• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional (Sopan Santun) Terhadap Guru Melalui Layanan Penguasaan Konten Pada Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional (Sopan Santun) Terhadap Guru Melalui Layanan Penguasaan Konten Pada Siswa"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

99 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional (Sopan Santun) Terhadap Guru Melalui

Layanan Penguasaan Konten Pada Siswa

Sujiyanto (09220586)

Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK

Latarbelakang: Semua orang pasti sependapat bahwa pendidikan adalah investasi hidup yang paling berharga. Melalui pendidikanlah upaya mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur dan berkemampuan tinggi akan dapat dicapai. Pendidikan di sekolah tidak sekedar menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik akan tetapi lebih dari itu merupakan upaya menanamkan nilai-nilai yang berharga bagi hidup bersama. Salah satu nilai yang ditanamkan lewat aktivitas pendidikan adalah kemampuan sosial emosial yaitu perilaku sopan santun. Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk meningkatkan perilaku sopan santun siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri Rembang Purbalingga terhadap gurunya. Penelitian ini dilaksanakan 6 bulan yaitu dari bulan pebruari sampai dengan bulan juni pada semester II ( dua ) Tahun Ajaran 2011 / 2012. Pembahasan : Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri Rembang Purbalingga kelas XI IPS 4 sebanyak 36 siswa, yang terdiri dari laki-laki 17 siswa dan perempuan 19 siswa. Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan pedoman observasi. analisis data pada penelitian ini adalah diskriptif komparatif. Kesimpulan : Berdasarkan data terhadap hasil observasi diketahui bahwa Perilaku sopan santun siswa terhadap guru dari pra siklus 53 % (13 siswa masuk kriteria rendah dan 23 masuk kriteria sedang), pada Siklus I menjadi 75 % (24 siswa masuk kriteria sedang dan 12 siswa masuk kriteria tinggi) dan pada siklus II menjadi 89 % (6 siswa masuk kriteria sedang dan 30 masuk kriteria tinggi). Dengan demikian penggunaan layanan penguasaan konten dapat meningkatkan perilaku sopan santun siswa terhadap guruya.

Kata Kunci : Layanan Penguasaan Konten, Perilaku Sopan Santun Siswa PENDAHULUAN

Semua orang pasti sependapat bahwa pendidikan adalah investasi hidup yang paling berharga. Melalui pendidikanlah upaya mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur dan berkemampuan tinggi akan dapat dicapai.

Pendidikan di sekolah tidak sekedar menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik akan tetapi lebih dari itu merupakan upaya menanamkan nilai-nilai yang berharga bagi hidup bersama. Salah satu nilai yang ditanamkan lewat aktivitas pendidikan adalah kemampuan sosial emosial yaitu perilaku sopan santun.

Menurut Daniel Goleman (1995:56) keberhasilan hidup seseorang lebih ditentukan oleh kemampuan sosial emosionalnya dibandingkan kemampuan intelektualnya. Kemampuan sosial emosional menjadi pondasi awal bagi seseorang untuk bisa berinteraksi dengan linngkungannya secara lebih luas.Berinteraksi dengan lingkungan tidak hanya mampu berkomunikasi dengan baik, tetapi juga bagaimana individu tersebut mampu mengendalikan dirinya secara baik. Pengendalian yang buruk akan menimbulkan berbagai masalah sosial emosional di lingkungan.

(2)

100 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

dijadikan penelitian adalah rendahnya perilaku sopan santun siswakelas XI IPS 4terhadap gurunya. Kemampuan sosial emosional (sopan santun) dilingkungan sekolah masih rendah sehingga dapat mempengaruhi tingkah laku anak pada kegiatan belajar mengajar dan kegiatan sekolah lainnya. Oleh karena itu persoalan rendahnya kemampuan sosial emosional (sopan santun) siswa terhadap guru di SMA Negeri Rembang

Purbalingga merupakan persoalan penting dalam pembentukan karakter.

Berdasarkan kesimpulan diskusi dengan kolaborator rendahnya kemampuan sosial emosional (sopan santun) akan dapat teratasi melalui berbagai layanan, salah satunya adalah layanan penguasaan konten. Layanan penguasaan konten(PKo) merupakan layanan bantuan kepada individu (sendiri dan kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui proses belajar. Layanan penguasaan konten membantu individu menguasai aspek-aspek konten tersebut secara tersinergikan, penguasaan konten perlu bagi individu atau klien untuk menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian sikap, menguasai cara-cara atau kebiasaan tertentu, untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatasi masalah- masalahnya.

Kemampuan sosial emosional, khususnya perilaku sopan santun siswa disekolahmerupakan isi pendidikan dalam membentuk karakter siswa yang berakhlaq muliadan selalu menghormati orang lain, yang dapat diterapkan didalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat. Oleh karena itu rendahnya kemampuan sosial emosional(sopan santun) siswa di sekolah merupakan persoalan yang penting dan mendesak untuk dicari penyelesaiannya. Berdasarkan permasalahan tersebut, guru pembimbing memberikan layanan penguasaan konten sebagai upaya peningkatkan perilaku sopan santun siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri Rembang Purbalingga

KAJIAN TEORI

Pengertian Sosial Emosional 1. Pengertian Sosial

Menurut Plato secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial. Syamsuddin (1995:105) mengungkapkan bahwa "sosialisasi adalah proses belajar untuk menjadi makhluk sosial", sedangkan menurut Loree (dalam Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati 2008:18) "sosialisasi merupakan suatu proses di mana individu (terutama) anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompoknya) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya".

2. Pengertian Emosi

Menurut Crow & Crow (dalam Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati 2008:3) pengertian emosi

(3)

101 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

mental dan fisik yang berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Keadaan emosional merupakan satu reaksi kompleks yang berkaitan dengan kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam yang dibarengi dengan perasaan kuat atau disertai dengan keadaan afektif (J.P.Chaplin. 2005:296).

3. Bentuk Hubungan Sosial Emosional dengan Aktivitas Dan Kehidupan

Gambaran tentang pola atau bentuk hubungan dan pengaruh emosi terhadap kehidupan seorang anak adalah : Pertama, ternyata emosi yang melekat pada seorang anak akan mewarnai pandangannya terhadap kehidupan dan dimensi- dimensinya . Cara-cara anak melihat perannya dalam kehidupan dan kedudukannya dalam kelompok sosial sangat dipengaruhi oleh emosi yang dimilikinya. Kedua, emosi akan sangat mempengaruhi interaksi sosial seorang anak. Tampaknya semua emosi, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, mendorong terjadinya interaksi sosial. Melalui emosi, anak belajar cara mengubah perilaku agar dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan dan ukuran sosial. Jadi, perlu diingat betapa dekat hubungan emosi dengan perilaku sosial. Dengan kata lain, bentuk-bentuk emosi akan menentukan bentuk- bentuk perilaku sosial seorang anak. Ketiga, ternyata reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi suatu kebiasaan. Setiap ekspresi emosi yang memuaskan anak akan diulang-ulang, dan pada suatu saat tertentu akan berkembang menjadi kebiasaan.

Bentuk hubungan sosial emosional dengan aktivitas dan kehidupan yang dimaksud disini adalah perilaku sopan santun. Sopan santun menurut Taryati, dkk. (dalam Nurul Zuriah 2007:71) adalah suatu tata cara atau aturan yang turun-temurun dan berkembang dalam suatu budaya masyarakat, yang bermanfaat dalam pergaulan dengan orang lain, agar terjalin hubungan yang akrab, saling pengertian, hormat-menghormati menurut adat yang telah ditentukan.

Sopan santun juga sering disamakan dengan budi pekerti. Menurut kamus besar bahasa Indonesia budi pekerti diartikan sebagai tingkahlaku, akhlak dan watak. Menurut Rahmat Djatnika (1992: 25) budi pekerti adalah perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermenifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia. Budi pekerti berkaitan erat dengan sikap dan perilaku dalam hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan alam sekitar.

Pengertian layanan Penguasaan Konten

Layanan penguasaan konten (PKo) merupakan layanan bantuan kepada individu (sendiri dan kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui proses belajar. Layanan penguasaan konten membantu individu menguasai aspek-aspek konten tersebut secara tersinergikan, dengan penguasaan konten, individu diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya serta mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.

(4)

102 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

METODE PENELITIAN Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan 6 bulan yaitu dari bulan pebruari sampai dengan bulan juni pada semester II ( dua ) Tahun Ajaran 2011 / 2012.

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri Rembang Purbalingga kelas XI IPS 4 sebanyak 36 siswa, yang terdiri dari laki- laki 17 siswa dan perempuan 19 siswa, yang diindikasikan perilakunya kurang sopan terhadap gurunya.

Teknik pengumpulan data.

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik observasi, yang ditujukan kepada tiga sasaran: Pertama, kepada guru dengan fokus pengamatan pada tindakan kongkrit guru dalam mengatasi masalah perilaku sopan santun siswa terhadap gurunya, yaitu dengan layanan penguasaan konten. Kedua, kepada kondisi keaktifan siswa sewaktu mengikuti layanan penguasaan konten. Ketiga, tertuju pada perilaku sopan santun siswa terhadap guru sewaktu mengikuti layanan penguasaan konten dan setelah diberikan layanan penguasaan konten.

Alat pengumpulan data

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pedoman observasi yang dibuat oleh guru pembimbing peneliti dan kolaborator penelitian.

Analisis data

Analisis data dilakukan terhadap hasil pengamatan. Analisis data pada Penelitian ini adalah diskriptif komparatif, karena membandingkan data pada perilaku sopan santun siswa dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Data tersebut tercatat sebagai bukti otentik dari adanya layanan yaitu layanan penguasaan konten terhadap perilaku sopan santun siswa terhadap gurunya.

HASIL PENELITIAN

A. Diskripsi Pra Siklus (Kondisi Awal)

Berdasarkan pengamatan di sekolah peneliti menunjukkan bahwa siswa kelas XI IPS 4 perilaku sopan santun terhadap guru masih rendah. Hal ini dapat dilihat datasebagai berikut :

Berdasarkan kreteria penilaian pada pedoman observasi perilaku sopan santun siswa terhadap guru dikelompokkan menjadi 4 tingkatan kualitas, yaitu:

76 % - 100% = Sangat Tinggi 56 % - 75% = Tinggi 40 % - 55 % = Rendah

(5)

103 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Tabel 1. Perilaku Sopan Santun Siswa terhadap Guru Pra Siklus

Skor Skor Ideal Prosen- tase Kriteria

Rendah Sedang Tinggi

229 432 53 % 13 Siswa 23 siswa - 36 % 64 % - Keterangan : Jumlah skor Prosentase (%) = X 100 Jumlah skor ideal

Keterangan :

Jumlah siswa

Prosentase (%) = X 100 Jumlah seluruh siswa

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa perilaku sopan santun siswa terhadap gurupada pra siklus memperoleh hasil 53 %. Dari hasil tersebut maka dapat di simpulkan bahwa perilaku sopan santun siswa terhadap guru pada siswa kelas XI IPS 4 termasuk dalam katagori rendah. B. Diskripsi Siklus I

Tabel 2. Perilaku Sopan Santun Siswa terhadap Guru Siklus I

Skor Skor Ideal Prosen- tase Kriteria

Rendah Sedang Tinggi

325 432 75 % - 24 siswa 12 siswa

- 67 % 33 %

Keterangan :

Jumlah skor

Prosentase (%) = X 100 Jumlah skor ideal

Keterangan :

Jumlah siswa

Prosentase (%) = X 100 Jumlah seluruh siswa

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa perilaku sopan santun siswa terhadap guru pada siklus I memperoleh hasil 75 %,sehingga perilaku sopan santun siswa terhadap gurunya pada siswa kelas XI IPS 4 termasuk dalam katagori tinggi.

C. Diskripsi Siklus II

Tabel 3. Perilaku Sopan Santun Siswa terhadap Gurupada Siklus II

Skor Skor Ideal

Prosen- tase

Kriteria

Rendah Sedang Tinggi

386 432 89% - 6 siswa 30 siswa

- 17 % 83 %

Keterangan :

Jumlah skor

Prosentase (%) = X 100 Jumlah skor ideal

Keterangan :

Jumlah siswa

Prosentase (%) = X 100 Jumlah seluruh siswa

(6)

104 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa perilaku sopan santun siswa terhadap guru memperoleh hasil 89 % sehingga perilaku sopan santun siswa terhadap gurunya pada siswa kelas XI IPS 4 termasuk dalam katagori tinggi.

KESIMPULAN

Berdasarkan data terhadap hasil observasi diketahui bahwa Perilaku sopan santun siswa terhadap guru dari pra siklus 53 % (13 siswa masuk kriteria rendah dan 23 masuk kriteria sedang), pada Siklus I menjadi 75 % (24 siswa masuk kriteria sedang dan 12 siswa masuk kriteria tinggi) dan pada siklus II menjadi 89 % (6 siswa masuk kriteria sedang dan 30 masuk kriteria tinggi). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan layanan penguasaan konten dapat meningkatkan perilaku sopan santun siswa terhadap guruya.

DAFTAR PUSTAKA

Chaplin, J.P. (terj. Kartini Kartono). 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Goleman, Daniel. 2000. Working With Emotional Intelligence (Terjemahan Alex Kantjono W). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Hurlock, E. B. 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

Nugraha, Ali dkk 2008. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta : Universitas Terbuka.

O, Setiawan djuharie dan Suherli. 2001. Teknik Penulisan Skripsi &Tesis. Yogyakarta : Yrama Widya.

Prayitno. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT Bineka Cipta. Santrock, J. W. 2009. Perkembangan Anak (Jilid 2) (Edisi II). Jakarta : Erlangga.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Sukiman. 2011. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru Pembimbing (Bimbingan dan Koseling). Yogyakarta : Paramita Publishing.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Syamsuddin,A. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang No. 20/2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Willis, Sofyan. 2005. Remaja dan Masalahnya. Bandung : Alfabeta.

Yusuf, Syamsu. 2003. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. Jakarta : Bumi Aksara.

(7)

105 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

(http://a62747.wordpress.com/2009/11/21/pengertian-sopan-santun- menurut-pribadi/) (http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2011/06/25/pendidikan-

berwawasan-budi-pekerti/)

Gambar

Tabel 2. Perilaku Sopan Santun Siswa terhadap Guru Siklus I  Skor  Skor  Ideal  Prosen- tase  Kriteria

Referensi

Dokumen terkait

Adapun Teknik Pengumpulan Data yang digunakan untuk mengukur kinerja guru adalah dengan Teknik Observasi yaitu dengan Alat Penilaian Kompetensi Guru (APKG) dan

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, catatan lapangan, dokumentasi dan test. Observasi bertujuan untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru dan

Guru pembimbing hendaknya mengembangkan kompetensinya dalam menggunakan layanan penguasaan konten dengan teknik sosiodrama sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan

dengan pengembangan dan peningkatan sikap empati, untuk itu melalui observasi yang peneliti lakukan di sekolah tersebut terlihat bahwa guru BK sangat berupaya

Selain itu aktivitas observasi dilakukan oleh guru pendamping agar guru pertama dapat lebih fokus dalam memberikan materi pelajaran, (2) peran sebagai perespon hendaknya

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik nontes dengan menggunakan lembar observasi.Lembar observasi digunakan untuk mencari data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview (wawancara), observasi dan dokumenter. Adapun teknik pengolahan data yang digunakan

Teknik observasi ini merupakan teknik pengumpulan data yang lebih sering digunakan mengingat untuk memperoleh data tentang kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran peneliti secara