• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Osteoartritis Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang di Rawat Jalan di Poliklinik Endokrin RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi Osteoartritis Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang di Rawat Jalan di Poliklinik Endokrin RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2014"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Edward Panjaitan

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 10 agustus 1994

Alamat : Jl. K.H. Ahmad Dahlan No 9 medan

Agama : Kristen

Jenis Kelamin : Laki-laki Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Santo Thomas 5 Tahun 2000-2006

2. Sekolah Menengah Pertama Prime One School Tahun 2006-2009 3. Sekolah Menengah Atas Prime One School Tahun 2009-2012 4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Program Studi

Pendidikan Dokter Tahun 2012-2016 Riwayat Organisasi :

(2)

LAMPIRAN OUTPUT SPSS Statistics

jenis kelamin responden

N Valid 89

Missing 0

jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 39 43.8 43.8 43.8

perempuan 50 56.2 56.2 100.0

Total 89 100.0 100.0

Statistics golongan umur responden

N Valid 89

Missing 0

gol.umur responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 30-39 1 1.1 1.1 1.1

40-49 6 6.7 6.7 7.9

50-59 35 39.3 39.3 47.2

(3)

Statistics pendidikan responden

N Valid 89

Missing 0

pendidikan responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid D III 7 7.9 7.9 7.9

sarjana 15 16.9 16.9 24.7

SD 7 7.9 7.9 32.6

SMA 42 47.2 47.2 79.8

SMP 15 16.9 16.9 96.6

STM 3 3.4 3.4 100.0

Total 89 100.0 100.0

Statistics komplikasi responden

N Valid 89

(4)

pekerjaan responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid IRT 17 19.1 19.1 19.1

pensiunan 30 33.7 33.7 52.8

petani 2 2.2 2.2 55.1

PNS 23 25.8 25.8 80.9

wiraswasta 17 19.1 19.1 100.0

Total 89 100.0 100.0

Statistics komplikasi responden

N Valid 89

Missing 0

komplikasi responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

(5)

Statistics Grade OA responden

N Valid 89

Missing 0

Grade OA responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid grade I 27 30.3 30.3 30.3

grade II 40 44.9 44.9 75.3

grade III 12 13.5 13.5 88.8

normal 10 11.2 11.2 100.0

Total 89 100.0 100.0

Statistics Golongan IMT pasien

N Valid 89

Missing 0

Golongan IMT pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang 1 1.1 1.1 1.1

Normal 17 19.1 19.1 20.2

Overweight 17 19.1 19.1 39.3

Obese I 49 55.1 55.1 94.4

Obese II 5 5.6 5.6 100.0

(6)

HbA1C kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baik 8 9.0 9.0 9.0

Sedang 21 23.6 23.6 32.6

Buruk 60 67.4 67.4 100.0

Total 89 100.0 100.0

Statistics

HbA1C responden

N Valid 89

Missing 0

Mean 9.098

Median 8.900

Mode 8.1a

Std. Deviation 1.9824

Range 11.2

Minimum 5.2

Maximum 16.4

a. Multiple modes exist. The

smallest value is shown

Statistics IMT responden

N Valid 89

Missing 0

Mean 25.367

Median 25.400

Mode 25.1a

Std. Deviation 3.2201

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Adebusoye, L.A., Ogunbode, A.M., & Alonge, T.O., 2013. Magnitude of Knee and Associated Risk Factor Among Adult Patients Presenting in Family Practice Clinic. Journal of Medicine In Tropic. 15(2): 144-150

Astutik, F.H., Santoso, A., & Hairuddin, 2014. Hubungan Kendali Glukosa Darah dengan Osteoartritis Lutut Pada Pasien Diabetes Melitus di RSD Soebandi.

E-Journal Pustaka Kesehatan. 2(2): 221-225

Badan Pusat Statistika Kota Medan : Data Sensus Penduduk tahun 2010.:

http://www.medankota.bps.go.id/ diakses pada November (2015).

Center for Disease Control and Prevention United States Departement of Health

and Human Services Division of Diabetes Translation.: http://www.cdc.gov/

Cited at November (2015).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Direktorat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Duygu, C.; Sarsan, A., & Alkan, H. : Relationships Between Pain, Function, and Radiographic Findings in Osteoarthritis of the Knee. Arthritis. 2012 : 321-326 (2012).

Fitzgerald, G.K. 2004. Role of Physical Therapy in Management of Knee Osteoarthritis. Curr Opin Rheumatol:16:143-7.

Jiang, L.; Tian, W., & Wang, Y. : Body Mass index and Susceptibility to Knee

Osteoarthritis : a Systematic Review and Meta-analysis. Pub Med. 79(3) :

291-297 (2012).

Marpaung, B., 2010. Penggunaan Petanda Biokimia Asam Hialuronad Serum dan CTX Urin Terhadap Penilaian Hasil Pengobatan Osteoartritis Lutut, Disertasi Mahasiswa FK USU.

(8)

Price, S.A., 2012. Patofisiologi konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Purnamasari, D., 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing,

1880-1883

Purnomo, H.D., 2002. Hubungan Gangguan Muskuloskeletal pada Pasien Diabetes Melitus di RSUP Dr. Kariadi Semarang, Tesis Mahasiswa FK UNDIP.

Putra,R.E.N., 2009. Hubungan Gangguan Muskuloskeletal Pada Pasien Diabetes Melitus Di RSUP Dr. Kariadi Semarang, Skripsi Mahasiswa FK UNDIP . Setiawan, M., 2006. Kelainan Persendian (Osteoartritis) Sebagai Komplikasi

Kronis Diabetes Melitus Tipe II dan Hubungannya dengan Kendali Glukosa Darah,Universitas Muhammadiyah Malang.Available from : http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/view/1023/1091.

[Accesed 30 mei 2015].

Shahab, A., 2009. Komplikasi Kronik Diabetes Melitus Penyakit Jantung Koroner. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing, 1947-1942.

Shahab, A., 2009. Komplikasi Kronik DM Penyakit Jantung Koroner. Dalam

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing,

1916-1918.

Sherwood, L., 2007. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sigal, R.J.; Amstrong, M.J.; Kenny, G.P.; et.al.: Physical Activity and Diabetes.

(9)

Soeroso, J., dkk., 2009. Osteoartritis. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Jakarta: Interna Publishing, 2538-2549.

Soewondo, P., 2009. Diabetes Ketoasidosis. Dalam Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing, 1906-1911.

Taqwin, A., 2007. Gambaran Profil Lipid Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe yang Dirawat di Rumah Sakit Immanuel Bandung, Skripsi mahasiswa FK UKM.

Yunir, M., & Soebardi, S., 2009. Terapi Non Farmakologi pada Diabetes Melitus Tipe 2. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing, 1891-1895

Zargar, A.H., & Sofi, F.A.: Profile of Neurological Problem In Diabtes Mellitus.

(10)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep adalah:

Gambar 3.1.Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional Faktor:

1. Sosiodemografi pasien

2. Hasil pemeriksaan radiologi

3. Komplikasi 4. Indeks Massa

Tubuh 5. HbA1c

(11)

3.2.2. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat, ditandai dengan adanya degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi tulang pada tepinya, sklerosis tulang subkondral, perubahan pada membran sinovial, disertai nyeri, biasanya setelah aktivitas berkepanjangan, dan kekakuan, khususnya pada pagi hari atau setelah inaktivitas.

3.2.3. Sosio demografi adalah suatu komponen variable sosial dan demografi suatu masyarakat, seperti pendidikan, pekerjaan, keadaan ekonomi, tempat asal, dan lain-lain.

Dalam penelitian ini, penulis menetapkan empat kriteria faktor sosiodemografi, yaitu:

a. Umur adalah satuan waktu dipandang dari segi kronologis sepanjang waktu hidup manusia.

b. Jenis kelamin adalah sifat biologis terkait sifat-sifat seks yang dibawa sejak lahir, dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan.

c. Pendidikan pasien adalah tingkatan pendidikan tertinggi yang pernah diikuti pasien dan lulus dari pendidikan tersebut contohnya: SD, SMP, SMA, sarjana, dll.

d. Pekerjaan pasien adalah kegiatan yang dilakukan pasien untuk memenuhi kebutuhan hidup baik itu terkait profesi ataupun tidak, contohnya : guru, pedagang, buruh, dll.

3.2.4. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indikator sederhana dari korelasi antara tinggi badan dan berat badan. IMT diperoleh dengan rumus :

(12)

IMT(Kg/M2) Status Gizi Kategori

<18.5 Gizi Kurang Kurus

18.5 - 22.9 Gizi Baik Normal

23.0 - 24.9 Gizi Lebih Preobesitas(Overweight)

25,0-29,9 Gizi Lebih Obesitas Grade I

> 30 Gizi Lebih Obesitas Grade II

3.2.5. Hasil pemeriksaan radiologi, pada penelitian ini pemeriksaan radiologinya adalah foto rontgen sendi yang mengalami OA yang kemudian akan diklasifikasikan berdasarkan kriteria Kellgren and

Lawrence, yaitu:

a. Grade 0 : Normal, tidak ada gambaran OA

b. Grade I : Ragu-ragu, osteofit sedikit(tidak signifikan) c. Grade II : Osteofit tampak, namun celah sendi masih normal

(OA ringan)

d. Grade III : Osteofit tampak, terdapat pengurangan celah sendi (OA sedang)

e. Grade IV : celah sendi tidak terlihat, terjadi Sclerosis subkondral

(OA berat)

3.2.6. HbA1c merupakan marker biokimia yang menunjukan keadaan terkendalinya metabolism glukosa darah selama 3-4 bulan. Pada pasien DM Hasil pemeriksaan HbA1c dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu :

(13)

Alat ukur : Rekam medik

Cara ukur : Melihat status rekam medik terkait dengan

prevalensi gangguan osteoartritis pada pasien diabetes melitus

Hasil ukur : Prevalensi gangguan osteoarthritis pada pasien diabetes melitus

Skala ukur : Nominal (jenis kelamin, pekerjaan pasien)

(14)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian

cross sectional (potong lintang), dengan tujuan untuk melihat prevalensi

gangguan OA pada pasien DM di RSUP Haji Adam Malik Medan. 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – September 2015 bertempat di Poli Penyakit Dalam Divisi Endokrinologi RSUP Haji Adam Malik Medan. 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosis DM dan mengalami gangguan OA di RSUP Haji Adam Malik Medan periode1 Januari 2014 - 31 Desember 2014.

4.3.2.Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling.

Kriteria inklusi : Seluruh pasien DM yang menderita OA yang berobat di RSUP Haji Adam Malik Medan periode1 Januari 2014-31 Desember 2014 yang memenuhi kriteria:

Pasien melakukan kunjungan ke poli penyakit dalam untuk evaluasi penyakit dan keadaan klinis.

(15)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

(16)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No.17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes No. 355/Menkes/SK/VII/1990. RSUP HAM Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan sebagian wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991 pada tanggal 6 September 1991, RSUP HAM Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Karakteristik Subjek Penelitian

(17)

5.1.3. Profil Pasien Diabetes Melitus dengan Osteoartritis

5.1.3.1. Distribusi Proporsi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang Menderita Osteoartritis Berdasarkan Sosiodemografi (Jenis kelamin, umur, pendidikan, dan pekerjaan)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin.

Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 39 43,8

Perempuan 50 56,2

Total 89 100

Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar subjek penelitian pasien DM tipe 2 dengan OA adalah perempuan, yaitu berjumlah 50 orang (56,2%) dan berjenis kelamin laki-laki berjumlah 39 orang (43,8%).

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi berdasarkan umur.

Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

30-39 1 1,1

40-49 6 6,7

50-59 35 39,3

>60 47 52,8

Total 89 100

(18)

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

SD 7 7,9

SMP 15 16,9

SMA 45 50,5

Perguruan Tinggi 22 24,7

Total 89 100

Berdasarkan tabel diatas, pasien yang memiliki tingkat pendidikan SLTA dan sederajat merupakan kelompok terbanyak yaitu berjumlah 45 orang (50,5%), sedangkan pasien yang tingkat pendidikan SD dan sederajat merupakan kelompok terkecil berjumlah 7 orang (7,9%).

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan

Pekerjaaan Jumlah (orang) Persentase (%)

IRT 17 19,1

Pensiunan 30 33,7

Petani 2 2,2

PNS 23 25,8

Wiraswasta 17 19,1

Total 89 100

(19)

5.1.3.2.Distribusi Proporsi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang Menderita Osteoartritis Berdasarkan Komplikasi.

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi berdasarkan komplikasi.

Komplikasi Jumlah (orang) Persentase (%)

CAD 17 19,1

CKD 18 20,2

CVA 3 3,4

Neuropati 25 28,1

Retinopati 22 24,7

Ulkus diabetes 4 4,5

Total 89 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa paling banyak pasien DM tipe 2 yang menderita OA mengalami komplikasi Neuropati yaitu berjumlah 25 orang (28,1%) dan yang paling sedikit mengalami komplikasi CVA (cerebrovascular

accident) yaitu berjumlah 3 orang (3,4%).

5.1.3.3. Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan OA Berdasarkan Pemeriksaan Foto Sendi (Radiologi).

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi berdasarkan pemeriksaan foto sendi (Radiologi) Pemeriksaan Radiologi Jumlah (Orang) Persentase (%)

Normal 10 11,2

Grade I 27 30,3

Grade II 40 44,9

Grade III 12 13,5

(20)

Berdasarkan tabel diatas, pasien DM tipe 2 dengan OA terbanyak menderita OA grade II yaitu sebanyak 40 orang (44,9%), sedangkan grade OA paling sedikit terdapat pada kelompok yang pemeriksaan foto sendinya normal yaitu 10 oraang ( 11,2%).

5.1.3.4. Analisis Deskriptif Pemeriksaan IMT dan HbA1C Pada Pasien DM tipe 2 dengan OA

Tabel 5.7. Analisis deskriptif pemeriksaan IMT dan HbA1C Pemeriksaan Nilai

minimum

Nilai maximum

Range Mode Mean Median Standar deviasi IMT (Kg/M²) 17,5 34,9 17,4 25,1 25,36 25,40 3,22

HbA1C (%) 5,2 16,4 11,2 8,1 9,09 8,90 1,98

(21)

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi berdasarkan IMT

IMT Jumlah (orang) Persentase (%)

Kurang 1 1,1

Normal 17 19,1

Overweight 17 19,1

Obese grade I 49 55,1

Obese grade II 5 5,6

Total 89 100

Berdasarkan tabel diatas, pasien DM tipe 2 dengan OA paling banyak terdapat pada kelompok penderita dengan IMT obese grade I yaitu berjumlah 49 orang (55,1%). Sedangkan kelompok paling sedikit diderita oleh pasien dengan IMT kurang yaitu 1 orang (1,1 %).

Tabel 5.9. Distribusi frekuensi berdasarkan HbA1C

HbA1C kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

Baik 8 9,0

Sedang 21 23,6

Buruk 60 67,4

Total 89 100

(22)

5.2. Pembahasan

Sebagai hasil penelitian, dari 89 sampel yang diteliti, mayoritas pasien diabetes melitus tipe 2 dengan osteoartritis berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah sebanyak 50 orang (56,2%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taqwin pada tahun 2007 di Bandung, hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Heidari pada tahun 2008 di Iran yang menerangkan bahwa lebih dari 64% pasien DM yang menderita OA adalah berjenis kelamin perempuan. Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Putra pada tahun 2012 di Semarang. Hal ini karena perempuan memiliki massa lemak yang lebih banyak dari laki-laki (Adebusoye, 2013).

Dari segi kelompok umur, mayoritas kasus terjadi pada decade keenam, yaitu kelompok umur > 60 tahun dengan jumlah 47 orang (52,8%), sedangkan kelompok umur termuda pada penelitian ini berada pada kelompok umur 30-39 tahun dengan jumlah kasus 1 orang (1,1%). Hasil penelitian ini sesuai dengan data National Diabetes Statistic Report oleh CDC (center for disease control and prevention) tahun 2014 di Amerika Serikat yaitu populasi penderita diabetes melitus tipe 2 terbesar pada kelompok umur > 63 tahun.

(23)

Bila ditinjau dari segi komplikasi, neuropati merupakan komplikasi tersering pada pasien dalam penelitian saya ini yaitu sebesar 25 orang (28,1%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang di Zargar pada tahun 2009 di Srinagar, bahwa peripheral neuropati merupakan komplikasi yang tersering pada pasien diabetes melitus tipe 2.

Berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), pasien pada penelitian saya ini paling banyak memiliki IMT kategori obesitas grade I dimana terdapat sebanyak 49 orang (55,1%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jiang pada tahun 2012 di China.

Diperoleh bahwa proporsi tertinggi kadar HbA1C pada pasien dalam penelitian ini berada dalam kategori buruk yaitu dengan jumlah 60 orang (67,4%). Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang diperoleh Putra pada tahun 2012 disemarang, pada penelitian yang dilakukan oleh Putra tersebut memaparkan bahwa pasien diabetes melitus dengan gangguan muskuloskeletal paling banyak memiliki kadar HbA1C dalam kategori yang sedang (42,6%). Pada penelitian tersebut dipaparkan juga bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kendali gula darah (HbA1C) terhadap gangguan muskuloskeletal. Penelitian lain yang dilakukan oleh Astutik dkk pada tahun 2013 di Jember memaparkan bahwa tidak ada hubungan antara kendali glukosa darah dengan osteoartritis lutut pada pasien diabetes melitus yang dirawat di rumah sakit daerah di Jember. Untuk pemeriksaan foto sendi berdasarkan kriteria

Kellgren Lawrance diperoleh bahwa proporsi terbanyak berdasarkan

(24)
(25)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh, adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Prevalensi Osteoartritis pada pasien DM 12,5%.

2. Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan OA berdasarkan sosiodemografi tertinggi adalah sebagai berikut : berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan (56,2%), umur terbanyak terdapat pada kategori usia lebih dari 60 tahun (52,8%), tingkat pendidikan terbanyak pada SLTA (50,5%), pekerjaan terbanyak adalah pensiunan (33,7%).

3. Berdasarkan komplikasi diperoleh neuropati paling sering muncul yaitu dengan proporsi (28,1%).

4. Berdasarkan pemeriksaan radiologi diperoleh grade II klasifikasi

Kellgren and Lawrence merupakan proporsi tertinggi (44,9%).

5. Berdasarkan IMT, diperoleh obesitas grade I merupakan proporsi tertinggi (55,1%).

6. Berdasarkan pemeriksaan HbA1C, diperoleh kategori buruk merupakan proporsi tertinggi (67,4%).

6.2. Saran

(26)

2. Isi rekam medis sebaiknya dapat dicantumkan secara lengkap mulai dari pemeriksaan awal berupa anamnesa sampai pengobatan sehingga tidak terjadi kesalahan saat mengambil data berupa data tidak lengkap atau terkesan rancu.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pankreas

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Pankreas

Pankreas adalah suatu organ yang berbentuk pipih terletak di belakang rongga abdomen dan di bawah lambung yang terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin (Sloane, 2004). Bagian eksokrin pankreas mengeluarkan larutan basa encer dan enzim-enzim pencernaan melalui duktus pankreatikus kedalam lumen saluran pencernaan tepatnya di ampula vateri. Diantara sel-sel eksokrin pankreas tersebar kelompok-kelompok atau pulau-pulau sel endokrin yang juga dikenal sebagai pulau-pulau langherhans (islets of langerhans). Jenis sel endokrin pankreas yang paling banyak dijumpai adalah sel beta dimana pada sel beta ini merupakan tempat sintesis dari hormon insulin. Selain itu terdapat juga sel alfa yang menghasilkan glukagon dan sel delta adalah sel untuk mensintesis somatostatin sedangkan sel endokrin yang paling jarang yang ada pada pankreas adalah sel PP ,sel ini berfungsi untuk mengeluarkan polipeptida pankreas. Hormon pankreas yang paling penting untuk mengatur metabolisme tubuh adalah insulin dan glukagon (Sherwood, 2007).

fungsi fisiologis hormon insulin adalah sebagai berikut :

 Insulin menyediakan glukosa untuk sebagian besar sel tubuh, terutama untuk otot dan adiposa, melalui peningkatan aliran glukosa yang melewati membrane sel dalam mekanisme carier.  Insulin memperbesar simpanan lemak dan protein dalam tubuh

pertama dengan cara meningkatkan transport asam amino dan asam lemak dari darah kedalam sel yang kedua meningkatkan sintesis protein dan lemak, serta menurunkan katabolisme protein dan lemak.

(28)

Gambar 2.1. Anatomi Pankreas Sumber : Netter, F., 2006

2.2. Diabetes Melitus

2.2.1. Definisi Diabetes Melitus

(29)

2.2.2. Etiologi dan Patogenesis

Menurut Price (2012) etiologi penyakit diabetes melitus bermacam-macam. Diabetes melitus tipe 1 adalah penyakit autoimun yang ditentukan secara genetik dengan gejala-gejala yang pada akhirnya menuju proses perusakan imunologik sel-sel beta pankreas yang menghasilkan insulin. Manifestasi klinis diabetes melitus terjadi jika lebih dari 90% sel-sel beta menjadi rusak.

Bukti untuk determinan genetik diabetes tipe 1 adalah adanya kaitan dengan tipe-tipe histokompatibilitas (Human Lekocyte Antigen) tipe dari gen histokompabilitas yang berkaitan dengan diabetes tipe 1 adalah adanya kaitan dengan tipe (DW3 dan DW4) adalah yang memberi kode kepada protein yang berperan penting dalam interaksi monosit-limfosit.

Protein-protein ini mengatur respon sel T yang merupakan bagian normal dari respons imun jika terjadi kelainan, fungsi limfosit T yang terganggu akan berperan penting dalam patogenesis perusakan sel-sel pulau Langerhans, sedangkan pada diabetes melitus tipe 2 penyakitnya mempunyai pola yang familial diabetes tipe 2 ditandai dengan kelainan sekresi insulin, serta kerja insulin. Pada awalnya terjadi resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikatkan dirinya kepada reseptor-reseptor permukaaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraseluler yang menyebabkan mobilisasi pembawa GLUT 4 glukosa dan meningkatkan transport glukosa menembus membran sel.

(30)

2.3. Klasifikasi Diabetes Melitus

[image:30.595.114.463.75.587.2]

Klasifikasi Diabetes Melitus (ADA 2009)

Tabel 2.1. Klasifikasi diabetes melitus

Sumber : Buku ajar ilmu penyakit dalam PAPDI edisi V jilid III I.Diabetes Melitus tipe 1

Destruksi sel beta pankreas , umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut . A.Melalui proses imunologi

B.Idiopatik II. Diabetes Melitus tipe 2

Bervariasi mulai predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin .

III.Diabetes Melitus tipe lain A.Defek genetik fungsi sel beta

 Kromosom 12,HNF-Alfa(dahulu MODY 3)  Kromosom 7 ,Glukokinase (dahulu MODY 2)  Kromosom 20 , HNF-Alfa(dahulu MODY 1)  Kromosom 13,insulin promoter faktor  Kromosom 17,HNF-1Beta

 Kromosom 2,neuro D1  Lainnya

B.Defek genetic kerja insulin:

Resistensi insulin tipe A,I eprecehaunism, sindrom rapson mendelhall. C.Penyakit Eksokrin pankreas :pancreatitis , trauma/pankreatektomi, neoplasma , fibrosis kistik , hemokromatosis , pankreaktopati, dan lainnya.

D.Endokrinopati :Akromegali ,sindrom cushing ,

feokromositoma,hipertiroidisme somatostatinoma , aldosteronoma. E.Karena obat atau zat kimia :vakor , fentanidine , asam nikotina glukokortikoid , Hormon tiroid .

(31)

2.2.4. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik diabetik insulin sehingga tidak dapat mempertahankan kadar glukosa yang normal dalam darah atau hiperglikemia. Jika hiperglikemia berat dan melebihi ambang batas filtrasi ginjal akan terjadi glikosuria yaitu diuresis osmotik yang megakibatkan poliuria (meningkatnya pengeluaran urin) hal ini akan mengakibatkan timbul rasa haus yang berlebihan (polidipsi) sehingga merangsang untuk minum secara terus menerus. Karena glukosa hilang bersama urin, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang sehingga rasa lapar yang timbul akan semakin besar (polifagi) akibat kehilangan kalori (Price, 2012).

Keluhan lain yang tidak khas pada diabetes melitus adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria yang tidak dapat dijelaskan sebabnya (Rani, 2009).

2.2.5. Diagnosis Diabetes Melitus

Berdasarkan buku panduan pelayanan medik-PAPDI Diagnosis DM dapat ditegakan dari anamnesa, pemeriksaan, fisik lengkap dan laboratorium :

A. Anamnesis

PERKENI(Perhimpunan Endokrinologi Indonesia) membagi alur diagnosis DM menjadi dua bagian besar berdasarkan ada tidaknya gejala khas DM. Gejala khas DM terdiri dari poliuria , polidipsi , polifagi , dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas sedangkan keluhan yang tidak khas pada DM adalah adalah lemah , kesemutan , gatal, mata kabur , disfungsi ereksi pada pria yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

B. Pemeriksaan fisik

(32)

C . Pemeriksaan penunjang atau laboratorium

 Hb, leukosit, hitung jenis leukosit, laju endap darah  Glukosa darah puasa dan dua jam setelah makan, Hb A1c  Urinalisis rutin, proteinuria 24 jam , kreatinin

 SGPT, SGOT, albumin

 Kolesterol total , kolesterol LDL , kolesterol HDL , trigliserida .

[image:32.595.116.489.282.595.2]
(33)

2.2.6. Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Menurut Price tahun 2012 penatalaksanaan DM didasarkan pada :  Rencana diet

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi :karbohidrat 60-70% , Protein 10-15% , dan lemak 20-25%. Jumlah kandungan kolestrol disarankan kurang dari 300 mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh ( MUFA =Mono

Unsaturated Fatty Acid) dan membatasi asam lemak jenuh . Jumlah

kandungan serat yang disarankan lebih kurang 25 gram perhari , diutamakan serat larut (Rani, 2009).

 Latihan fisik

Latihan fisik mempermudah transport glukosa kedalam sel dan meningkatkan kepekaan terhadap insulin (Price, 2012). Prinsip jasmani pada diabetes persis sama dengan prinsip latihan jasmani secara umum yang memenuhi beberapa hal seperti : frekuensi, intensitas, durasi dan jenis latihan jasmani. Latihan jasmani yang dipilih sebaiknya yang disenangi serta memungkinkan untuk dilakukan dan hendaknya melibatkan otot-otot besar (Yunir, 2009). Latihan jasmani yang teratur kira-kira 3-4 kali semingggu dengan durasi 30 menit (Rani, 2009).  Farmakoterapi

Bila terapi diet dan latihan fisik tidak dapat mengontrol kadar gula darah maka peran dari obat anti hiperglikemi oral memiliki peranan yang penting. Terdapat tiga kelas besar obat anti diabetes oral yaitu :

pemicu sekresi insulin yaitu : sulfonilurea (Tolbutamit, glibenklamid, glipizid, gliklazid, glimipirid ) dan glinid (nateglinid, repaglinid). a. Penambah sensitivitas terhadap insulin : Biguanid (Medformin) b. Penghambat absorbsi glukosa atau penghambat glukosidase alfa

(34)

c. Insulin : indikasi pemberian insulin adalah penurunan berat badan yang cepat, hiperglikemia yang berat, ketoasidosis diabetik, gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat (Rani, 2009).

2.2.7. Komplikasi Diabetes Melitus A. Akut

 Ketoasidosis diabetik

Ketoasidosis diabetik adalah keadaan kompensasi –metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemi, asidosis, dan ketosis. KAD disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. Pada KAD juga biasanya didapati dehidrasi berat dan bahkan dapat menyebabkan syok (Soewondo, 2009).

 Hiperosmolar non ketotik

Hiperosmolar non ketotik merupakan komplikasi akut yang emergensi pada diabetes melitus. HHNK ditandai oleh hiperglikemia hiperosmolar tanpa disertai adanya ketosis (soewondo, 2009).

 Hipoglikemi

Hipoglikemi merupakan keadaan emergensi dari komplikasi akut diabetes melitus akibat dari hipoglikemi dapat terjadi disfungsi sistem saraf gangguan kognisi dan koma.hal ini karena jaringan saraf dan otak sangat ketergantungan pada asupan glukosa yang kontinu (Soemaji, 2009).

B. Kronik

 Makroangiopati

(35)

 Mikroangiopati

Mikroangiopati merupakan proses aterosklerosis pada mikrovaskular. Organ-organ yang dapat diserang adalah retina dan ginjal. Komplikasi kronik lainnya pada diabetes adalah neuropati, rentan infeksi dan disfungsi ereksi (Pandelaki, 2009). Diabetes melitus yang menahun dapat menyebabkan perubahan kuantitas dan kualitas struktur jaringan ikat interstisial meliputi tulang, sendi, kulit, dan jaringan periartikular. Berbagai kelainan musculoskeletal (reumatik) yaitu reumatik artikular dan ekstra artikular sering menyertai DM. Kelainan reumatik artikular yang sering menyertai DM adalah osteoarthritis, artritis gout, osteopenia, hyperostosis, osteolitik diabetik, sendi neuropatik. Sedangkan reumatik ekstra artikular adalah frozen shoulder, keterbatasan lingkup gerak sendi, tenosinovitis, sindroma terowongan karpal dan tendinitis (Purnomo, 2002).

Menurut (Setiawan, 2006) Gangguan muskuloskeletal yang muncul pada populasi diabetes diantaranya adalah osteoartritis terutama pada lutut,pzmggul dan tulang belakang: osteoporosis: osteolisis lutut dan panggul; pseudogout; gout; bursitis; sendi charcot; diabetic hand syndrome, frozen shoulder dan kontraktur

dupuytren. Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang menduduki rangking

pertama penyebab nyeri dan disabilitas (ketidakmampuan) pada lansia.

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi yang ditandai dengan menipisnya rawan sendi secara progresif, disertai dengan pembentukan tulang baru pada trabekula subkondral dan terbentuknya rawan sendi dan tulang baru pada tepi sendi (osteofit). Secara histopatologik proses OA ditandai dengan menipisnya rawan sendi disertai pertumbuhan dan remodeling tulang disekitarnya (bony overgrowth) diikuti dengan atrofi dan destruksi tulang disekitatnya.

(36)

glikasi lanjut. Peningkatan stress oksidatif pada glirannya akan menyebabkan pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sel endotel pembuluh darah yaitu dengan terjadinya peroksidasi membrane lipid, aktivasi faktor transkripsi (NF-kB), Peningkatan oksidasi LDL dan kemudian juga pembentukan produk glikasi lanjut .

Berbagai jalur biokimiawi tersebut pada akhirnya menyebakan terjadinya disfungsi endotel, mengganggu dan mengubah sifat berbagai protein penting dan kemudian akan memacu terbentuknya sitokin pro inflamasi serta faktor pertumbuhan seperti Transforming growth factor –beta, vascular endothelial growth factor, insuline like growth factor 1, basic fibroblast growth factor. Salah

satu sitokin proinflamasi kuat yang mampu menginduksi kondrosit dan sel-sel sinovial untuk mensintesis MMP adalah interleukin-1.

IL-1 menekan sintesis kolagen tipe-III dan proteoglikan, dan menghambat transformasi faktor-bata pertumbuhan yang distimulasi proliferasi kondrosit.selain itu IL-1 juga mendorong produksi nitrit oxide(NO) dimana efek NO terhadap kondrosit meliputi : inhibisi produksi kolagen, dan proteoglikan, aktivasi metalloproteinase, meningkatkan kepekaan trauma oksidasi lain(H2O2). Menurunkan ekspresi IL-1 reseptor antagonis. Inhibisi polimerasi aktin dan sinyal IL-1 integrin, apoptosis. IL-1 bukan hanya secara aktif meningkatkan degradasi kartilago, tetapi juga menekan upaya-upaya perbaikan.

(37)

2.3. Osteoartrititis

2.3.1. Definisi Osteoartritis

Osteoartritis (OA) yang di definisikan oleh American College of

Rheumatology (ACR) merupakan kumpulan kondisi yang berpengaruh pada sendi

dengan tanda dan gejala berhubungan dengan rusaknya integritas kartilago artikular (Marpaung, 2010). Menurut Soeroso OA merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki paling sering terkena OA (Soeroso, 2009). Diketahui bahwa OA diderita oleh 151 juta jiwa diseluruh dunia dan mencapai 24 juta jiwa di kawasan asia tenggara (Suhendriyo, 2014). Untuk di Indonesia prevalensi Osteoarthritis jumlahnya tidak diketahui dengan pasti namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Zeng QY et al prevalensi penyakit rematik di Indonesia mencapai 23,6% sampai 31,3% dimana 50% - 60% penyakit rematik tersebut adalah OA (Nainggolan, 2009).

2.3.2. Patogenesis Osteoartritis

Patogenesis OA saat ini diyakini tidak hanya proses degeneratif saja namun juga melibatkan berbagai unsur dalam proses inflamasi terutama sinovitis serta keterlibatan subkondral . Oleh karenanya manifestasi klinis OA tidak nyeri, namun juga kekakuan sendi, dan gangguan pergerakan (Marpaung, 2010).

(38)
[image:38.595.116.475.85.342.2]

Gambar 2.3. Patogenesis Osteoartritis Sumber : The lancet seminars

Menurut Soeroso (2009) berdasarkan patogenesisnya osteoartritis dibedakan menjadi dua yaitu: OA primer dan OA sekunder. Osteartritis primer disebut juga OA idiopatik primer yang penyebabnya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama.

2.3.3. Manifestasi Klinis Osteoartritis

(39)

 Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

 Kaku pagi

Pada beberapa pasien nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobillitas , seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur.

 Krepitasi

Krepitasi adalah Rasa gemeretak(kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yamg sakit.krepitasi ini terjadi akibat pergesekan kedua sendi yang mengalami OA saat bergerak.

 Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukan bahwa salah satu sendinya(sering kali terlihat di lutut atau tangan) secara pelan-pelan membesar.

 Perubahan gaya berjalan

Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien. Hampir semua pasien OA pergelangan kaki, tumit, lutut, atau panggung berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA yang umumnya berusia tua.

2.3.4. Penegakan Diagnosis

Penegakan diagnosis OA dilakukan dari anamnesa , pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi serta pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan buku panduan pelayanan medis-PAPDI penegakan OA dibagi secara 3 bagian besar yaitu :

 Penegakan diagnosa OA sendi lutut : 1. Nyeri lutut , dan

(40)

 Penegakan diagnosa sendi tangan 1. Nyeri tangan atau kaku , dan 2. Tiga dari empat kriteria berikut :

a.Pembesaran jaringan keras dari dua atau lebih dari sepuluh sendi tangan tertentu (DIP II dan III kiri dan kanan , CMC I kiri dan kanan )

b.Pembesaran jaringan keras dari dua atau lebih sendi DIP c.Pembengkakan pada < 3 sendi MCP

d.deformitas pada minimal satu dari sepuluh sendi tangan tertentu  Penegakan diagnosa sendi pinggul

1. Nyeri pinggul , dan

2. Minimal dua dari criteria berikut : a.LED < 20 mm/jam

b.Radiologi:terdapat osteofit oada femur atau asetabulum c.Radilogi :terdapat penyempitan celah sendi (Superior , aksial , atau medial .

2.3.5. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnostik OA biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiologi serta pemeriksaan laboratorium (Seoroso, 2009). Berikut ini akan dijelaskan secara singkat tentang pemeriksaan radiografi dan laboratorium pada OA.

 Pemeriksaan radiografi

(41)

Berdasarkan perubahan-perubahan radiografi diatas, secara radiografi OA dapat digradasi menjadi ringan berdasarkan kriteria Kellgren-Lawrence.

Gambar 2.4. Derajat Kerusakan Sendi pada OA berdasarkan kriteria Kellgren- Lawrence

Sumber : Medscape, 2013

 Pemeriksaan laboratorium

(42)

2.3.6. Tatalasaksana Osteoartritis

Penatalaksanaan OA sampai saat ini lebih banyak ditujukan untuk mengatasi rasa nyeri, inflamasi, dan perbaikan fungsi sendi. Sementara perbaikan secara struktur lebih sulit dicapai (Marpaung, 2010). Penatalaksanaaan OA berdasarkan atas distribusinya dan berat ringannya sendi yang terkena. Penatalaksanaannya terdiri dari tiga hal (Seoroso, 2009):

 Terapi non-farmakologis a. Edukasi

Maksud dari edukasi adalah agar pasien mengetahui tentang seluk-beluk penyakitnya , bagaimana menjaga agar penyakitnya tidak bertambah berat serta persendiaanya tetap dapat dipakai

b. Terapi fisik dan rehabilitasi

Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.

c. Penurunan berat badan

Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan faktor yang akan memperberat penyakit OA, oleh karenanya berat badan harus selalu dijaga agar tidak berlebihan. Apabila berat badan berlebihan, maka harus diusahakan penurunan berat badan, bila mungkin mendekati bert badan ideal (soeroso, 2009). Cara lain yang dapat digunakan untuk membantu tongkat atau alat pembantu berjalan dapat mengurangi berat badan yang harus ditanggung oleh sendi lutut dan panggul secara cukup berarti (Price, 2012).

 Terapi Farmakologis

(43)

Analgesic topical dengan mudah kita dapat dipasaran dan banyak sekali yang dijual bebas.pada umumnya pasien telah mencoba terapi dengan cara ini, sebelum memakai obat-obatan per-oral lainnya.

c. Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS)

Apabila dengan cara-cara tersebut diatas tidak berhasil pada umunya pasien mulai datang ke dokter. Pada kondisi seperti ini kita pikirkan untuk pemberian OAINS oleh karena obat golongan ini disamping mempunyai efek analgetik juga mempunyai efek anti inflamasi. Pasien OA kebanyakan berusia lanjut, maka pemberian obat-obatan jenis ini harus sangat berhati-hati, jadi sebaiknya kita memberikan obat yang memiliki efek samping yang minimal dan cara pemakaian yang sederhana (Soeroso, 2009).

d. Chondroprotektif agent

Yang dimaksud chondroprotectif agent adalah obat-obatan yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan (repair) tulang rawan sendi pada pasien OA. Sebagian peneliti menggolongkan Obat-obatan tersebut dalam disease modifying anti osteoarthritis drugs (DMOADS) (soeroso, 2009). DMOADS merupakan bagian dari modalitas farmakologi klinik dalam penatalaksanaan OA antara lain : kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin c, superoksida dismutase, dan lain-lain (Marpaung, 2010).

 Terapi bedah

(44)
(45)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) di beberapa negara berkembang, akibat peningkatan kemakmuran, akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan prevalensi penyakit degenerative, seperti penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi, hiperlipidemia, diabetes melitus semakin meningkat (Putra, 2012). Menurut American Diabetes Associatian tahun 2010, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.

Diperkirakan prevalensi diabetes pada orang dewasa yang berusia antara 20 tahun sampai 79 tahun diseluruh dunia pada tahun 2012 terdapat sebanyak 382 juta orang , dan diekspektasikan pada tahun 2035 jumlah penderita diabetes mencapai 592 juta orang (Diabetes UK Care Connect Campaign, 2014). Menurut

National Diabetes Statistic Report 2014 di Amerika Serikat terdapat 29,1 juta

orang Amerika Serikat menderita diabetes melitus jumlah ini setara dengan 9,3% dari populasi penduduk Amerika Serikat. Di Negara Inggris pada tahun 2012 terdapat 3,83 juta orang penduduk Inggris menderita diabetes jumlah ini setara dengan 6% dari populasi penduduk di Inggris (Diabetes UK Care Connect Campaign, 2014).

(46)

Masih dari data RISKESDAS tersebut menyebutkan prevalensi dari penderita DM cenderung meningkat pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki dan terjadi peningkatan prevalensi penyakit DM sesuai dengan pertambahan

umur namun mulai umur ≥ 65 tahun cenderung menurun dan tersebut cenderung

lebih tinggi bagi penderita yang tinggal diperkotaan dibandingkan dengan dipedesaan.

Komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi komplikasi akut dan kronis. Komplikasi diabetes mellitus akut dapat berupa hipoglikemia (menurunnya kadar gula darah <60 mg/dl), keto asidosis diabetika (KAD) yaitu DM dengan asidosis metabolik dan hiperketogenesis, koma lakto asidosis (penurunan kesadaran hipoksia yang ditimbulkan oleh hiperlaktatemia) serta koma hiperosmolar non ketotik. Pada diabetes melitus kronik (biasanya komplikasi terjadi pada penderita DM yang tidak terkontrol dalam jangka waktu kurang lebih 5 tahun). Dapat dibagi berdasarkan pembuluh darah serta persarafan yang kena atau berdasakan organ. Pembagian secara sederhana sebagai berikut : makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar (pembuluh darah yang dapat dilihat secara mikroskopis) antara lain penyakit jantung koroner. Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah mikroskopis antara lain retinopati diabetika dan nefropati diabetika (Putra, 2012).

(47)

kegemukan, genetik, pekerjaan, cidera sendi, olah raga, anomali anatomi, penyakit metabolic dan penyakit sendi (Astuti, 2014).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merasa perlu untuk dilakukan penelitian tentang prevalensi gangguan osteoarthritis pada pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.

1.2. Perumusan Masalah

Diabetes melitus yang menahun dapat menyebabkan perubahan kuantitas

dan kualitas struktur jaringan ikat interstisial meliputi tulang, sendi, kulit ,dan

jaringan periartikular. Osteoartritis adalah jenis arthritis yang disebabkan oleh kerusakan dan hilangnya tulang rawan dari satu atau lebih sendi. Terjadinya osteoartitis di pengaruhi faktor – faktor resiko yaitu umur, kegemukan, genetik, pekerjaan, cidera sendi, olah raga, anomali anatomi, penyakit metabolik dan penyakit sendi.

Bagaimanakah prevalensi gangguan osteoarthritis pada pasien diabetes melitus yang dirawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014 ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi gangguan osteoarthritis pada pasien diabetes melitus yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

(48)

b. Untuk mengetahui distribusi prevalensi gangguan osteoartritis pada pasien diabetes melitus berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi. c. Untuk mengetahui distribusi prevalensi komplikasi pada pasien

DM dengan Osteoartritis

d. Untuk mengetahui distribusi prevalensi gangguan osteoartritis pada pasien diabetes melitus berdasarakan hasil pemeriksaan HbA1c. e. Untuk mengetahui distribusi prevalensi gangguan osteoartritis pada

pasien diabetes melitus berdasarkan pemeriksaan indeks massa tubuh.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi pihak rumah sakit

Sebagai bahan masukan bagi Pihak RSUP Haji Adam Malik Medan khususnya praktisi medis tentang prevalensi gangguan osteoartritis pada pasien diabetes melitus sehingga praktisi medis lebih cermat dan teliti dalam menangani pasien osteoartritis agar pasien osteoarthritis memiliki outcome yang optimal dan standar pelayanan kesehatan bagi pasien osteoartritis dapat ditingkatkan.

1.4.2. Bagi peneliti

(49)

1.4.3. Bagi pembaca karya tulis

(50)

ABSTRAK

Diabetes melitus tipe 2 adalah jenis diabetes melitus yang paling banyak ditemukan. Diperkirakan prevalensi diabetes ini pada orang dewasa yang berusia antara 20 tahun sampai 79 tahun diseluruh dunia pada tahun 2012 terdapat sebanyak 382 juta orang. Diabetes yang kronis dapat mengakibatkan komplikasi seperti mikrongiopati dan gangguan musculoskeletal yang menyebabkan perubahan kuantitas dan kualitas struktur jaringan ikat interstisial meliputi tulang, sendi, kulit ,dan jaringan periartikular.

Osteoartritis adalah jenis arthritis yang disebabkan oleh kerusakan dan hilangnya tulang rawan dari satu atau lebih sendi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi penderita Diabetes melitus tipe 2 yang menderita osteoartritis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data rekam medik pasien DM tipe 2 dengan OA yang berobat jalan di Poliklinik Endokrin RSUP H Adam Malik Medan dari Bulan Januari 2014 - Desember 2014.

Diperoleh dari penelitian terdapat 89 pasien DM tipe 2 yang menderita OA di RSUP H Adam Malik sepanjang tahun 2014 dengan proporsi laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 39 orang dan 50 orang, dengan kelompok umur terbanyak diatas 60 tahun.

(51)

ABSTRACT

Diabetes mellitus type 2 are the type most commonly found. It is estimated that the prevalence of diabetes in adults aged between 20 years to 79 years around the world in 2012 there were as many as 382 million people. Chronic diabetes can lead to complications such as mikrongiopati and musculoskeletal disorders that cause changes in the quantity and quality of the interstitial connective tissue structure includes the bones, joints, skin and periarticular tissues.

Osteoarthritis is a type of arthritis caused by the breakdown and loss of cartilage of one or more joints. This study aims to determine the prevalence of patients with type 2 diabetes mellitus who suffer from osteoarthritis. The research method used is descriptive method. The data used is the medical record data type 2 diabetes patients with OA in Polyclinic Endocrine RSUP H Adam Malik Medan from January 2014 - December 2014.

Obtained from the study there were 89 patients with type 2 diabetes who suffer from OA in Polyclinic Endocrine RSUP H Adam Malik Medan during 2014, with the proportion of men and women respectively 39 and 50 people, with the largest age group over 60 years.

(52)

KARYA TULIS ILMIAH

Prevalensi Osteoartritis Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang di Rawat Jalan di Poliklinik Endokrin RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2014

Oleh :

EDWARD PANJAITAN NIM : 120100460

(53)

Prevalensi Osteoartritis pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang di Rawat Jalan di Poliklinik Endokrin RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2014

“ Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

EDWARD PANJAITAN NIM : 120100460

(54)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Prevalensi Osteoartritis Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang di Rawat Jalan di Poliklinik Endokrin RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2014

Nama : Edward Panjaitan NIM : 120100460

Pembimbing Penguji I

dr.M. Aron Pase, M.Ked(PD), Sp.PD dr. Letta Sari Lintang, Sp.OG NIP. 19770425 200912 1 002 NIP. 19641204 199503 2 001

Penguji II

dr. Nurchaliza H. Siregar, Sp.M NIP. 19700908 200003 2 001

Medan, Januari 2015 Dekan

(55)

ABSTRAK

Diabetes melitus tipe 2 adalah jenis diabetes melitus yang paling banyak ditemukan. Diperkirakan prevalensi diabetes ini pada orang dewasa yang berusia antara 20 tahun sampai 79 tahun diseluruh dunia pada tahun 2012 terdapat sebanyak 382 juta orang. Diabetes yang kronis dapat mengakibatkan komplikasi seperti mikrongiopati dan gangguan musculoskeletal yang menyebabkan perubahan kuantitas dan kualitas struktur jaringan ikat interstisial meliputi tulang, sendi, kulit ,dan jaringan periartikular.

Osteoartritis adalah jenis arthritis yang disebabkan oleh kerusakan dan hilangnya tulang rawan dari satu atau lebih sendi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi penderita Diabetes melitus tipe 2 yang menderita osteoartritis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data rekam medik pasien DM tipe 2 dengan OA yang berobat jalan di Poliklinik Endokrin RSUP H Adam Malik Medan dari Bulan Januari 2014 - Desember 2014.

Diperoleh dari penelitian terdapat 89 pasien DM tipe 2 yang menderita OA di RSUP H Adam Malik sepanjang tahun 2014 dengan proporsi laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 39 orang dan 50 orang, dengan kelompok umur terbanyak diatas 60 tahun.

(56)

ABSTRACT

Diabetes mellitus type 2 are the type most commonly found. It is estimated that the prevalence of diabetes in adults aged between 20 years to 79 years around the world in 2012 there were as many as 382 million people. Chronic diabetes can lead to complications such as mikrongiopati and musculoskeletal disorders that cause changes in the quantity and quality of the interstitial connective tissue structure includes the bones, joints, skin and periarticular tissues.

Osteoarthritis is a type of arthritis caused by the breakdown and loss of cartilage of one or more joints. This study aims to determine the prevalence of patients with type 2 diabetes mellitus who suffer from osteoarthritis. The research method used is descriptive method. The data used is the medical record data type 2 diabetes patients with OA in Polyclinic Endocrine RSUP H Adam Malik Medan from January 2014 - December 2014.

Obtained from the study there were 89 patients with type 2 diabetes who suffer from OA in Polyclinic Endocrine RSUP H Adam Malik Medan during 2014, with the proportion of men and women respectively 39 and 50 people, with the largest age group over 60 years.

(57)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan Kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Prevalensi Osteoartritis pada Pasien Diabetes Melitus tipe 2 yang di rawat jalan di Poliklinik Endokrin RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2014 ” dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. dr. M.Aron Pase, M.Ked (PD), Sp.PD, selaku dosen pembimbing saya yang telah sabar menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam membimbing saya menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik, kiranya berkat melimpah dari Tuhan Yang Maha Kuasa selalu beserta bapak dan keluarga

3. dr. Letta Sari Lintang , M.Ked(OG), Sp.OG., dan dr. Nurchaliza. H. Siregar, Sp.M., selaku dosen penguji saya yang telah membantu dan memberikan arahan dan masukan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

4. Dr. Indra Gunasti Munthe, Sp.OG selaku dosen penasehat akademik saya selama belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(58)

7. Orang tua saya Ir. Surung Panjaitan dan Dr. dr. Blondina Marpaung, Sp.PD-KR., yang merupakan kebanggan saya dan panutan saya. Terima kasih juga buat semangat dan motivasi yang telah diberikan sejak kecil. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada saudara kandung saya bang Enrico dan kak Jessica serta buat ipar saya kak Lydia, yang telah membantu saya dan memberikan semangat kepada saya selama saya mengikuti pendidikan kedokteran ini. Buat keponakan ku Maruel yang menjadi pelipur lara saat saya mulai jenuh mengerjakan karya tulis ini.

8. Marthin Ardo Simanjuntak yang turut membantu serta menyemangati saya dalam menyusun karya tulis ilmiah ini. Terima kasih juga kepada sahabat-sahabat saya Dwinta, Ernest, Gebi, Sri ratu, dan Yohana.

9. Seluruh teman dan sahabat yang telah membantu, memberikan semangat dan masukan dalam pengerjaan penelitian ini

Penulis menyadari dalam penulisan karya tulis ilmiah ini banyak hal yang harus disempurnakan. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

(59)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... .vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pankreas ... 6

2.1.1. Anatomi dan fisiologi pankreas ... 6

2.2. Diabetes melitus ... 7

2.2.1. Definisi ... 7

2.2.2. Etiologi dan patogenesis... 8

2.2.3. Klasifikasi... 9

2.2.4. Manifestasi Klinis ... 10

2.2.5. Diagnosis ... 10

2.2.6. Penatalaksanaan ... 12

2.2.7. Komplikasi ... 13

2.3. Osteoartritis ... 16

2.3.1. Defenisi . ... 16

2.3.2. Patogenesis . ... 16

2.3.3. Manifestasi klinis . ... 17

2.3.4. Penegakan diagnosa . ... 18

2.3.5. Pemeriksaan diagnostik . ... 19

(60)

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian ... 28

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 29

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 29

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 30

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 30

5.1.2. Karakteristik Subjek Penelitian ... 30

5.1.3. Profil Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Osteoartritis... 31

5.1.3.1. Distribusi Proporsi Pasien DM tipe 2 dengan OA Berdasarkan Sosiodemografi... 31

5.1.3.2. Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 dengan OA Berdasarkan Komplikasi ... 33

5.1.3.3. Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan OA berdasarkan Pemeriksaan Foto Sendi ... 33

5.1.3.4. Analisis Deskriptif Pemeriksaan IMT dan HbA1C 5.2. Pembahasan ... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 39

6.2. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(61)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi DM ... 9

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 31

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur ... 31

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 32

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan ... 33

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Komplikasi ... 33

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemeriksaan Foto Sendi ... 34

Tabel 5.7. Analisis Deskriptif Pemeriksaan IMT dan HbA1C ... 34

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemeriksaan IMT ... 35

(62)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1.Anatomi Pankreas . ... 7

Gambar 2.2.Langkah-langkah Diagnostik DM . ... 11

Gambar 2.3.Patogenesis OA . ... 17

Gambar 2.4.Derajat Kerusakan Sendi pada OA ... 20

(63)

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ETICHAL CLEARANCE DATA INDUK

(64)

DAFTAR SINGKATAN

ACR American College of Rheumatology ADA American Diabetes Association

ANA Anti Nuclear Antibody

DIP Distal Interphalangeal

DM Diabetes Melitus

DMOADS Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs

GDP Glukosa Darah Puasa

GDS Glukosa Darah Sewaktu

GLUT Glukosa Transporter

HDL High Density Lipoprotein

HHNK Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik

KAD Ketoasidosis Diabetes

LDL Low Density Lipoprotein

LED Laju Endap Darah

MODY Maturity Onset Diabetes of the Young

MUFA Mono Unsaturated Fatty Acid

NO Nitrit Oxide

OA Osteoartritis

OAINS Obat Anti Inflamasi Non Steroid

PAPDI Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PERKENI Perhimpunan Endokrinologi Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

SGOT Serum Glutamik Oksaloasetik Transminase SGPT Serum Glutamik Piruvat Transaminase SPSS Statistical Product and Service Solution TGF Transforming Growth Factor

Gambar

Gambar 3.1.Kerangka Konsep
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi berdasarkan  tingkat pendidikan
Tabel 5.5. Distribusi frekuensi berdasarkan komplikasi.
+7

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA HbA1C DENGAN OSTEOARTRITIS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI RSU HAJI SURABAYA PERIODE.. SEPTEMBER

Diharapkan kepada penderita DM setelah pulang dari rumah sakit tetap memeriksakan secara rutin kadar glukosa darah, mematuhi daftar menu yaitu makanan yang disajikan dan sesuai

Osteoartritis lutut adalah osteoartritis yang terjadi pada sendi lutut, ditandai dengan rasa nyeri pada pergerakan yang hilang bila istirahat; kaku sendi terutama saat bangun

Diabetes Melitus (DM) adalah sekumpulan penyakit metabolisma yang ditandai dengan peningkatan dalam kadar gula darah. Hiperglikemia yang berterusan dan tidak

Nama saya Parveen Nair Kunhikanan sedang menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU.Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Lama

Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe 2 akan. menyebabkan berbagai

Prevalensi Tuberkulosis pada pasien Diabetes Melitus di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2016 adalah 4,48%, dimana terdapat 149 pasien yang mengalami TB dari 3322 pasien

lutut pada penderita DM tipe 2 dengan glukosa darah terkontrol dan yang