• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH QFD (Quality Function Deployment) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan & Pengembangan Produk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH QFD (Quality Function Deployment) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan & Pengembangan Produk"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

QFD

(Quality Function Deployment)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan & Pengembangan Produk

DISUSUN OLEH:

No. Nama NIM

1 Putri Nurjayanti 130130013

2 Ahyar 130130016

3 Sofyan Sauri 130130018

DOSEN PENGAMPU: IR. AMRI, M.T.

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

2015

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nyalah karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam juga tak lupa pula kita berikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, sehingga kita bisa sampai seperti saat ini. Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan & Pengembangan Produk di semester V di tahun ajaran 2015/2016 ini dengan pembahasan mengenai QFD

(Quality Function Deployment).

Dalam penyelesaian karya ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. Amri, M.T. yang tidak pernah lelah dan bosan untuk selalu memberikan

arahan dan bimbingan kepada penulis setiap saat.

2. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun spiritual.

Penulis sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 2 1.3. Tujuan Penelitian ... 2 BAB II PEMBAHASAN ... 3 2.1. Pengertian QFD ... 3

2.2. Hierarkhi Matrik Quality Function Deployment (QFD) ... 4

2.3. Perencanaan dan Pelaksanaan Quality Function Deployment (QFD) ... 11

2.4. Manfaat Penggunaan Quality Function Deployment (QFD) ... 13

BAB III PENUTUP ... 15

3.1. Kesimpulan ... 15

3.2. Saran ... 15

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

The American Society For Quality (ASQ) menggambarkan mutu sebagai suatu

kondisi hubungan antara dua belah pihak (produsen dan konsumen) yang memiliki karakteristik masing-masing. Secara garis besar dalam pandangan teknis, konsep mutu menurut ASQ terbagi menjadi dua prinsip sebagai berikut:

• Karakteristik produk maupun jasa pelayanan dilihat dari seberapa besar kemampuan produk maupun jasa pelayanan memberikan nilai pada kebutuhan, harapan, dan kepuasan konsumen.

• Suatu produk atau jasa pelayanan yang bebas dari nilai-nilai defisiensi. Bebas defisiensi dimaksudkan sebagai pemberian layanan total kepada konsumen secara konsisten yang dimulai dari prapenjualan sampai dengan pascapenjualan.

Menurut James R. Evans yang dikutip dalam Hidayat (2007) peningkatan mutu pada mulanya berfokus pada pengurangan cacat dan kesalahan pada barang dan jasa, perbaikan yang bertahan lama tidak dapat tercapai tanpa perhatian yang sungguh-sungguh terhadap suara konsumen, serta keterlibatan partisipasi para karyawan. Kesadaran ini menjadi konsep Manajemen Mutu Total (Total Quality Management/TQM) yang didasarkan pada tiga prinsip utama yaitu fokus pada pelanggan, perbaikan berkelanjutan, dan partisipasi serta pendayagunaan karyawan. Pada dasarnya TQM adalah sebuah konsep manajemen strategi pencapaian sukses jangka panjang yang berorientasi pada kepuasan konsumen, dengan dukungan dan partisipasi dari seluruh anggota organisasi kerja internal maupun eksternal, peningkatan proses, kinerja produk, kinerja pelayanan, dan faktor-faktor kultural (Evans dan Lindsay, 2007). Organisasi atau perusahaan yang menggunakan filosofi Total

Quality Management (TQM) pasti akan selalu mengutamakan kepuasaan pelanggan. Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu metode yang digunakan dalam

mendukung dan melaksanakan filosofi TQM. QFD digunakan dalam berbagai perencanaan, dimana semua anggota tim dapat mengambil keputusan secara sistematik untuk memprioritaskan berbagai tanggapan yang mungkin terhadap sekelompok tujuan tertentu. QFD digunakan untuk memperbaiki proses, perencanaan, mengatasi permasalahan dalam suatu tim, serta membantu mengadakan perbaikan terhadap budaya perusahaan atau organisasi.

(5)

Kebijakan pemasaran yang efektif juga harus mendasarkan pada prinsip Total

Quality Management (TQM) dan berfokus pada pelanggan, sehingga secara terus-menerus

dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Quality Function Deployment (QFD) merupakan alat atau kendaraan bagi penerapan TQM dan program perbaikan mutu (quality

improvement).

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam pembahasan ini antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana yang dimaksud dengan konsep dasar Quality Function Deployment (QFD)?

2. Bagaimana tahapan Quality Function Deployment (QFD)?

3. Bagaimana cara merencanakan proyek Quality Function Deployment (QFD)?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian masalah ini antara lain sebagai berikut: 1. Mengetahui konsep dasar Quality Function Deployment (QFD) 2. Mengetahui tahapan Quality Function Deployment (QFD)

3. Mengetahui cara merencanakan proyek Quality Function Deployment (QFD)

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian QFD

Quality Function Deployment (QFD) diperkenalkan oleh Yoji Akao, Professor of

Management Engineering dari Tamagawa University yang dikembangkan dari praktek dan pengalaman industri-industri di Jepang. Pertama kali dikembangkan pada tahun 1972 oleh perusahaan Mitsubishi di Kobe Shipyard, dan diadopsi oleh Toyota pada tahun 1978, dan tahun-tahun selanjutnya dikembangkan oleh perusahaan lainnya.

Fokus utama dari QFD ini yaitu melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin. Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa pelanggan tidak akan puas dengan suatu produk meskipun suatu produk yang dihasilkan sempurna, seperti yang kemarin dikatakan sebelumnya mengenai kualitas bahwa produk yang superior atau sempurna belum tentu dibutuhkan oleh konsumen. QFD merupakan suatu metodologi yang digunakan perusahaan untuk mengantisipasi dan menentukan prioritas kebutuhan dan keinginan konsumen, serta menggabungkan kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut dalam produk dan jasa yang disediakan bagi konsumen.

Quality Function Deployment (QFD) telah diakui sejak tahun 1960-an di dunia

sebagai salah satu alat perencanaan yang sesuai untuk menerjemahkan kebutuhan konsumen ke dalam spesifikasi produk. Beberapa definisi dari QFD, yaitu :

1. Nasution (2001) yang dikutip oleh Rahmatika (2008)

QFD merupakan suatu proses atau mekanisme terstruktur untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan menerjemahkannya ke dalam kebutuhan teknis yang relevan dimana masing-masing area fungsional dan tingkat organisasi dapat mengerti dan bertindak.

2. Garvin (1988) yang dikutip oleh Zairi dan Youssef (1995)

QFD dapat didefinisikan sebagai suatu matriks kompleks yang menerjemahkan persepsi mutu ke dalam karakteristik produk lalu ke dalam pabrikasi dan kebutuhan produksi.

3. Mazur (2003) yang dikutip oleh Rahmatika (2008)

QFD merupakan satu-satunya sistem mutu bersifat komprehensif yang bertujuan secara spesifik, yaitu memaksimalkan kepuasaan konsumen dengan mencari kebutuhan konsumen, baik yang jelas maupun yang terucap oleh konsumen.

(7)

Kebutuhan konsumen tersebut diterjemahkan ke dalam tindakan dan rancangan dalam perusahaan.

Konsep dasar Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu cara pendekatan untuk mendesain produk agar dapat memenuhi keinginan konsumen. Tujuan dari prinsip QFD adalah untuk memastikan bahwa kebutuhan dan keinginan pelanggan dapat terpenuhi dalam proses penurunan suatu produk atau jasa, karena QFD bermula dari suara pelanggan (VOC/Voice of Customer) dan sering disebut sebagai customer-driven product

development atau customer-fucosed design. Sasaran pertama dari QFD adalah selalu

menghindari market misses produk, jatuh di pasaran akibat kalah bersaing. Sasaran kedua QFD adalah untuk meningkatkan laju dan efisiensi dari proses pengembangan produk. Dalam desain produk atau jasa, alat optimasi yang terpenting adalah Taguchi’s Robust

Design Method. QFD dapat membantu mengidentifikasi produk atau proses yang sesuai

dengan kebutuhan pelanggan. Kemampuan prioritasi QFD akan membantu dalam pengembangan untuk memutuskan dimanakah penerapan Taguchi yang terbaik. Model QFD dapat diterapkan untuk pengembangan tipe produk atau jasa dan membantu kelompok pelayanan internal untuk mengembangkan strategi untuk mencapai kepuasaan pelanggan.

2.2 Hierarkhi Matrik Quality Function Deployment (QFD)

Metodologi QFD dalam proses perancangan dan pengembangan produk terdapat empat jenis tahapan yang disebut oleh Cohen (1995) sebagai empat fase model QFD, yaitu: 1. Tahap Perencanaan Produk (House of Quality). Tahapan ini menjelaskan tentang

customer needs, technical requirements, co-relationship, relationship, customer competitive evaluation, competitive technical assement, dan targets.

2. Tahap Perencanaan Komponen (Part Deployment). Tahap ini merupakan faktor-faktor teknis yang critical terhadap pengembangan produk.

3. Tahap Perencanaan Proses (Proces Deployment). Tahap ini merupakan matriks proses pembuatan pengembangan suatu produk.

4. Tahap Perencanaan Produksi (Manufacturing/Production Planning). Tahap ini memaparkan tindakan yang perlu diambil didalam perbaikan kualitas produk.

(8)

Gambar 2.1. Tahapan QFD

1. House of Quality

House of Quality (HOQ) merupakan tahap pertama QFD. Secara garis besar, matriks

ini adalah upaya untuk mengkonversi voice of costumer secara langsung terhadap persyaratan spesifikasi teknis dari produk atau jasa yang dihasilkan. Perusahaan akan berusaha mencapai persyaratan teknis yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan, dengan sebelumnya melakukan benchmarking terhadap produk pesaing.

Benchmarking dilakukan untuk mengetahui posisi-posisi relatif produk kompetitor

yang ada di pasaran. Matriks dari HOQ dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini.

Gambar 2.2. Struktur Matrik House of Quality

(9)

a. Bagian A

Berisikan data atau informasi yang diperoleh dari penelitian pasar atas kebutuhan dan keinginan konsumen. “Suara konsumen” ini merupakan input dalam HOQ. Metode identifikasi kebutuhan konsumen yang biasa digunakan dalam suatu penelitian adalah wawancara, baik secara grup atau perorangan. Melalui wawancara, perancang dapat dengan bebas mengetahui lebih jauh kebutuhan konsumen. Wawancara secara perorangan dapat dianggap mencukupi, dalam arti cukup menggambarkan kebutuhan konsumen sampai sekitar 90% adalah sebanyak 30 wawancara. Ini berdasarkan pada penelitian untuk suatu produk picnic coolers oleh Griffin dan Houser (Ulrich & Eppinger, 1995 yang dikutip dalam Maulana, 2008).

b. Bagian B

Berisikan tiga jenis data yaitu:

1) Tingkat kepentingan dari tiap kebutuhan konsumen.

2) Data tingkat kepuasan konsumen terhadap produk-produk yang dibandingkan. 3) Tujuan strategis untuk produk atau jasa baru yang akan dikembangkan.

c. Bagian C

Berisikan persyaratan-persyaratan teknis terhadap produk atau jasa baru yang akan kembangkan. Data persyaratan teknis ini diturunkan berdasarkan “suara konsumen” yang telah diperoleh pada bagian A. Untuk setiap persyaratan teknis ditentukan satuan pengukuran, Direction of Goodness dan target yang harus dicapai. Direction of Goodness terdiri dari 3, yaitu:

1) The More the Better, target maksimal tidak terbatas. 2) The Less the Better, target maksimal adalah nol.

3) Target is Best atau target maksimalnya adalah sedekat mungkin dengan suatu nilai nominal dimana tidak terdapat variasi disekitar nilai tersebut

d. Bagian D

Berisikan kekuatan hubungan antara persyaratan teknis dari produk atau jasa yang dikembangkan (bagian C) dengan “suara konsumen” (bagian A) yang mempengaruhinya. Kekuatan hubungan ditunjukkan dengan symbol tertentu atau angka tertentu. Berikut ini hubungan antara kepuasan pelanggan dengan persyaratan teknis, ada empat kemungkinan korelasi yaitu:

(10)

1) Not linked (Blank) diberi nilai nol. Perubahan pada persyaratan teknis, menurut direction of goodness-nya, tidak akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan.2.

2) Possibly linked, diberi nilai 1. Perubahan yang relatif besar pada persyaratan teknis, menurut direction of goodness-nya akan memberi sedikit perubahan pada kepuasan pelanggan.

3) Moderate linked, diberi nilai 3. Perubahan yang relatif besar pada persyaratan teknis, menurut direction of goodness-nya, akan memberikan pengaruh yang cukup berarti pada kepuasan pelanggan.

4) Strongly linked, diberi nilai 9. Perubahan yang relatif kecil pada persyaratan teknis, menurut direction of goodness-nya, akan memberikan pengaruh yang cukup berarti pada kepuasan pelanggan.

e. Bagian E

Berisikan keterkaitan antar persyaratan teknis yang satu dengan persyaratan teknis yang lain yang terdapat pada bagian C. Korelasi antar persyaratan teknis tergantung pada direction of goodness dari setiap persyaratan teknis, ada lima kemungkinan:

1) Strong Possitive Impact : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah

direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh positif kuat terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.

2) Moderate Possitive Impact : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah

direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh positif yang sedang

terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.

3) No Impact : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah direction of

goodness-nya, tidak akan menimbulkan pengaruh terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.

4) Moderate Negative Impact (x) : perubahan pada persyaratan teknis 1 kearah

direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh negatif yang sedang

terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.

5) Strong Negative Impact (xx) : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah

direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh negatif kuat terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.

(11)

f. Bagian F

Beriskan tiga macam jenis data, yaitu:

1) Tingkat kepentingan (ranking) persyaratan teknis.

2) Technical benchmarking dari produk yang dibandingkan.

3) Target kinerja persyaratan teknis dari produk yang dikembangkan. Ada beberapa langkah dalam mempersiapkan pelaksanaan HOQ, antara lain: a. Menentuan karakteristik produk atau jasa

Karakteristik produk atau jasa yang dimaksud adalah karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan, yang meliputi antara lain desain, komposisi, proses pemberian produk atau jasa, mutu, dan sebagainya.

b. Mengadakan penilaian atas karakteristik produk yang telah ditetapkan pada langkah pertama

Penilaian ini digunakan untuk dapat menterjemahkan apa yang diinginkan pelanggan menjadi suatu rangkaian pemrosesan terhadap produk atau jasa yang dimaksud.

c. Menentukan variabel performansi para pemasok

Pemasok yang dimaksud adalah para pemasok bahan baku bagi perusahaan untuk perusahaan manufaktur dan pemberi jasa bagi perusahaan jasa. Selain variabel performansi pemasok, variabel performansi perusahaan atau organisasi juga harus ditentukan, misalnya ketepatan penyerahan produk atau jasa, pembuatan desain produk atau proses pemberian jasa, dan sebagainya.

d. Mengadakan penilaian terhadap performansi pemasok maupun perusahaan atau organisasi kita, apa saja yang merupakan kekuatan maupun kelemahan perusahaan atau organisasi kita dan apa yang dapat kita andalkan dari pemasok perusahaan atau organisasi kita.

e. Menentukan hubungan antar variabel-variabel performansi tersebut. f. Menyusun target performansi yang akan dicapai.

2. Part Deployment

Part Deployment merupakan tahapan kedua dalam metode QFD. Gambar 2.3

menunjukkan struktur matrik pada Part Deployment:

(12)

Gambar 2.3. Struktur Matrik Part Deployment

a. Bagian A

Bagian ini berisi persyaratan teknis yang diperoleh dari QFD tahapan 1. b. Bagian B

Bagian ini berisi hasil normalisasi kontribusi persyaratan teknis yang diperoleh dari QFD tahapan 1.

c. Bagian C

Bagian ini berisi:

1) Persyaratan part yang berhubungan dan bersesuaian dengan persyaratan teknis yang diperoleh pada QFD tahapan 1.

2) Direction of goodness dari masing-masing persyaratan part. d. Bagian D

Bagian ini menggambarkan hubungan diantara persyaratan part dan persyaratan teknis. Sehingga hubungan ini didasarkan pada dampak persyaratan part terhadap persyaratan teknis.

e. Bagian E

Bagian ini berisi;

1) Part spesification merupakan satuan dari persyaratan part. 2) Column weight merupakan kontribusi dari persyaratan part

3) Target. Spesifikasi yang ingin dicapai oleh masing-masing persyaratan part dalam rangka pengembangan.

(13)

3. Process Deployment

Bentuk dari matrik ini tidak berbeda jauh dengan matrik part deployment. Namun, lebih ringkas dan mendalam karena menjelaskan proses-proses yang kritis untuk membuat karakteristik produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Terdapat 4 bagian utama di dalam matriks ini, yaitu :

a. The “whats” (Critical part requirement and target spesification)

Bagian ini terletak pada sisi kiri matriks kedua dan akan diisi oleh technical

descriptor yang ada pada matriks pertama. Setiap elemen technical descriptor ini

akan didata beserta dengan target pencapaian dan derajat kepentingan. b. The “hows” (Critical process requirement)

c. “Relationship”

Merupakan matriks hubungan antara process requirement dan critical part

requirement yang sesuai dengan matriks kedua. Simbol-simbol yang digunakan

dalam matriks hubungan ini sama dengan yang ada dalam matriks hubungan

House of Quality dan Part Deployment.

d. “How much”

Bagian ini menjelaskan mengenai spesifikasi dari setiap critical process

requirement. Pengisian bagian ini sangat bergantung pada pengetahuan dan

pengalaman teknis yang dimiliki oleh perusahaan. Secara ringkasnya tahapan QFD adalah sebagai berikut: 1. Tahap perencanaan dan persiapan:

a. Menetapkan dukungan dari seluruh organisasi b. Menentukan keuntungan yang mungkin didapat c. Memutuskan siapa konsumennya

d. Menetapkan horizon waktu e. Memutuskan cakupan produk

f. Memutuskan tim dan hubungannya dengan organisasi g. Membuat jadwal pelatihan QFD

h. Melengkapi fasilitas dan materialnya 2. Tahap pengumpulan VOC:

a. Mengklasifikasi kebutuhan pelanggan b. Mengumpulkan data-data kualitatif c. Analisa data pelanggan

(14)

d. Kuantifikasi data

3. Tahap penyusunan House of Quality: a. Tahap I Matrik Kebutuhan Pelanggan b. Tahap II Matrik Perencanaan

c. Tahap III Respon Teknis

d. Tahap IV Menentukan Hubungan Respon Teknis dengan Kebutuhan Konsumen e. Tahap V Korelasi Teknis

f. Tahap VI Benchmarking dan Penetapan Target 4. Tahap analisa dan interpretasi

Tahap analisa dan interpretasi merupakan tahap teknis dan implementasi quality

function deployment. Disini dilakukan analisis dan interpretasi terhadap rumah

kualitas yang sudah disusun pada tahap sebelumnya.

2.3. Perencanaan dan Pelaksanaan Quality Function Deployment (QFD)

Perencanaan yang baik dalam proyek QFD merupakan kunci kesuksesan dalam pengembangan The House of Quality. Perencanaan tersebut yang memerlukan informasi dari para pelanggan dan melibatkan antara 8-15 orang anggota. Langkah-langkah perencanaan yang diperlukan antara lain:

1. Menyusun dukungan organisasi

Dukungan organisasi merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan QFD. Elemen kunci yang menunjukkan dukungan organisasi antara lain : Dukungan manajemen, yang menunjukkan komitmen oleh top management dalam organisasi yang menyediakan dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan QFD.

Dukungan fungsional, yang menunjukkan komitmen dari kelompok fungsional untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan QFD dan menghormati semua keputusan tim QFD. Dukungan teknik, yang menunjukkan sumbangan keahlian yang penting dalam menerapkan QFD.

2. Menentukan tujuan atau sasaran pelaksanaan QFD

QFD memberikan petunjuk mengenai keunntungan yang dapat diperoleh anggota tim yang menggunakannya.

(15)

3. Menentukan pelanggan mana yang akan diuji

Selama proses pelaksanaan QFD, tim akan membuat berbagai pertimbangan. Mereka akan memperkirakan hubungan antara kemampuan produk dan jasa dengan kebutuhan pelanggan. Beberapa orang beranggapan bahwa pelanggan addalah orang yang membuat keputusan untuk membeli atau tidak membeli. Namun, ada beberapa orang yang beranggapan bahwa pelanggan adalah orang yang menyebarkan isu mengenai produk atau jasa yang ditawarkan dan akan mempengaruhi pelanggan lain untuk membeli atau tidak membeli.oleh karena itu, tim QFD harus jeli dalam menilai pelanggan mana yang perlu dijadikan responden atau tidak.

4. Menentukan waktu atau penjadwalan

Penentuan waktu atau penjadwalan pelaksanaan QFD akan membantu proses perencanaan tersebut lebih baik dan mampu membantu mengkomunikasikan hasilnya dengan baik pula.

5. Menentukan lingkup produk atau lingkup pengujian

Sebelum pelaksanaan QFD, perlu ditentukan terlebih dahulu sampai seberapa jauh kebutuhan dan harapan pelanggan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Apakah hanya produk atau jada yang sesuai dengan harapan pelanggan atau sampai dengan pelayanannya atau sampai dengan purna jualnya.

6. Menentukan tim proyek pelaksaan QFD

Tim yang ideal harus mampu menggambarkan semua fungsi penting yang meliputi perencanaan, pengembangan, pembuatan, penyampaian atau penyerahan, dan reparasi atau perbaikan produk yang ditawarkan.

7. Melatih tim proyek QFD

Sebelum memulai pelaksanaan QFD, terlebih dahulu seluruh anggota tim diberi penjelasan dan pelatihan mengenai asas-asas atau dasar QFD. Anggota tim juga harus mengetahui berbagai alat dan teknik yang digunakan dalam membantu pelaksanaan QFD serta cara kerja QFD.

Pelaksanaan langkah-langkah perencanaan yang telah disebutkan sebelumnya, harus memperhatikan beberapa hal, yaitu orientasi pada kerja tim, sistematik, adanya semangat keterbukaan, kesabaran, dan dapat berkomunikasi.

Inti pelaksanaan QFD yang paling penting adalah mengadaptasikannya sebagai budaya organisasi. Dalam pelaksanaan QFD diperlukan teknik-teknik lain sebagai alat bantu, yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Benchmarking. AHP digunakan

(16)

untuk pembuatan keputusan dengan banyak kriteria (multi-criteria decision making) dengan membuat berbagai prioritas variabel alternatif. QFD digunakan untuk menerjemahkan kebutuhan dan harapan pelanggan ke dalam kegiatan atau proses-proses organisasi. input yang kreatif, kesepakatan atau konsensus manajemen, dan komitmen dari semua anggota merupakan tiga faktor utama dalam menggunakan teknik AHP dan QFD.

Benchmarking merupakan proses belajar dari yang tebaik dalam hal strategi, proses, dan

operasi bisnis. Benchmarking digunakan untuk membantu para pengambil keputusan untuk mengetahui kondisi pasar dan kondisi para pesaingnya, sehingga perusahaan dapat memberikan yang terbaik bagi pelanggannya.

2.4. Manfaat Penggunaan Quality Function Deployment (QFD)

Manfaat utama yang dapat diperoleh perusahaan apabila menggunakan metode QFD, yaitu:

1. Mengurangi biaya

Hal ini dapat terjadi karena produk yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan, sehingga tidak ada pengurangan pekerjaan atau pembuangan bahan baku, pengurangan biaya yang overhead atau pengurangan upah, penyederhaan proses produksi, dan pengurangi pemborosan (waste).

2. Meningkatkan pendapatan

Dengan pengurangan biaya, maka hasil yang kita terima akan lebih meningkat. Dengan QFD produk dan jasa yang dihasilkan akan lebih dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.

3. Mengurangi waktu produksi

Adapun manfaat lainnya yang dapat diperoleh dari penerapan QFD meliputi:

a. Costumer-focused, yaitu mendapatkan input dan umpan balik dari pelanggan mengenai kebutuhan dan harapan pelanggan. Hal ini penting karena performasi suatu organisasi tidak akan terlepas dari pelanggan, apalagi bila para pesaing juga melakukan hal yang sama.

b. Time-efficient, yaitu mengurangi waktu pengembangan produk. Dengan menerapan QFD maka proses pengembangan produk akan memfokuskan pada kebutuhan dan harapan pelanggan.

(17)

c. Time-oriented. QFD menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kelompok. Semua keputusan didasarkan pada konsensus dan keterlibatan semua orang dalam diskusi dan pengambilan keputusan dengan teknik brainstorming.

d. Documentation-oriented. QFD menggunakan data dan dokumentasi yang berisi semua proses dan seluruh kebutuhan dan harapan pelanggan.

(18)

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Konsep dasar Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu cara pendekatan untuk mendesain produk agar dapat memenuhi keinginan konsumen. Tujuan dari prinsip QFD adalah untuk memastikan bahwa kebutuhan dan keinginan pelanggan dapat terpenuhi dalam proses penurunan suatu produk atau jasa. Penerapan utama QFD adalah pada perencanaan, pengelolaan, dan pengembangan produk.

2. Dengan menggunakan metodologi QFD dalam proses perancangan dan pengembangan produk, maka terdapat empat jenis tahapan yang disebut oleh Cohen (1995) sebagai empat fase model QFD. Keempat tahapan tersebut yaitu tahap Perencanaan Produk (House of Quality), tahap Perencanaan Komponen (Part

Deployment), tahap Perencanaan Proses (Proces Deployment), tahap Perencanaan

Produksi (Manufacturing/Production Planning).

3. Perencanaan yang baik dalam proyek QFD merupakan kunci kesuksesan dalam pengembangan The House of Quality yang memerlukan informasi dari para pelanggan. Perencanaan proyek QFD melibatkan antara 8-15 orang anggota tim pelaksana QFD.

3.2. Saran

Perencanaan QFD dilakukan sebaik mungkin karena seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa perencanaan merupakan kunci kesuksesan proyek QFD. Selain itu, Fokus kepada pelanggan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena pelanggan yang puas terhadap produk dapat menjadi salah satu produk tersebut berkualitas.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, D.W. 1999. Manajemen Kualitas. Universitas Atmajaya, Yogyakarta. Evans dan Lindsay. 2007. An Introduction to Six Sigma and Process Improvement.

Salemba Empat, Jakarta.

Hidayat, Anang. 2007. Peta Pengembangan Kualitas dan Kinerja Bisnis. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Karuniawati, Fardiana. 2009. Desain layanan IPTV dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) untuk wilayah Bandung. Di dalam http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?view=article&

catid=25%3Aindustri&id=444%3Aquality-function-deployment-qfd&option=com_content&Itemid=15. [15 Desember 2009]. Lou Cohen. 1995. Quality Function Deployment. Prentice Hall PTR

Maulana, Dwi. 2008. Usulan pengembangan kualitas layanan pos express dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) untuk wilayah Bandung . Di dalam http://www.ittelkom.ac.id/library

/index.php?option=com_content&view=article&id=247:quality-function-deploymen&catid=25:industri&Itemid=15. [15 Desember 2009].

Rahmatika, N.H. 2008. Penerapan quality function deployment (QFD) untuk mengetahui tingkat kepuasaan konsumen produk biskuit di PT. Arnott’s Indonesia. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Zairi, M. dan M.A. Youssef. 1995. Quality function deployment. The International Journal of Qulaity & Reliability Management. 12: 9-23.

Gambar

Gambar 2.1. Tahapan QFD
Gambar 2.3. Struktur Matrik Part Deployment  a.  Bagian A

Referensi

Dokumen terkait

Emakumeek idatzitako nobela intismistetan “emakumeen espazioak barne espazioak dira nagusiki” (idem: 49), baina eleberri honetako pertsonaiak bestelako harreman bat du

>= Lebih besar atau sama dengan <= Lebih kecil atau sama dengan

Ibu Hevi Kurnia Hardini, MA.Gov, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah banyak memberikan motivasi, dan pelajaran

Spesifikasi penelitian ini adalah termasuk penelitian yang bersifat deskriptif analisis, dikatakan deskriptif karena penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran secara

Dengan mengetahui pengaruh faktor fundamental terhadap harga saham, investor dapat menilai saham dengan mencermati hasil dari rasio keuangan yang didapat dari laporan

Ketika tubuh tidak dapat mengkompensasi kebutuhan glukosa yang tinggi akibat aktivitas fisik yang berlebihan, maka kadar glukosa tubuh akan menjadi terlalu rendah

Berdasarkan hasil observasi didapatkan fakta banyak peserta didik yang kesulitan dalam memahami pelajaran matematika, hal ini disebabkan kurangnya pemahaman materi,

Kawasan Pasar yang disesign oleh pemerintah kota waktu itu merupakan bagian dari Pasar Kampung Jawa dan Pasar Miskin yang dalam perkembangannya kemudian disebut dengan Pasar