• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum

Perkembangan dari bangunan tingkat tinggi mengikuti alur dari kemajuan dan perkembangan kota. Urbanisasi, yang dimulai seiring dengan gencarnya industrialisasi, masih terus berjalan di berbagai tempat di dunia hingga saat ini. Di Amerika Serikat, proses ini bermula dari abad ke - 19. Masyarakat mulai berpindah dari jalur rural (desa) menuju urban (kota) yang memicu dan memaksa kota untuk meningkatkan daya tampungnya. Teknologi pembangunan menanggapi hal ini dengan serius; sehingga pada masa ini baja ringan, eskalator dan lift serta suplai energi listrik juga mulai dikenal dengan dimulainya daya tamping kota secara vertikal.

Dampak dominan dari bangunan tingkat tinggi terhadap tata kota telah

mengundang banyakkontroversi antara gedungkota denganbangunan kunoyang

bersejarah. Bentuk-bentuk dari bangunan tingkat tinggi telah mengubah dan

membentuk garis-garis langit pada banyak kota di berbagai negara. Namun

demikian, semuanya dibangun dan diciptakan dengan tujuan menyerukan

karakteristik dan pernyataan simbol dari kemakmuran dan kemajuan suatu negarasertaperwakilandariambisiperekonomianmasyarakatnya.

Selain beban gempa, permasalahan beban angin juga menjadi hal yang utama dalam perencanaan bangunan tingkat tinggi karena berpengaruh pada kekuatan

bangunan dan juga menyangkut masalah kenyamanan (serviceability)

dari pengguna bangunan tersebut. Untuk memahami semua masalah angin dan

memprediksikarakteristikanginsecarailmiahmungkinmerupakansuatuhal yang

mustahil. Hal ini disebabkan olehpengaruhbeban angin pada bangunan yang

(2)

Sistem struktural untuk bangunan tingkat tinggi telah mengalami evolusi yang dramatis dari beberapa decade yang lalu hingga pada tahun 1990-an. Perkembangan dan kemajuan dalam bentuk system structural ini telah menjadi sebuah respon kegerakan menuju trend arsitektural yang terus berkembang dalam perencanaan gedung tingkat tinggi. Pada tahun 1980-an, mulai dikenal bangunan tingkat tinggi dengan gaya internasional dan design – design modern. Gedung – gedung tinggi berbentuk prisma, bergeometri vertikal dan gedung tinggi beratap rata mulai bermunculan dan menjamur di kota-kota besar serta menjadi umum dan dikenal masyarakat.

Zaman dan teknologi dunia pembangunan terus berkembang sehingga mengakibatkan gedung – gedung tinggi semakin beragam bentuknya dengan tampilan dan design yang semakin luar biasa pula. Hal ini mendongkrak kemajuan dari perkembangan bangunan tingkat tinggi yang telah menjadi kebutuhan masyarakat sehari - hari (sebagai apartemen, hotel, perkantoran, sekolah, rumah sakit, gedung serba guna maupun pusat perbelanjaan); serta meningkatkan perkembangan estetika dunia arsitektural yang berpengaruh pada tata kota. Sistem structural yang inovatif seperti megaframe, interior super diagonal braced frame, hybrid steel, core dan system outrigger telah menjadi perwakilan dari sebuah perkembangansistemstrukturalpadabangunantingkattinggi.

1.2 Klasifikasi Bangunan Tingkat Tinggi

Padatahun 1965, Fazlur Khan menyadari bahwa hirarki dari sistem struktur

inidapatdikategorikandengantujuandapatmenjadipendekatanyangefektifuntuk

penahanan beban lateral. Tipe yang pertama merupakan sistem penahan momen

yang efisien untuk gedung bertingkat 20 hingga 30 lantai. Tipe berikutnya

merupakangenerasidarisistemtubulardenganefisiensidarikantileveryangtinggi.

Tampilan bagandari sistem ini terusdimodernisasi secara periodikdalam jangka

waktutertentuapabila ada sistem baru yang ditemukandan dikembangkan dalam

(3)

sebagai bangunan yang ketinggiannya menciptakan berbagai kondisi pada design,

pembangunan dan penggunaannya lebih maksimaldaripada bangunan biasapada

waktu dan tempat tertentu. Para insinyur teknik sipil khususnya ahli struktur

mengemukakan bahwa sangat penting mengetahuidanmenyadaripentingnyasuatu

sistem dari struktur bangunan yang dapat menahan beban yang bekerja secara

lateral, apalagi telah dikategorikan jenis dari sistem struktural bangunan tingkat tinggi.

Proses pengklasifikasianbangunan tingkattinggiini didasarkan padakriteria

teknik dan sistem yang keduanya menjelaskan aspek fisis dan aspek design dari

bangunantersebut,sepertiberikut:

1. Material :

a. Baja

b. Beton c. Komposit

2. Sistempenahanbebangravitasi

a. FloorFraming(balok,slab)

b. Kolom

c. Truss

d. Pondasi

3. Sistempenahanbebanlateral

a. Dinding

b. Frame

c. Truss

d. Diaphragm

4. Tipebebanlateral

(4)

5. Kekuatandankebutuhankenyamanan a. Drift

b. Acceleration

c. Ductility

1.3 Sistem Outrigger

Inovasi dalam perencanaan struktur terus menerus berkembang di dalam

perencanaan bangunan tingkat tinggi dengan tujuan dapat menahan beban dan

tekanan angin. Seiring dengan perkembangan zaman banyak sistem dan metode

perencanaan yang dapat digunakan untuk bangunan tingkat tinggi; salah satunya

adalahpengunaansistemoutrigger. Sistem outrigger digunakansebagaisalahsatu sistemstrukturalyangefektifuntukmengontrolbebanyangbekerjasecaralateral. Ketikabebanlateralbekerjapadasuatustruktur, baikbebananginataupun gempa,

maka kerusakan struktur secara strukturalmaupun non – struktural dapat

diminimalkan. Sistem ini umumnya digunakan pada bangunan bertingkat tinggi yang juga terletak pada daerah yang merupakan zonagempaataupunyangbeban anginnya cukup besar berpengaruh.

Kerusakan bangunan akibat beban lateral secara konvensional dapat dicegah

dengan memperkuat dan memperkaku struktur bangunan terhadap gaya lateral

yang bekerja padanya. Namun, kerusakan secara non struktural umumnya

disebabkankarena adanya inter-storey drift (perbedaan simpangan antar tingkat).

Usaha memperkecil inter-storey drift dapat dilakukan dengan memperkaku

bangunan dalam arah lateral. Sistem outrigger merupakan salah satu sistem penahan beban lateral dan dipasang secara diagonal (juga dapat berupa struktur dinding beton ataupun struktur komposit). Kolom bagian terluar dari bangunan tingkat tinggi terhubung dengan shear wall maupun core wall yang terdapat di bagian tengah bangunan dengan batang batang outrigger yang bersifat sangat kaku pada satu tingkat atau lebih Dalam konsep outrigger yang konvensional,

(5)

outrigger dihubungkan secara langsung dari shear wal ataupun braced frame

dengankolompadabangunan tingkattinggi.Secara umum,kolom yangdimaksud

adalah kolom yang terletak pada sisi terluar dari bangunan. ( Gambar 2.1 ).

Merupakan bagian yang ideal pada sebuah bangunan tingkattinggi yang

menggunakan 2 (dua) set outrigges, termasuk salah satunya yang berada pada

puncakbangunan.

(6)

Kenyataannya, outrigger yangdigunakan pada bangunan tingkat tinggitidak dipasang pada setiap lantai bangunan. Pemasangan outrigger disesuaikan dengan

kebutuhan dan perencanaan dari bangunan tersebut. Umumnya, outrigger dapat

dipasang setiap 10 atau 20 lantai. Ketika beban lateral bekerja pada bangunan, penekukan pada shear wall memutar batang – batang outrigger yang kaku yang juga terhubung dengan shear wall serta mempengaruhi tarik dan tekan pada

kolom. Outrigger yang digunakan pada bangunan tingkat tinggi tidak dipasang

pada setiap lantai. Pemasangan outrigger disesuaikan dengan kebutuhan dan

perencanaan dari bangunan tersebut. Umumnya, outrigger dapat dipasang hanya padasatulantaisaja ataupunlebihpadabangunan.

Caradarikolomterluardaribangunanmenahanbagiandariperputaranmomen

yang dihasilkan oleh angin maupun beban – beban lainnya yang bekerja pada

bangunan digambarkan dalan ( Gambar2.3 ). Outrigger, yang terhubung dengan

core dan kolom di luar core, meregangkan kembali perputaran pada core dan

mengkonversibagiandarimomenpadacoremenjadipasangan gayavertikalpada

kolom. Pemendekan dan perpanjangan dari kolom serta deformasi dari outrigger

dapat menyebabkan beberapa perputaran pada core. Dalam perencanaan umum,

perputaran terhitung kecil sehingga core membalikkannya ke arah bawah

outrigger.

(7)

Konsep dari pemakaian outrigger telah tersebar luas dewasa ini, apalagi

didalam perencanaan bangunan bertingkat tinggi. Penggunaan outrigger pada

bangunan tingkat tinggi di luar negeri apalagi negara maju sudah sangat

berkembang. Didalamkonsep ini, outrigger berfungsi sebagai penahan beban

lateralyangmenghubungkan coredengankolomyangterletakpada bagianterluar

dari bangunan tersebut ( Gambar 2.4 ). Core yangdimaksud dapat berupa shear wal ataupunbracedframesesuaiperencanaan.

Penggunaan dan efisiensi dari outrigger berakar baik dalam sejarahnya

tersendiri. Outrigger juga telah menjadi salah satu elemen kunci dalam

perencanaanbangunantingkattinggiyangefisiendanekonomis.

X =BeltTruss X=Outrigger =CoreWall =ExteriorColumns

(8)

1.4 Karakteristik Outrigger

Sistem outrigger dapat mengefisienkan penggunaan dari material struktur.

Selain itu juga dapat berfungsi untuk memaksimalkan kekuatan aksial dan

kekakuandarikolombagianterluaruntukmenahanbagiandariperputaranmomen

yang merupakan efek dari pembebanan lateral. Outriggeryangmempunyai

beberapa keunggulan, diantaranya dapat mengurangi displacement serta

inter-storey drift akibat beban lateral. Tetapi, hal ini juga tidak terluput dari beberapa

kelemahan. Ada beberapa masalah yang dapat ditimbulkan dalam pengunaan

outrigger. Masalah yang ditimbulkan dapat membatasi aplikasi dari konsep di dalamlapangan,diantaranya:

1. Ruang yang termakan akibat pemasangan outrigger ( terutama bagian yang

diagonal ); memakan tempatyangcukup banyakpadalantaidimanaoutrigger

dipasang. Bahkan pada lantai penyimpanan mesin dan perlengkapan,

keberadaan outrigger merupakan masalah yang paling utama karena tidak

tertutup kemungkinan bahwa satu lantai yang menggunakan outrigger tidak

dapatdifungsikan sebagaimanamestinya.

2. Masalah arsitekturaldanfungsionaldaribangunantersebutyangdapatmenjadi

pertimbangan karena pengaruh dari pemasangan outrigger yang terhubung

dengancorewallpadabagiantengahbangunan.

3. Cara untuk menghubungkan outrigger dengan core wall dapat menjadi suatu

hal yang sangat rumit. Tingkat kesulitan akan semakin tinggi apabila sistem coreyang direncanakanadalahshearwalldaribeton.

4. Dalam beberapa hal, core dan outrigger tidak akan memendek secara

bersamaan karena pengaruh gaya gravitasi. Outrigger haruslah sangat kaku

agar dapat berfungsidenganefektifdanmaksimal.Outrigger dapat mengalami

tegangan yang cukup signifikanketika mencoba untuk mengontrol perbedaan

pemendekan antaracoredanbatang - batangoutrigger.Ketelitianyangtinggi

dan biaya tambahan juga diperlukan dalam permasalahan ini. Selain itu,

(9)

mencapaipuncak penyelesaian pembangunannyakarenalantaibangunanyang

menggunakan outrigger haruslah sangat kaku. Semua usaha ini dilakukan

untukmengurangimasalahyang terjadiakibatperbedaanpemendekan.

Karena masalah utama terletak pada terbatasnya ruang muat dan gerak akibat

penempatan outrigger, maka biasanya lantai yang menggunakan outrigger

dimaksimalkan sebaik mungkin agar tidak menjadi bagian dari bangunan megah dan tinggi yang tidak berfungsi sama sekali. Agar dapat menjadi lantai dari

bangunan yang efektif dan maksimal, adapun langkah yang dapat dilakukan

sebagaisolusi adalah menjadikan lantai – lantai yang menggunakan outrigger ini

menjadi ruangan mesin ataupun genset. Caranya adalah dengan menyesuaikan

ukuran mesin yang akan menempati ruangan yang juga sedikit terhimpit oleh

batang – batang outrigger, agar dapat muat dalam petak – petak ruangan yang

terbentuk akibat pemasangan outrigger. Alternatif lainnya yang dapat dijadikan

solusi adalah menjadikan ruangan tersebut menjadi gudang panyimpanan stok

barangataupuntempatpenyimpananbarang - barangataupunperlengkapankantor

lainnya. Selain itu, bisa dimanfaatkan pula sebagai ruangan kontrol, ruangan

pengawasankeamanan,ruangankompresorACataupunruanganpanellistrik.

1.5 KeuntunganPenggunaanOutrigger

Untuk kebanyakan bangunan tingkat tinggi secara umum, jawaban dari

permasalahanpadastrukturcoredansistemtubularadalahdayakerjadarisatuatau

lebih dari lantai yang dipasang outrigger. Outrigger menghubungkan core pada

bangunan dengan kolom terluar pada bangunan maupun elemen dinding. Sistem

outriggerdapatdibentukdengankombinasibaja,beton,maupunstrukturkomposit.

Ketika outrigger telah dipasang dan diefektifkan dengan baik, maka dapat

memberikan keuntungan secara struktural dan fungsional bagi keseluruhan

(10)

1. Momenyangberputarpadacoredanpeningkatandeformasiyangterjadidapat

dikurangi melalui momen yang berputar berlawanan arah yang bekerja

pada core pada masing – masing persimpangan outrigger. Momen ini

ditimbulkan dari pasangan gaya pada kolom terluar yang terhubung dengan

outrigger.

2. Penempatanjarakkolomterluartidakdidasarkanpadapertimbanganstruktural

saja dan dapat dengan mudah dikaitkan dengan pertimbangan estetika dan

fungsional.

3. Framing terluar dapat berupa balok biasa yang sederhana dan framing kolom tanpa harus membutuhkan sambungan frame yang kaku, mengakibatkan perencanaan bangunan lebih ekonomis.

Penggunaan outriggertelahberkembangdidalamduniapembangunansejauh

ini, apalagi di negara – negara maju seperti di Amerika Serikat, Australia dan

negaraindustri lainnya. Di Indonesia penggunaan system outrigger belum begitu

dikenalkarenakurangnyapembangunangedungbertingkattinggiyangsignifikan.

Berikutmerupakanbeberapacontohgedung – gedungtingkattinggididuniayang

menggunakan sistem outrigger untuk membuktikan bahwa dunia pembangunan

terusberkembang,diantaranya:

1. GedungCitySpirediNewYork,AmerikaSerikat

- Arsitek :MurphyJahn

- Struktur :RobertRosenwasserAssociates

- Tahunselesai :1987

- Ketinggian :248m

- Jumlahlantai :75tingkat

- Fungsi :Perkantorandanpemukiman

(11)

- Defleksilateralmaksimum:H/500

- Tipestruktur :Shearwalldenganoutriggerpadalantai

transferdanlantaikantor

- Pondasi :Batukarang,4MPa

- Kolom :56MPa

- Core :Dindingbeton

2. GedungChifleyTowerdiSydney,Australia

- Arsitek :Kohn,Pedersen,FoxdanTravis

- Struktur :FlackandKurtzAustraliadan

Thornton-TomasettiAssociates

- Tahunselesai :1992

- Ketinggian :215m

- Jumlahlantai :50tingkat

- Fungsi :Perkantoran

- Kecepatanangin :50m/dtk

- Defleksilateralmaksimum:H/400

- Tipestruktur :Bracedsteelcoredenganoutriggerpadalantai

5,29–30,42–43

- Pondasi :Batukali,5MPa

- Kolom :Baja,250–350MPa

(12)

1.6 Respon Beban Angin Pada Bangunan Tingkat Tinggi

Selainbebangempa,permasalahanbebananginjugamenjadihalyangutama

dalam perencanaan bangunan tingkat tinggi karena berpengaruh pada kekuatan

bangunan dan juga menyangkut masalah kenyamanan (serviceability) dari

pengguna bangunan tersebut. Untuk memahami semua masalah angin dan

memprediksikarakteristikanginsecarailmiahmungkinmerupakansuatuhal yang

mustahil. Hal ini disebabkan oleh pengaruh beban angin pada bangunan yang

bersifatdinamisdandipengaruhioleh beberapafaktorlingkungan.

Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983, Beban angin ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.

Berdasarkan Peraturan Muatan Indonesia 1971, muatan angin diperhitungkan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (isapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang – bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan tekanan negatif ini dinyatakan dalam kg/m2, ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup (velocity pressure) yang ditentukan dalam pasal 4.2 dengan koefisien – koefisien angin yang ditentukan dalam pasal 4.3.

Besarnya beban angin yang bekerja pada struktur bangunan tergantung dari kecepatan angin, rapat massa udara, letak geografis, bentuk dan ketinggian bangunan, serta kekakuan struktur. Bangunan yang berada pada lintasan angin, akan menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti. Sebagai akibatnya, energi kinetik dari angin akan berubah menjadi energi potensial, yang berupa tekanan atau hisapan pada bangunan.

(13)

Gambar 2.5. Pengaruh angin pada bangunan gedung

1.7 Kecepatan Angin

Kecepatan angin didapat dari ketinggian spesifik pada bangunan, dengan

indikasi dari dua fenomena yaitu kecepatan angin yang konstan dan kecepatan

tekanan angin yang bervariasi. Alhasil, angin mempunyai dua komponen yaitu

statisdandinamis. ( Gambar 2.6 )

Secara umum, kecepatan angin terus bertambah seiring dengan pertambahan

ketinggiannya, seperti yang ditunjukkan gambar 2.7. Tingkat pertambahan

kecepatan angin ini merupakan faktor dari kekasaran tanah, yang awalnya

diperlambat dari tanah hingga makin cepat sesuai pertambahan ketinggian.

Semakin banyak halangan pada keadaan sekeliling (pohon, gedung, rumah, dsb),

ketinggian yang diperlukan anginuntukmencapai kecepatan maksimum(V max)

(14)

Gambar 2.7–KecepatanMaksimumAngin 1.8 Beban Angin dalam Peraturan

Penelitian secara ekstensif terus dilakukan untuk mendapatkan prediksi dari

aksibeban angin padabangunan tingkat tinggi. Peraturan bangunan yangdipakai

hanyamerupakanpendekatan statisyangmembayang - bayangiaksidinamisdari

karakteristik beban angin. Nilai dari tekanan angin merupakan fungsi persamaan

darikecepatanangintahunandalamsatuanmph(mileperhour),30kaki(ft)diatas

permukaantanahdenganmasawaktu50tahun.

Menggunakan rumus dan metode dari referensi VI (High-rise Builiding

(15)

Structures byWolfgangSchueller),tekanananginyangdihasilkanolehanginpada suatubangunantingkattinggidapatdikalkulasidenganrumus:

p=0.002558CDV2 (III.1)

dimana:

p =tekananpadamukabangunan(psf) CD =koefisienbentuk

V =kecepatanmaksimum(mph)

KoefisienbentukCDbergantungkepadabentukbangunandanbentukatapdari

bangunan. Untuk bangunan tinggi berbentuk segi empat, nilai CD nya 1,3, yang

merupakanpenjumlahan dari efek tekanan angin 0,8 dan efek hisapan dari angin

0,5.Nilaidaritekananangindapatdiperolehdaripersamaanketinggianbangunan.

Dalamhal ini, rumuspersamaan diberikanpada bangunan yangberada pada 30 ft

(9,144m) diataspermukaantanahdengan kecepatan angin sebesar 75 mph

(33,5m/s)yangmenghasilkan:

p=0.002558(1,3)(75)2≈18psf

Sehinggamenghasilkan kodebangunan untuk bangunan tinggi segi empat

dengankecepatanangin 75 mph (33,5 m/s) yangtelah digambarkan dalam grafik

(16)

Dalam peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, beban angin ditentukan dengan mengganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (isapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Tekanan tiup minimum harus diambil sebesar 25 kg/m2, sedang secara umum tekanan tiup merupakan fungsi dari kecepatan angin. Koefisien pengaruh ditentukan berdasar bentuk bidang yang terkena tiupan / isapan angin seperti pada tabel 4.1 PPIUG 83 dibawah ini.

Gambar : 2.9. Koefisien beban angin pada PPIUG ‘83 Sumber : Peraturan PPIUG ‘83

(17)

Sedangkan untuk daerah – daerah didekat laut dan daerah – daerah lain tertentu dimana terdapat kecepatan-kecapan angin yang mungkin menghasilkan tekanan tiup yang lebuih besar, maka besar tekanan tiup (p) angin menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 secara umum dihitung dengan rumus :

p = V2/16 (kg/m2) ( Pasal 4.2 .3 )

Dengan v : kecepatan angin dalam m/det.

Studi dari Lythe, G.R dan Isyumov N., menunjukkan bahwa kecepatan angin per jam rata – rata untuk angin 100 tahunan mencapai 40 m/detik pada ketinggian gradien.

1.9 ArahAngin

Semuapergerakan bangunan meresponterhadap arahangin. Ketika sejumlah

udarayangbergerakdalamarahtertentubersentuhandengan permukaanbangunan,

sebuahperputarangayaakanditimbulkan.Gayainilahyangdisebuttekananangin. Tekanananginini dapatmenjadi besarbaik karenapertambahankecepatan angin

maupunpertambahanareadimanaanginsemakinbekerjadenganleluasa.

Bebananginyangbesarpadalebihdarisatusisibangunandapatmenyebabkan doubleflexurepadabangunan(Gambar2.9b).

(18)

Double flexure dapat berdampak positif ataupun negatif pada pergerakan bangunan. Displacement berbagai arah dapat menjadi lebih kecil dari yang seharusnya jika aliran udara atau angin yang sama datang secara bersamaan pada bangunan hanya pada satu sisi saja. Tekanan angin terbesar selalu terjadi ketika arah angin tegak lurus dengan muka bangunan. Ketika aliran angin menubruk permukaan bangunan pada bagian lain selain 90ᵒ, kebanyakan dari aliran angin tersebut mengalir ke arah yang lain dengan sendirinya.

1.10 PerhitunganBebanAnginpadaBangunanTingkatTinggi

Perhitungan beban angin dapat menggunakan grafik pada gambar 2.8. Hasil pembacaan grafik (psf) akan dikalikan dengan tinggi lantai yang bersangkutan (ft) serta dikali dengan panjang bentang bangunan (ft). Hasil dari beban angin akan diperhitungkan dalam satuan kips. Momen perlawanan yang dihasilkan oleh berat

(19)

Sehingga dari kedua momen ini dapat diperoleh angka keamanan (safety factor)untukmengatasi perputaran.Rumusnyaadalah:

1.11 PerhitunganpadaBangunanTingkatTinggi 1.11.1 Kekakuan

Berdasarkan referensi VII karya B. S. Taranath, nilai dari kekakuan K dapat diperolehdarigaya pyang bekerja pada tiap kolomterluar daribangunan dengan persamaanp=AEδ/L;dimanaδ=d/2,sehinggamenghasilkanpersamaan:

Dankontribusipersamaan(III.5)kedalamrumuskekakuanakanmenjadi:

dimana:

K =nilaikekakuan A =luasdarikolom

E =moduluselastisitasdaricore d =jarakdarikolomkekolom L =tinggibangunan

(20)

1.11.2 Displacement

Untuk membandingkan hasil displacement pada model bangunan 55 lantai,

akan dibagi perhitungan displacement dalam 5 kasus (Gambar 2.10). Empat

contoh model pemasangan outrigger pada bangunan 55 lantai adalah sebagai

berikut:

1. Modelstrukturtanpa outrigger

2. Model strukturdengan1 outriggerpadalantaiteratas.

3. Modelstrukturdengan1outriggerpada¾dariketinggianbangunan. 4. Modelstrukturdengan1outriggerpada½dariketinggianbangunan. 5. Modelstrukturdengan1outriggerpada¼dariketinggianbangunan.

(21)

Gambar 2.10 PermodelandalamPenempatanOutrigger (a)x=0;(b)xL;(c)xL;(d)xL

Model struktur pertama dari analisis bangunan 50 lantai ini tanpa

menggunakan outrigger. Displacemen pada model struktur yang pertama dapat

langsungditentukansecaraanalitisdenganmenggunakanpersamaan:

(22)

dimana:

∆ = displacement pada lantai tertinggi (mm) W = besar beban angin per ketinggian bangunan L = tinggi bangunan

E = modulus elastisitas dari core I = momen inersia dari core

Padamodelstrukturyangkedua,outriggerdipasangpadalantaitertinggipada

bangunan (x 0 atau Z = L) yang menyebabkan lantai teratas (lantai 40) menjadi

lantaiyangkaku.Nilaixmerupakanlokasipenempatanoutriggeryangdiukurdari

puncak bangunan sedangkan nilai Z adalah ketinggian tempat outrigger dipasang

yang diukur daripermukaan tanah. Persamaan dari perputaran sudut yang terjadi

akibatpemasanganoutriggerdapat dituliskandalampersamaan:

dimana:

= rotasi dari kantilever akibat beban angin secara lateral saat Z = L

= rotasi dari kantilever akibat kekakuan

= rotasi final dari kantilever saat Z =L

Tanda negatif pada menunjukkan rotasi ataupun perputaran yang terjadi

akibatkekakuan berlawananarahdenganrotasiatauperputaranakibatbebanluar(

angin ). Untuk kantilever bangunan tinggi dengan momen inersia I dan modulus

elastisitasEdanmendapatbebananginmeratasecaralateralW,maka:

(23)

Displacement ∆2 pada puncak bangunan dapat diperoleh dengan

mensuperposisikan defleksi dari kantilever akibat beban angin merata W dan

defleksiakibatmomenpengaruhoutrigger,sehinggaakandiperoleh:

Sehingga menjadi :

Pada model struktur yang ketiga, outrigger dipasang pada lantai 30 pada

bangunan yaitu pada posisi x = 0.25 L atau Z = 0.75 L. Defleksi lateral y yang

ditimbulkanolehbeban lateralyangmerataadalah:

Dengan mendiferensialkan y terhadap x, maka akan didapatkan persamaan untu

yaitu:

SubstitusikannilaixLkepersamaan(III.14)sehinggaakanmenghasilkan:

Danhasilnyamenjadi:

M3 dan K3 mewakili momen dan kekakuan pada model struktur yang ketiga

yaitupadasaatoutriggerditempatkanpadaZ=¾L,makapersamaan(III.8) dapat diuraikanmenjadi:

(24)

SehinggaM3akanmenjadi :

Berdasarkannilai M2padapersamaan(III.11),makapersamaan(III.17) dapatjuga

ditulis:

Displacement∆3padasaatZ=¾Ldapatdiperolehdaripersamaan:

Pada model struktur yang keempat, outrigger dipasang pada bangunan 50

lantaiyaitu padaposisi x=0.5L atauZ=0.5L.M4danK4mewakilimomendan

kekakuanpadamodelstrukturyangkeempatyaitupadasaat outriggerditempatkan

pada pertengahan ketinggian gedung (lantai20) ataux=Z=½L. Nilai kekakuan K4=2K2,makanilaiM4:

Dandisplacement∆4padasaatZ=½=

Pada model struktur yang terakhir dalam permodelan struktur 50 lantai ini, outrigger dipasang pada posisi x = 0.75 L atau Z = 0.25 L. M5 dan K5 mewakili

persamaan momen dan kekakuan pada model struktur yang kelima yaitu

pemasangan outrigger pada bangunan50lantaiyaitupadaxLatauZ=¼

L.NilaikekakuandariK5=4K2,maka :

(25)

1.12 LokasiOptimumPenempatanSingleOutrigger

Pada ilustrasi dan permodelan struktur bangunan 50 lantai sebelumnya

diketahui bahwa mengikat kolom terluar dengan core merupakan fungsi dari dua

buahkarakteristik, yaitukekakuanyangdiakibatkanolehoutrigger danperputaran

sudut yang terjadi akibat lokasi penempatan outrigger terhadap beban luar yang

merata(angin).

Kekakuan dari outrigger akan mencapai nilai minimum ketika ditempatkan

pada lantai teratas, yakni pada lantai50. Dan nilai kekakuan akan maksimum

ketika ditempatkan pada lantai yang lebih bawah, dalam permodelan ini adalah

lantai 10. Sedangkan rotasi perputaran terjadi akibat dari beban angin yang

bervariasi nilainya secara parabolik, dari yang memiliki nilai maksimum di atas

hingga mencapai nilai nol di bawah. Dengandemikian,dari sudut pandang

kekakuan dan juga pertimbangan perputaran yang terjadi, lokasi outrigger dapat

ditentukan. Dan sangat jelas bahwa lokasi optimum dari penempatan outrigger

adalahdisekitarbagiantengahdariketinggianbangunan.

Dengan asumsi outrigger yang digunakan adalah sangat kaku, maka lokasi

optimumdaripenempatanoutrigger dapatdiperolehdenganperhitungankalkulus.

Langkahpertama adalahmenggunakan persamaanuntuk perputaran pada x,yang

merupakanlokasipenempatanoutriggerdiukurdaripuncakbangunan.

dimana:

W = besar beban angin Mx = momen pada x

Kx = kekakuan outrigger pada x yang senilai dengan L = tinggi bangunan

E = modulus elastisitas dari core I = momen inersia dari core

(26)

X = lokasi dari outrigger yang diukur dari lantai teratas d = jarak dari kolom ke kolom

Kemudian, nilai defleksi pada puncak bangunan dapat diperoleh dari nilai Mx

dengan persamaan:

Lokasioptimum daripenempatanoutriggeradalah lokasidimana defleksiYM

bernilai maksimum. Didapatkan dari cara mendiferensialkan persamaan (III.25)

terhadapxdanhasilnyaadalahnol.

Sehinggadiperoleh :

1.13Sistem Shear wall

Perlakuan dinding geser dengan kekakuan bidang datar yang sangat besar dan membentang pada keseluruhan jarak vertikal antar lantai dapat digunakan secara ekonomis untuk menyediakan tahanan beban horizontal yang diperlukan. Penempatan dinding geser pada lokasi-lokasi tertentu yang cocok dan strategis serta ditempatkan secara hati-hati dan simetris dalam perencanaanya, dinding geser sangat efisien dalam menahan beban vertikal maupun lateral.

(27)

Jenis dinding geser berdasarkan banyaknya dinding dibagi atas : 1. Dinding geser sebagai dinding tunggal (gambar 2.10a)

2. Beberapa dinding geser disusun membentuk CORE (gambar 2.10b)

Jenis dinding geser berdasarkan variasi susunan dinding geser dalam denah dibagi atas :

1. Dinding geser sebagai dinding eksterior (gambar 2.11a) 2. Dinding geser sebagai dinding interior (gambar 2.11b) 3. Dinding geser simetri (gambar 2.11c)

4. Dinding geser asimetri (gambar 2.11d) 5. Dinding geser penuh selebar bangunan

6. Dinding geser hanya sebagian dari lebar bangunan Gambar 2.10a. Dinding Geser

Tunggal

Gambar 2.10b. Dinding Geser Core

(28)

Dalam mendesain sistem struktural perlu diperhatikan kestabilan lateral. Bagaimana suatu struktur dapat menahan gaya lateral tidak saja akan mempengaruhi desain elemen – elemen vertikal struktur tetapi juga elemen horizontalnya. Struktur harus disusun sedemikian rupa hingga mekanisme pikul beban lateral mencukupi

Dinding geser eksterior Dinding geser interior Dinding geser interior simetri Dinding geser eksterior asimetri Gambar 2.11. Pembesian dinding geser

Gambar 2.11a.-2.11d. Variasi susunan dinding geser Sumber : Blog internet

(29)

Adapun tiga struktur penahan beban lateral dari gedung bertingkat banyak, salah satunya adalah :

Dinding Geser (Shearwall)

Untuk bangunan tinggi, diperlukan kekakuan yang cukup untuk menahan gaya-gaya lateral yang disebabkan oleh angin dan gempa. Jika bangunan tinggi tersebut tidak didesain secara benar terhadap gaya-gaya ini, dapat timbul tegangan yang sangat tinggi, serta getaran dan goyangan kesamping ketika gaya-gaya tersebut terjadi. Akibatnya tidak hanya menimbulkan kerusakan parah pada bangunan tersebut tetapi juga mengakibatkan ketidak nyamanan pada penghuni. Dinding geser merupakan dinding beton bertulang dengan kekakuan bidang datar yang sangat besar ditempatkan pada lokasi-lokasi tertentu yang cocok dan strategis, dinding tersebut dapat digunakan secara ekonomis untuk menyediakan tahanan beban horizontal yang diperlukan. Pada dasarnya dinding geser merupakan balok kantilever vertikal yang tinggi dan memberikan stabilitas lateral kepada struktur dengan menahan geser dan momen tekuk pada bidang datar yang disebabkan gaya-gaya horizontal / lateral berupa beban gempa maupun beban angin. Sehingga diharapkan struktur yang diberikan struktur dinding geser akan lebih kaku dan bisa menyerap dan menahan gaya geser.

2.14 Perilaku Dinding Geser (Shearwall) Akibat Gaya Lateral

Dinding geser (shearwall) adalah unsur pengaku vertikal yang dirancang untuk menahan gaya lateral yang bekerja pada bangunan (Wolfgang Schueller, 1989 : 105). Dinding geser dengan lebar yang besar akan menghasilkan daya tahan lentur dan geser yang sangat tinggi dan merupakan sistem struktur yang paling rasional dengan memanfaatkan sifat-sifat beton bertulang. Pada konstruksi pelat beton bertulang, lantai dapat dianggap tidak mengalami distorsi karena ketegaran lantai sangat besar. Jadi gaya geser yang ditahan oleh sistem struktur disetiap tingkat bisa dihitung berdasarkan rasio ketegaran dengan memakai prinsip statis tak tertentu. gambar 2.5 memperlihatkan deformasi portal terbuka dan dinding geser kantilever yang memikul gaya gempa

(30)

a).Portal terbuka b).Dinding geser

Deformasi pada dinding kantilever menyerupai deformasi balok kantilever yang tegak lurus tanah dan selain deformasi lentur, dinding mengalami deformasi geser dan rotasi secara keseluruhan akibat deformasi tanah. Sebagai perbandingan deformasi portal terbuka besarnya cenderung sama pada tingkat atas dan bawah, sedangkan deformasi pada dinding geser sangat kecil didasar dan besar dipuncak.

Gedung yang sesungguhnya tidak memiliki dinding geser yang berdiri sendiri karena dinding berhubungan dalam segala arah dengan balok atau batang lain ke kolom-kolom disekitarnya. Sehingga deformasi dinding akan dibatasi dan keadaan ini sebagai pengaruh pembatasan (boundary effect). Agar daya tahan dinding dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka syarat-syarat dibawah ini harus diperhatikan dalam tujuan perancangan dinding geser.

Gambar 2.12.

Deformasi Portal Terbuka dan Dinding Geser.

Gambar 2.13 Letak Dinding Geser Sumber : Blog internet

δ δ

(31)

Bila letak dinding geser berbeda antara satu tingkat dengan tingkat lainnya seperti pada gambar 2.6a, gaya geser yang terpusat di dinding atas, w1, harus disalurkan ke dinding bawah w2. Dalam hal ini, balok atau pelat D akan memikul gaya tarik dan tekan yang besar. Sebaliknya pada dinding seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.6b, pondasi memikul gaya yang besar karena momen guling (overturning moment) dan tarikan keatas bisa terjadi sehingga menyulitkan perencanaan, namun masalah ini bisa diatasi dengan melebarkan dinding ditingkat bawah, memperkuat dengan kerangka melintang yang tegak lurus pada kedua sisi dinding atau memperkuat balok pondasi.

(Kiyoshi Muto, 1987 : 24) Bangunan bertingkat itu adalah bangunan yang

mempunyai lebih dari satu lantai secara vertikal. Bangunan bertingkat ini dibangun berdasarkan keterbatasan tanah di perkotaan dan tinggi tingkat permintaan ruang untuk berbagai macam kegiatan. Di lain sisi juga diperlukan tingkat perencanaan dan perancangan yang semakin rumit guna menambah kekuatan struktur seperti dinding geser, dengan tujuan:

1. Untuk memperoleh dinding geser yang kuat.

2. Untuk mengurangi deformasi lentur pada dinding, balok disekitar dinding harus dibuat kuat dan tegar agar daya tahannya lebih baik dan momen lentur dinding harus diusahakan mendekati momen lentur portal terbuka.

3. Bila dinding atas dan bawah tidak menerus atau berseling gaya gempa yang ditahan oleh dinding harus disalurkan melalui lantai.

2.14.1 Dinding Geser Kantilever

Dinding geser pada gambar 2.5 yang memikul gaya gempa mengalami 4 jenis deformasi yaitu :

(32)

1. δs = deformasi akibat geser 2. δs = deformasi akibat lentur

3. δs = deformasi akibat rotasi pondasi

4. δs = deformasi akibat pondasi bergeser secara horizontal

2.14.2 Interaksi Dinding Geser dan Portal

Bila dinding geser dihubungkan dengan portal, secara alamiah (ditinjau dari pihak geser) deformasi dinding akan dibatasi oleh adanya portal, terutama deformasi akibat lentur dan rotasi pondasi. Pada dinding bertingkat satu, gaya pembatasan ini bisa diabaikan untuk tujuan praktis, sedangkan pada dinding geser yang tinggi dan langsing, gaya ini tidak bisa diabaikan. Pengekangan (restrain) dari portal sangat efektif untuk membuat dinding langsing efisien seperti dinding geser. Bila portal dihubungkan disekeliling dinding, ketegaran (rigidity) dan daya tahan (resistant) dinding dari pihak portal, dinding geser akan menimbulkan deformasi pada bagian portal didekat dinding sehingga tegangan dibagian ini lebih besar daripada bagian lainnya. Pada gambar 2.6a memperlihatkan system kerangka yang dikonversikan menjadi system yang ditunjukan pada gambar 2.6b. Sondang P. Siagian (2001 : 24) “Efektivitas adalah pemanfaatan sarana dan prasarana tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan suatu tujuan atas kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

Gambar 2.15

(33)

a).Deformasi akibat gempa b).Diagram tegangan pada portal

a).Deformasi yang terjadi akibat adanya perbatasan b).diagaram tegangan portal

Gambar 2.16

Deformasi dan Diagram tegangan pada portal

Gambar 2.17

Deformasi dan Diagram tegangan yang terjadi pada portal akibat adanya perbatasan Sumber : Blog internet

(34)

Gaya gempa bekerja pada suatu portal seperti pada gambar 2.16, deformasi dan diagram tegangan akan seperti pada gambar 2.17 dan dinding akan dikekang oleh portal terbuka yang dihubungkan disekeliling dinding. Pengekangan ini timbul dari daya tahan portal yang sebidang dan portal yang tegak lurus. Dimana pada balok pengekangan dari portal yang sebidang berhubungan langsung dengan dinding, dimana putaran sudut dan deformasi dalam arah vertikal dititik kumpul kolom-kolomyang berdekatan diabaikan.

Gambar 2.18

Gaya Lateral yang Bekerja pada Portal

Gambar 2.19

Beban Lateral yang Bekerja pada Portal Sumber : Blog internet

(35)

2.15 Beban Angin ( Perhitungan berdasarkan ASCE 7 – 02 )

Dalam perencanaan beban angin berdasarkan peraturan ini, ada beberapa parameter – parameter untuk menentukan tekanan angin yang terjadi untuk mnghitung beban angin yang terjadi pada gedung bertingkat. Berikut adalah tahapan – tahapan dalam menentukan tekanan angin ( P ) yang terjadi pada struktur gedung.

1. Menentukan The Basic Wind Speed (V)

Basic Wind Speed (V) adalah parameter kecepatan ingin dalam satuan mph atau m/s. yang nantinya sebagai parameter untuk menghitung qz ( faktor tekanan kecepatan / The Velocity Pressure ) dalam satuan mph. Standart nilai V yang disediakan pada peraturan ini minimum dapat diambil 85 mph atau 38 m/s. (ASCE 7 – 02 / ACI 318 – 02).

2. Faktor arah angin (Kd)

Nilai fakor arah angin (Kd) sama dengan 0,85 untuk sebagian besar jenis struktur, termasukbangunan. Nilai faktor arah angin bervariasi dari 0.85 sampai 0.95.sesuai dengan tipe struktur bangunannya dan dapat

Gambar 2.20

Pertemuan Dinding Geser dengan Kolom Sumber : Blog internet

(36)

dilihat pada Tabel 1.8.

3. Faktor penting (Iw)

Merupakan parameter yang mempunyai nilai bahaya bagi kehidupan manusia dan barang. Dalam tabel 1.7 dan 1.7 a nilainya dapat diambil berdasarkan klasifikasi bangunan yang dapat dikategorikan dari kategori I-IV. Berdasarkan data yang ada kategori gedung termasuk pada kategori II sifat hunianya yaitu semua bangunan kecuali yang tercantum dalam Kategori I, III, dan IV dan V = 85 mph, maka nilai Iw = 1.

4. Koefisien Kz atau Kh

Sebuah kategori paparan daerah yang berlaku untuk letak bangunan dan koefisien kecepatan tekanan. Nilai Koefisien paparan kecepatan tekanan (Velocity Pressure Exposure Coefficient) Kz dapat ditentukan pada tabel 1.6, beradasarkan ketinggian diatas muka tanah dan kategorinya. Lokasi gedung The Pakubuwono Signature terletak di daerah perkotaan tepatnya di jalan pakubuwono VI kebayoran lama. Karena lokasi gedung didaerah perkotaan, paparan yang tepat adalah Paparan B (Exposure B) yaitu untuk daerah perkotaan dan pinggir kota atau daerah lain dekat dengan berbagai jarak penghalang satu atau lebih.

5. Faktor topografi Kzt

Dalam peraturan ini akibat dari topografi dapat diambil nilai faktor topografi Kzt = 1

6. Faktor akibat hembusan / Gust Effect Factor (Gf)

Faktor akibat hembusan merupakan pembebanan tambahan dinamis bersamaan dalam arah angin karena turbulensi angin dan interaksi struktur. Akibat dari hembusan ini harus dirancang karena bangunan rentan terhadap akibat torsi dinamis atau puntir dari hembusan ini. Untuk cara mendapatkan nilai Gf dapat dilihat pada halaman 39

(37)

Gambar

Gambar 2.1 – Sistem Outrigger  pada Bangunan Tingkat Tinggi
Gambar 2.3 – Transfer Gaya dalam Sistem Outrigger yang Konvensional
Gambar 2.4 – Bangunan Tingkat Tinggi dengan Sistem Outrigger
Gambar 2.5. Pengaruh angin pada bangunan gedung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ujian ini diikuti oleh seluruh siswa takhasus yang dilaksanakan setahun satu kali sebelum adanya Wisuda atau disesuiakan jadwal Penilaian Akhir Tahun (PAT)b. Pengujinya

Catatan lainnya adalah bahwa istilah-istilah yang dipakai dalam metodologi, seperti pertimbangan term ma ’ n ā dan maghz ā untuk satu tema, bisa saja diaplikasikan oleh

Awal retro pada psychedelic art adalah dengan meretrospeksi Art Deco and Art Nouveau menjadi bentuk yang retrogesif atau bersifat mundur, karena pemaknaan pada. desain

KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI Universit as Pendidikan Indonesia | reposit

Analisis statistik meng- gunakan uji rank spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pekerjaan dengan kemauan untuk membayar tariff

Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode bermain peran ( role playing

Rencana lokasi menara baru yang selanjutnya disebut cell plan baru adalah area dalam radius empat ratus meter (400 meter) dari titik pusat cell plan yang

Siswa berlatih melengkapi percakapan yang diberikan dengan ungkapan penyesalan, permintaan maaf dan rasa simpati sesuai dengan konteks.. Kegiatan Awal :