya, sehingga produk yang dihasilkannya masih
miskin kandungan teknologi. Disamping itu perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih terhadap human capital, structual capital, dan customer capital. Padahal semua ini merupakan elemen pembangun modal intelektual
perusahaan (Abidin, 2000).
Konsep modal intelektual telah mendapatkan perhatian besar berbagai kalangan terutama para akuntan. Fenomena ini menuntut mereka untuk mencari informasi yang lebih rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan modal intelektual mulai dari cara pengidentifikasian, pengukuran sampai dengan pengungkapannya dalam laporan keuangan perusahaan (Sawarjuwono, 2003).
Menurut Pulic (1998), tujuan utama dalam ekonomi yang berbasis pengetahuan adalah untuk menciptakan value added. Sedangkan untuk dapat menciptakan value added dibutuhkan ukuran yang tepat tentang physical capital
(yaitu dana-dana keuangan) dan intellectual potential (dipresentasikan oleh karyawan dengan segala potensi dan kemampuan yang melekat pada mereka). Lebih lanjut Pulic (1998) menyatakan bahwa intellectual ability (yang kemudian disebut dengan VAIC™) menunjukkan bagaimana kedua sumber daya tersebut (physical capital dan intellectual potential) telah secara efisiensi dimanfaatkan oleh perusahaan.
Pengukuran yang tepat terhadap Intellectual Capital belum dapat ditetapkan, tetapi untuk mengajukan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan yaitu (Value Added Intellectual Coefficient –VAIC™) yang dikembangakan oleh Pulic (1998;1999;2000). Komponen utama dari VAIC™ dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA - value added capital employed), human capital (VAHU –
value added human capital), dan structual capital (STVA – structual capital value added) (Subkhan dan Citraningrum, 2010).
Dalam penelitian (Tan et all, 2007) melakukan penelitian terhadap 150 perusahaan yang terdaftar di bursa efek Singapore. Penelitian ini menguji pengaruh Intellectual Capital (VAIC™) terhadap Financial Return yang di ukur dengan Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Annual stock return (ASR), penelitian ini menyimpulkan bahwa Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, baik masa kini maupun masa datang, rata-rata pertumbuhan Intellectual Capital berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa akan
datang, kontribusi Intellectual Capital terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya.
Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Ifada dan Hapsari (2012). Ifada dan Hapsari (2012) yang melakukan penelitian terhadap Perusahaan Publik (Non Keuangan) di indonesia. Berdasarkan penelitian (Tan et all, 2007) penelitian tersebut mengukur pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan perusahaan publik (non keuangan) di indonesia. Penelitian tersebut mencoba menguji pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan perusahaan dimasa depan dalam selisih 1 dan 2 tahun kedepan yang diukur dengan Return on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), dan Market to Book Value Ratio
(MBV ratio), dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa kesimpulan yaitu: bahwa Intellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan, bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa depan baik satu tahun maupun dua tahun ke depan, rata-rata pertumbuhan intellectual capital (ROGIC) tidak berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa depan baik pada satu tahun maupun dua tahun ke depan dan kontribusi Intellectual Capital (VAIC™) terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa depan akan berbeda sesuai dengan jenis industrinya.
Sedangkan dalam penelitian Kuryanto (2008) menyatakan bahwa dari hasil penelitian tersebut secara statistik tidak ada pengaruh positif antara Intellectual Capital sebuah perusahaan dengan kinerjanya, semakin tinggi nilai Intellectual
Capital sebuah perusahaan, kinerja masa depan perusahaan tidak semakin tinggi,
tidak ada pengaruh positif antara tingkat pertumbuhan Intellectual Capital sebuah perusahaan dengan kinerja masa depan perusahaan, kontribusi Intellectual Capital
untuk sebuah kinerja masa depan perusahaan akan berbeda sesuai dengan jenis industrinya.
Berdasarkan dari beberapa penelitian sebelumnya, maka penelitian ini mencoba menguji pengaruh Intellectual Capital yang diukur dengan VAIC™ dengan melihat jumlah VACA, VAHU dan STVA terhadap Corporate Financial Performance yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA), Net Profit Margin
(NPM), Assets Turn Over (ATO) dan Return On Equity (ROE). Persamaan penelitian ini dengan penelitian Fajarini dan Firmansyah (2012) yaitu penelitian tentang Intellectual Capital yang dihubungkan dengan kinerja keuangan perusahaan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada variabel dependen, variabel independen, kerangka konseptual, sampel penelitian dan alat analisis. Pada penelitian Fajarini dan Firmansyah (2012) menggunakan variabel dependen Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM), rasio leverage Debt Equity Ratio (DER), rasio aktivitas Total Asset Turnover (TAT), dan rasio pasar modal Price to Book Value (P/BV), dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen Corporate Financial Performance yaitu dengan proksi: Return On Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), Assets Turn Over (ATO) dan Return On Equity (ROE). Variabel independen pada penelitian terdahulu Fajarini dan Firmansyah (2012) menggunakan Intellectual Capital (VAICTM) dan Rate of growth of Intellectual Capital (ROGIC), sedangkan pada penelitian ini hanya menggukanan variabel independen Intellectual Capital (VAIC).
Pada penelitian Fajarini dan Firmansyah (2012) penelitian tersebut menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
termasuk dalam indeks LQ 45 dan dalam penilitian ini akan menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang termasuk dalam indeks IDX 30 (Blue Chip). Secara defenisi saham yang termasuk dalam indeks Blue chip adalah saham yang perusahaannya besar, memiliki reputasi dan dikenal baik oleh masyarakat minimal ditingkat nasional, memiliki kinerja/fundamental yang bagus, merupakan pemimpin di industri/sektornya masing-masing, serta sahamnya likuid. Disebut „blue‟ atau „berwarna biru‟ karena saham blue chip secara umum dianggap lebih valuable dibanding saham biasa.
Penelitian ini memilih sampel perusahaan yang termasuk dalam indeks IDX 30 (Blue Chip) karena suatu perusahaan yang memiliki kinerja dan fundamental yang baik tentunya mempunyai Intellectual Capital yang baik yang berpengaruh terhadap Corporate Financial Performance.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penelitian ini mengambil judul “PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP CORPORATE
FINANCIAL PERFORMANCE (STUDI EMPIRIS PERUSAHAAN YANG
TERMASUK DALAM INDEKS IDX 30 - BLUE CHIP)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penilitian ini akan menganalisis masalah pokok dalam penilitian sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh Intellectual Capital (VAIC) terhadap Corporate Financial Performance (ROA)?
2. Apakah terdapat pengaruh Intellectual Capital (VAIC) terhadap Corporate Financial Performance (NPM)?
3. Apakah terdapat pengaruh Intellectual Capital (VAIC) terhadap Corporate
Financial Performance (ATO)?
4. Apakah terdapat pengaruh Intellectual Capital (VAIC) terhadap Corporate
Financial Performance (ROE)?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini berdasarakan rumusan masalah diatas yaitu :
1. Untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital (VAIC) terhadap Corporate Financial Performance (ROA).
2. Untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital (VAIC) terhadap Corporate Financial Performance (NPM).
3. Untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital (VAIC) terhadap Corporate
Financial Performance (ATO).
4. Untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital (VAIC) terhadap Corporate
Financial Performance (ROE).
1,4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini bagi pihak – pihak yang berkepentingan dalam suatu perusahaan, yaitu sebagai berikut :
1. Bagi para investor
Sebagai informasi bagi para pemegang perusahaan bahwa Intellectual Capital merupakan unsur penting bagi perkembangan perusahaan dalam
jangka panjang.
2. Bagi Literatur Akuntansi
Sebagai tembahan pengetahuan mengenai pengaruh intellectual Capital terhadap Corporate Financial Performance.
3. Bagi pembaca dan peneliti
Sebagai referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya mengenai Intellectual Capital.
1.5 Sistematika Penelitian
BAB I : berisi informasi tentang Pendahuluan yang terdiri dari Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penelitian.
BAB II : berisi informasi tentang Tinjauan Pustaka yang terdiri dari landasan teori, kerangka konseptual dan hipotesis penelitian.
BAB III : berisi informasi tentang Metode Penelitian yang terdiri dari Variabel Penelitian dan Definisi Operasional, populasi dan Sampel, Jenis dan Sumber data, Metode Pengumpulan Data dan metode analisis..
BAB IV : berisi informasi tentang Hasil dan Pembahasan yang terdiri dari data Penenilitian dan pembahasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Stakeholder Theory
Istilah stakeholder dalam definisi klasik (yang paling sering dikutip) adalah definisi Freeman dan Reed (1983, h.91) yang menyatakan bahwa stakeholder adalah :
“any identifiable group or individual who can affect the achievement of an organitation‟s objectives, or is affected by the achievement of an organisation‟s objectives”.
Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder mereka dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka (sebagai contoh melalui polusi, sponsorship, inisiatif pengamanan, dan lain lain) bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi (Deegan, 2004).
Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan-hubungan di lingkungan perusahaan mereka namun demikian, tujuan yang lebih luas dari
teori stakeholder adalah untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari dampak aktifitas-aktifitas mereka, dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholder. Pada kenyataanya ini keseluruhan teori stakeholder terletak pada apa yang akan terjadi ketika korporasi dan stakeholder menjalankan hubungan mereka (Ulum, 2009).
Dalam konteks untuk menjelaskan tentang konsep intellectual capital, teori stakeholder harus dipandang dari kedua bidangnya, baik bidang etika (moral) maupun bidang manajerial. Bidang etika beragumen bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi, dan
manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder (Deegan, 2004). Ketika manajer mampu mengelola organisasi secara maksimal, khususnya dalam upaya penciptaan nilai bagi perusahaan, maka itu artinya manajer telah memenuhi aspek etika dari teori ini. Penciptaan nilai (value creation) dalam konteks ini adalah dengan memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki perusahaan, baik karyawan (human capital), aset fisik (physical capital), maupun structual capital. Pengelolaan yang baik atas seluruh potensi ini akan menciptakan value added bagi perusahaan untuk kepentingan stakeholder (Ulum, 2009).
Bidang manajerial dari teori stakeholder berpendapat bahwa kekuatan stakeholder untuk mempengaruhi manajemen korporasi harus dipandang sebagai fungsi dari tingkat pengendalian stakeholder atas sumber daya yang dibutuhkan organisasi (Watts dan Zimmerman, 1986). Ketika para stakeholder berupaya untuk mengendalikan sumber daya organisasi, maka
orientasinya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kesejahteraan tersebut diwujudkan dengan semakin tingginya return yang dihasilkan oleh organisasi.
Dalam konteks ini, para stakeholder berkepentingan untuk mempengaruhi manajemen dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh organisasi. Karena hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi inilah organisasi akan dapat menciptakan value added untuk kemudian mendorong kinerja keuangan perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder dalam mengintervensi manajemen.
2.1.2 Legitimacy Theory
Teori legitimaci berhubungan erat dengan teori stakeholder. Teori legitimaci menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan mencari cara untuk menjamin operasi mereka berada dalam batas dan norma yang berlaku di masyarakat. Dalam perspektif teori legitimaci, suatu perusahaan akan secara sukarela melaporkan aktifitasnya jika manajemen menganggap bahwa hal ini adalah yang diharapkan komunitas. Teori legitimasi bergantung pada premis bahwa terdapat „kontrak sosial‟ antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaaan tersebut beroperasi. Kontrak sosial adalah suatu cara untuk menjelaskan sejumlah besar harapan masyarakat tentang bagaimana seharusnya organisasi melaksanakan operasinya. Harapan sosial ini tidak tetap, namun berubah seiring berjalannya waktu. Hal ini menuntut perusahaan
untuk responsif terhadap lingkungan di mana mereka beroperasi (Deegan, 2004).
Teori legitimasi sangat erat berhubungan dengan pelaporan intellectual capital dan juga erat hubungannya dengan penggunaan metode
content analysis sebagai ukuran dari pelaporan tersebut. Perusahaan sepertinya lebih cenderung untuk melaporkan intellecetual capital mereka jika mereka memiliki kebutuhan khusus untuk melakukannya. Hal ini mungkin terjadi ketika perusahaan menemukan bahwa perusahaan tersebut tidak mampu melegitimasi statusnya berdasarkan tangible assets yang umumnya dikenal sebagai simbol kesuksesan perusahaan (Ulum, 2009).
Berdasarkan kajian tentang teori stakeholder dan teori legitimacy, dapat disimpulkan bahwa kedua teori tersebut memiliki penekanan yang berbeda tentang pihak-pihak yang dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi di dalam laporan keuangan perusahaan. Teori stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para stakeholder yang dianggap powerfull. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapkan dan/atau tidak mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan keuangan. Sedangkan teori legitimacy menempatkan persepsi dan pengakuan publik sebagai dorongan utama dalam melakukan pengungkapan suatu informasi di dalam laporan keuangan (Ulum, 2009).
Dalam konteks hubungan intellectual capital dengan kinerja keuangan, teori satakeholder lebih tepat digunakan sebagai basis utama untuk
menjelaskan hubungan intellectual capital dengan kinerja perusahaan. Dalam pandangan teori stakeholder, bukan sekedar shareholder (Belkaoui, 2003). Kelompok-kelompok „stake‟ tersebut, menurut Riahi-Belkaoui, meliputi pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, kreditor, dan masyarakat.
Sedangkan teori legitimacy menjadi pijakan kedua dalam mendasari kajian ini. Menurut pandangan teori legitimacy, perusahaan akan terdorong untuk menunjukkan kapasitan intellectual capital-nya dalam laporan keuangan untuk memperoleh legitimasi dari publik atas kekayaan intelektual yang dimilikinya. Pengakuan legitimasi publik ini menjadi penting bagi perusahaan untuk mempertahankan eksistensinya dalam lingkungan sosial perusahaan (Ulum, 2009).
2.1.3 Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™)
Metode Value Added Intellectual Coeffecient dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang Value Creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset berwujud (ingatible aset) yang dimiliki perusahaan. (VAIC™) merupakan instrumen untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. Pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan, karena dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan (neraca, laba/rugi), (Ulum, 2009).
Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value added (VA) adalah indikator paling objektif untuk
menilai keberhasilan bisnis dan menunjukan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (Value Creation). Value Added (VA) dihitung sebagai selisih antara output dan input (Ulum, 2009).
Output (OUT) merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh
produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam input, karena peran aktifnya dalam proses Value Creation, Intellectual Potential yang dipresentasikan dengan labour expenses tidak dihitung
sebagai biaya (cost) dan tidak masuk dalam komponen input, karena itu aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai (Value Creating Entity), (Ulum, 2009).
Value Added dipengaruhi oleh entitas dari Human Capital (HC) dan
Structual Capital (SC). Hubungan lainnya dari Value Added (VA) adalah
Capital employed (CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan VACA. VACA adalah indikator untuk Value Added (VA) yang diciptakan oleh suatu unit dari Physical Capital (Ulum, 2009).
Hubungan selanjutnya Value Added (VA) dan Human Capital (HC). Value Added Human Capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak Value
Added (VA) dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga
kerja. Hubungan antara Value Added (VA) dan Human Capital (HC) mengindikasikan kemampuan dari Human Capital untuk meciptakan nilai di dalam perusahaan (Ulum, 2009).
Hubungan ketiga adalah Structual Capital Coeffecient (STVA) yang menunjukan kontribusi Structual Capital dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah Structual Capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu rupiah dari Value Added (VA) dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan Structual Capital dalam penciptaan nilai. Structual Capital bukan ukuran yang independen sebagaimana Human Capital, dependen terhadap VC (Pulic, 1999) artinya semakin besar kontribusi Human Capital dalam VC, maka semakin kecil kontribusi Structual Capital dalam hal tersebut (Ulum, 2009).
2.1.4 Kinerja Keuangan (Corporate Financial Performance)
Kinerja keuangan merupakan pengakuan pendapatan dan pengaitan biaya yang menghasilkan angka laba yang lebih unggul dibandingkan untuk mengevaluasi kinerja keuangan. Pengakuan pendapatan memastikan bahwa semua pendapatan yang dihasilkan dalam suatu periode telah diakui. Pengaitan memastikan bahwa beban yang dicatat pada satu periode hanya beban yang terkait dengan pendapatan periode tersebut (Subramanyam dan Wild, 2010).
2.1.5 Rasio Likuitditas
Rasio Likuitditas adalah suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala
kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid (Riyanto, 1995).
2.1.6 Rasio Solvabilitas (Leverage)
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansiilnya apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan. Dengan demikian pengertian solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya (baik jangka pendek maupun jangka panjang). Suatu perusahaan yang solvabel berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua utang-utangnya tetapi tidak dengan sendirinya berarti bahwa perusahaan tersebut likuid. Sebaliknya perusahaan yang insolvabel (tidak solvabel) tidak dengan sendirinya berarti bahwa perusahaan tersebut adalah juga likuid. Solvabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan membandingkan jumlah aktiva (total assets) di satu pihak dengan jumlah utang (baik jangka pendek maupun jangka panjang) di lain pihak (Riyanto, 1995).
2.1.7 Rasio Profitabilitas (Rentabilitas)
Rentabilitas suatu perusahaan menununjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilakan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Cara untuk menilai rentabilitas
suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Apakah yang akan diperbandingkan itu laba yang berasal dari operasi atau usaha, atau laba neto sesudah pajak dengan aktiva operasi, atau laba neto sesudah pajak diperbandingkan dengan keseluruhan aktiva “tangible” ataukah yang akan diperbandingkan itu laba neto sesudah pajak dengan jumlah modal sendiri (Riyanto, 1995).
2.2 Tabel Penelitian Terdahulu
Berdasarkan dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu antara lain sebagai berikut :
Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Alat Analisis Hasil Penelitian Persamaan dan Persamaan Tan et all (2007) Intellectual Capital and Financial Return of Companies Intellectual Capital, Companies Performance, Financial Return (ROE, EPS, ASR) Metode Partial Least Square (PLS). Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, baik masa kini maupun masa datang, rata-rata pertumbuhan Intellectual Capital berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa akan datang, kontribusi Perbedaan: Objek penelitian pada perusahaan yang terdaftar di BEI yang termasuk dalam indeks Blue Chip. Alat analisis menggunaka n SPSS. Persamaan: Intellectual Capital, Companies Performance.
Intellectual Capital terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya Kuryanto (2008) Pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja perusahaan Intellectual capital, Kinerja perusahaan (ROE, EPS, ASR) Metode Partial Least Square (PLS). Dari penelitian Kuryanto menyatakan bahwa secara statistic tidak ada pengaruh positif antara Intellectual Capital sebuah perusahaan dengan kinerjanya, semakin tinggi nilai IC sebuah perusahaan, kinerja masa depan perusahaan tidak semakin tinggi. Perbedaan: Objek penelitian pada perusahaan yang terdaftar di BEI yang termasuk dalam indeks Blue Chip. Pada penelitian Kuryanto (2008) menngunaka n variabel Kinerja Perusahaan. Persamaan: Intellectual Capital. Subkhan dan Citraningrum (2010) Pengaruh IC terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan periode 2005-2007 Intellectual Capital, kinerja keuangan perusahaan (ROA, ROE, ATO) Metode Partial Least Square (PLS) Hasil dari penelitian ini yaitu : VACA, VAHU, STVA berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan, sedangkan Perbedaan: Objek penelitian pada perusahaan yang terdaftar di BEI yang termasuk dalam indeks Blue Chip dan alat analisis menggunaka n SPSS.
pengaruh terhadap rasio ATO negatif tidak signifikan. Persamaan: Intellectual Capital. Zuliyati dan Arya (2011) Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan Intellectual Capital, Kinerja Keuangan Perusahaan (ROA, ATO dan GR) Metode Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh postitif IC (VAIC) terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil empiris penelitian ini menyatakan bahwa Physical Capital(VAC A), human capital (VAHU), Structural Capital(STV A) dan ROA merupakan indikator yang signifikan untuk VAIC dan kinerja keuangan perusahaan Perbedaan : Objek Penelitian, metode analisis Persamaan : Intellectual Capital, Kinerja keuangan menggunnak an variabel ATO. Ifada dan Hapsari (2012) Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Publik (Non Keuangan) di Intellectual Capital, kinerja keuangan ROE, EPS dan MBV ratio. Metode Partial Least Square (PLS) Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan, Intellectual Perbedaan: Objek penelitian pada perusahaan yang terdaftar di BEI yang termasuk
Indonesia Capital berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pada satu tahun maupun dua tahun kedepan, Rata-rata pertumbuhan Intellectual Capital (ROGIC) tidak berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa depan baik satu tahun maupun dua tahun ke depan dalam indeks Blue Chip dan alat analisis menggunaka n SPSS. Persamaan: Intellectual Capital, kinerja keuangan (rasio profitabilitas) . Fajarini dan Firmansyah (2012) Pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan perusahaan (studi empiris perusahaan LQ45) Intellectual Capital, kinerja keungan (rasio profitabilitas) Metode Partial Least Square (PLS) Secara statistik terbukti terdapat pengaruh signifikan antara IC (VAIC) terhadap kinerja keuangan perusahaan LQ45 di Indonesia untuk tahun 2005, 2006, dan 2007. Perbedaan: Objek penelitian pada perusahaan yang terdaftar di BEI yang termasuk dalam indeks Blue Chip dan alat analisis menggunaka n SPSS. Persamaan: Intellectual Capital, kinerja
keuangan (rasio
profitabilitas) .
2.3 Kerangka Konseptual
Intellectual Capital diyakini berperan penting terhadap peningkatan
kinerja keuangan. Suatu perusahaan yang telah memaksimalkan Intellectual Capital seharusnya mempunyai pengaruh terhadap Corporate Financial Performance yang baik pula. Perusahaan yang memiliki Intellectual Capital yang lebih tinggi akan cenderung memiliki kinerja masa depan yang baik, tidak hanya dalam satu tahun kedepan tetapi lebih dari satu tahun. Dalam penelitian ini akan menguji pengaruh Intellectual Capital sebagai variabel independen terhadap Corporate Financial
Performance yang diproksikan dengan ROA, NPM, ATO dan ROE sebagai variabel
dependen. Dari uraian di atas dan hasil penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini menunjukkan kerangka konseptual sebagai berikut :
Gambar 1 :
Kerangka Konseptual
Corporate Financial Performance (ROA) (Y1)
Corporate Financial Performance (NPM) (Y2)
Corporate Financial Performance (ATO) (Y3) Intellectual Capital (VAIC) (X)
2.4 Hipotesis
1. Pengaruh Intellectual Capital (VAIC) terhadap Corporate Financial Performance (ROA).
Penelitian yang dilakukan oleh Ulum (2008) menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, apabila perusahaan dapat mengelola dan mengembangkan Intellectual Capital yang dimiliki dengan baik, maka akan terjadi peningkatan terhadap ROA yang mengindikasikan kinerja keuangan yang semakin baik, sehingga menghasilkan keuntungan kompetitif bagi perusahaan. Dengan menggunakan metode VAIC sebagai ukuran kemampuan intelektual perusahaan, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh Intellectual Capital (VAIC) terhadap Corporate Financial Performance (ROA).
2. Pengaruh Intellectual Capital (VAIC) terhadap Corporate Financial Performance (NPM).
Dalam penelitian Ifada dan Hapsari (2012) telah membuktikan bahwa Intellectual Capital (VAIC) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan di masa depan baik pada satu tahun maupun dua tahun ke depan. Pengelolaan dan pengembangan Intellectual Capital perusahaan sebagai modal jangka panjang akan berdampak terhadap kinerja keuangan meskipun pengaruhnya lebih terlihat dalam jangka waktu yang lebih lama karena Intellectual Capital juga
dapat memprediksi kinerja keuangan masa depan. Maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Terdapat pengaruh Intellectual Capital (VAIC) terhadap Corporate Financial Performance (NPM).
3.Pengaruh Intellectual Capital (VAIC) terhadap Corporate Financial Performance (ATO).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Firer dan Williams (2003) yang menunjukkan adanya pengaruh antara Intellectual Capital terhadap Assets Turn Over (ATO). Penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gan dan Saleh (2008). Hasil penelitian Gan dan Saleh (2008) menunjukkan adanya hubungan pengaruh antara Intellectual capital dengan Assets Turn Over (ATO) dan hasil tersebut mencerminkan bahwa produktivitas dapat digunakan untuk mengukur efisiensi dari suatu perusahaan. Berdasarkan penelitian terdahulu maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Terdapat pengaruh Intellectual Capital (VAIC) terhadap Corporate Financial Performance (ATO).
4.Pengaruh Intellectual Capital (VAIC) terhadap Corporate Financial Performance (ROE).
Penelitian yang dilakukan oleh Ifada dan Hapsari (2012) yang melakukan peneltian Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan perusahaan publik (Non Keuangan) di Indonesia, dalam peneltian tersebut menggunakan kinerja keuangan
yang diproksikan dengan ROE, EPS dan MBV. Hasil penelitian Ifada dan Hapsari (2012) menyatakan bahwa Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan karena dimungkinkan perusahaan di Indonesia telah mengelola Intellectual Capital yang dimilikinya dengan baik sehingga berperan penting dalam
pembentukan nilai tambah dan berkontribusi pada peningkatan kinerja keungan perusahaan. Berdasarkan penelitian terdahulu maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Terdapat pengaruh Intellectual Capital (VAIC) terhadap Corporate Financial Performance (ROE).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Intellectual Capital (Value Added Intellectual Coefficient – VAIC™) yang diformulasikan sebagai berikut (Ifada dan Hapsari, 2012) :
VAIC = VACA + VAHU + STVA
Formulasi tersebut merupakan jumlah koefesien sebagai berikut : a. VA – value added
Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai
keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation). Rasio ini dihitung sebagai selisih antara Output dan Input (Pulic,1999). Formula untuk memperoleh VA sebagai
berikut :
VA = OUT – IN Keterangan :
VA = selisih antara Output dan Input.
OUT = Output; total penjualan dan pendapatan lain.
IN = Input; beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban karyawan).
b. VACA – (value added capital employed)
Rasio ini menunjukan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit modal fisik yang bekerja (ekuitas dan laba bersih) terhadap value added perusahaan. Formula untuk memperoleh VACA sebagai berikut (Ifada dan Hapsari, 2012):
VACA = VA / CE Keterangan :
VACA = Perbandingan value added dengan modal fisik yang bekerja VA = Value added
CE = Dana yang tersedia (ekuitas dan laba bersih) c. Human capital (VAHU – value added human capital)
Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan perusahaan menghasilkan value added dari setiap rupiah yang diinvestasikan pada human capital. Formula untuk memperoleh VAHU sebagai berikut (Ifada dan Hapsari, 2012) :
VAHU = VA / HC
Keterangan :
VAHU = Perbandingan value added dengan pengeluaran atas pekerja VA = Value added
HC = Beban karyawan
d. Structual capital (STVA – structual capital value added).
STVA menunjukkan kontribusi modal struktural (SC) dalam pembentukan nilai perusahaan. Dalam model Pulic, SC merupakan VA
dikurangi HC. Formula untuk memperoleh STVA sebagai berikut (Ifada dan Hapsari, 2012) :
SC= VA – HC STVA = SC / VA Keterangan :
STVA = Perbandingan modal struktural dengan value added VA = Value added
SC = Selisih value added dengan pengeluaran atas pekerja (VA – HC)
3.1.2 Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Corporate Financial Performance di ukur dengan menggunakan proksi sebagai berikut :
a. Rasio Profitabilitas Return On Asset (ROA)
Profitabilitas mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi, untuk mengukur profitabilitas perusahaan yaitu (Weston dan Copeland, 1994):
Earning After Interest and Tax ROA =
Total Assets
b. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM), merupakan rasio antara laba bersih (net Profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expenses
termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin, semakin baik operasi suatu peruahaan. Suatu net profit margin yang dikatakan “baik” akan sangat tergantung dari jenis industri di dalam perusahaan (Syamsyuddin, 1985). Formula untuk memperoleh NPM yaitu :
Earning After Interest and Tax
NPM =
Nett Sales
c. Assets Turn Over (ATO)
Assets Turn Over (ATO) digunakan untuk mengukur efisiensi
penggunaan aktiva secara keseluruhan atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. ATO adalah rasio dari total pendapatan terhadap nilai buku dari total aset (Firrer dan William, 2003), Formula untuk memperoleh ATO yaitu :
Total Pendapatan ATO =
d. Return On Equity (ROE)
Return On Equity merupakan suatu pengukuran dari pengahsilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan (Syamsuddin, 1994). Formula untuk memperolah ROE, yaitu :
Earning After Interest and Tax
ROE =
Total Equity
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan termasuk ke dalam indeks IDX 30 (Blue Chip) dan mengeluarkan laporan keuangan selama periode 2007 – 2011 berturut-turut.
3.2.2 Sampel
Dalam penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang termasuk dalam indeks Blue Chip karena perusahaan tersebut berada di atas indeks LQ 45, di mana perusahaan tersebut merupakan pemimpin industri di sektornya masing-masing, mempunyai kinerja dan fundamental yang bagus, memiliki reputasi baik yang
dikenal oleh masyarakat, dan pasti memiliki Intellectual Capital yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang tidak termasuk dalam indeks Blue Chip. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria yang telah ditetapkan., sebagai berikut :
1. Perusahaan yang terdaftar di BEI yang termasuk indeks IDX 30 (Blue Chip) dan mengeluarkan laporan keuangan yang berakhir 31 Desember
selama tahun 2007 sampai 2011 secara berturut-turut.
2. Perusahaan mempunyai data yang diperlukan di dalam penelitian ini, tersedia lengkap di dalam laporan keuangan perusahaan selama tahun 2007-2011 berturut-turut.
3. Perusahaan yang menerbitkan Laporan Keuangan yang mempunyai data yang diperlukan dengan laba positif.
4. Perusahaan yang menerbitkan Laporan keuangan dengan menggunakan mata uang Rupiah.
.Tabel 3.1
Hasil Seleksi Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah
1. Populasi Perusahaan yang terdaftar di BEI yang
termasuk indeks IDX 30 (Blue Chip) dan mengeluarkan laporan keuangan yang berakhir 31 Desember selama tahun 2007 sampai 2011 secara berturut-turut.
2. Perusahaan yang tidak mempunyai data yang diperlukan di dalam laporan keuangan selama tahun 2007-2011 berturut-turut.
(12)
3. Perusahaan yang menerbitkan Laporan Keuangan yang mempunyai laba negatif.
(2)
4. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tidak dengan menggunakan mata uang Rupiah.
(3)
Jumlah 18
Tahun 5
Total Sampel 90
Sumber: IDX 30, ICMD 2007-2011, Laporan Keuangan 2007-2011.
3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data Sekunder yaitu dengan sumber data berupa Laporan keuangan perusahaan yang telah Go Public dan telah dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2011 yang termasuk dalam indeks IDX 30 (Blue Chip).
3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu yang diperoleh dari : 1. Bursa Efek Indonesia (BEI)
3. Laporan perusahaan yang termasuk dalam IDX 30 (Blue Chip).
4. Laporan keuangan yang tersedia di ICMD (Indonesia Capital Market Directory) yang bersumber pada laporan keuangan perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) termasuk dalam IDX 30 (Blue Chip) tahun 2012.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan data dari beberapa sumber dan literatur dan data dari laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dan mencari data – data dari Pusat Pasar Modal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro.
3.5 Metode Analisis
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan pengujian hipotesis. Pengujian penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS. Analisis regresi adalah berupa koefisien untuk variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan. Dalam analisis regresi selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi liner sederhana. Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal
satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi sederhana adalah (Sugiyono, 2011) :
Y = a + bX Di mana :
Y = subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan. A = nilai Y ketika nilai X = 0 ( nilai Konstan)
B = angka arah atau koefesien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila + arah garis naik dan bila – maka arah garis turun.
X = subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
Berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana karena jumlah variabel independen hanya satu, yaitu VAIC sehingga persamaan regresi yang terbentuk dalam penelitian ini yaitu:
Y1= α + β1 X1 +℮ Y2= α + β1 X1 +℮ Y3= α + β1 X1 +℮ Y4= α + β1 X1 +℮
Keterangan :
Y1 = Corporate Financial Performance (ROA) Y2 = Corporate Financial Performance (NPM) Y3 = Corporate Financial Performance (ATO) Y4 = Corporate Financial Performance (ROE) α = Koefisien Konstanta
β = Koefisien Variabel Independen X1 = Intellectual Capital (VAIC) ℮ = Error Term
3.5.1 Statistik Deskriptif
Analilis Deskriptif merupakan analisis yang paling mendasar untuk menggambarkan keadaan data secara umum. Dalam analisis deskriptif akan disajikan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) serta standar deviasi, baik untuk variabel dependen maupun variable independennya. Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel. Nilai maksimum dan minimum digunakan untuk melihat nilai minimal dan maksimal dari populasi (Ifada dan Hapsari, 2012).
3.5.2 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2009).
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regeresi linear ada kolerasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi, maka dinamakan ada problem autokolerasi (Ghozali, 2009).
Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan menghitung Durbin-Watson (DW) dengan membandingkan nilai DW terhadap dU dan dD. Setelah nilai dan statistik selanjutnya membandingkan dengan nilai dan tabel dengan tingkat signifikan 5%. Bila dihitung berada di antara :
a. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan 4-du, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi
b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lowwer bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif c. Nilai DW lebih besar daripada 4-dl, maka koefisien autokorelasi lebih kecil
d. Nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) 3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastitisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance residual satu pengamatan ke pengamtan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskesdastisitas atau tidak terjadi Heteroskesdastisitas (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji glejser. Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen, dengan persamaan regresi:
- Ut = α + β𝑋𝑡 + vt
Apabila variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heterokedastisitas. Ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat dari probabilitas signifikansinya. Jika probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas (Ghozali, 2009).
3.5.3 Pengujian Hipotesis 1. Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau:
H0 = b1 ≠ 0
Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatif (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau :
Ha = b1 ≠ 0
Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen
Untuk menguji kedua hipotesis ini digunakan statistik t dengan kriteria pengambil keputusan sebagai berikut:
- Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak berarti ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
- Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
2. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai 𝑅2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum, koefisien determinasi untuk data silang relative rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2009).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka 𝑅2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dalam kenyataan nilai adjusted 𝑅2 dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Jika dalam uji empiris di dapat nilai adjusted 𝑅2 negatif maka nilai adjusted 𝑅2 dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai 𝑅2 = 1, maka adjusted 𝑅2 = 𝑅2 = 1 sedangkan jika nilai 𝑅2 = 0, maka adjusted 𝑅2 = (1 – k) / (n – k). Jika k > 1, maka adjusted 𝑅2 akan bernilai negatif (Ghozali, 2009).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Penelitian
Pada penelitian ini objek yang diteliti adalah perusahaan yang termasuk dalam indeks IDX 30 (Blue Chip) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mengeluarkan laporan keuangan selama tahun 2007-2011 berturut-turut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah Intellectual Capital (VAIC) berpengaruh terhadap Corporate Financial Performance yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM), Assets Turn Over (ATO) dan Return On Equity (ROE). Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling method yaitu metode pengambilan sampling berdasar kriteria
agar data lebih konsisten, berikut kriteria yang digunakan dalam peneltian ini :
1. Perusahaan yang terdaftar di BEI yang termasuk indeks IDX 30 (Blue Chip) dan mengeluarkan laporan keuangan yang berakhir 31 Desember selama tahun 2007 sampai 2011 secara berturut-turut.
2. Perusahaan mempunyai data yang diperlukan di dalam penelitian ini, tersedia lengkap di dalam laporan keuangan perusahaan selama tahun 2007-2011 berturut-turut.
3. Perusahaan yang menerbitkan Laporan Keuangan yang mempunyai data yang diperlukan dengan laba positif.
4. Perusahaan yang menerbitkan Laporan keuangan dengan menggunakan mata uang Rupiah.
Berdasarkan kriteria di atas populasi yang digunakan dalam peneltian ini adalah perusahaan yang tercatat sebagai perusahaan yang termasuk dalam indeks IDX 30 (Blue Chip) sebanyak 35 perusahaan dan sampel yang diperoleh sebanyak 18 perusahaan. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1
Tabel Sampel Perusahaan
No. Kode Nama Perusahaan
1 AKRA AKR Korporindo Tbk
2 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 3 ASII Astra Internasional Tbk
4 ASRI Alam Sutera Realty Tbk
5 GGRM Gudang Garam Tbk
6 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 7 ELTY Bakrieland Development Tbk 8 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 9 JSMR Jasa Marga (Perseo) Tbk
10 KLBF Kalbe Farma Tbk
11 LPKR Lippo Karawaci Tbk 12 MNCN Media Nusantara Citra Tbk
13 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
14 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk 15 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk
16 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 17 UNTR United Tractors Tbk
18 UNVR Unilever Indonesia Tbk
4.2 Analisis Data
4.2.1 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian dengan analisis regresi diperlukan adanya pengujian asumsi klasik, agar data sampel yang diolah benar-benar dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Pengujian tersebut meliputi :
4.2.1.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak. Deteksi terhadap normalitas secara statistik juga dapat dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dengan asumsi jika nilai signifikansi diatas 0,050 atau 5%
maka data penelitian diasumsikan berdistribusi normal. Sedangkan jika nilai signifikasi dibawah 0,05 atau 5% maka data penelitian diasumsikan berdistribusi tidak normal (Ghozali, 2009). Pengujian terhadap normalitas data untuk hipotesis pertama Intellectual Capital terhadap ROA dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas (ROA)
Dari hasil Uji Normalitas di atas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dapat di lihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk ROA sebesar 1,135 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.152 atau probabilitas diatas 0,05 (0,152 > 0,05) maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal karena nilai signifikansi diatas 0,050 atau 5%.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 90
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .09948422
Most Extreme Differences Absolute .120
Positive .120
Negative -.102
Kolmogorov-Smirnov Z 1.135
Asymp. Sig. (2-tailed) .152
a. Test distribution is Normal. Sumber : data yang diolah
Pengujian terhadap normalitas data untuk hipotesis kedua Intellectual Capital terhadap NPM dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas (NPM)
Berdasarkan hasil Uji Normalitas di atas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dapat di lihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) NPM sebesar 0,737 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.648 atau probabilitas diatas 0,05 (0,648 > 0,05) maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal karena nilai signifikansi diatas 0,050 atau 5% .
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 90
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .07705757 Most Extreme Differences Absolute .078 Positive .078 Negative -.065 Kolmogorov-Smirnov Z .737
Asymp. Sig. (2-tailed) .648
a. Test distribution is Normal. Sumber : data yang diolah.
Pengujian terhadap normalitas data untuk hipotesis ketiga Intellectual Capital terhadap ATO dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas (ATO)
Berdasarkan hasil Uji Normalitas di atas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dapat di lihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) ATO sebesar 0,989 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.282 atau probabilitas diatas 0,05 (0,282 > 0,05) maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal karena nilai signifikansi diatas 0,050 atau 5%.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 90
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .67107883 Most Extreme Differences Absolute .104 Positive .104 Negative -.090 Kolmogorov-Smirnov Z .989
Asymp. Sig. (2-tailed) .282
a. Test distribution is Normal. Sumber : Data yang diolah.
Pengujian terhadap normalitas data untuk hipotesis keempat Intellectual Capital terhadap ROE dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada
tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas (ROE)
Berdasarkan hasil Uji Normalitas di atas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dapat di lihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) ROE sebesar 1,303 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,067 atau probabilitas diatas 0,05 (0,067 > 0,05) maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal karena nilai signifikansi diatas 0,050 atau 5%.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 90
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .19387127 Most Extreme Differences Absolute .137 Positive .137 Negative -.119 Kolmogorov-Smirnov Z 1.303
Asymp. Sig. (2-tailed) .067
a. Test distribution is Normal. Sumber : Data yang diolah.
4.2.1.2 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah model regeresi linear ada kolerasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Pengujian autokorelasi dalam regresi linear digunakan uji Durbin-Watson (D-W test), yaitu dengan membandingakn nilai DW dengan nilai tabel du. Jika DW berada pada rentang du dan 4 – du, maka hal ini menunjukkan tidak ada masalah autokorelasi dalam model regresi. Pengujian terhadap Autokorelasi untuk hipotesis pertama Intellectual Capital terhadap ROA dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi (ROA)
Dari hasil pengujian statistik diperoleh Durbin – Watson (DW) untuk ROA sebesar 1,754, seperti yang ditunjukan oleh tabel diatas, karena nilai DW untuk ROA lebih besar dari batas atas (dU) 1,679 dan nilai DW lebih kecil dari 4-dU sebesar 2,321 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini yang ingin melihat pengaruh Intellectual Capital terhadap Corporate Financial Performance yang diproksikan dengan ROA terbebas dari permasalahan autokorelasi. Pengujian
Modsel Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .368a .135 .125 .100048 1.754
a. Predictors: (Constant), VAIC b. Dependent Variable: ROA Sumber : data yang diolah.
terhadap Autokorelasi untuk hipotesis kedua Intellectual Capital terhadap NPM dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi (NPM)
Dari hasil pengujian statistik diperoleh Durbin – Watson (DW) untuk NPM sebesar 1,817, seperti yang ditunjukan oleh tabel diatas, karena nilai DW untuk NPM lebih besar dari batas atas (dU) 1,679 dan nilai DW lebih kecil dari 4-dU sebesar 2,321 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini yang ingin melihat pengaruh Intellectual Capital terhadap Corporate Financial Performance yang diproksikan dengan NPM terbebas dari permasalahan
autokorelasi. Pengujian terhadap Autokorelasi untuk hipotesis ketiga Intellectual Capital terhadap ATO dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .543a .295 .287 .077494 1.817
a. Predictors: (Constant), VAIC b. Dependent Variable: NPM Sumber : data yang diolah.
Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi (ATO)
Dari hasil pengujian statistik diperoleh Durbin – Watson (DW) untuk ATO sebesar 1,924 seperti yang ditunjukan oleh tabel diatas, karena nilai DW untuk ATO lebih besar dari batas atas (dU) 1,679 dan nilai DW lebih kecil dari 4-dU sebesar 2,321 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini yang ingin melihat pengaruh Intellectual Capital terhadap Corporate Financial Performance yang diproksikan dengan ATO terbebas dari permasalahan autokorelasi. Pengujian terhadap Autokorelasi untuk hipotesis keempat Intellectual Capital terhadap ROE dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi 1 (ROE)
Sumber : data yang diolah.
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .046a .002 -.009 .674881 1.924
a. Predictors: (Constant), VAIC b. Dependent Variable: ATO Sumber : data yang diolah.
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .295a .087 .076 .195 1.628
a. Predictors: (Constant), VAIC b. Dependent Variable: ROE
Dari hasil pengujian statistik diperoleh Durbin – Watson (DW) untuk ROE sebesar 1,628, seperti yang ditunjukan oleh tabel diatas, karena nilai DW untuk ROE lebih kecil dari batas atas (dU) 1,679 dan nilai DW lebih kecil dari 4-dU sebesar 2,321 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini yang ingin melihat pengaruh Intellectual Capital terhadap Corporate Financial Performance yang diproksikan dengan ROE terdapat masalah autokorelasi, maka akan dilakukan pengujian ulang yaitu dengan menggunakan model lag variabel Y. Untuk menghilangkan pengaruh autokorelasi yang terdapat dalam model regresi tersebut adalah dengan memasukkan lag variabel dependennya sehingga model regresinya menjadi (Firdaus, 2004):
Y = b + bX + bYt-1
Setelah dilakukan pengujian ulang, maka hasil pengujian ulang untuk autokorelasi yang telah di lag sebagai berikut :
Tabel 4.10
Hasil Uji Autokorelasi 2 (ROE) Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .054a .003 -.009 .18175 1.739
a. Predictors: (Constant), VAIC b. Dependent Variable: LAG_Y Sumber : data yang diolah.
Setelah dilakukan pengujian ulang dengan menggunakan model Lag dapat dilihat hasil pengujian statistik diperoleh Durbin – Watson (DW) untuk ROE sebesar 1,739, seperti yang ditunjukan oleh tabel diatas, karena nilai DW untuk ROE lebih besar dari batas atas (dU) 1,679 dan nilai DW lebih kecil dari 4-dU sebesar 2,321 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini yang ingin melihat pengaruh Intellectual Capital terhadap Corporate Financial Performance yang diproksikan dengan ROE tidak terdapat masalah autokorelasi.
4.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedatisitas dilakukan dengan cara menggunakan uji glejser agar lebih meyakinkan bahwa tidak terjadinya gejala heteroskedastisitas. Indikasi terjadi gejala heteroskedastisitas adalah jika variabel independen secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka terdapat indikasi terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji Heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut :
Tabel 4.11
Hasil Uji Heteroskedastisitas 1 (ROA)
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .053 .012 4.365 .000 VAIC .003 .001 .244 2.357 .021
a. Dependent Variable: ABS
Sumber : data yang diolah.
Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi untuk variabel Intellectual Capital terhadap ROA dalam model regresi diatas yaitu nilai signifikansi untuk variabel VAIC sebesar 0,021 < 0,05, sehingga dapat diartikan bahwa untuk hipotesis pertama Intellectual Capital terhadap ROA terjadi heterokedastisitas karena nilai signifikasikanya lebih kecil dari 0,05, maka akan dilakukan pengujian ulang yaitu dengan melakukan transformasi logaritma normal semua data dilogaritma normalkan maka model menjadi sebagai berikut (Gujarati, 2009):
LN Y = Ln a + b Ln X
Dengan mentransformasi data ke bentuk logaritma normal, maka eror akan mengecil dan akibatnya heteroskedastisitas akan berkurang. Setelah dilakukan transformasi data diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.12
Hasil Uji Heteroskedastisitas 2 (ROA) Coeffecientsa
Sumber : data yang diolah.
Berdasarkan pengujian ulang yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa nilai signifikansi untuk variabel Intellectual Capital terhadap ROA dalam model regresi diatas yaitu nilai signifikansi untuk variabel VAIC sebesar 0,364 > 0,05, sehingga dapat diartikan bahwa untuk hipotesis pertama Intellectual Capital terhadap ROA tidak terjadi heterokedastisitas karena nilai signifikasikanya lebih besar dari 0,05. Pengujian Heteroskedastisitas untuk hipotesis kedua Intellectual Capital terhadap NPM dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut :
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .905 .260 3.481 .001 LN_VAIC -.117 .129 -.097 -.913 .364
Tabel 4.13
Hasil Uji Heteroskedastisitas (NPM)
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .071 .008 8.350 .000 VAIC .000 .001 -.100 -.944 .348
a. Dependent Variable: ABS
Sumber : data yang diolah.
Berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi untuk hipotesis kedua variabel Intellectual Capital terhadap NPM dalam model regresi diatas yaitu nilai signifikansi untuk variabel VAIC sebesar 0,348 > 0,05, sehingga dapat diartikan bahwa untuk hipotesis kedua Intellectual Capital (VAIC) terhadap NPM tidak terjadi heterokedastisitas karena nilai signifikasikanya lebih besar dari 0,05. Pengujian Heteroskedastisitas untuk hipotesis ketiga Intellectual Capital terhadap ATO dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut :
Tabel 4.14
Hasil Uji Heteroskedastisitas (ATO)
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .547 .083 6.609 .000 VAIC -.003 .009 -.032 -.297 .767
a. Dependent Variable: ABS
Berdasarkan tabel 4.14 diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi untuk hipotesis ketiga variabel Intellectual Capital terhadap ATO dalam model regresi diatas yaitu nilai signifikansi untuk variabel VAIC sebesar 0,767 > 0,05, sehingga dapat diartikan bahwa untuk variabel VAIC terhadap ATO tidak terjadi heterokedastisitas karena nilai signifikasikanya lebih besar dari 0,05. Pengujian Heteroskedastisitas untuk hipotesis keempat Intellectual Capital terhadap ROE dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut :
Tabel 4.15
Hasil Uji Heteroskedastisitas (ROE)
Coefficientsa
Sumber : data yang diolah.
Berdasarkan tabel 4.15 diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi untuk hipotesis keempat variabel Intellectual Capital terhadap ROE dalam model regresi diatas yaitu nilai signifikansi untuk variabel VAIC sebesar 0,422 > 0,05, sehingga dapat diartikan bahwa untuk variabel VAIC terhadap ROE tidak terjadi heterokedastisitas karena nilai signifikasikanya lebih besar dari 0,05.
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .148 .025 6.008 .000 VAIC -.002 .003 -.086 -.807 .422