• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akibat Hukum Likuidasi Bank Terhadap Keberadaan Akta Pemberian Hak Tanggungan (Apht)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Akibat Hukum Likuidasi Bank Terhadap Keberadaan Akta Pemberian Hak Tanggungan (Apht)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

AK IB AT H UK UM L IK UIDASI B ANK TE RH ADAP K E B E RADAAN

AK T A PE M B E RIAN H AK T ANG G UNG AN ( APH T )

O l e h

I G ust i Ag ung B a g us H e ndr a Pr a di t y a * , I M a de Ar y a Ut a ma * * ,

I K e t ut W e st r a * * *

A B S T R A K

Dalam era globalisasi seperti saat ini dimana pembangunan dan pertumbuhan ekonomi berkembang

pesat, menuntut manusia untuk memenuhi segala macam kebutuhan hidupnya. Adapun yang ingin

berusaha dapat memanfaatkan jasa perbankan dengan melakukan pinjaman kredit kepada lembaga

perbankan dengan jaminan tanah yang dalam prosesnya akan diikat dengan Akta Pemberian Hak

Tanggungan, namun bagaimana apabila dalam perjalanan bank yang memberikan kredit tersebut

mengalami likuidasi dikarena pengelolaan yang buruk, bagaimana akibat dan perlindungan hukumnya,

sehingga dalam rumusan masalah penelitian ini antara lain Bagaimanakah akibat hukum terhadap Akta

Pemberian Hak Tangungan dalam hal suatu bank dilikuidasi dan Bagaiamanakah perlindungan hukum

terhdap pemilik barang jaminan dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan dalam hal suatu bank

dilikuidasi.

Penelitian Tesis ini menggunakan metode penelitian hukum normatif, dengan pendekatan

perundang-undangan, yang dikaitkan dengan pendekatan konsep dan pendekatan analisis. Pendekatan

perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian tesis ini yaitu dengan

mengkaji dan menganilis Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996

Tentang Hak Tanggungan, dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin

Simpanan dan Pendekatan konsep untuk menemukan konsep bagi suatu fakta hukum akibat dari likuidasi

bank terhadap akta pemberian hak tanggungan dan pendekatan analisi untuk menganalisis bagaimana

makna pada istilah hukum yang terdapat dalam peraturan perundangan-undangan untuk dapat

memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa akibat hukum likuidasi bank terhadap akta pemberian hak

tanggungan bila sudah didaftarkan di kantor pertanahan mempunyai kekuatan dan memberikan kepastian

hukum bagi kedua belah pihak, namun apabila dalam prosesnya terjadi likuidasi terhadap bank tersebut

jaminan yang dijaminkan dengan akta pemberian hak tanggungan dapat dilelang atau kredinya di take

over ke bank lain, dan apabilan proses yang dijalankan semua sesuai dengan aturan perundang-undangan

juga akan memberikan perlindungan hukum baik perlindungan hukum preventif dan represif.

1.

PENDAHULUAN

Era

globalisasi

membawa

serta

meningkatnya pembangunan disegala bidang.

Pertumbuhan ekonomi menuntut manusia untuk

dapat memenuhi segala macam kebutuhan

hidup, namun pada kenyataannya tidak semua

masyarakat Indonesia memperoleh penghasilan

yang sesuai untuk dapat memenuhi kebutuhan

hidup mereka. Untuk itu mereka mencari

alternative

untuk

dapat

memenuhi

kebutuhannya dengan mencari pinjaman dari

lembaga-lembaga perbankan. Pada zaman

modern ini hampir tidak ada kehidupan

ekonomi yang tidak bersentuhan dengan bank,

khususnya yang berkenaan dengan pendanaan

berbagai usaha di bidang industri, perdagangan

bahkan di bidang kehidupan rumah tangga

biasa.

Industri perbankan memegang peranan

penting

untuk

menyukseskan

program

pembangunan nasional dalam rangka mencapai

pemerataan

pendapatan,

menciptakan

pertumbuhan

ekonomi,

dan

memelihara

stabilitas

nasional

ke

arah

peningkatan

kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, tugas

yang diemban perbankan nasional tidaklah

ringan.

Selain

bertindak

sebagai

agen

pembangunan, bank sebagai entitas juga harus

dapat

mempertahankan

kesinambungan

usahanya

dengan

senantiasa

menjaga

kemampuan untuk menciptakan hasil usaha

yang dapat menambah struktur pendanaan dan

permodalnnya. Selain itu, bank sebagai

lembaga utama di bidang keuangan juga

diharapkan

dapat

menjaga

kepercayaan

masyarakat atas simpanan yang ditanamkan

kepadanya. Mengingat tugas tersebut memiliki

sifat yang berbeda antara yang satu dengan

yang

lainnya,

pengaturan

atas

industri

perbankan nasional mutlak diperlukan untuk

menjaga keseimbangan diantara tugas-tugas

diatas.

1

Pengaturan

keberadaan

Lembaga

perbankan di Indonesia tercantum dalam

Undang-Undang

No.

7

Tahun

1992

sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara

Nomor

3790,

selanjutnya

disebut

UU

Perbankan). Tugas perbankan di Indonesia

1

Jonker Sihombing, 2010,

Penjaminan

Simpanan

Nasabah

Perbankan,

Alumni,

Bandung

(selanjutnya

disebut

Jonker

Sihombing I), h.1

A c t a C o m i t a s ( 2 0 1 7 ) 2 : 1 8 9 – 2 0 0 I S S N : 2 5 0 2 -8 9 6 0 I e - I S S N : 2 5 0 2 -7 5 7 3

(2)

sebagaimana terdapat pada ketentuan Pasal 4

UU

Perbankan

bertujuan

menunjang

pelaksanaan pembangunan kearah peningkatan

kesejahteraan rakyat. Selain itu juga bank

memiliki fungsi atau peranan yaitu :

a .

Men g h im p un d an a d ar i m a sya r a k a t

d a l a m ben t u k a ta u jen i s si m pan an ;

b.

Men ya l u r k an d an a ya n g t er k um p u l

d i ba n k k ep a d a ma s ya r a k a t da l am

b en t u k kr ed i t ;

c.

Mel a ya n i a t a u m en g em ba n t u g a s

se ba g a i

p el a ya n

la l u

l in t a s

p em ba ya r an

u an g

m el a k u k an

b er ba g a i a k t i vi t a s k eg i a t an an tar a

l a in p en g ir im an u an g , in ka so, c ek

wi sa t a , k ar t u kr ed i t , d an p el a ya n an

l a in n ya .

Berdasarkan ketentuan dalam

undang-undang perbankan di Indonesia hanya ada dua

jenis bank, yaitu bank umum dan bank

perkreditan rakyat, dengan variasi adanya bank

umum dan bank perkreditan rakyat berdasarkan

prinsip syariah.

2

Berdasarkan kepemilikannya,

bank dibedakan atas bank milik pemerintah

berbentuk BUMN, milik pemerintah daerah

berbentuk perusahaan daerah, dan milik swasta.

Bank

sebagai

salah

satu

lembaga

keuangan

adalah

badan

usaha

yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk

lainnya. Dari produk dan jasa perbankan yang

ditawarkan ini, pendapatan atau keuntungan

suatu bank lebih banyak dari pemberian kredit

kepada nasabahnya. Oleh karenanya pemberian

kredit secara terus menerus dilakukan oleh bank

untuk kesinambungan operasionalnya. Operasi

bank di bidang pemberian fasilitas kredit adalah

fungsi utama dari bisnis perbankan, yaitu fungsi

menyalurkan dana kepada mereka yang

memerlukan setelah menerima pengumpulan

dana dari para deposan penyimpan dana. Fungsi

ini juga memberikan penghasilan yang paling

besar sebanding dengan resiko yang dihadapi

perbankan.

Karena

dengan

semakin

meningkatnya pertumbuhan kredit (penyaluran

kredit)

biasanya

disertai

pula

dengan

meningkatnya kredit yang bermasalah, walau

persentase jumlah dan peningkatannya kecil

tetapi kredit bermasalah ini akan dapat

mempengaruhi kesehatan perbankan.

Lembaga perbankan yang sehat dan

beroperasi dengan baik menjadi kebutuhan

nyata yang tidak dapat dipungkiri dewasa ini.

Dipihak lain kegiatan perbankan penuh dengan

berbagai macam resiko, mulai dari resiko

operasional, resiko pasar, resiko likuiditas,

resiko suku bunga, resiko kredit dan berbagai

jenis resiko lainnya. Pasal 3 dan Pasal 4 UU

Perbankan menyebutkan bahwa fungsi utama

2

Gunarto Suhardi, 2003,

Usaha Perbankan

Dalam

Perspektif

Hukum

,

Kanisius,

Yogjakarta, h. 26

Perbankan

Indonesia

adalah

sebagai

penghimpun dan penyalur dana masyarakat

yang

bertujuan

menunjang

pelaksanaan

pembangunan nasional ke arah peningkatan

kesejahteraan

rakyat

banyak.

Dalam

menjalankan fungsinya tersebut, maka bank

melakukan usaha menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,

tabungan

atau

bentuk

lainnya

yang

dipersamakan dengan itu. Dalam hal ini bank

juga menyalurkan dana yang berasal dari

masyarakat dengan cara memberikan berbagai

macam kredit.

Dalam dunia bisnis kata “kredit” berarti

“kesanggupan” dalam meminjam uang a

tau

kesanggupan

akan

mengadakan

transaksi

dagang atau memperoleh penyerahan barang

atau jasa dengan perjanjian akan membayarnya

kelak.

3

Pengertian kredit sendiri menurut Pasal

1 angka 11 UU Perbankan

adalah “Penyediaan

uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu

dengan

pemberian

bunga.

Berdasarkan

ketentuan tersebut dalam pembukaan kredit

perbankan harus didasarkan pada persetujuan

atau kesepakatan pinjam meminjam atau

dengan istilah lain harus didahului dengan

adanya perjanjian kredit.

Pelaksanaan

pemberian

kredit

pada

umumnya dilakukan dengan mengadakan suatu

perjanjian. Perjanjian tersebut terdiri dari

perjanjian pokok yaitu perjanjian utang-piutang

dan diikuti dengan perjanjian tambahan berupa

perjanjian pemberian jaminan oleh pihak

debitur. Perjanjian kredit yang diberikan oleh

bank kepada nasabah bukanlah tanpa resiko,

karena suatu resiko bisa saja terjadi. Resiko

yang umumnya terjadi adalah resiko kegagalan

atau kemacetan dalam pelunasan. Keadaan

tersebut

sangatlah

berpengaruh

kepada

kesehatan bank, karena uang yang dipinjamkan

kepada debitur berasal atau bersumber dari

masyarrakat yang disimpan pada bank itu

sehingga resiko tersebut sangat berpengaruh

atas kepercayaan masyarakat kepada bank yang

sekaligus kepada keamanan dana masyarakat

tersebut.

Likuiditas keuangan, solvabilitas, dan

profitabilitas bank sangat dipengaruhi oleh

keberhasilan mereka dalam mengelola kredit

yang disalurkan. Kebanyakan bank yang

bangkrut atau menghadapi kesulitan keuangan

yang akut disebabkan terjerat kasus-kasus

kredit macet dalam jumlah besar. Untuk

mengurangi risiko tersebut jaminan pemberian

kredit atau pembiayaan berdasarkan keyakinan

atas kemampuan dan kesanggupan debitur

untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan

3

(3)

yang telah diperjanjikan merupakan faktor

penting yang harus diperhatikan oleh bank.

Untuk

memperoleh

keyakinan

tersebut,

sebelum memberikan kredit, bank harus

melakukan penilaian terhadap calon debiturnya

sebagai prinsip kehati-hatian yang dikenal

dengan prinsip 5 C, yaitu :

1.

Penilaian watak/ kepribadian (

Character

)

2.

Penilaian Kemampuan (

Capacity

)

3.

Penilaian terhadap modal (

Capital

)

4.

Penilaian terhadap agunan (

Collateral

)

5.

Penilaian terhadap aspek usaha (

Condition

Of Economy

)

4

Sebagaimana diketahui bahwa unsur

esensial dari kredit bank adalah adanya

kepercayaan

dari

bank

sebagai

kreditur

terhadap

peminjam

sebagai

debitur.

Kepercayaan tersebut timbul karena dipenuhi

segala ketentuan dan persyaratan untuk

memperoleh kredit dari bank (kreditur) oleh

debitur, antara lain : jelasnya tujuan perntukan

kredit, adanya benda jaminan atau agunan, dan

lain-lain. Makna dari kepercayaan tersebut

adalah adanya keyakinan dari bank sebagai

kreditur bahwa kredit yang diberikan akan

sungguh-sungguh diterima kembali dalam

jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan.

5

Dalam membangun suatu kepercayaan, antara

pihak

bank

(kreditur

dengan

debitur),

dibutuhkan berbagai informasi.

Informasi-informasi yang dibutuhkan dari debitur akan

diminta oleh pihak kreditur, yang dikenal

dengan

persyaratan-persyaratan

kredit.

Sedangkan pihak debitur sendiri sepatutnya

diminta berbagai informasi tentang fasilitas

yang akan diberikan oleh kreditur.

Informasi-informasi dari kedua belah pihak akan

membentuk “kesepakatan” dan selanjutnya

menimbulkan kepercayaan atau kredit.

6

Dalam UU Perbankan, menyatakan bahwa

bank dalam melaksanakan kegiatan usahanya

yang berupa pemberian kredit antara lain :

1.

Wajib

memperhatikan

asas-asas

perkreditan atau pembiayaan yang sehat,

artinya mempunyai keyakinan berdasarkan

analisis yang mendalam atas itikad baik,

kemampuan dan kesanggupan debitur

untuk melunasi utangnya sesuai dengan

yang diperjanjikan;

4

Munir Fuady, 1996,

Hukum Perkreditan

Kontemporer

, Citra Aditya Bakti, Bandung

(selanjutnya ditulis Munir Fuady I), h. 23

5

Hermansyah, 2008,

Hukum Perbankan

Nasinal Indonesia,

Kencana, Jakartah. h. 58.

6

Johanes Ibrahim, 2004,

Cross Default &

Cross Collateral dalam Upaya Penyelesaian

Kredit Bermasalah,

Refika Aditama, Bandung

,

h. 2.

2.

Memiliki,

menerapkan

pedoman

dan

pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan

oleh Bank Indonesia.

7

Dari ketentuan diatas, dapat diketahui

bahwa terdapat kekosongan norma karena

dalam UU Perbankan tidak mengatur mengenai

persyaratan penyerahan jaminan dalam

pemberian kredit menjadi suatu keharusan.

Namun dalam pelaksanaannya bank dalam

memberikan kredit tetap meminta agunan dari

pemohon kredit. Selain itu dilakukan analisis

yang mendalam terhadap penilaian watak,

kemampuan, modal dan kondisi ekonomi.

Adapun beberapa fungsi pokok pemberian

jaminan meliputi antara lain sebagai berikut :

1.

Untuk menjaga harta bank dalam bentuk

kredit, karena dengan diserahkan jaminan

kepada

bank,

maka

bank

berhak

memperoleh pelunasan atas hasil penjualan

barang jaminan apabila debitur cidera janji,

2.

Menjamin agar pembiayaan usaha tersebut

berjalan lancar dengan diserahkan harta

pemilik (debitur) sebagai jaminan bank

yang

secara

moril

debitur

akan

bertanggungjawab

terhadap

proyek

usahanya sendiri,

3.

Mendorong

debitur

untuk

membayar

kembali utangnya agar tidak kehilangan

harta yang telah dijaminkan tersebut.

8

Dalam kegiatan pinjam meminjam uang

yang terjadi di masyarakat, pada umunya sering

dipersyaratkan adanya penyerahan jaminan

utang oleh pihak debitur kepada pihak kreditur.

Jaminan

utang

berupa

benda

sehingga

merupakan jaminan kebendaan dan atau berupa

janji penanggungan utang sehingga merupakan

jaminan

perorangan.

9

Kebendaan

yang

dijaminkan untuk pelunasan utang itupun tidak

dibatasi macam maupun bentuknya, yang jelas

kebendaan tersebut harus mempunyai nilai

secara “ekonomis” serta memiliki sifat “mudah

dialihkan” atau “mudah diperdagangkan”,

sehingga kebendaan tersebut tidak akan

menjadikan suatu “beban” bagi kreditur untuk

menjual lelang ada waktunya, yaitu pada saat

mana

debitur

secara

jelas

melalaikan

kewajibannya, sesuai dengan ketentuan dan

syarat-syarat yang berlaku dalam perjanjian

pokok yang melahirkan utang-piutang tesebut.

10

Adapun jaminan ini sangat penting

kedudukannya

dalam

mengurangi

resiko

kerugian bagi pihak bank (kreditur). Adapun

jaminan yang ideal dapat dilihat dari :

7

M. Bahsan,2007,

Hukum Jaminan dan

Jaminan Kredit Perbankan Indonesia,

PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, h. 2.

8

Rudy Tri Santoso, 1996,

Kredit Usaha

Perbankan,

ANDI, Yogjakarta, h. 188.

9

M. Bahsan,

opcit

, h. 2.

10

Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, 2003,

Jaminan Fidusia

, Raja Grafindo Persada,

(4)

a)

Dapat membantu memperoleh kredit bagi

pihak yang memerlukan;

b)

Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si

penerima

kredit

untuk

meneruskan

usahanya;

c)

Memberikan kepastian kepada kreditur

dalam arti bahwa apabila perlu, maka

diuangkan untuk melunasi utang si

debitur.

11

Fungsi dari pemberian jaminan adalah

guna memberikan hak dan kekuasaan kepada

bank untuk mendapatkan pelunasan dengan

barang-barang jaminan tersebut, bila debitur

bercidera janji tidak membayar kembali

hutangnya pada waktu yang telah ditetapkan

dalam perjanjian. Terhadap jaminan yang

diserahkan oleh pihak debitur, pihak bank

selaku kreditur mempunyai kewajiban untuk

melindungi debiturnya, karena hal ini berkaitan

dengan kepentingan bank juga selaku penerima

jaminan. Dalam rangka pencapaian tujuan

ekonomi, maka kredit harus diberikan dengan

jaminan kepatian hukum bagi pihak-pihak yang

berkepentingan, yang salah satunya adalah

membuat perjanjian kredit yang berfungsi

memberi batasan hak dan kewajiban bagi

pihak-pihak tersebut. Dalam hukum jaminan dikenal

dua jenis hak jaminan kredit dalam praktek di

masyarakat, yaitu:

1.

Hak-hak

jaminan

kredit

perorangan

(

personal

guarantee

),

yaitu

jaminan

seorang pihak ketiga yang bertindak untuk

menjamin

dipenuhinya

kewajiban-kewajiban

debitur.

Termasuk

dalam

glongan ini antara lain “

borg

” yaitu pihak

ketiga yang menjamin bahwa hutang orang

lain paasti dibayar;

2.

Hak-hak

jaminan

kredit

kebendaan

(

persoonlijke en zakelijke zekerheid

), yaitu

jaminan yang dilakukan oleh kreditur

dengan debiturnya, ataupun antara kreditur

dengan pihak ketiga yang menjamin

dipenuhinya kewajiban-kewajiban debitur.

Termasuk dalam golongan ini apabila yang

bersangkutan

didahulukan

terhadap

kreditur-kreditur

lainnya

dalam

hal

pembagian penjualan hasil serta harta

benda debitur, meliputi :

privilege

(hak

istimewa), gadai dan hipotek.

12

Dahulu sebelum berlakunya

Undang-Undang Hak Tanggungan, praktek jaminan

yang

sering

digunakan

pada

Perbankan

Indonesia adalah jaminan kebendaan yang

meliputi :

11

R.Subekti,

1996,

Jaminan-jaminan

Untuk Pemberian Kredit (termasuk Hak

Tanggungan) Menurut Hukum Indonesia

,

Alumni, Bandung, h.29.

12

J. Satrio, Hukum Jaminan, 2000,

Hak-Hak Jaminan Kebendaan,

Citra Aditya Bakti,

Bandung, (selanjutnya disebut J. Satrio I) h.

167.

1.

Hipotek, yaitu suatu hak kebendaan atas

benda-benda

tidak

bergerak,

untuk

mengambil penggantian dari padanya bagi

pelunasan suatu perikatan (Pasal 1162

KUHPerdata);

2.

Creditverband

, yaitu suatu jaminan atas

tanah

berdasarkan

Koninklijk

Besluit

tanggal 6 Juli 1908 No. 50 (Stb. 1980 No.

542);

3.

Fidusia (

Fiduciare eigendoms overdracht

),

yaitu

pemindahan

milik

secara

kepercayaan;

13

Adapun yang merupakan ciri-ciri lembaga

hak jaminan atas tanah menurut

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak

Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda

Yang Berkaitan Dengan Tanah, Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor

; 42, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor : 3632 (selanjutnya disebut

UUHT) yaitu sebagai berikut :

a.

Memberikan kedudukan mendahulukan

(hak preferensi) kepada pemegangnya;

b.

Selalu mengikuti obyek yang dijaminkan,

ditangan siapapun obyek tersebut berada;

c.

Memenuhi asas spesialitas dan publisitas,

sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan

memberikan jaminan kepastian hukum

kepada pihak-pihak yang berkepentingan;

d.

Mudah

dan

pasti

pelaksanaan

eksekusinya.

14

Lembaga

jaminan

Hak

Tanggungan

digunakan untuk mengikat objek jaminan utang

yang berupa tanah atau benda-benda yang

berkaitan dengan tanah yang bersangkutan.

Dengan berlakunya UUHT, maka hipotek yang

diatur oleh Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata dan

Creditverband

yang sebelumnya

digunakan untuk mengikat tanah sebagai

jaminan hutang, untuk selanjutnya sudah tidak

dapat digunakan oleh masyarakat untuk

mengikat tanah. Pengikatan objek jaminan

hutang berupa tanah sepenuhnya dilakukan

melalui lembaga jaminan Hak Tanggungan.

Adanya

aturan

hukum

mengenai

pelaksanaan pembebanan Hak Tanggungan

dalam suatu perjanjian kredit bertujuan untuk

memberikan kepastian dan perlindungan hukum

bagi semua pihak dalam memanfaatkan tanah

beserta benda-benda yang berkaitan dengan

tanah sebagai jaminan kredit. Apabila didalam

hubungan perutangan, debitur tidak memenuhi

prestasi secara sukarela, kreditur mempunyai

hak untuk menuntut pemenuhan piutangnya bila

hutang tersebut sudah dapat ditagih yaitu

terhadap harta kekayaan debitur yang dipakai

sebagai jaminan. Hak pemenuhan dari kreditur

itu dilakukan dengan cara menjual benda-benda

jaminan debitur, yang kemudian hasil dari

13

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani,

opcit,

h. 91

14

(5)

penjualan tersebut digunakan untuk memenuhi

hutang debitur.

15

Untuk dapat melaksanakan pemenuhan

haknya terhadap benda-benda tertentu dari

debitur yang dijaminkan tersebut yaitu dengan

cara melalui eksekusi benda jaminan maka

kreditur harus mempunyai alas hak untuk

melaksanakan eksekusi melalui penyitaan

eksekutorial. Syarat adanya titel eksekutorial ini

diadakan demi perlindungan bagi kreditur

terhadap perbuatan yang melampaui batas dari

debitur.

Titel

eksekutorial

dapat

timbul

berdasarkan putusan hakim yang dibuat dalam

bentuk eksekutorial yang memutuskan bahwa

debitur harus membayar sejumlah pembayaran

tertentu atau prestasi tertentu, atau dapat juga

berdasarkan akta notaris yang sengaja dibuat

dalam bentuk eksekutorial, dalam bentuk grosse

akta. Menurut ketentuan Undang-Undang,

Grosse Akta Notaris mempunyai kekuatan

eksekutorial. Dimana didalam akta itu dimuat

pernyataan pengakuan hutang sejumlah uang

tertentu dari debitur kepada kreditur.

Bank dalam menjalankan kegiatannya

apabila tidak dilaksanakan dengan sehat maka

tidak jarang ada yang menjadi bank yang

dikategorikan memjadi bank gagal sehingga

bisa terancam untuk dilikuidasi. Salah satu

faktor penting penyebab dari dilikuidasinya

suatu bank adalah faktor kesehatan bank.

Kesehatan bank merupakan salah satu produk

dari Bank Indonesia yang berkaitan dengan

tugas pembinaan dan pengawasan. Selain

berpegang pada prinsip kehati-hatian terdapat

langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk

menjaga kesehatan bank antara lain yaitu

dengan :

1 .

Men ja g a

C a p i t a l A d e q u ac y R at i o

( C AR) ;

2 .

Mem p er h a ti k an

Ba t a s

Ma k si ma l

Pem ber i a n Kr ed i t ( BMPK) ;

3 .

Men ja g a Li k u i d i t a s;

4 .

Pen g el ol a a n

Lo a n t o De p o si t R a t i o

( LD R) ;

5 .

Pen g el ol a a n

N e t Op e n Po si t i o n

( NOP) ;

6 .

Mem i n im a l k an

N o n

Pe rf o rmi n g

Lo a n

( NPL s) .

16

Terkait hal tersebut, Bank Indonesia

mengeluarkan Surat Edaran No. 26/5/BPPP

tanggal 29 Mei 1993, yang mengatur tentang

Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank.

Ketentuan ini merupakan penyempurnaan

ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia

dengan Surat Edaran No. 23/21/BPPP tanggal

23 Februari 1991. Metode atau cara penilaian

15

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1998,

Hukum Jaminan di Indonesia

, Pokok-Pokok

Hukum Jaminan Dan Jaminan Perorangan

,

Liberty, Yogjakarta, h. 34.

16

Lukman

Dendawijaya,

2009,

Manajemen Perbankan

, Ghalia Indonesia,

Bogor, h. 140

tingkat kesehatan bank tersebut di atas

kemudian dikenal sebagai metode CAMEL.

17

Proses

likuidasi

bank

merupakan

kewenangan

dari

Bank

Indonesia

yang

pelaksanaan proses likuidasi dan pemberesan

aset bank gagal tersebut oleh Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS). Likuidasi bank itu

bukan sekadar pencabutan izin usaha dan

pembubaran

badan

hukum

bank,

tetapi

berkaitan dengan proses penyelesaian segala

hak dan kewajiban dari suatu bank yang dicabut

izin usahanya. Setelah suatu bank dicabut izin

usahanya, dilanjutkan lagi dengan proses

pembubaran

badan

hukum

bank

yang

bersangkutan, dan seterusnya dilakukan proses

pemberesan berupa penyelesaian seluruh hak

dan kewajiban (piutang dan utang) bank sebagai

akibat dari pencabutan izin usaha dan

pembubaran badan hukum bank. Jadi, secara

sederhana likuidasi bank dapat diartikan

sebagai kelanjutan dari tindakan pencabutan

izin usaha dan pembubaran badan hukum bank,

yakni tindakan penyelesaian hak dan kewajiban

bank sebagai akibat pencabutan izin usaha dan

pembubaran

badan

hukum

bank,

guna

mengakhiri badan hukum dan menyelesaikan

segala hak dan kewajiban bank. Proses likuidasi

bank baru akan dilakukan apabila suatu bank

telah dicabut izin usahanya dan dibubarkan

badan hukumnya.

18

Kewenangan mencabut izin usaha suatu

bank

merupakan

kewenangan

yang

didistribusikan kepada Bank Indonesia sebagai

kewenangan diskresioner, karena suatu bank

telah gagal memenuhi

prudential standards

yang ditetapkan, sementara likuidasi bank

adalah cara atau proses untuk menyelesaiakan

hak dan kewajiban bank. Adapun likuidasi

dipilih sebagai proses keperdataan untuk

mengakhiri (membubarkan) badan hukum bank

dan menyelesaikan hak dan kewajiban bank,

termasuk menjual asset, menagih piutang dan

membayar utang, dengan tujuan agar nasabah

penyimpan

dana

pada

bank

terlindungi

haknya.

19

Sesuai dengan amanat Undang-Undang

Perbankan

dan

Undang-Undang

Bank

Indonesia, agar sistem perbankan dapat

berperan secara maksimal dalam perekonomian

nasional, maka arah kebijakan di sektor

perbankan bertujuan agar hanya bank yang

sehat saja dapat terus eksis berusaha dalam

sektor perbankan nasional, sedangkan bank

yang

mengalami

“kesulitan

yang

membahayakan kelangsungan usahanya” dan

17

Ibid

, h. 141

18

Gazali, Djoni S., dan Rachmadi Usman,

2010,

Hukum Perbankan,

Sinar Grafika,

Jakarta

,

h. 532

19

Andrian

Sutedi,

2008,

Hukum

Perbankan: Suatu Tinjauan Pencucian Uang,

Merger, Likuidasi, dan Kepailitan

, Sinar

(6)

tidak

dapat

diselamatkan

lagi,

dan/atau

“keadaan suatu bank yang membahayakan

sistem perbankan”, maka bank tersebut harus

keluar dari sektor perbankan (

exit policy

).

20

Pencabutan

izin

usaha

suatu

bank

dilakukan oleh Pimpinan BI dikarenakan bank

tersebut tidak dapat mengatasi kesulitan yang

membahayakan kelangsungan usahanya apabila

berdasarkan penilaian BI, kondisi usaha bank

semakin memburuk, antara lain ditandai dengan

menurunnya

permodalan,

kualitas

aset,

likuiditas dan rentabilitas, serta pengelolaan

bank yang dilakukan berdasarkan prinsip

kehati-hatian dan asas perbankan yang sehat.

21

Ketentuan dalam Pasal 37 ayat (2)

Undang-Undang

No.

7

Tahun

1992

sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menetapkan dua

alasan hukum yang memungkinkan suatu bank

dicabut izin usahanya oleh Bank Indonesia,

yaitu:

1.

Apabila menurut penilaian Bank Indonesia

keadaan suatu bank membahayakan sistem

perbankan; atau

2.

Apabila menurut penilaian Bank Indonesia

suatu bank yang mengalami kesulitan yang

membahayakan kelangsungan usahanya

dan tindakan untuk mengatasinya belum

cukup untuk mengatasi kesulitan yang

dihadapi bank.

22

Berdasarkan salah satu alasan hukum

tersebut, Bank Indonesia dapat mencabut izin

usaha suatu bank dan kemudian memerintahkan

direksi bank yang dicabut izin usahanya

tersebut untuk segera membubarkan badan

hukum

dan

melikuidasi

bank

yang

bersangkutan. Hal yang menarik untuk dibahas

yaitu mengenai keberadaan dari APHT pada

bank yang mengalami proses likuidasi tersebut,

keberadaan mengenai APHT saat terjadi

likuidasi belum diatur baik dalam UU

Perbankan maupun dalam UUHT, sehingga

mengakibatkan terjadi kekosongan norma.

Akibat terjadinya kekosongan norma hukum

dalam pengaturan mengenai keberadaan APHT

apabila kemudian bank mengalami likuidasi ini

akan menimbulkan ketidakpastian hukum atau

ketidakpastian

perundang-undangan

di

masyarakat

yang

dapat

mengakibatkan

kekacauan hukum. Permasalahan yang terjadi

perlunya kepastian hukum baik bagi nasabah

maupun pihak bank sendiri, nasabah sebagai

debitur apabila belum dapat melunasi

utang-utangnya pada saat bank mengalami likuidasi

tentunya perlu mendapat pengaturan yang jelas

karena

terkait

dengan

jaminan

yang

20

Andrian Sutedi I,

Opcit,

h. 137

21

Muhammad Djumhana, 2008,

Asas-Asas

Hukum Perbankan Indonesia,

Citra Aditya

Bakti, Bandung (selanjutnya disebut Djumhana

I), h. 208-209

22

Gazali, Djoni S., dan Rachmadi Usman,

opcit,

h. 535

diagunkannya pada bank tersebut. Hal inilah

yang menarik untuk dibahas karena berkaitan

juga dengan kepastian hukum bagi pihak bank

dan nasabah pemilik jaminan yang diikat

dengan APHT tersebut. Atas dasar latar

belakang diatas maka penelitian mengenai

Akibat Hukum Likuidasi Bank Terhadap

Keberadaan Akta Pemberian Hak Tanggungan

(APHT) sangat menarik untuk dilakukan.

Dari

penelusuran

kepustakaan

yang

dilakukan, ada beberapa penelitian yang

berkaitan dengan likuidasi bank dan keberadaan

akta pemberian hak tanggungan (APHT), yaitu :

a .

T esi s d a r i Fa t im a Syu r a i n i Dewi ,

NI M

B4 B

0 0 7

0 7 7 ,

a l u mn i

Pr og r a m

St u d i

Ma gi st er

Ken ot a r i at an Pr og r a m Pa sca sa r jan a

Un i v er si t a s

Di p on eg or o,

Sem a r an g, T ah un 2 0 0 9 d en g an

ju d u l

t e si s

a d a l a h

Ro ya

Ha k

T an g g un g an

Da l am

Ha l

Ba n k

Di l i k u i d a si Di Kan t or Per t an ah an

Ja k a r t a

T im ur .

Ad a p un

ya n g

m en ja d i

p ok ok

p er m a sa lah an

d a l a m p en u l i san t esi s i n i ya i t u

ya n g

p er t a ma

m en g en a i

ba g a i m an a k ah

p el a k san aan

r o ya

h a k t an g g un gan d al a m h a l ba n k

d i l i k u i d a si di k an t or Per t an ah an

Ja k a r t a T im ur d an ya n g k ed u a

m en g en ai h am ba t an a ta u k en d al a

a p a

ya n g

d i h a d a p i

da l am

p er m oh on an r o ya a p a bi l a ba n k

sel a k u k r ed i t ur t el a h d i li k u i d a si d i

k a n t or p er t an ah an Ja k ar t a T im ur

d a n ba g a i m an a p en yel e sa i a n n ya .

b.

T esi s d a r i Nor l i ta Am in i e, NI M

1 8 8 7 7 / PS/ MK/ 0 6 , a l u mn i Pr og r am

St u d i

Ma g i st er

Ken ot ar i at an

Pr og r a m Pa sca sar ja n a Un i ver si t a s

Ga d ja h Ma d a , Yog ja k a r t a, T ah un

2 0 0 8 d en g an ju d u l t esi s a d al ah

Ak i ba t

Hu k u m

T er h a d a p

Ket er l a m ba t an Pen d a ft ar an Ak t a

Pem ber i a n Ha k T an g g un g an Ol eh

Pe ja ba t P em bu a t Ak t a T an ah Ke

Ka n t or Per t an ah an . Ad a p un ya n g

m en ja d i

p ok ok

p er m a sa lah an

d a l a m p en ul i san t esi s i n i ya i t u

ya n g

p er t a ma

m en g en a i

ba g a i m an a k ah pr a k t ek p em bu a t a n

Ak t a Pem b er i an Ha k T an g g un g an

( AP HT ) ol eh Not a r i s a ta u Peja ba t

Pem bu a t

Ak t a

Tan ah

( PPAT )

set el a h b er l a k un ya

UU N o. 4

T ah un

1 9 9 6

d a n

ya n g

k ed u a

m en g en ai

a pa k ah

ya n g

m en ye ba bk a n

k et er l am ba t an

p en d a ft a r an APHT a p a k a h pr a kt ek

p em bu a t a n

APHT

su d a h

d a p a t

m em ber k a n

k ep a st i an

h u k um

k ep a d a

p i h a k

Pem ber i

Ha k

(7)

T an g g un g an dan p ih a k Pen er im a

Ha k T a n g g un gan .

Berdasarkan penelusuran dari tesis dengan

judul dan pokok permasalahan seperti yang

dijelaskan

di

atas, menunjukkan

bahwa

penelitian

dengan

judul

Akibat

Hukum

Likuidasi Bank Terhadap Keberadaan Akta

Pemberian Hak Tanggungan (APHT) belum

ada yang membahasnya, sehingga tesis ini

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

orisinalitas atau keasliannya.

2.

TINJAUAN UMUM TENTANG BANK,

LIKUIDASI

DAN

HAK

TANGGUNGAN

1 . 1

B ANK

1 . 1 . 1

Pe ng e r t i a n da n Da sa r H uk um

B a nk

Bank adalah bagian dari sistem keuangan

dan sistem pembayaran suatu negara, bahkan

pada era globalisasi sekarang ini, bank juga

telah menjadi bagian dari sistem keuangan dan

sistem pembayaran dunia.

23

Industri perbankan

merupakan salah satu komponen sangat penting

dalam perekonomian nasional demi menjaga

keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi

nasional.

24

1 . 1 . 2

J e ni s Usa ha Da n F u ng si B a nk

Baik

Bank

Umum

maupun

Bank

Perkreditan Rakyat dapat melakukan kegiatan

usaha secara konvensional dan atau berdasarkan

prinsip syariah. Adapun bank konvensional

yakni

bank

yang

dalam

operasionalnya

menggunakan

prinsip-prinsip

konvensional

yang menggunakan dua metode, yakni :

1 .

Men et a p k a n bu n g a seba g a i h ar g a,

ba i k

u n t u k

pr od u k

si m p an an

sep er t i t a bu n gan , g ir o, d ep o si t o

b er ja n g k a,

m a u p un

pr od u k

p i n ja man ( kr ed i t ) ya n g d i ber i k an

b er d a sar k an

t in g ka t

bu n g a

t er t en t u.

2 .

Un t u k

ja sa - ja sa

ba n k

l a in n ya ,

p i h a k

ba n k

m en g g un a k an

a t a u

m en er a p kan ber ba g a i bi a ya d a l a m

n om in a l a t a u pr osen t a se t er t en t u .

Si st em p en et a p an bi a ya i n i d i se bu t

f e e b a se d

.

25

1 . 1 . 3

K e wa j i ba n B a nk

Kewajiban bank juga tercantum dalam

ketentuan Pasal 37 B UU Perbankan yang

menyatakan bahwa :

1 .

Set i a p ba n k wa ji b m en ja m i n dan a

m a s ya r a k at ya n g d i si m p an pa d a

ba n k ya n g ber sa n g k u t an .

23

Andrian Sutedi,

Op.cit

, h. 1

24

Zulkarnain

Sitompul,

2002,

Perlindungan Dana Nasabah Bank : Suatu

Gagasan Tentang Pendirian LPS di Indonesia,

FHUI, Jakarta, h. 2

25

Martono, 2002,

Bank dan Lembaga

Keuangan Lain,

Ekonosia, Yogjakarta, h. 30

2 .

Un t u k

m en ja m in

si m pan an

m a s ya r a k at p a d a ba n k seba g a i m an a

d i m a k su d d al a m a ya t ( 1 ) d i ben t u k

Lem ba g a Pen ja m in Si m pan an .

3 .

Lem ba g a

Pen ja m i n

Si m pan an

se ba g a i m an a d im a k su d d a la m a ya t

( 2 )

ber b en t u k

ba d a n

h u k um

I n d on esi a .

4 .

Ket en t u a n m en g en a i p en ja min an

d a n a

m a sya r a k a t

d an

Lem ba g a

Pen ja m i n Si m pan an , d i a t ur l ebi h

l an ju t

d en g a n

Per at ur an

Pem er i n tah .

1 . 1 . 4

Pe ni l a i a n K e se ha t a n B a nk

Kesehatan suatu bank dapat diartikan

sebagai

kemampuan

suatu

bank

untuk

melakukan kegiatan operasional perbankan

secara normal dan mampu memenuhi semua

kewajibannya dengan baik dengan cara-cara

yang sesuai dengan peraturan perbankan yang

berlaku.

1 . 2

L IK UIDAS I

1 . 2 . 1

Pe ng e r t i a n da n Da sa r H uk um

L i k ui da si

Likuidasi bank dalam perspektif

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah

dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998

tentang Perbankan, dimulai dari pencabutan izin

usaha bank oleh Bank Indonesia, kemudian

dilanjutkan dengan pembubaran badan hukum

dari bank yang dillikuidasi tadi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku,

dan terakhir dilakukan penyelesaian terhadap

seluruh hak dan kewajiban yang ditimbulkan

oleh bank yang dilikuidasi.

26

1 . 2 . 2

Al a sa n H uk um L i k ui da si B a nk

Alasan likuidasi (pembubaran) yang

terdapat diatas sangatlah erat kaitannya dengan

kepentingan umum. Likuidasi dalam hal ini

merupakan sanksi administratif/publik terhadap

bank,

sebagai

akibat

pelanggaran

yang

dilakukan oleh perseroan terhadap

Undang-Undang Perbankan (Pasal 29 s/d Pasal 36) yang

berkaitan

dengan

kepentingan

umum.

Berdasarkan salah satu alasan hukum tersebut,

Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha

suatu bank dan kemudian memerintahkan

direksi bank yang dicabut izin usahanya

tersebut untuk segera membubarkan badan

hukum

dan

melikuidasi

bank

yang

bersangkutan.

1 . 2 . 3

M ek a ni sme

Pe l a k sa na a n

L i k ui da si B a nk

Likuidasi yang terjadi pada suatu bank

tidak sama halnya dengan likuidasi perusahaan,

dalam likuidasi perusahaan biasanya yang

26

Rachmadi Usman, 2001, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Gamedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 167

(8)

melakukan likuidasi didasarkan pada usul

kreditur yang menyatakan perusahaan itu pailit

maupun oleh kehendak para pemegang saham.

Sedangkan dalam likuidasi bank lebih bersifat

dipaksakan. Bank Indonesia yang menilai

ketidakmampuan bank berhak untuk menjaga

keselamatan usaha perbankan nasioanl dengan

jalan melikuidasi bank-bank yang tidak dapat

disehatkan lagi. Tindakan pencabutan izin

usaha bank merupakan suatu langkah akhir dari

usaha untuk menyehatkan bank yang terkena

kesulitan tersebut. Sebelum dilakukan tindakan

pencabutan izin usaha bank, Bank Indonesia

telah

menempuh

tindakan-tindakan

atau

langkah-langkah permulaan.

1 . 3

H AK T ANG G UNG AN

1 . 3 . 1

Pe ng e r t i a n da n Da sa r H uk um

H a k T a ng g ung a n

Secara yuridis dasar hukum berlakunya

hak tanggungan di Indonesia yaitu dengan

ditetapkanna Undang-Undang No. 4 Tahun

1996 tentang Hak Tanggungan. Menurut

ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1 angka

1 UUHT memberikan pengertian mengenai hak

tanggungan yaitu:

Hak Tanggungan adalah hak jaminan

yang dibebankan pada hak atas tanah

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut

benda-benda

lain

yang

merupakan

satu

kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan

hutang tertentu yang memberikan kedudukan

yang diutamakan kepada kreditor tertentu

terhadap kreditor-kreditor lain.

1 . 3 . 2 U n s u r - U n s u r Y a n g T e r ka n d u n g

D a l a m H a k T a n g g u n g a n

Berdasarkan uraian mengenai definisi hak

tanggungan sebagaimana telah diuraikan diatas

maka dapat diketahui terdapat beberapa

unsur-unsur yang terkandung dalam hak tanggugan

yaitu sebagai berikut :

a .

Ha k

T a n g g un g an

a d a lah

h a k

ja m i n an un t u k p el u n a san h u tan g .

b.

Ob j ek Ha k T a n g g un g an a d al ah h a k

a t a s tan ah sesu a i UUPA.

c.

Ha k T a n g g un g an d a p at d i be ba n k an

a t a s t an ah n ya ( h a k a ta s t an ah )

sa ja , t et a p i d a p a t p u la d i be ba n k an

b er i k u t

ben d a - ben d a

la in

ya n g

m er u p a k an sa t u k esa t u an d en g an

t an ah i t u .

d .

Hu t a n g ya n g d i ja m i n h ar u s su a t u

h u tan g t er t en t u.

e.

Mem b er i k a n

k ed u d u k an

ya n g

d i u t a ma k an

k ep a d a

k r ed i t ur

t er t en t u t er h a d a p kr ed i t ur - kr ed i t ur

l a in .

1 . 3 . 3

Ci r i - Ci r i

da n

Si f a t

H a k

T a ng g ung a n

a .

C i r i - ci r i Ha k T an g g un g an

Sel a i n

u n sur - un sur

ya n g

t er k an d un g d al a m h a k t an g g un gan ,

m el a l u i ber ba g a i d e fi n i si d i a t a s

d a p a t ju g a d i k et a h u i m en g en ai ci r i

-ci r i d ar i h a k t an g g un g an ya i t u

se ba g a i ber i k u t :

1 )

Mem b er i k a n

k ed u d u k an

ya n g

d i u t a ma k an

a ta u

m en dah u l u

k ep a d a p em eg a n g n ya a t a u ya n g

d i k en a l

d en g an

d ro i t

d e

p re f e re n c e ;

2 )

Sel a l u

m en g i k ut i

obj ek

ya n g

d i ja m in d a la m tan g an sia p a p un

b en d a it u ber a d a at a u di sebu t

d en g an

d ro i t

d o

su i t

.

Kei st i m e wa a n in i d i t eg a sk an da l am

Pa sa l 7 Un d a n g - Un dan g Nom or 4

T ah un 1 9 9 6 . Wa l a u p un ob j ek Ha k

T an g g un g an

su d ah

d i p in dah k an

k ep a d a

p i h a k

l ain ,

kr ed i t ur

p em eg a n g Ha k T a n g g un gan t et a p

m a sih ber h a k un t u k m en ju a ln ya

m el a l u i

p el el an g an

u m um

ji k a

d e bi t u r ced er a jan ji ;

3 )

Mem en u h i a sa s sp esi a l i t a s d an

p u bl i si t a s s eh in g g a d a p at m en g i ka t

p i h a k

k et i g a

d an

m em ber i k an

k ep a st i a n h u k um ba g i p i h a k ya n g

b er k ep en t in g an ;

4 )

Mu d a h

d an

pa st i

d a l am

p el a k sa n aan

ek sek u si n ya

d a l a m

Un d a n g - Un d an g Nom or 4 T ah un

1 9 9 6 m em b er i k an k em u d ah an d an

k ep a st i a n k ep a d a kr ed i t ur d a l am

p el a k sa n aan ek sek u si .

1 . 3 . 4

S ubj e k

da n

O bj e k

H a k

T a ng g ung a n

Men g en a i

su bjek

Ha k

T an g g un g an in i d i a t ur d a la m Pa sa l

8 d an Pa sa l 9 UUHT , d a r i k et en t uan

d u a p a sa l t er sebu t d a p a t d i si m p u l k an

ba h wa ya n g m en ja d i su bj ek h u k u m

d a l a m

h a k

tan g g un g an

a d a lah

su b j ek h u k u m ya n g t er k a it d en gan

p er ja n ji an p em ber i h a k tan g g un g an .

Di

d a l am

su a t u

p er jan ji an

h ak

t an g g un g an a d a d ua p ih a k ya n g

m en g i k at k an

d ir i,

ya i t u

se ba g a i

b er i k u t :

a .

Pem ber i Ha k T a n g g un gan , ya i t u

or a n g

a t a u

p ih a k

ya n g

m en ja m in k an

ob jek

h a k

t an g g un g an ( d ebi t or ) ;

b.

Pem eg a n g Ha k T an g g un g an , ya i t u

or a n g a ta u p ih a k ya n g m en er im a

Ha k

T an g g un g an

seba g a i

ja m i n an

d a r i p ih ut an g ya n g d i ber i k an n ya .

27

27

Andrian Sutedi, 2010, Hukum Hak Tanggungan, Sinar Grafika, Jakarta, h. 54

(9)

1 . 3 . 5

Pr o se s

Pe mbe ba na n

H a k

T a ng g ung a n

De ng a n

Ak t a

Pe mbe ba na n H a k T a ng g ung a n

a )

Pe mb ua t a n Ak t a Pe mbe r i a n H a k

T a ng g ung a n ( A PH T )

Pem ber i a n

Ha k

T an g g un g an

ya n g

d i tan d a i

d en g an

p em bu a t an

Ak t a Pem b er i an Ha k T an g g un gan

( AP HT ) ya n g d i bu a t ol eh Peja ba t

Pem bu a t Ak t a Tan ah ( PPAT ) ya n g

d i t an d a tan g an i

Kr ed i t ur

seba g a i

p er er i ma

Ha k

T an g g un gan

dan

p em i l ih

h a k

a t a s

t an ah

ya n g

d i ja m in k an ( d ebi t u r a t a u p em i i l ik

ja m i n an t et a p i bu k a n d ebi t u r ) . Ak ta

Pem ber i a n Ha k T an g g un g an a d a lah

a k t a ot en ti k ya n g d i bu a t ol eh dan

d i h a d a p an

PPAT .

Ak ta

PPAT

m er u p a k an

ben t u k

st an d ar

ya n g

d i t er bi t k an ol eh Ba d a n Per tan ah an

Na si on a l ( BPN) ya n g d i p er g u n a kan

ol eh

PPAT .

Pa sa l

1 0

a ya t

( 2 )

Un d a n g - un d an g

Ha k

T an g g un gan

m en eg a sk a n

Pem be ba n an

Ha k

T an g g un g an

di l a k u kan

d en gan

p em bu a t a n

Ak t a

Pem b er i an

Ha k

T an g g un g an

ol eh

PPAT

s esu a i

d en g an

p er a t ur an

p er un d an g

-u n d an gan ya n g ber l a k -u .

28

a )

Pe nda f t a r a n

Ak t a

Pe mbe r i a n

H a k T a ng g ung a n ( APH T ) pa da

K a nt or Pe r t a na ha n

Men u r u t

k et en t u an

ya n g

t er ca n t u m d al am Pa sa l 1 3 a ya t ( 1 )

UUHT

m en ya t a k a n

ba h wa

:

“pembebanan hak

t an g g un g an wa ji b

d i d a ft a r k an

p a da

Kan t or

Pertanahan.”

Kemudian

dalam

k et en t u an Pa sa l 1 3 a ya t ( 2 ) d a n a ya t

( 3 )

UUHT

d i j el a sk a n

ba g a im an a

ca r an ya

p en d a ft a r an

Ha k

T an g g un g an i t u d il a k u k an . T a ta ca r a

p el a k sa n aan n ya

a d a l a h

seba g a i

b er i k u t :

1 )

Set el a h

p en an d a tan g a n an

APHT

ya n g d i bu a t ol eh PPAT d i l a k u k an

ol eh

p a r a

pih a k ,

PPAT

m en g ir im k an

APHT

ya n g

b er sa n g k ut an d an wa r k ah l a in ya n g

d i p er l u k an ol eh Kan t or Per t an ah an .

Pen g i r im an

t er se bu t

wa ji b

d i l a k u k an

ol eh

PPAT

ya n g

b er sa n g k ut an sel a m ba t l am ba t n ya 7

( t u ju h )

h ar i

k er ja

set el a h

p en an d a tan g an an APHT i t u ;

2 )

Pen d a ft a r an

Ha k

T an g g un g an

d i l a k u k an ol eh k an t or p er t an ah an

d en g an m em bu a t k a n bu k u t an ah

Ha k T a n g g un g an d an m en ca t atn ya

d a l a m bu k u t an ah h a k at a s tan ah

28

Sutarno, 2003, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandung, h. 168

ya n g

m en ja d i

ob jek

Ha k

T an g g un g an ser t a m en ya l i n ca t at an

t er sebu t p a d a ser t i p i k a t h a k a t a s

t an ah ya n g ber sa n g k ut an .

3 )

T an g g a l

bu k u

t an ah

Ha k

T an g g un g an a d al ah t an g ga l h ar i

k et u ju h set el a h p en er i m aan seca r a

l en g k a p sur at - su r at ya n g d i p er l u k an

ba g i p en d a ft a r an n ya d a n ji k a h ar i

k et u ju h i t u ja t u h p a d a h ar i li bu r ,

bu k u

t a n ah

ya n g

b er sa n g k ut an

d i ber i

t an g g a l

h ar i

k er ja

b er i k u tn ya .

3 . A K IB A T H U K U M L IK U I D A S I B A N K T E R H A D A P A K T A P E MB E R I A N H A K T A N G G U N G A N D A L A M H A L S U A T U B A N K D I L IK U I D A S I

1.1.

Kekuatan Hukum Akta Pemberian Hak

Tanggungan Yang Dibuat Oleh Pejabat

Pembuat Akta Tanah

Surat

Kuasa

Membebankan

Hak

Tanggungan mengenai hak atas tanah yang

sudah terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan

Akta Pemberian Hak Tanggungan

selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah diberikan,

sedangkan bagi tanah yang belum terdaftar

wajib diikuti dengan pembuatanAkta Pemberian

Hak Tanggungan selambat-lambatnya 3 (tiga)

bulan

sesudah

diberikan.

Surat

Kuasa

Membebankan Hak Tanggungan yang tidak

diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak

Tanggungan dalam waktu 1 (satu) bulan atau 3

(tiga) bulan bagi tanah yang belum terdaftar

sesudah diberikan atau waktu yang ditentukan

dalam hal Surat Kuasa Membebankan Hak

Tanggungan diberikan untuk menjamin kredit

tertentu yang ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku dinyatakan

batal demi hukum, hal ini sebagaimana diatur

dalam ketentuan Pasal 15 UUHT.

Pemberian

hak

tanggungan

wajib

didaftarkan pada Kantor Pertanahan.

Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah Akta

Pemberian Hak Tanggungan ditandatangani,

maka

PPAT

wajib

mengirimkan

Akta

Pemberian Hak Tanggungan dan warkah lain

yang diperlukan kepada Kantor Pertanahan.

Apabila Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

lalai

dalam

menjalankan

tugas

dan

kewajibannya maka dapat dikenai sanksi

administratif

berupa

pemberian

teguran,

pemberhentian sementara atau pemberhentian

tetap (pasal 23 UUHT).

1.2.

Akibat Hukum Terhadap Akta

Pemberian Hak Tanggungan Dalam

Hal Suatu Bank Dilikuidasi

Ketentuan

hukum

tentang

likuidasi

terhadap bank di Indonesia dilakukan dengan

dalam tatanan sistem tertentu, sehingga

pelaksanaan likuidasi tersebut dapat dilakukan

secara efisien dan efektif serta dilakukan dalam

waktu singkat dan kepercayaan masyarakat

(10)

terhadap

bank,

akibat

adanya

likuidasi

memberikan akibat negatif khususnya terhadap

tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank,

dan juga nasabah penabung dan deposan dari

bank yang dilikuidasi.

Khusus mengenai kreditor bank yang

telah dilikuidasi, dalam pelaksanaan pencoretan

Hak

Tanggungan

(Roya)

yang

berhak

mengeluarkan Surat Roya adalah tergantung

dari kondisi bank yang dilikuidasi. Artinya

apabila aset bank yang dilikuidasi (termasuk

piutang) telah ditangani oleh PT. Perusahaan

Pengelola Aset (PT. PPA) yang didirikan

berdasarkan PP No. 10 Tahun 2004 untuk

jangka waktu 5 (lima) tahun, maka yang berhak

mengeluarkan Surat Roya adalah PT. PPA

(dahulu

BPPN)

selaku

pemegang

atau

pengelola aset. Selanjutnya apabila aset bank

yang dilikuidasi (termasuk piutang) telah

diambil alih oleh bank lain, maka yang berhak

mengeluarkan Surat Roya adalah bank yang

bersangkutan (yang mengambil alih).

4. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK BARANG JAMINAN DENGAN AKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN PADA BANK LIKUIDASI

4.1

Eksistensi dan Perlindungan Hukum

Terhadap Sertipikat Hak Tanggungan

Pada Bank Yang Dilikuidasi

Untuk menghindari kemungkinan bank

sulit melaksanakan eksekusi atau menjual tanah

jaminan hak tanggungan tersebut dikemudian

hari terdapat beberapa langkah awal yang harus

di lakukan oleh petugas bank yakni dengan

meneliti keakuratan data atas tanah yang

dijadikan obyek hak tanggungan tersebut

dengan memperhatikan beberapa aspek yuridis

yaitu:

a .

Seg i k ep em i l i k an t an ah .

b.

Seg i k ea bsa h an ser ti p i k a t t an ah .

c.

Pem er i k sa a n l ok a si t an ah .

4.2

Dasar Hukum Pelaksanaan Eksekusi

Terhadap

Akta

Pemberian

Hak

Tanggungan

Dasar hukum pelaksanaan eksekusi Hak

Tanggungan diatur dalam ketentuan Pasal 20

UUHT. Berdasarkan ketentuan pasal ini dapat

diketahui bahwa:

1 .

Ap a bi l a De bi t or ci d er a ja n ji , ma k a

b er d a sar k an :

a .

Ha k

p em eg a n g

Ha k

T an g g un g an

p er t am a

un t u k

m en ju a l

ob ye k

Ha k

T an g g un g an

seba g a i m an a

d i m a k su d d al a m Pa sa l 6 .

b.

T i t el

E k sek u t or i a l

ya n g

t er d a p at d a l am ser t i p i k at h a k

t an g g un g an

seba g a i m an a

t er m a k su d d a l am Pa sa l 1 4 a ya t

( 2 ) .

Obyek hak Tanggungan dijual melalui

pelelangan umum menurut tata cara yang

ditentukan dalam perundang-undangan

untuk pelunasan piutang pemegang Hak

Tanggungan dengan hak mendahulu dari

kreditur-krediturnya.

2 .

At a s

k es ep a k a t a n

p em ber i

d an

p em eg a n g

Ha k

T a n g g un g an ,

p en ju a l an ob ye k Ha k T a n g g un g an

d a p a t d i la k san a k an d i ba wa h tan g an

ji k a d en g an d em i ki an i t u a k an

d i p er ol eh

h ar g a

t er t in g g i

ya n g

m en g un t un g k an sem u a p ih a k .

5 . PE NUT UP

5 . 1

Si mp ul a n

Berdasarkan

pembahasan

mengenai

pemasalahan dalam penelitian ini yang telah

diuraikan

diatas

,

maka

dapat

ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1 .

Ba h wa

a k i ba t

h u k u m

l i k ui d a si

ba n k t er h a d a p Ak t a Pem ber i a n Ha k

T an g g un g an

da l am

h a l

ba n k

m en g a la m i l i k u i da si a da l ah a p a bi l a

ba r an g

ja m in an

su d ah

d i i ka t

d en g an

Ak ta

Pem ber i a n

Ha k

T an g g un g an dan d i d a ft ar k an pa d a

Ka n t or Per tan ah an set em p a t ma k a

a k an m en da p a t kan ser t i fi k a t h a k

t an g g un g an

d an n an tin ya

ya n g

a k an

d i ja d i k an

da sar

un t u k

m el a k u k an

r o ya

t er h a d a p

h a k

t an g g un g an dan k ed u d u k an l ebi h

t er ja m in ,

n am un

a p a bi l a

ba n k

d i l i k u i d a si m a k a d ebi t u r d i ber i k an

k es em p a t an un t u k m el un a si si sa

d a r i

k er ed i t n ya

a t a u

ba r an g

ja m i n an t er sbu t m a su k se ba g a i

a sset

ba n k d i k el ol a ol eh T i m

Li k u i d a si

a t a u p un

Per u sah a an

Pen g el ol a As et a t a u d ia m bi l al ih

ol eh ba n k l a in

(t a k e o v e r)

d a n

p a d a a kh ir n ya a k a n di k el u ar k an

r o ya a p a bi l a k r ed i t t er se bu t t el a h

l u n a s.

2 . Ba h wa

b er bi ca r a

m en g en ai

p er l in d un g an h u k u m ba g i n a sa ba h ,

p a d a d a sar n ya t i d a k h an ya ba g i

n a sa bah

p en yi m p a n

d an a

a ta u

n a sa bah

kr ed i t ur

t et a p i

ju g a

n a sa bah

p en er i m a

kr ed i t

a ta u

n a sa bah d ebi t u r ser ta p en g g un a

ja sa p er ba n k an l a in n ya . Men u r ut

T eor i

Per l i n d un gan

Hu k u m

se ba g a i m an a

d i k em u ka k an

ol eh

Ph i l i p u s M. Ha d j on d i m an a d ia

m em ba g i

p er l i n d un gan

h u k um

m en ja d i 2 ( d ua ) ya i t u p er l in d un gan

h u k u m

ya n g

pr ev en t i f

d i m an a

d a l a m h a l in i p em er in tah su d ah

m em bu a t

a t u r an

m en g en ai

p er l in d un g an t er h a d a p n a sa ba h dan

ja sa p er ba n k an p a d a um u mn ya a g a r

n an t in ya p em er i n tah ber h a t i h a ti

d i d a l am

m en g am bi l

k ep u t u sa n

Referensi

Dokumen terkait

Hence this present study focused on discovering the reading processes in foreign language by Indonesian university students especially the students o f Engl ish

Penelitian lain yang dilakukan oleh Astutik dkk pada tahun 2013 di Jember memaparkan bahwa tidak ada hubungan antara kendali glukosa darah dengan

Intelegensi itu akan lebih baik bila didukung lagi oleh faktor lain, misalnya siswa memiliki keterampilan akademik berupa keterampilan berkomunikasi reseptif (menyimak dan

Berdasarkan klasifikasi diagnosis, sebagian besar pasien terdiagnosis UAP, NSTEMI, dan STEMI memiliki riwayat hipertensi, dimana didapatkan prevalensi kasus UAP dengan

Pemilihan media video tutorial dalam proses pembelajaran mata pelajaran menggambar dengan perangkat lunak menjadi salah satu alternatif penyampaian yang dapat

Untuk melakukan pengambilan keputusan investasi saham digunakan alat analisis berupa Pendekatan PER dan Pendekatan Nilai Buku yang dibandingkan dengan harga pasar saham sebagai

Demikian Berita Acara Hasil Pelelangan ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal dan bulan sebagaimana tersebut di atas untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan volume starter aspergillus niger terhadap konsentrasi asam itakonat yang dihasilkan dari