• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN TEPUNG TALAS BOGOR (Colocasia esculenta L. Schott) TERHADAP SIFAT FISIK DAN AKSEPTABILITAS NAGGET AYAM PETELUR AFKIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN TEPUNG TALAS BOGOR (Colocasia esculenta L. Schott) TERHADAP SIFAT FISIK DAN AKSEPTABILITAS NAGGET AYAM PETELUR AFKIR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

152

PENGGUNAAN TEPUNG TALAS BOGOR (Colocasia esculenta L. Schott)

TERHADAP SIFAT FISIK DAN AKSEPTABILITAS

NAGGET AYAM PETELUR AFKIR

Obin Rachmawan 1), Ahmad Taofik 2), Nono Suwarno 1)

1) Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

2) Jurusan Agroteknologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung

Abstract

The Objective of the research was to find out the concentration level of taro flour on chiken nugget culled layer with physical condition (water holding capacity, cooking loss and tenderness) same as treatment control and most preferable acceptability (taste, flavor, tenderness and acceptance). The

experimental study was based on Completely Randomized Design, with for treatments (10%

tapioca as control, and 10%, 15%, and 20% taro flour usage dosage) with five replication for each treatment. ANAVA test and Tukey test were held to find out the differences of each treatment effect in this reaearch. The result of research showed that taro flour can used in chiken nugget culled layer with concentration 15%.

Key words: Chiken nugget culled layer, taro flour, water holding capacity, cooking loss, tenderness and acceptability.

PENDAHULUAN

Nugget merupakan produk olahan ayam

yang dicetak, dimasak dan dibekukan, dibuat dari campuran daging ayam giling yang diberi bahan pelapis dengan atau penambahan bahan makanan lain dan

bahan tambahan makanan yang diizinkan (Badan Standardisasi Nasional 2001). Pengolahan daging ayam petelur afkir menjadi nugget memerlukan adanya bahan pengisi yang berupa tepung berkarbohidrat tinggi. Bahan pengisi yang biasa

(2)

153

digunakan berupa tepung terigu, tepung tapioca, tepung maizena dan tidak menutup kemungkinan penggunaan bahan pengisi lain, seperti tepung yang berasal dari Talas Bogor.

Tepung Talas Bogor merupakan granular karbohidrat yang terdapat dalam umbi talas, berwarna putih, tidak mempunyai rasa, tidak berbau, dan dapat memberikan derajat pengembangan pada tingkat kadar air sedang dan suhu proses yang tinggi (Dedi,

dkk, 1992). Tepung Talas Bogor

mengandung unsur yang diperlukan oleh bahan pengisi yaitu pati. Pati mempunyai kemampuan dalam menyerap air dan

mempertahankannya selama proses

pengolahan berlangsung, karena granula

pati akan mengembang ketika pati

dipanaskan dan daya tarik menarik antar molekul pati dalam granula akan menurun sehingga air akan masuk kedalam granula pati dan tidak dapat bergerak lagi. Proses

ini disebut juga gelatinisasi yaitu

mengembangnya granula pati dan tidak

dapat kembali lagi ke keadaan semula (Winarno, 2004).

Tepung Talas Bogor dalam 100 gram

mengandung 84,00 gram karbohidrat,

sedangkan tepung tapioka juga dalam 100 gram mengandung 84,00 gram karbohidrat, hal ini membuktikan kandungan karbohidrat yang dimiliki Tepung Talas Bogor sama denga Tepung Tapioka. Kadar amilosa dan amilopektin yang terkandung dalam Tepung Talas Bogor juga tidaklah berbeda jauh dengan kadar amilosa dan amilopektin dari

Tepung Tapioka. Tepung Tapioka

mengandung kadar amilosa sebanyak

17,41% dan kadar amilopektin 82,13%, serta

suhu gelatinisasinya 520C (Haris, 2001).

Tepung Talas Bogor mengandung kadar

amilosa sebanyak 16,5% dan kadar

amilopektin sebesar 83,49%, suhu

gelatinisasinya sekitar 69oC-72oC (Hartati dan Titik, 2003). Ganula pati pada talas sangat kecil ukurannya 1-4 µm, sedangkan granula pati pada tepung tapioca ukurannya besar, yaitu 20 µm (Ali, 1996).

(3)

154

Penngunaan filler akan berpengaruh

terhadap penyusutan dalam pemasakan adonan bila jumlah penambahannya lebih dari 15% (Sison dan Almira, 19775), karena waktu pemasakan menjadi lebih lama dan suhu pemasakan akan lebih tinggi dan menyebabkan denaturasi protein sehingga daya ikat air menurun dan banyak

kehilangan air daging (juice). Hal ini

menyebabkan serat daging menjadi pendek, ikatan myofibril semakin kuat dan jaringan ikat akan mengkerut, akan tetapi apabila penggunaan bahan pengisi dalam jumlah sedikit, maka air yang terikat juga akan

sedikit, viskositas dari adonan yang

dihasilkan akan rendah sehingga produk akhir yang dihasilkan menjadi kurang kompak.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu bahan utama

dan bahan tambahan. Bahan utamanya yaitu daging ayam petelur afkir strain Isa Brown

berumur 18 bulan sebanyak 5 kg yang diperoleh dari salah satu peternakan ayam petelur di Daerah Pasir Bokor Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Bahan utama lain yang digunakan yaitu Talas Bogor sebanyak 4 buah yang berumur 8 bulan, yang diperoleh dari Petani Kecamatan

Ciapus Kotamadya Bogor. Bahan

tambahannya berupa bumbu-bumbu yang digunakan yaitu garam 2%, merica bubuk 1%, pala bubuk 1%, bawang putih 2%, telur 20% dari berat adonan. Penelitian ini dilakukan secara eksperimen di laboratorium dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan banyak perlakuan 4, yaitu penggunaan tepung talas (10%, 15%, 20%) dan control perlakuan (Tapioka 10%) dengan pengulangan sebanyak 5 kali, sehingga diperoleh 20 kombinasi perlakuan. Peubah yang diamati Sifat Fisik adalah Daya

Ikat Air (DIA), Susut Masak dan

Keempukan. Pengujian akseptabilitas dari

(4)

155

yaitu dengan uji hedonik yang meliputi rasa, aroma, keempukan dan total penerimaan. Data yang diperoleh dari uji sifat fisik dianalisis dengan menggunakan Analisis

Sidik Ragam dan untuk mengetahui

perbedaan antar perlakuan dilakukan uji

Tukey (Honestly Significant

Difference/HSD) (Gaspertz, 1991). Untuk penghitungan uji akseptabilitas data yang diperoleh ditransformasikan terlebih dahulu

dengan transformasi x0.5, kemudian

dianalisis dengan menggunakan prosedur analisis ragam (ANAVA).

HASIL DAN PEMBAHASAN Daya Ikat Air

Tingkat konsentrasi tepung talas bogor berpengaruh nyata terhadap daya ikat air

nugget ayam petelur afkir dan untuk

mengetahui perbedaan antar perlakuan

dilakukan uji Tukey yang hasilnya

disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Hasil Uji Tukey Daya Ikat Air Nugget Ayam Petelur Afkir pada Berbagai Perlakuan.

Perlakuan Rataan Signifikansi (0.05)

____________________________________________________________________ ……..%... P0 57,57 a P1 56,02 ab P2 52,51 bc P3 49,27 c ____________________________________________________________________Ke terangan : Huruf kecil yang sama ke arah kolom signifikansi menunjukkan

berbeda tidak nyata.

Penggunaan tingkat konsentrasi tepung talas bogor 10% menghasilkan daya ikat air yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan tingkat konsentrasi 15% dan

20%. Hal ini dikarenakan pada

penggunaan tepung talas 10%,

konsentrasinya lebih sedikit dibandingkan penggunaan 15% dan 20%, sehingga

proporsi protein dalam adonan pada P1

lebih tinggi daripada P2 dan P3.

Meningkatnya penggunaan tepung talas bogor menyebabkan daya ikat air menurun

(5)

156

dan kadar air nugget akan semakin rendah, karena akan mengalami kehilangan air lebih banyak pada saat pemasakan, sehingga selain kandungan protein yang rendah, jumlah protein yang terlarut juga akan sedikit. Hal ini terjadi karena adanya denaturasi protein pada proses pemasakan yang lama dan suhu pemasakan yang tinggi. Sejalan dengan pendapat Winarno (2004) dan Soeparno (1998), bahwa pemasakan menyebabkan perubahan daya ikat air karena adanya solubilitas protein daging. Suhu yang tinggi meningkatkan denaturasi protein. Protein yang terdenaturasi akan

berkurang kelarutannya dan lapisan air diantara molekul protein akan menurun, dimana lapisan molekul protein bagian dalam bersifat hidrofobik berbalik ke luar, sedangkan bagian luar yang bersifat hidrofil terlipat ke dalam.

Susut Masak

Tingkat konsentrasi tepung talas bogor berpengaruh nyata terhadap susut masak

nugget ayam petelur afkir, dan untuk

mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji Tukey yang hasilnya disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Tukey Susut Masak Nugget Ayam Petelur Afkir pada Berbagai Perlakuan.

Perlakuan Rataan Signifikansi (0.05)

____________________________________________________________________ ……..%... P0 3,43 a P1 3,84 a P2 5,85 b P3 6,44 b ____________________________________________________________________Ke terangan : Huruf kecil yang sama ke arah kolom signifikansi menunjukkan

berbeda tidak nyata.

Penggunaan tepung tapioca 10%

menghasilkan susut masak yang tidak berbeda dengan tepung talas bogor 10%.

Hal ini karena kandungan karbohidratnya sama, demikian juga kandungan amilosa dan

(6)

157

Penggunaan tingkat konsentrasi tepung

tapioca 10% berbeda nyata dengan

penggunaan tingkat konsentrasi tepung talas

bogor 15% dan penggunaan tingkat

konsentrasi tepung talas bogor 20%. Semakin banyak tepung yang ditambahkan akan menurunkan proporsi kandungan protein dalam adonan, sehingga daya ikat air

oleh protein daging akan menurun.

Penurunan daya ikat air menyebabkan susut

masak meningkat, sehingga kualitas nugget

kurang baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeparno (1998) bahwa daging dengan susut masak yang lebih rendah mempunyai kualitas yang lebih baik daripada daging dengan Soeparno (1998)

menyatakan bahwa susut masak merupakan

indicator nilai nutrisi daging yang

berhubungan dengan kadar air daging, yaitu banyaknya air yang terikat di dalam dan diantara otot. Daya ikat air (DIA) yang rendah akan mengakibatkan nilai susut masak yang tinggi.

Keempukan

Tingkat konsentrasi tepung talas bogor berpengaruh nyata terhadap keempukan

nugget ayam petelur afkir, dan untuk

mengetahui perbedaan antar perlakuan, dilakukan Uji Tukey disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Tukey Keempukan Nugget Ayam Petelur Afkir pada Berbagai Perlakuan.

Perlakuan Rataan Signifikansi (0.05)

____________________________________________________________________ ……..%... P0 2,12 a P1 2,22 ab P2 2,37 ab P3 2,62 b ____________________________________________________________________Ke terangan : Huruf kecil yang sama ke arah kolom signifikansi menunjukkan

(7)

158

Penggunaan tepung tapioca 10% berbeda nyata lebih empuk dibandingkan dengan penggunaan tingkat konsentrasi tepung talas bogor 20%. Hal ini dikarenakan bahwa penambahan tepung pada adonan

nugget akan berpengaruh terhadap

keempukan nugget, kekerasan pada pada

nugget akan semakin meningkat dengan

meningkatnya proporsi tepung yang

ditambahkan. Keempukan dalam hal ini adalah tingkat kekerasan dari nugget ayam petelur afkir, dimana nugget yang tinggi nilai kekerasannya maka semakin keras

nugget tersebut. Sebaliknya, semakin

rendah nilai kekerasan, maka nugget yang dihasilkan semakin empuk.

Keempukan nugget semakin meningkat

dengan bertambahnya penggunaan tingkat tepung talas bogor. Penurunan kandungan

protein dalam adonan nugget akan

menyebabkan kehilangan air lebih banyak, hal tersebut akan menurunkan keempukan

nugget. Kramlich (1973) menyatakan

bahwa keempukan dipengaruhi oleh kadar air, lemak dan protein. Keempukan nugget

juga dipengaruhi oleh daya ikat air,

Ockerman (1983) menjelaskan bahwa

peningkatan daya ikat air akan diikuti dengan peningkatan keempukan. Lukman

(1995) menambahkan bahwa semakin

banyak tepung yang ditambahkan ke dalam adonan maka kadar protein akan semakin sedikit, sehingga keempukan akan menurun.

Akseptabilitas ____________________________________________________________________ Perlakuan Peubah ____________________________________________________ P0 P1 P2 P3 Akseptabilitas

Rasa 4,30a 4,10a 3,75a 3,65a Aroma 3,40a 3,75ab 4,00ab 4,20b Keempukan 3,85a 3,75ab 3,25ab 3,05b Total Penerimaan 3,85a 3,80a 3,20ab 3,00b Keterangan : Nilai yang diikuti huruf kecil yang sama ke arah baris menunjukkan berbeda tidak nyata.

(8)

159

Rasa

Rasa nugget ayam petelur afkir dengan

penggunaan tingkat konsentrasi tepung talas bogor tidak berpengaruh nyata terhadap

akseptabilitas rasa nugget ayam petelur

afkir. Hal ini disebabkan oleh sifat fungsional yang dimiliki pati, dimana pati tidak mempunyai rasa manis, tidak seperti pada golongan karbohidrat monosakarida dan disakarida (Fardiaz, dkk. 1992).

Adapun rasa yang terdapat dalam nugget

ayam petelur afkir tersebut berasal dari bumbu, khususnya garam yang dapat meningkatkan cita rasa.

Aroma

Penggunaan tepung talas bogor 20% menghasilkan aroma yang paling disukai. Aroma yang terdapat dalam nugget ayam petelur afkir dikarenakan adanya protein dan

lemak. Lemak akan menghasilkan

komponen volatile pada saat dipanaskan dan akan keluar bersama uap. Hal ini sesuai dengan pendapat Forrest, dkk (1975) dan Soeparno (1998) bahwa dengan adanya

pemasakan, maka akan timbul senyawa-senyawa volatile yang akan menghasilkan flavor dan aroma yang unik dari daging masak.

Keempukan

Penggunaan tingkat tepung talas bogor 15% menghasilkan keempukan yang disukai oleh panelis. Menurut Lawrie (2003) kesan

keempukan pada nugget secara keseluruhan

meliputi tekstur dan melibatkan beberapa aspek diantaranya mudah atau tidaknya gigi

berpenetrasi awal ke dalam nugget, mudah

atau tidaknya dikunyah menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dan jumlah residu yang tertinggal setelah dikunyah.

Total Penerimaan

Penggunaan tepung tapioka 10% sebagai

kontrol tidak berbeda nyata dengan

penggunaan tepung talas bogor 10% dan 15%, akan tetapi berpengaruh nyata agak suka dengan penggunaan tepung talas bogor sebanyak 20%. Total penerimaan ini

(9)

160

meliputi ketiga jenis penilaian yang

dilakukan, yaitu rasa, aroma, dan

keempukan dari produk yang dihasilkan. Rata-rata hasil skala hedonik yang diperoleh menunjukkan agak suka sampai suka. Hasil keseluruhan dari penilaian akseptabilitas yang dilakukan, menunjukkan bahwa tepung

talas bogor bisa digunakan dalam

pembuatan nugget ayam petelur afkir

sebanyak 15%, dengan skala hedonik agak suka sampai suka, dan hasilnya sama dengan

dengan penggunaan filler tapioka 10%.

KESIMPULAN

Tepung talas bogor dapat digunakan sebagai

filler dalam pembuatan nugget ayam petelur

afkir sebanyak 10% secara objektif dan secara subjektif dapat digunakan sampai 15%.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A.A. 1996. Mempelajari Pengaruh

Sulfurisasi dan Suhu Penegeringan

Terhadap Sifat Kimia Tepung

Talas. Skripsi. Fakultas Teknologi

Pertanian IPB. Bogor.

Badan Standarisasi Nasional. 2001. Standar

Nasional Indonesia Naget Ayam

(Chicken Nugget). Dewan

Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta. 1.

Dedi, F., N.L., Puspitasari., N.

Andarwulan., H. Wijaya. 1992. Petunjuk

Laboratorium Teknik

Analisis Sifat Kimia dan

Fungsional Komponen

Pangan. Depdikbud

Ditjen PT PAUP dan G IPB. Bogor. 1, 41-46.

Forrest, .J.G., E.D,H.B. Aberle,, Hendrik. M.D. Judgeand R. A. Merkel. 1975.

Principles of Meat

Science. W.H. Freeman and

Company. San Fransisco. 25- 52; 145-179.

(10)

161

Gasperz. V. 1991. Teknik

Analisis Dalam Penelitian

Percobaan Jilid 1. Penerbit

Tarsito. Bandung. 62-68, 89-92, 119-123.

Haris, Helmi. 2001.

Kemungkinan Penggunaan

Edible Film dari Pati Tapioka

Untuk Pengemas Lempuk.

Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

Indonesia Volume 3.

Fakultas Pertanian

Universitas Bengkulu. Bengkulu. Hartati, S.N. dan Titik, K.P.

2003. Analisis Kadar Pati dan

Serat Kasar Tepung

Beberapa Kultivar Talas.

Pusat Penelitian Bioteknologi

LIPI, Cibinong. Bogor.

Kramlich, W.E., A.M. Person and

F.W. Tauber. 1973. Processed

Meat. The AV.

Co., Westport,

Connecticut. 230-286.

Lawrie, R.A. 2003. Ilmu Daging. Edisi ke-5. UI Press. Jakarta. 244-298.

Lukman, H. 1995. Perbedaan

Karakteristik Daging Karkas dan Sifat Olahannya

Antara Itik Afkir dan

Ayam Petelur Afkir. Disertasi.

Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Ockerman, H.W. 1983.

Chemistry of Meat Tissue. Dept.

of Animal Science. The

Ohio State Univesity and The Ohio Agricultural Research and Departement

Center. Ohio. Hal. 1-38. Sison dan E.C. Almira. 1975.

Starchy Materials as Binder in

(11)

162

Philipines Agriculturist. 58;367.

Soeparno. 1998. Ilmu dan

Teknologi Daging. Fakultas

Peternakan Universitas

Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta. Hal 249-255, 283-312.

Winarno, F.G. 2004. Kimia

Pangan dan Gizi. Cetakan

kedelapan. Gramedia

Pustakan Umum. Jakarta. Hal 27-35.

Gambar

Tabel 1.  Hasil Uji Tukey Daya Ikat Air Nugget Ayam Petelur Afkir pada                   Berbagai  Perlakuan
Tabel 2.  Hasil Uji Tukey Susut Masak Nugget Ayam Petelur Afkir pada                   Berbagai  Perlakuan
Tabel 3.  Hasil Uji Tukey Keempukan Nugget Ayam Petelur Afkir pada  Berbagai   Perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perhitungan statistik kualitas kimia abon dari daging dada dan paha ayam petelur afkir dengan lama waktu perebusan 15, 30 dan 45 menit disajikan pada Tabel 1.. Hasil

Tepung jagung yang dibuat melalui fermentasi menggunakan Lactobacillus casei selama 60 jam memiliki karakter yang cukup baik seperti suhu puncak gelatinisasi lebih rendah dan

Sehingga perlakuan penam- bahan ikan dan pati tapioka yang dicampur tepung talas Bogor menunjukan pengaruh nyata terhadap tingkat kekenyalan pempek yang dihasilkan

Hasil perhitungan statistik kualitas kimia abon dari daging dada dan paha ayam petelur afkir dengan lama waktu perebusan 15, 30 dan 45 menit disajikan pada Tabel 1.. Hasil

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,