• Tidak ada hasil yang ditemukan

RASIO TEPUNG BEKATUL DAN TEPUNG TALAS (Colocasia esculenta (L) Shoot) TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA DAN SENSORIS PRODUK ROTI TAWAR ARTIKEL ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RASIO TEPUNG BEKATUL DAN TEPUNG TALAS (Colocasia esculenta (L) Shoot) TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA DAN SENSORIS PRODUK ROTI TAWAR ARTIKEL ILMIAH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

RASI O TEPUNG BEKATUL DAN TEPUNG TALAS (

Colocasia esculenta ( L)

Shoot

) TERHADAP SI FAT FI SI K, KI MI A DAN SENSORI S PRODUK ROTI

TAWAR

ARTI KEL I LMI AH

OLEH:

FANI ZULFI ANI

J1A014032

FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROI NDUSTRI

UNI VERSI TAS MATARAM

(2)

HALAMAN PENGESAHAN PUBLI KASI

Dengan ini kami menyatakan bahwa artikel yang berjudul “ Rasio Tepung Bekatul dan Tepung Talas (Colocasia esculenta (L) Shoot) Terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Sensoris Produk Roti Tawar ” disetujui untuk dipublikasikan.

Nama : Fani Zulfiani Nomor Mahasiswa : J1A 014 032

Program Studi : I lmu dan Teknologi Pangan Minat Kajian : Teknologi Pangan

Mengesahkan dan Menyetujui,

Mataram, 08 September 2018

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(3)

RASI O TEPUNG BEKATUL DAN TEPUNG TALAS (

Colocasia esculenta ( L)

Shoot

) TERHADAP SI FAT FI SI K, KI MI A DAN SENSORI S PRODUK ROTI

TAWAR

THE RATI O RI CE BRAN FLOUR AND TARO FLOUR ON PHYSI CAL,

CHEMI CAL AND SENSORI AL PROPERTI ES OF FRESH BREAD PRODUCT

Fani Zulfiani* ), Agustono Prarudiyanto2), dan Ahmad Alamsyah) 1)Mahasiswa Program Studi I lmu dan Teknologi Pangan, FATEPA, UNRAM

2)Staf Pengajar Program Studi I lmu dan Teknologi Pangan, FATEPA, UNRAM

Jl. Majapahit No. 58 Mataram

*

Email:fanizulfia@gmail.com

ABSTRACT

The research aim to investigate the appropriaten ratio effect of rice bran flour and taro flour on physical, chemichal and sensories fresh bread. The experiment was conducted in laboratory and arranged with CRD (Completely Randomize Desingn) of single factor rice bran and taro flour ration of 6 treatment. f0 (control) 100% wheat flour, f1 (wheat flour 50% : rice bran flour 20% : taro flour 30% ), f2 (wheat flour 50% :rice bran flour 25% : taro flour 25% ), f3 (wheat flour 50% : rice bran flour 30% :taro flour 20% ), f4 (wheat flour 50% : rice bran flour 35% : taro flour 5% ) and f5 (wheat flour 50% : rice bran flour 40% : taro flour 10% ) with three replication. The observed data was analyzed using analysis of variance at the significant of 5% using Co-Stat Softwar and tested further by further Orthogonal Polinomial test if there is real the advanced test hoinsetely value parameter, for the sensory parameters using the advanced test honestly Significant Difference (HSD). The result showed that the ration of rice bran flour and taro flour had significant to chemical parameter (moisture, ash, protein), physical parameter ( bread loaf volime) bread . Fo (control) 100% gluten flour was the best treatment with moisture contetnt (25,4912%), ast contet (2,3916%), protein contetnt (10,38%), bread loaf volume (4,61) slightly like by panelist.

Keyw ord: Bread, rice bran flour, taro flour

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rasio tepung bekatul dan tepung talas terhadap sifat fisik, kimia dan sensoris roti tawar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor tunggal terdiri atas 6 perlakuan yaitu f0 (tepung terigu 100% ), f1 (tepung terigu 50% : tepung bekatul 20% :tepung talas 30% ), f2 ( tepung terigu 50% :tepung bekatul 25% : tepung talas 25% ), f3 (tepung terigu 50% : tepung bekatul 30% :tepung talas 20% ), f4 ( epung terigu 50% : tepung bekatul 35% : tepung talas 5% ) dan f5 (tepung terigu 50% : tepung talas 40% : tepung talas10% ) dengan tiga kali ulangan . Data hasil hasil pengamatan dianalisis dengan analisis keragaman (ANOVA) pada taraf 5% menggunakan Softwar Co-Stat dan diuji lanjut menggunakan uji lanjut Polynomial Orthogonal jika terdapat berbeda nyata pada uji nilai gizi sedangkan untuk parameter sensoris menggunakan uji Lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio tepung bekatul dan tepung talas memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter kimia (kadar air, kadar abu, kadar protein), parameter fisik (daya kembang) roti tawar. Perlakuan f0 (kontrol) 100% tepung terigu denga kadar air (25,4912% ), kadar abu (2,3916% ), kadar protein( 10,38% ), daya kembang (4,61) yang disukai panelis.

(4)

PENDAHULUAN

Makanan yang beraneka ragam dapat diciptakan dengan memvariasikan berbagai bahan pokok dengan t eknologi pengolahan pangan. Pengolahan pangan tidak hanya dari aspek produksi pangan yang dihasilkan, tapi juga perlu meningkatkan kualitas hidup. Seiring dengan itu perlu dilakukan upaya untuk mengubah perilaku masyarakat agar mengkonsumsi beranekaragam makanan yang bermutu tinggi. Kebiasaan masyarakat untuk mengkonsumsi produk olahan roti dan kue. Roti adalah produk makanan yang terbentuk dari fermentasi terigu dengan menggunakan ragi (Sacharomyces cerevisiae) atau bahan pengembang lainnya (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Roti khususnya roti tawar menjadi salah satu pangan olahan dari tepung terigu yang banyak dikonsumsi masyarakat. Harga yang relatif murah, menyebabkan roti tawar mudah dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat baik lapisan bawah menengah hingga atas. Tingginya konsumsi roti baik itu sebagai panganan sarapan pagi, maupun sebagai snack/ cemilan, menyebabkan kebutuhan terigu yang merupakan produk impor semakin tinggi (Bramtarades, 2013).

Konsumsi terigu yang semakin meningkat ini perlu diupayakan suatu alternatif untuk mengurangi pemakaian terigu dalam pembuatan roti khususnya roti tawar, dikarenakan terigu adalah olahan hasil dari gandum, dan gandum adalah bahan import dari luar bukan pangan lokal. Salah satu alternatif untuk mengurangi pemakaian terigu dalam pengolahan roti tawar adalah dengan menggunakan komoditas lain yang dari daerah setempat/ lokal dan memiliki komposisi gizi yang tidak jauh berbeda akan tetapi memiliki harga yamh murah (Bramtarades, 2013). Salah satu bahan alternatif yang bisa digunakan adalah dengan memanfaatkan umbi-umbian yaitu talas dan bekatul yang jumlahnya sangat banyak I ndonesia.

Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari beras yang terlepas saat proses penggilingan gabah menjadi beras, berwarna krem atau coklat

muda. Menurut wulandari dan Handasari (2010), bekatul dinilai sebagai bahan kurang bermanfaat karena bekatul merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras. Sisa dari penumbukan atau penggilingan padi ini dinamakan bekatul. Sejak dulu bekatul hanya dikenal masyarakat sebagai bahan pakan ternak dengan mutu yang rendah, untuk meningkatkan manfaat bekatul yang jumlahnya meningkat dimasyarakat, memiliki nilai ekonomi yang rendah, maka bekatul dapat digunakan sebagai bahan makanan campuran pada produk makanan.

Menurut Wulandari dan Handasari (2010) dilihat dari gizi dan manfaatnya, Kandungan zat gizi yang dimiliki bekatul yaitu protein 13,11 – 17,19 persen, lemak 2,52 –5,05 persen, karbohidrat 67,58 – 72,74 persen, dan serat kasar 370,91 -387,3 kalori serta kaya akan vitamin B, terutama vitamin B1 (thiamin). Berdasarkan sumbernya, protein yang terdapat dalam bekatul dapat dimanfaatkan untuk dibuat suatu produk yang dimungkinkan dapat mengatasi masalah kurang gizi. Selain memiliki kandungan protein yang cukup tinggi bekatul juga tergolong sebagai bahan makanan yang aman untuk dikonsumsi. Sehingga dengan berkembangnya teknologi yang semakin maju saat ini bekatul dapat dimanfaatkan untuk olahan makanan seperti berbagai bahan tambahan pembuatan brownies, cookies, mie basah dan roti tawar.

(5)

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian pembuatan pangan berupa roti tawar menggunakan sumber bahan pangan lokal yaitu bekatul dan ubi talas. Selain bertujuan untuk diversifikasi pangan pembuatan roti tawar ini diharapkan mampu memberikan energi yang dapat memenuhi kebutuhan gizi harian makanan. Oleh karena itu, telah dilakukan penelitian dengan judul “ Rasio Tepung Bekatul dan Tepung Talas (Colocasia esculenta (L) Shoot) Terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Sensoris Produk Roti Tawar”

METODELOGI Bahan Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bekatul beras putih (dari Puyung, Lombok Tengah), talas, tepung terigu merek Segitiga Biru, telur, gula pasir merek Kupu-kupu , margarine merek Blue Band, ragi merk Pamaya, garam beryodium cap Kapal, susu bubuk merk Dancow, bread improver merk Bakerine Plus, H2SO4 0,1 N, H3BO3 3% , NaOH

40% , CuSO4, K2SO4 dan aquades.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loyang berukuran 10x10x20 cm, penggaris, sendok, spatula, baskom,

timbangan digital merek Kern, pisau/cutter, bakom, cabinet dryer, wadah plastik, ayakan 60 mesh, Loyang, blender merek Philip, oven pemanggangan merek Memmert, kuas, rolling pin, mesin proofer merk Getra, cawan porselin,

desikator, oven kadar air merek Memmert, oven kadar abu (tanur) merek Fumace, mortar, destilator, labu kjedhal, erlenmeyer penampung 250 ml.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental yang dilaksanakan di laboratorium. Rancangan percobaan disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal yait u tepung bekatul dan tepung talas (f) dengan 6 aras sebagai berikut:

f0 = proporsi tepung terigu 100%

f1 = Tepung terigu 50% : tepung bekatul 20% : tepung talas 30%

f2 = Tepung terigu 50% : tepung bekatul 25% :

tepung talas 25%

f3 = Tepung terigu 50% : tepung bekatul 30% : tepung talas 20%

f4 = Tepung terigu 50% : tepung bekatul 35% : tepung talas 15%

f5 = Tepung terigu 50% tepung bekatul 40% : tepung talas 10%

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperolah sehingga diperoleh 18 unit sampel. Data hasil pengamatan beberapa komponen mutu dan organoleptik dianalisis dengan analisis keragaman (analysis of variance) pada taraf nyata 5% menggunakan software Co-Stat. Apabila terdapat perbedaan nyata akan diuji Polynomial Orthogonal α = 5% untuk uji kimia, dan uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) α = 5% untuk parameter organoleptik pada taraf nyata yang sama (Hanafiah, 2002).

Parameter yang dianalisa meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, daya kembang dan uji sensoris meliputi warna, aroma, rasa dan tekstur.

Pelaksanaan Penelitian Pembuatan Roti Taw ar

a. Persiapan Bahan

Disiapkan bahan baku yang akan digunakan yaitu tepung ubi talas, tepung bekatul, tepung terigu, telur, margarin, gula, garam, ragi, susu bubuk bread improver dan air. Kemudian semua bahan ditimbang sesuai formulasi yang sudah ditentukan.

b. Pencampuran dan pengadukan

Pencampuran bahan dilakukan dengan memulai memasukkan bahan satu persatu ke dalam baskom adonan. Bahan- bahan kering diaduk terlebih dahulu sebelum bahan cair. kemudian masukkan bahan-bahan kering seperti tepung terigu, tepung ubi talas, tepung bekatul, gula, susu bubuk bread improver, ragi dan garam yang diletakkan secara terpisah, setelah itu kemudian dicampur rata kemudian masukkan air es dan diaduk kemudian masukkan mentega (shortening).

c. Peragian atau fermentasi

(6)

peragian, dimana adonan akan dikeluarkan dari kom adonan dan dibulatkan, adonan didiamkan dalam ruang fermentasi dengan suhu 360C. Fermentasi pertama berlangsung selama 30 menit.

d. Pencetakan Adonan

Tahap selanjutnya pembentukan adonan dengan cara adonan yang telah diistirahatkan kemudian digiling menggunakan roll pin, kemudian digiling atau dibentuk sesuai dengan jenis roti yang didinginkan..

e. Fermentasi I I

Setelah proses pencetakan bahan, selanjutnya adalah proses fermentasi atau peragian I I , dimana adonan yang sudah dimasukkan kedalam loyang, adonan kemudian didiamkan dalam ruang fermentasi dengan suhu 360C. Fermentasi kedua berlangsung selama 45 menit.

f. Pemanggangan.

Roti dipanggang atau dibakar dalam oven pada suhu ± 1800C. Setelah fermentasi cukup, adonan dimasukkan ke dalam oven dan dibakar sampai kulit atas dari roti biasanya berwarna coklat, bahkan ada yang sedikit gosong.

HASI L DAN PEMBAHASAN

Data awal hasil pengamatan nilai gizi yang terdiri dari parameter kadar air, kadar abu, dan kadar protein bahan baku.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Analisis Bahan Baku

Pengamatan yang dilakukan meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, daya kembang dan uji sensoris. Berikut hasil pengamatan dan analisa parameter.

Tabel 2. Analisis Uji Lanjut Plynomial

Ortogonal Nilai Gizi dan Fisik Roti

Taw ar Tepung Bekatul dan Tepung Talas

Keterangan: S = SignifikSan (berbeda nyata) NS = Non Signifikan ( Tidak memberikan

Pengaruh yang berbeda nyata)

Tabel 3. Analisis Keragaman Nilai Sensoris Roti Taw ar pada Taraf 5%

Parameter Signifikan Keterangan: S = Signifikan (berbeda nyata)

NS= Non Signifikan (tidak berbeda nyata).

A. Nilai Gizi 1. Kadar Air

(7)

Gambar 1. Grafik Rasio Tepung Bekatul dan tepung Talas Terhadap Kadar Air Roti Tawar.

Berdasarkan Gambar 1. menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan tepung bekatul dan semakin rendah penambahan tepung talas, kadar air roti tawar meningkat . Kadar air roti tawar tertinggi dihasilkan pada perlakukan f4 dengan rasio tepung bekatul 35% dan tepung talas 15% dengan kadar air 34,7604% , sedangkan kadar air terendah terdapat pada perlakuan f0 yang merupakan kontrol yaitu 100% tepung terigu dengan kadar air 25,4912% . Hal ini disebabkan karena kandungan air yang dimiliki bahan baku. Tepung bekatul diketahui memiliki kadar air lebih rendah dibandingkan dengan kadar air tepung talas yakni 6,66% , sedangkan kadar air tepung talas 10,73% . Menurut Mulyani (2015) yang menyatakan bahwa serat dapat mengikat air dengan cukup kuat , hal ini disebabkan karena bahan baku yang yang digunakan seperti bekatul yang memiliki serat yang cukup tinggi. Menurut Sipayung (2014) menyatakan bahwa tingginya daya serap air dikarenakan air yang terserap dalam molekul sehingga meningkatkan daya serap air apada suatu bahan pangan dan terputusnya ikatan hidrogen antara molekul sehingga air lebih mudah masuk kedalam suatu bahan.

2. Kadar Abu

Kadar abu merupakan parameter untuk menunjukkan nilai kandungan bahan organic. Semakin tinggi nilai kadar air maka semakin banyak kandungan bahan organik didalam produk tersebut. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan rasio tepung bekatul dan tepung talas terhadap kadar abu roti

tawar memberikan pengaruh yang berbeda nyata (Tabel 2). Hasil uji lanjut Polinomial Ortogonal rasio tepung bekatul dan tepung talas terhadap kadar abu rori tawar dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Rasio Tepung Bekatul dan Tepung Talas Terhadap Kadar Abu Roti tawar.

Berdassarkan Gambar 2. menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan tepung bekatul dan semakin rendah penambahan tepung talas, kadar abu roti tawar meningkat. Kadar abu roti tawar tertinggi dihasilkan pada perlakukan f5 dengan rasio tepung bekatul 40% :10% tepung talas dengan kadar abu 3,6418% sedangkan kadar abu terendah terdapat pada perlakuan f0 yang merupakan kontrol yaitu 100% tepung terigu dengan kadar air 2,3916% . Hal ini disebabkan karena kandung abu yang dimiliki bahan baku. Tepung bekatul diketahui memiliki kadar abu lebih tinggi dibandingkan dengan kadar abu tepung talas yakni 5,51% , sedang tepung talas 3,18% . Sehingga semakin tinggi penambahan tepung bekatul dan semakin rendah tepung talas yang ditambahkan akan menghasil kadar abu roti tawar meningkat. Menurut Sudarmadji dkk (1997) dalam Prasetyo (2018), tingginya kadar abu pada suatu bahan pangan yang dihasilkan menunjukkan tingginya kandungan mineral pada bahan tersebut.

3. Kadar Protein

(8)

memberikan pengaruh yang berbeda nyata (Tabel 2). Hasil uji lanjut Polinomial Ortogonal rasio tepung bekatul dan tepung talas terhadap kadar protein rori tawar dapat dilihat pada Gambar3.

Berdasarkan Gambar 3. menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan tepung bekatul dan semakin rendah tepung talas, kadar protein roti tawar meningkat. . Kadar protein roti tawar tertinggi dihasilkan pada perlakuan f5 dengan rasio tepung bekatul 40% dan tepung talas 10% dengan kadar protein 10,73% sedangkan kadar protein terendah terdapat pada perlakuan 10,04% . Hal ini disebabkan karena kandungan protein yang dimiliki bahan baku. Tepung bekatul diketahui memiliki kadar protein lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air tepung talas yakni 18,54% , sedangka tepung talas 1,9% (Depkes, 1979). Sehingga semakin tinggi penambahan t epung bekatul dan semakin rendah tepung talas yang ditambahkan akan menghasilkan kadar ptotein semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan penlitian Yunani (2017) adanya peningkatan kadar protein biskuit hingga pada substitusi tepung bekatul beras merah 10% , Kenaikan kadar protein total dari substitusi 0% sampai 10% disebabkan karena kadar protein pada tepung bekatul beras merah lebih tinggi yaitu 11,3- 14,9 gram/ 100 gram (Champagne dkk, 1992) .

4. Daya Kembang

Daya pengembangan suatu produk merupakan suatu bahan mengalami pertambahan ukuran (tinggi) sebelum dan setelah pemanggangan. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan rasio tepung bekatul dan tepung talas terhadap daya kembang roti tawar memberikan pengaruh yang

berbeda nyata (Tabel 2). Hasil uji lanjut Polinomial Ortogonal rasio tepung bekatul dan tepung talas terhadap daya kembang rori tawar dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik rasio tepung bekatul dan tepung talas terhadap Daya kembang tepung talas.

Berdasarkan Gambar 4. menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan tepung bekatul dan semakin rendah tepung talas, daya kembang roti tawar menurun. Daya kembang tertinggi dihasilkan pada perlakuan f0 dengan 100% tepung terigu dengan daya kembang 4,61% , sedangkan terendah dihasilkan paada perlakuan f5 dengan daya kembang 0,66% . Hal ini disebabkan karena tepung bekatul dan tepung talas tidak mengandung protein jenis glutein sehingga tidak dapat mengembangkan adonan roti tawar. Fungsi glutein yaitu menangkap karbondioksida yang dihasilkan oleh ragi dan karbondioksida tersebut terperangkap pada jaringan glutein sehingga menyebabkan adonan mengembang. Menurut Krisnawati (2014), reaksi gliadin dan flutein dengan air (hidrasi) aka membentuk massa elastis yang sering disebut gluten yang sifatnya mengikat gas. Fungsi glutein adalah menahan gas hasil fermentasi pada roti akibat penggunaan yeast. Glutein yang memberikan volume roti atau menyebabkan hasil akhir roti mengembang.

5. Sensoris Warna

(9)

tepung talas memberikan hasil yang signifikan (berbeda nyata) terhadap nilai sensoris parameter warna roti tawar secara hedonik dan skoring dapat dilihat pada Gambar 5

Gambar 5. Grafik rasio tepung bekatul dan tepung talas terhadap sensoriwarna. Berdasarkan Gambar 5. menujukkan rasio tepung bekatul dan tepung talas memberikan pengaruh yang berbeda-beda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap waran (uji hedonik dan skoring). Penilaian panelis terhadap kesukaan roti tawar ini berada pada kisaran nilai agak suka sampai suka

,

sedangkan untuk warna (Skoring) penilaian panelis berada pada kriteria kuning kecoklatan sampai kuning

6. Sensoris Aroma

Aroma merupakan rangsangan bau yang ditimbulkan oleh saraf olfaktori yang berbeda dari hidung ketika makanan masuk kedalam mulut (winarno, 2004). Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa rasio tepung bekatul dan tepung meberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap aroma pada uji hedonik dan skoring (Tabel 4). Rasio tepung bekatul dan tepung talas terhadap aroma roti tawar dapat dilihat pada Gambar

6.

Gambar 6. Grafik rasio tepung bekatul dan tepung talas terhadap aroma roti tawar

Gambar 6. menujukkan rasio tepung bekatul dan tepung talas memberikan pengaruh yang berbeda-beda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap aroma (uji hedonik dan skoring). Penilaian panelis terhadap kesukaan (hedonik) roti tawar ini berada pada kisaran pada tingkat tidak suka sampak agak suka, sedangkan untuk aroma (Skoring) penilaian panelis berada pada kriteria agak beraroma bekatul sampai tidak beraroma bekatul.

7. Sensoris Rasa

(10)

Gambar 7. Grafik rasio tepung bekatul dan tepung talas terhadap rasa roti tawar.

Berdasarkan Gambar 7. menujukkan rasio tepung bekatul dan tepung talas memberikan pengaruh yang berbeda-beda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rasa (uji hedonik dan skoring). Penilaian panelis terhadap kesukaan roti tawar ini berada pada kisaran nilai tidak suka sampai agak suka, sedangkan untuk rasa (Skoring) penilaian panelis berada pada kriteria berasa bekatul sampai tidak berasa bekatul.

8. Sensoris Tekstur

Tekstur makanan berperan penting dalam menentukan penerimaan konsumen. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis keragaman pada table 3. dapat dilihat bahwa rasio tepung bekatul dan tepung talas memberikan hasil yang signifikan (berbeda nyata) terhadap nilai sensoris parametertekstur roti tawar secara hedonik dan skoring dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Grafik rasio tepung bekatil dan tepung talas terhada tekstur roti tawar.

Berdasarkan Gambar 8. menujukkan rasio tepung bekatul dan tepung talas memberikan pengaruh yang berbeda-beda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tekstur(uji hedonik) Penilaian panelis terhadap kesukaan roti tawar ini berada pada kisaran nilai tidak suka sampai agak suka, sedangkan untuk tekstur (skoring tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata.

KESI MPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang terbatas pada

ruang lingkup penelitian ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pelakuan rasio tepung bekatul dan tepung talas memberikan

pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar

protein, daya kembang, hedonik (warna, rasa, tekstur dan aroma)

serta skoring (warna, rasa dan aroma namun tidak berbeda nyata

pada parameter tekstur) produk roti yang dihasilkan.

2. Nilai gizi roti tawar terbaik ditunjukkan oleh perlakuan f0 ( 100%

tepung terigu) dengan tepung terigu 100% dari aspek kimia,

dengan total kadar air sebanyak 25,4912% , kadar abu 2,3916% ,

kadar protein 10,3884% .

3. Nilai fisik dan sensoris terbaik dalam aspek fisik ditunjukkan pada

perlakuan f0 ( 100% ) tepung terigu 100% , dengan tingkat

pengembangan 4,61% .

4. Perlakuan f0 (100% tepung terigu) memiliki nilai sensoris tertinggi

baik dari Hedonik maupun Skoring. Dengan nilai Hedonik warna

4,05 (suka), aroma 3,55 (agak suka), rasa 3,6 (agak suka),tekstur

3,76 ( agak suka). Sedangkan nilai Skoring warna 4,05 (kuning),

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah. 2004. Sehat dengan Mengonsumsi Bekatul. Diakses dari

http: / / .gizi.netpada tanggal 23 November 2017.

Arleen, Ariestya., 2009. Pembuatan Roti Tawar dari Tepung Singkong dan

Tepung Kedelai.Jurnal Simposium NasinalRAPI VI I .

Astawan, M dan A. Leomitro. 2009.Khasiat Whole Grain: Makanan Kaya Serat untuk Hidup Sehat. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Astawan, M., dan Febrinda, E. 2010. Potensi dedak dan bekatul beras

sebagai ingredient Pangan dan pangan fungsional.

Artikel.1991): 14-2.

Astawan. M, 2004.Kandungan Serat dan Gizi pada Roti Ungguli Mid an Nasi. Departemen Teknologi Pangan dan Gizi I PB. Bogor.

Auliana, Rizqie. 2011. “ Manfaat Bekatul Dan Kandungan Gizinya” . Artikel.

Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Barber, S., Benedito de Barber, C. 1980. Rice Bran : Chemistry and

Technology.

Bramtarades I GPB, Putra I NK, Puspawati NN, Nocianitri KA dan Wiadnyani

AAI S. 2013. Formulasi Terigu dan Tepung Keladi pada

Pembuatan Roti Tawar.Jurnal I lmu dan Teknologi Pangan. 2 (1): 1-10.

Desrosier. NW., 1988. Teknologi Pengawetan Pangan Edisi I I I . Penerjemah

Muchji Mulyohardjo. Universitas I ndonesia: Jakarta.

Dewi, N.M.A.P., 2013. Stabilitas Bekatul dalam Upaya Pemanfaatannya

Sebagai Pangan Fungsional. Artikel. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, Bali.

Ermayuli. 2011. Analisis Teknis dan Finansial Agroindustri Skala Kecil pada

Proses Pembuatan Keripik Talas di Kabupaten Lampung Barat.

Tesis. Universitas Lampung, Lampung.

Faridah, A., 2008.Patiseri. Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. Hal. 13-75.

Faridah, A., Kasmita, S., Yulastri, A., dan Yusuf, L. 2008. Patiseri Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Febrianingsih, L., 2011. Formulasi Tepung Sukun dan Tepung Kacang Hijau

Terhadap Mutu Flake Sukun. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Mataram : Mataram.

Gaman PM, Sherrington KB. 1992. I lmu Pangan, Pengantar I lmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi, Murdijati G, et al, penerjemah. Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada University Press. Terjemahan

dari: The Science of Food, An I ntroduction to Food Science, Nutrition and Microbiology.

Hanafiah, K. A. 2002. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT Rajagafindo Persada: Jakarta.

Harisina, A. A., A. C. Adi dan Farapti., 2016. Pengaruh Subsitusi Buah

Sukun (Artocarpus communis) dan Kacang Hijau (Vigna radiate) Terhadap Daya Terima dan Kandungan Protein Flakes.

Jurnal Media Gizi I ndonesia. 11(1): 77-85.

Hedriko, S., 2011. Pemanfaatan Bekatul sebagai Subsitusi Tepung Terigu

pada pembuatan biscuit Creakers dan Penetapan Kadar Protein

serta Lemak. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatra Utara.

Juliano, B.O,. 1985. Rice Bran. Chemistry and Technology. AACC, St Paul.

Kartika, B,P., Hastuti, W., Suparton. 1988. Pedoman Uji I nderawi Bahan

Pangan. Pusat Antar Universitas Paangan dan Gizi UGM:

Yogyakarta.

Koswara, S., 2009. Teknologi Pengolahan Beras (Teknologi dan Praktek).

Ebookpangan.com.

Koswara, S., 2010. Teknologi Pengolahan Roti (Teknologi dan Praktik).

Ebookpangan.com.

Kusnandar. 2010.Teknik Analisis Sifat dan Fungsional Komponen Pangan. I nstitute Pertanian Bogor : Bogor.

Lestari, Nani,. 2015. Pengaruh Subsitusi Tepung Talas Terhadap Kualitas

Cookies. Skripsi. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga: Universitas Negeri Padang.

Luh, S., 1991.Rice Production and Utilition4thed. The AVI Publ., Co., I nc. Westport Connecticut.

Maulina Fitria Dwi Apliria, I ndah Mugi L dan Diah S., Retnowati .2012.,

Pengurangan Kadar Kalsium Oksalat pada Umbi Talas

Menggunakan NaHOO3 Sebagai Bahan Dasar Tepung. Jurnal Teknologi Kimia dan I ndustri, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Diponegoro: Semarang.

Mayasari, N. 2010. Pengaruh Penambahan Larutan Asam dan Garam

sebagai Upaya Reduksi Oksalat. Skripsi. Fakultas Teknologi

(12)

Muchtadi, Tien R, Sugiyono dan Fitriyono Ayustaningwarno. 2010. I lmu Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta: Bandung.

Mudjayanto, E. S. dan Yulianti, L.N. 2004.Membuat Aneka Roti. Penerbit Swadaya: Jakarta.

Mulyani, TJ., djajati, S., & Rahayu, L,D., 2015. Pembuatan Cookies Bekatul

(Kajian Proporsi Tepung Bekatul dan Tepung Mocaf ) dengan

Penambahan Margarine. J.Rekapangan9( 2): 1-8.

Oktaviana, I ., 2009. Formulasi Tepung Ubi Kayu (Manihot Estulenta Cranta)

Dengan Tepung Terigu Terhadap Sifat Fisik, Kimia, dan

Organoleptik Roti Tawar Ubi Kayu. Skripsi S1. Fakultas

Pertanian Universitas Mataram. Mataram.

Prasetyo. L., A. Ali dan Y. Zalfiatri., 2018. Pemanfaatan Tepung Biji Durian

dan Tepung Kcang Hijau dalam Pembuatan Flakes. JOM FAPERTA. 5(1): 1-12.

Richana, N., 2012. Araceae dan Dioscorea: Manfaat Umbi-Umbian I ndonesia. Nuans: Bandung.

Sari, D. R., 2015. Pengaruh Subsitusi Tepung Labu Kuning (Cucurita

moschata) Terhadap Kadar Proksimat dan Kerenyahan Biskuit.

Skripsi. Fakultas I lmu Kesehatan. Unversitas Muhamadiyyah Sukarakarta : Surakarta.

Sediaoetama, A.D. 1993,I lmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid 1. Dian Rakyat: Jakarta.

Sefa-Dedeh, S., dan Agyr-Sackey, E.K. 2004. Chemical composition and the

effect of processing an oxalate content of cocoyam

Xanthosoma sagittifolium and Colocasia esculenta L. J. Food

Chemsitry 85: 479-487.

Sjahmien. 1992. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

SNI .1995. Standar Nasional I ndonesia untuk Roti (SNI 01-3840-1995). Dan

Standarisasi Nasional. Jakarta.

Soekarto, S.T., 1985. Penilaian Organoleptik (Untuk I ndustri Pangan dan Hasil Pertanian). Bharata Karya Aksara : Jakarta.

Standar Nasional I ndonesia, 1995. “ Cara Uji Makanan dan Minuman SNI

01-3840-1995” . Pusat Standarisasi I ndustri Departemen

Perindustrian.

Sudarmadji, S., B, Haryono dan Suhard, 2007. Analisa Bahan Maknan Pertanian (Edisi Keempat). Liberty : Yogyakarta.

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi, 1984. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian (Edisi Ketiga). Liberty : Yogyakarta.

Suhardjo. 2005. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara: Jakarta.

Sutrisno. 2009. Teknologi Pengolahan roti. Ebook pangan.com.

Swastika, N.D. 2009. Stabilisasi Tepung Bekatul melalui Metode

Pengukusan dan Pengeringsan RAK Serta Pendugaan Umur

Simpannya. Skripsi. Departemen Teknologi I ndustri Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian I nstitut Pertanian, Bogor. Jawa

Barat.

Us. Wheat Associates .1983. Pedoman Pembuatan Roti dan Kue. Penerbit

DJamatan: Jakarta.

USDA. National Nutrient Data Base for Standard. 2014. Basic Report

20649, Tapioca, pearl, dry. The national Agriculutural Library.

Wahyudi, 2003. Memproduksi Roti. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Winarno, F.G. 1992.Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Winarno, F.G. 2004.Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Winarno, F.G. 2009.Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wulandari, T., dan Handasari, E. 2010. Pengaruh Penambahan Bekatul Terhadap Kadar Protein dan Sifat Organoleptik Biskuit.Jurnal Pangan dan Gizi. Vol.1 (02): 55-62.

Gambar

Tabel 3. Analisis Keragaman Nilai Sensoris
Gambar 8. Grafik

Referensi

Dokumen terkait

Telur nyamuk ( Aedes aegypti) memiliki lapisan pelindung yaitu korion dimana korion ini berfungsi untuk melindungi embrio dari kondisi eksternal seperti suhu yang

Revisi program sesuai dengan kekurangan- kekurangan Penerapan Aplikasi Sistem Informasi Sosial Network sebagai media komunikasi dan promosi pada SMP

Hasil penelitian menunjukkan : (1) Siswa gaya belajar visual sudah mampu menguasai aspek persepsi spasial, rotasi pikiran, orientasi spasial dan mampu mengidentifikasi

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang dan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean. Objek dan Bukan Objek PPN. Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009

Dengan adanya uang deposit yang diberlakukan pada layanan sirkulasi, dapat menjaga koleksi perpustakaan tetap ada pada perpustakaan, dikarena uang deposit itu membuat pemustaka

Kata penghubung walaupun dan tetapi tidak boleh dipakai dalam satu kalimat karena kalimat menjadi tidak efektif.. Oleh karena itu, kata pengehubung tetapi

Sifat pemalu juga dapat disebabkan oleh perilaku kurang bermasyarakat anak yang hidup dengan latar belakang dimana ia diabaikan oleh orang tuanya atau dibesarkan

dalam penggunaan pupuk dan pestisida dan dapat menyesuaikan penggunaan pupuk dan pestisida mereka dengan petani yang sudah efisien agar usahataninya bisa berjalan secara