• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Data

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Data"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V ANALISIS

5.1 Analisis Data

Analisis data berdasarkan penelitian yang berjudul Analisis Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di UPTD Kabupaten Bandung, yaitu:

Menurut Johnny Saldana (2011) “penelitian kualitatif merupakan payungnya berbagai metode penelitian naturalitik dalam kehidupan sosial. Data atau informasi yang berupa teks hasil wawancara, catatan lapangan, dokumen, bahan-bahan yang bersifat visual seperti artifak, foto-foto, video, data dari internet, dokumen pengalaman hidup manusia dianalisis secara kualitatif (nonkuantitatif).

Maka dari peneliti melakukan penelitian mengambil langkah pengambilan data kualitatif secara wawancara, catatan lapangan, serta foto-foto dan data dari internet untuk melakukan penelitian ini”. Untuk lebih meyakinkan hail wawancara dari partisipan dan pandangan internal mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, peneliti mengambil data pengukuran suhu, kelembaban, dan pencahayaan. Menurut Sugiyono (2017): “metode peneltian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai intrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

(2)

44

Dari penelitian awal yang dilakukan adalah dengan mengobservasi dan dokumentasi langsung, yaitu:

1. Pengukuran suhu

Gambar 5.1 Grafik Pengambilan Data Suhu Sumber: Analisis Data

Dari data yang telah diambil dengan termometer kecenderungan suhu yang diukur diatas nilai NAB yaitu diatas 26 derajat celcius jika temperatur udara terlalu panas dibanding temperatur tubuh, maka tubuh akan menerima panas akibat konveksi dan radiasi yang jauh lebih besar dari kemampuan tubuh untuk mendinginkan tubuhnya malalui sistem penguapan. Hal ini menyebabkan temperatur tubuh menjadi ikut naik dengan tingginya temperatur udara.jika temperatur udara terlalu panas dibanding temperatur tubuh, maka tubuh akan menerima panas akibat konveksi dan radiasi yang jauh lebih besar dari kemampuan tubuh untuk mendinginkan tubuhnya melalui sistem penguapan. Hal ini menyebabkan temperatur tubuh menjadi ikut naik dengan tingginya temperatur udara (WHS, 1992; Grantham, 1992 dan Grandjean, 1993). Temperatur yang tidak terkontrol dapat memicu reaksi kebakaran terhadap bahan kimia mudah terbakar sepererti aseton, n-hexan, asam asetat atau asam suka, dan yang lainnya. Hal ini dapat menimbulkan beberapa efek samping seperti ledakan, kebakaran, dan apabila terhirup akan menyebabkan keracunan gas.

(3)

45

Selain paparan yang akan dirasakan oleh para pegawai, Standar sistem manajemen mutu laboratorium, SNI ISO/IEC 17025: 2008, menyatakan bahwa untuk memfasilitasi kebenaran unjuk kerja pengujian, maka laboratorium pengujian harus memantau, mengendalikan dan merekam suhu di ruangan pengujian karena berdampak pada validitas mutu data yang dihasilkan. Setelah data diambil kecenderungan yang dikeluhkan oleh analis juga sama, dilihat dari hasil wawancara mendalam kesemua analis yang berjumlah 6 orang, sirkulasi udara yang tidak baik menjadi penyebab utama, selain itu pula banyak keluhan mengenai pengecekan kesehatan rutin untuk analis yang masih belum dilakukan oleh pihak laboratorium. Keselamatan dan kesehatan keja sangat penting untuk dijaga terutama pada pengontrolan suhu ruanga di ruang laboratorium, didalam bukunya Sri Rejeki (2016):” Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 mengenai Kesehatan, undang-undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya, para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.

Undang- undang No.23 tahun 1992, Pasal 23 tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktivitas kerja. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja. Maka dari langkah awal yang telah dihasilkan suhu rata-rata yang didapat adalah 29 derajat celcius, peneliti mengevalusi dan melakukan perbaikan sebagai berikut:

1. Penempatan dehuminifier dititik pengambilan contoh

(4)

46

Setelah dilakukan pengambilan sampel didapatkan perbaikan kualitas suhu yang bisa dilihat pada gambar 5.2

Gambar 5.2 Grafik Perbaikan Suhu Ruangan Sumber: Analisis Data

Setelah dilakukan penempatan dehuminifier ini yang tadinya suhu rata-rata 29 derajat celcius telah mengalami penurunan diangka rata-rata 25 derajat

celcius¸ hal ini membuktikan bahwa dengan penempatan dehuminifier

mengakibatkan penyesuaian suhu yaitu direntang angka 23- 26 derajat celcius yang sesuai dengan persyaratan Permenkes No.70 Tahun 2016. Kondisi suhu yang akan membuat analis merasa safe dan nyaman, menurut Sri Rejeki (2016): ”Aman adalah suatu kondisi sumber bahaya telah teridentifikasi dan telah dikendalikan ke tingkat yang lebih memadai. Tujuan Safety adalah mengamankan suatu sistem kegiatan atau pekerjaan mulai dari input, proses maupun output. Kegiatan yang dimaksud bisa berupa kegiatan produksi di dalam industri maupun di luar industri seperti sektor publik dan lain-lain”.

(5)

47

2. Pengukuran Kelembaban

Gambar 5.3 Grafik Pengambilan Data Kelembaban Sumber: Analisis Data

Pengukuran kelembaban diambill dengan hygrometer yang telah terkalibrasi, data yang diperoleh adalah sebesar 68% yang nilai diluar batas maksimal 40-60% yang dipersyaratkan oleh Permenkes No. 70 Tahun 2016, hal tersebut ditimbulkan oleh beberapa faktor penguapan yang terjadi didalam laboratorium misalnya dari buruknya sirkulasi udara, suhu yang tidak terkontrol, banyaknya uap yang keluar dari alat hasil dari pengerjaan sampel, dan terdapatnya tempat pencucian alat gelas didalam laboratorium. Hal-hal tersebut ini lah yang mengakibatkan tingginya kelembaban ruangan. Apabila hal ini terus berlanjut dimungkinkan akan terjadi ketidaknyamanan analis dalam bekerja dan mengakibatkan alat-alat instrument didalam laboratorium mengalami kerusakan yang akan timbulnya karat pada permukaan alat yang berbahan logam, serta tidak sehatnya udara dalam kerja yang akan terhirup oleh analis setiap hari, berbagai penyakit akan timbul akibat dari terhisapnya udara karena dari segi bahaya kimia adalah bahaya yang cukup serius.

Jika kelembaban dapat menyebabkan kerusakan pada instrumentasi, maka akan sangat beresiko terhadap validitas data hasil pengujian parameter lingkungan. Kepercayaan dan kredibilitas laboratorium lingkungan yang telah

(6)

48

dibangun dengan pihak-pihak yang berkepentingan dipertaruhkan karena

keterlambatan laporan hasil pengujian disebabkan kerusakan instrumentasi.

Kondisi ini akan lebih fatal saat laboratorium lingkungan melakukan pembuktian kasus pencemaran lingkungan yang membutuhkan laporan data hasil pengujian tepat waktu.

Menurut Stranks (2003), pengidentifikasian potensi bahaya dari suatu kegiatan kerja merupakan inti seluruh kegiatan pencegahan kecelakaan. Akan tetapi, pengidentifikasian bahaya bukanlah ilmu pasti tetapi merupakan kegiatan subjektif di mana ukuran bahaya yang teridentifikasi akan berbeda diantara orang satu dengan orang lainnya, tergantung pada pengalaman masing-masing, sikap dalam menghadapi risiko/bahaya, familieritas terhadap proses bersangkutan dan sebagainya. peneliti mengevalusi dan melakukan perbaikan sebagai berikut:

1. Penempatan dehuminifier dititik pengambilan contoh

2. Pengambilan sampel dilakukan di 3 titik yang dikalikan 5 hari kerja

Setelah dilakukan pengambilan sampel didapatkan perbaikan kualitas kelembaban yang bisa dilihat pada gambar 5.4

Gambar 5.4 Grafik Perbaikan Kelembaban Ruangan Sumber: Analisis Data

(7)

49

Setelah dilakukan penempatan dehuminifier ini, data yang yang tercatat menunjukan grafik yang baik serta masuk berada pada daerah nilai ambang batas yang berada diantara 40-60 %, hasil rataa-rata yang ditunjukan oleh grafik tersebut yaitu dinilai 56%. Dari angka tersebut diharapkan kelembaban di area laboratorium bisa lebih terjaga dan akan menghindarkan kerusakan pada alat-alat instrument serta menjaga keabsahan nilai yang dihasilkan oleh UPTD Laboratorium Lingkungan Kabupaten Bandung. Maka dari itu untuk menjaga dari control kelembaban ini, peneliti menyarankan adanya service rutin dan kalibrasi untuk setiap dehuminifier yang akan digunakan di laboratorium.

3. Pengukuran Kelembaban

Gambar 5.5 Grafik Pengambilan Data Pencahayaan Sumber: Analisis Data

(8)

50

Pengukuran pencahayaan diambill dengan Lux Meter yang telah terkalibrasi, data yang diperoleh adalah sebesar 158 Lux yang nilai diluar batas minimal yaitu 300 yang dipersyaratkan oleh Permenkes No. 70 Tahun 2016, pencahayaan ini lah banyak yang dikeluhkan oleh para analis, informasi ini didapatkan pada saat wawancara mendalam terhadap 6 analis yang sehari-hari bekerja di area laboratorium, kebanyakan para analis merasa terganggu akan kurangnya pencahayaan, berikut pendapat analis yang dapat peneliti simpulkan: lelah nya mata pada saat pembacaan pengujian yang memerlukan ketelitian pembacaan tinggi, harus lebih memfokuskan pandangan pada objek yang cukup jauh, dan kurang fokusnya analis dalam melakukan pekerjaan nya masing-masing. Menurut Sri Rejeki (2016) didalam bukunya yaitu: “Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu, penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup dan memungkinkan kesan bersih/higene. Disamping itu pencahayaan yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindari kesalahan kerja.

Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup berkaitan dengan objek dan umur pekerja dapat dilakukan hal berikut menurut Sri Rejeki (2016) yaitu:

a. Perbaikan kontras di mana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya warna cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan. b. Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan di luar tempat kerja. Di samping itu, di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan lampu- lampu tersendiri.

c. Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur di atas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari.

(9)

51

1. Penempatan Lampu Belajar dititik pengambilan contoh

2. Pengambilan sampel dilakukan di 3 titik yang dikalikan 5 hari kerja

Setelah dilakukan pengambilan sampel didapatkan perbaikan kualitas pencahayaan yang bisa dilihat pada gambar 5.6

Gambar 5.6 Grafik Perbaikan Data Pencahayaan Sumber: Analisis Data

Setelah dilakukan penempatan lampu belajar disetiap titik pengukuran adanya peningkatan nilai Lux serta data yang didapatpun tergolong masuk ke rentang 300, tetapi tidak semua nilai Lux yang diukur memenuhi baku mutu, ada beberapa titik yang tidak memenuhi baku mutu, tetapi secara rata-rata nilai Lux yang didapatkan berada di nilai 314, nilai tersebut telah memenuhi nilai Lux minimal yang dipersyaratkan dan sesuai dengan Permenkes No. 70 Tahun 2016.

Gambar

Gambar 5.1 Grafik Pengambilan Data  Suhu Sumber: Analisis Data
Gambar 5.2 Grafik Perbaikan Suhu Ruangan  Sumber: Analisis Data
Gambar 5.3 Grafik Pengambilan Data Kelembaban  Sumber: Analisis Data
Gambar 5.4 Grafik Perbaikan Kelembaban Ruangan  Sumber: Analisis Data
+3

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi seperti yang sudah diketahui bahwa nilai siswa untuk pokok bahasan bangun ruang tidak lepas dari kemampuan siswa pada pokok bahasan bangun

Pengertian di atas, dapat memberi pemahaman bahwa an-Nubuwwah adalah sebuah gelar atau anugerah yang tidak dapat dicari, yang diberikan oleh Allah kepada

Bentuk apresiasi tersebut salah satunya dapat diwujudkan dengan tetap menjaga eksistensi batik Indonesia, menciptakan motif-motif baru yang sebelumnya belum pernah dibuat dan

Apabila Orang tua calon siswi tidak dapat hadir wawancara pada waktu yang sudah ditentukan, mohon konfirmasi ke SMA Stella Duce 2 di No Telp 0274 513129 atau ke Bapak Y.. Himawan

Konflik Antarkelompok Sosial Konflik antarkelompok sosial atau konflik sosial adalah merupakan konflik yang terjadi karena adanya kontak sosial antara manusia.konflik

Gambar 4 Kelimpahan Spons pada Masing-masing Stasiun di Habitat Mangrove Gambar 3 menjelaskan bahwa spons yang paling banyak ditemukan di habitat lamun yaitu

Lomba Layang-layang Pantai Jatimalang Diikuti Peserta Dari Malaysia dan Thailand PURWOREJO – Sebanyak 35 club ikut ambil bagian dalam lomba layang-layang yang digelar