• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TAHAPAN PROSES PRODUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV TAHAPAN PROSES PRODUKSI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

20 BAB IV

TAHAPAN PROSES PRODUKSI

4.1 Tahap Produksi

Tahap produksi dimulai dari bulan Juni 2018 dan berakhir pada bulan September 2019. Proses tersebut terdiri dari 3 tahap yaitu:

1. Pra Produksi 2. Produksi 3. Pasca Produksi

4.1.1 Pra Produksi

Tahap pra produksi merupakan tahap untuk merancang konsep dan melakukan setiap persiapan yang dibutuhkan sebelum melakukan produksi. Dalam tahap ini penulis melakukan riset, membuat storyline, mencari narasumber dan meminta izin pengambilan gambar.

4.1.1.1 Riset

Sebelum membuat storyline penulis melakukan riset mengenai sampah yang ada di Salatiga dan bagaimana kebiasaan masyarakat Salatiga untuk menangani sampah yang dihasilkan. Tahap ini dimulai pada bulan Juni tahun 2018.

Pada awalnya panulis mendatangi beberapa bank sampah yang ada di Salatiga. Penulis mendapatkan informasi bahwa pengolahan sampah yang mereka lakukan belum berjalan dengan efektif karena kebiasaan masyarakat yang masih mencampur sampah organik dan an organik, sehingga mereka memerlukan waktu dan tenaga tersendiri untuk melakukan pemilahan sebelum sampah tersebut bisa diolah.

(2)

21

Kemudian penulis juga mendatangi Dinas Lingkungan Hidup Salatiga untuk mencari tahu mengenai keadaan sampah di Salatiga saat ini dan bagaimana kebiasaan membuang sampah masyarakat Salatiga. Untuk mendukung data tersebut, penulis menemui narasumber ahli untuk mencari tahu mengenai dampak sampah bagi manusia.

Setelah data-data terkumpul, penulis menyusun storyline yang akan digunakan sebagai pegangan selama masa produksi.

4.1.1.2 Persiapan Pengambilan Gambar

Sebelum melakukan pengambilan gambar, penulis menentukan narasumber mana saja yang akan terlibat dalam produksi film ini. Didapat empat narasumber yang ahli dalam bidang mereka masing-masing untuk masuk dalam produksi film ini. Narasumber tersebut akan memberikan informasi dari empat sudut pandang yang berbeda. Dalam tahap persiapan pengambilan gambar ini, penulis meminta izin untuk keterlibatan mereka dalam produksi film ini. Setelah narasumber setuju untuk terlibat kemudian dibuat jadwal untuk pengambilan gambar kepada narasumber tersebut.

Selain menentukan jadwal untuk pengambilan gambar narasumber, penulis juga membuat jadwal pengambilan gambar dibeberapa tempat di Salatiga yang nantinya akan digunakan sebagai insert dalam film ini. Setelah membuat jadwal dengan crew maka proses produksi segera dimulai.

(3)

22 4.1.2 Produksi

Tahap produksi merupakan kelanjutan dari tahap pra praduksi, yaitu melaksanakan rancangan yang telah dibuat pada tahan pra produksi. Tahapan produksi memakan waktu tiga bulan karena menyesuaikan waktu narasumber dan waktu kegiatan pelatihan pengolahan sampah.

Seluruh pengambilan gambar dilakukan di tahap produksi ini. Dilakukan pengambilan gambar di Tugu Selamat Datang Salatiga dan bundaran Salatiga. Gambar yang didapat diletakkan di pembukaan film dokumenter ini. Hal tersebut dimaksudkan sebagai latar belakang tempat film ini dibuat, karena tugu dan bundaran tersebut merupakan beberapa lokasi ikonik Salatiga

Gambar 1. Gambar 2.

Pengambilan gambar dilanjutkan dengan mengambil gambar Piala Adipura yang disimpan di kantor Dinas Lingkungan Hidup Salatiga. Gambar Piala Adipura ini disertai dengan narasi sebagai berikut:

Gambar 3: “keasrian dan kebersihan lingkungannya, membawa Salatiga dianugerahi piala Adipura sebanyak tiga kali”

Gambar piala tersebut kemudian diikuti oleh munculnya gambar timbunan sampah yang ada di pinggir jalan raya Tingkir dan di TPS yang berlokasi di Jalan Pemotongan.

(4)

23

Gambar 4. Gambar 5.

Gambar tersebut muncul dengan narasi,“dari delapan puluh ton sampah yang masuk ke TPA setiap hari baru satu ton sampah organik yang bisa diolah menjadi kompos.” Scene ini merupakan realisasi dari pembatasan perancangan produksi yang pertama yaitu, berisi informasi tentang pemaparan bahwa Salatiga telah memenangkan piala Adipura namun masih berkutat dengan masalah sampah.

Kemudian dilakukan pengambilan stock shoot di TPA Ngronggo. Teknik Long Shoot digunakan untuk mengambil gambar eskavator yang tengah melakukan penimbunan sampah dengan tanah. Long Shot dipilih agar lingkungan sekitar eskavator tersebut tetap terlihat namun aktivitas eskavator tersebut tetap menjadi fokus utama. Kemudian teknik group shoot digunakan untuk menangkap gambar aktivitas beberapa orang yang tengah memilah sampah. Group shoot digunakan agar aktifitas beberapa orang tersebut bisa tertangkap dalam frame seluruhnya. Teknik tersebut juga digunakan untuk mengambil gambar yang ada di pasar. Terlihat aktifitas seorang petugas kebersihan tengah membersihkan sampah disekeliling orang-orang yang tengah melakukan transaksi jual beli.

(5)

24

Teknik close-up digunakan untuk mengambil gambar tumpuka sampah yang dikerubungi oleh lalat. Teknik tersebut digunakan untuk agar detil dapat terlihat. Demikian juga ketika pengambilan gambar aktifitas pembuatan kerajinan dari sampah botol plastik. Close-up digunakan agar objek yang ditampilkan terlihat lebih jelas.

Gambar 8. Gambar 9.

Pengambilan gambar dilanjutkan dengan melakukan wawancara pada empat narasumber yang telah di pilih. Adegan wawancara pada narasumber menggunakan teknik medium close-up hal ini bertujuan agar profil narasumber terlihat lebih jelas. Untuk posisi wawancara, film ”Pilah Sampah, Kurangi Masalah’’ menggunakan posisi dimana subjek melihat lurus ke kamera. Posisi tersebut dipilih karena pada posisi tersebut terlihat subyek/narasumber melakukan kontak langsung dengan penonton. Selain itu ketika narasumber melihat langsung ke kamera akan terlihat kesan lebih berwibawa dari tokoh tersebut.

Narasumber yang pertama adalah Bapak Ika Putra yang merupakan Kepala Unit Pelaksana Teknis TPA Ngronggo. Wawancara dilakukan di TPA Ngronggo Salatiga. Wawancara ini dilakukan untuk mendapat gambaran megenai kebiasaan membuang sampah masyarakat Salatiga serta mengenai bagaimana sampah diolah setelah masuk ke TPA. Selain itu wawancara ini juga dilakukan untuk mengetahui keadaan tempat pembuangan akhir saat ini dan bagaimana akibatnya jika masyarakat Salatiga masih terus membuang sampah tanpa melakukan pemilahan terlebih dahulu.

(6)

25

Gambar 10: “Jadi untuk membuat area sanitary landfill saja untuk umur sepuluh tahun paling nggak dibutuhkan dana bisa sampai 5 milyar. Jadi sangat mahal kalau kita menyediakan lahan terus menerus tanpa ada perubaham perilaku pada masyarakat. Jadi kita habiskan berapa puluh hektar nantinya untuk dijadikan lahan TPA"

Narasumber kedua adalah Ir. Sri Hartini, M.Sc dosen Fakultas Ilmu Sains dan Matematika UKSW. Wawancara terhadap narasumber menemui kendala, yaitu mic yang seharusnya digunakan untuk merekam suara narasumber pada hari H tidak bisa digunakan. Sehingga peneliti mencari mic lain yang memungkinkan untuk digunakan. Namun setelah masuk ke tahap editing suara dari narasumber tidak terdengar jelas sehingga dilakukan pengambilan gambar ulang. Wawancara kepada ibu Sri dilakukan untuk mendapat informasi bahwa sampah organik dan anorganik memiliki fase degradasi yang berbeda sehingga jika sampah tersebut tercampur maka proses degradasi atau penguraian yang seharusnya bisa cepat jadi terhambat.

Gambar 11: "Kalau sampah organik dan anorganik dicampur akan menghambat proses biodegradasi, untuk separasinya membutuhkan waktu yang mahal"

Wawancara juga dilakukan kepada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UKSW, Kristiawan P.A Nugroho, M. Si. Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi mengenai pengaruh sampah pada kesehatan manusia. Dari wawancara tersebut didapat informasi jika sampah berpengaruh secara langsung dan tidak langsung pada kesehatan manusia.

(7)

26

Gambar 12: “keberadaan sampah berpengaruh kepada manusia baik secara langsung maupun tidak langsung”

Narasumber terakhir adalah Ibu Siti Aminah, beliau merupaka pendiri dan ketua Bank Sampah Wares Tegalrejo. Wawancara dilakukan di Bank Sampah Wares untuk mendapat informasi mengenai keuntungan-keuntungan yang didapat dari pemilahan dan pengolahan sampah yang telah dilakukan di bank sampah tersebut.

Gambar 13: “Kuntungan kita ada beberapa keuntungan dan sangat besar sekali."

Kemudian dilakukan pula pengambilan gambar untuk kegiatan pelatihan pembuatan kreasi dari sampah anorganik. Untuk melakukan pengambilan gambar tersebut peneliti harus menunggu beberapa minggu karena kegiatan yang sudah dijadwalkan harus diundur karena beberapa alasan. Sehingga pengambilan gambar untuk kegiatan ini juga tertunda. Namun akhirnya pada bulan Januari 2019 kegiatan tersebut terlaksana dan pengambilan gambar dapat diselesaikan Selain itu dilakukan pula pengambilan gambar di Tempat Pembuangan Akhir Ngronggo dan suasana pasar pagi kota Salatiga.

Cuplikan-cuplikan naskah tersebut sebagai hasil dari konsep perancangan produksi yang menyatakana bahwa film dokumenter ini akan menampilkan dampak pencampuran sampah dan pentingnya melakukan pemilahan sampah.

(8)

27 4.1.3 Pasca Produksi

Tahap pasca produksi merupakan proses kelanjutan dari tahap produksi. Pada tahap ini video yang sudah di ambil dikumpulkan kemudian dipotong dan digabungkan hingga membentuk video yang utuh sesuai storyline. Selain proses pemotongan dan penggabungan gambar, dilakukan juga penambahan backsound, grading, dan penghilangan noise pada video.

4.1.2.1 Persiapan Bahan Editing

Pada tahap ini, dipilih video video yang sesuai dan yang layak untuk dimasukkan ke proses editing.

4.1.2.2 Proses Editing Video

Pada proses ini digunakan software Adobe Premiere Pro CC untuk mengedit video-video yang telah diambil. Proses pertama meliputi pemotongan bagian-bagian video yang dibutuhkan sesuai dengan storyline yang telah dibuat. Kemudian video diurutkan dan disusun untuk membentuk satu cerita tertentu.

Gambar 14.

Selanjutnya dilakukan proses grading untuk menyeimbangkan warna video yang telah disusun. Kemudian dimasukan backsound yang sesuai dalam video tersebut. Pada tahap ini juga dilakukan proses pembuatan infografis untuk memperjelas pesan yang disampaikan oleh narasumber.

(9)

28

Gambar 15.

Infografis yang digunakan adalah infografis animasi, karena infografis jenis ini lebih menarik sehingga diharapkan pesan yang disampaikan lebih bisa ditangkap oleh penonton.

Infografis ditempatkan di bagian wawancara narasumber ketiga karena informasi yang disampaikan narasumber ini merupakan informasi yang penting. Wawancara ini berisikan dampak sampah yang secara langsung dapat dirasakan oleh manusia, namun karena menggunakan bahasa kesehatan yang tidak umum digunakan sehingga infografis digunakan untuk memperjelas informasi yang disampaikan. Tampilan dan narasi infografis dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 16: “Tetapi kalaupun harus

dibakar beberapa hal harus

diperhatikan, karena bahan kimia yang ada di sampah misal dioxin. Dioxin ini kalau kemudian terpapar oleh kita

secara terus menerus bisa

menimbulkan kerusakan organ

hati,ginjal dalam waktu yang relatif lama karena itu sifatnya akumulatif”

Gambar 17: “Kemudian hal yang lain misalnya partikel-partikel atau sisa pembakaran sampah, abu “

(10)

29

Gambar 18: “kalau kemudian masuk ke dalam tubuh kita gejala pertama adalah batuk tapi kemudian kalau sampai terus menerus masuk nanti bisa menimbulkan gangguan lanjutan, tidak hanya sekedar batuk, bisa terjadi pengumpulan partikel dan bisa terjadi flek.”

Infografis tersebut menggambarkan bahaya dari pembakaran sampah bagi manusia. Pada infografis ini dijelaskan bagaimana proses bahan kimia dari pembakaran sampah yang terhirup akan terakumulasi dalam tubuh dan akhirnya menjadi penyakit. Bagian ini menekankan akan dampak sampah dalam tubuh manusia.

Pada menit ke 9, ditampilkan infografis lain. Infografis ini menampilkan sampah mana saja yang termasuk dalam sampah organik dan mana saja yang merupakan sampah anorganik.

Gambar 19: “Kalau yang organik ya sampah-sampah rumah tangga, sisa-sisa nasi, sisa-sisa masakan, sampah rumah tangga yang ada di dapur dan sampah lingkungn, daun-daunan”

Gambar 20: ” Kalau yang anorganik botol-botol, gelas-gelas, terus koran, tas kresek…”

(11)

30

Gambar 21: “…dibakar tidak boleh dibuang kotor nah itu dikumpulkan dibawa ke sini”

Infografis ini diletakkan di bagian hampir akhir dari film ini. Setelah dijelaskan mengenai apa-apa saja dampak buruk sampah bagi manusia, kemudian infografis ini menunjukkan bagaimana mengurangi dampak buruk tersebut yakni dengan cara melakukan pemilahan sampah. Cara pemilahan sampah yang benar merupakan hal yang penting untuk disampaikan. Sehingga informasi ini ditampilkan dalam wujud infografis.

Pada bagian akhir video ditambahkan teks yang bertuliskan: “Efek dari pemilahan sampah mungkin tidak dirasakan secara langsung dan cepat. Tapi memilah sampah merupakan satu langkah untuk mengurangi masalah sampah yang ada di Salatiga”. Kemudian muncul tulisan lain yaitu: “Reduce, Reuse,Recycle or Regret”. Tulisan tersebut merupakan pesan untuk mulai melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu sebelum membuangnya. Hal tersebut merupakan realisasi dari pembatasan rancangan produksi yang menyatakan bahwa bagian akhir merupakan ajakan untuk ikut serta dalam menjaga lingkungan dengan cara melakukan pemilahan sampah.

Setelah seluruh proses selesai, dimasukkan credit title di akhir video sebagai ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu pembuatan film dokumenter ini.

(12)

31 4.2 Kendala & Penyelesaian

Dalam proses pembuatan film dokumenter ini terdapat beberapa kendala, yaitu:

Kendala Penyelesaian

Panjangnya proses perizinan wawancara dan pengambilan gambar untuk narasumber dan lokasi tertentu.

Mengikuti proses perizinan satu persatu

Narasumber mengubah jadwal wawancara atau pengambilan gambar dari jadwal yang telah disetujui sebelumnya.

Mencari waktu yang sesuai dengan jadwal narasumber.

Keluarnya salah satu tim produksi ditengah proses produksi.

Mencari tim produksi lain.

Alat produksi yang tidak tersedia saat hendak melakukan

pengambilan gambar.

Mencari alat di tempat lain yang tersedia.

4.3 Hasil Penilaian Uji Publik

Uji Publik dilakukan pada hari Kamis, 26 September 2019 pada 16 orang berusia mulai dari 18-24 tahun. Dari uji publik tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Judul yang digunakan dalam Film Dokumenter ini menarik untuk khalayak sasarannya.

SB (Sangat Baik) : 5 B (Baik) : 9 CB (Cukup Baik) : 2

56% responden menilai judul film dokumenter ini Baik.

(13)

32 SB (Sangat Baik) : 4

B (Baik) : 10 CB (Cukup Baik) : 2

62,5% responden menilai pesan yang disampaikan Baik.

3. Khalayak sasaran dapat memahami dengan jelas pesan yang disampaikan melalui film dokumenter ini.

SB (Sangat Baik) : 3 B (Baik) : 6 CB (Cukup Baik) : 7

44% responden menilai pesan yang disampaikan Baik.

4. Durasi film dokumenter ini sesuai untuk khalayak sasarannya (tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek) dan pesan dapat tersampaikan dengan durasi yang ada.

SB (Sangat Baik) : 3 B (Baik) : 7 CB (Cukup Baik) : 5 KB (Kurang Baik):1

44% responden menilai durasi film dokumenter ini Baik.

5. Pengisi suara yang menarasikan film dokumenter ini terdengar jelas dalam menyampaikan pesan

SB (Sangat Baik) : 5 B (Baik) : 8 CB (Cukup Baik) : 2 KB (Kurang Baik): 1

50%responden menilai pengisi suara yang menarasian film ini Baik. 6. Kualitas audio dalam film dokumenter ini jernih.

SB (Sangat Baik) : 2 B (Baik) : 9 CB (Cukup Baik) : 5

56% responden menilai kualitas audio film ini Baik.

7. Kualitas gambar dalam film dokumenter ini baik dan jelas. SB (Sangat Baik) : 6

B (Baik) : 4 CB (Cukup Baik) : 5

(14)

33 KB (Kurang Baik): 1

37,5% responden menilai kualitas gambar dalam film ini Sangat Baik.

8. Narasumber dapat menyampaikan pesan dengan baik, tepat sasaran tujuannya.

SB (Sangat Baik) : 4 B (Baik) : 11 CB (Cukup Baik) : 1

69% responden menilai narasumber dapat menyampaikan pesan dengan Baik.

9. Bahasa yang digunakan dalam film dokumenter sesuai dan dapat dipahami oleh khalayak sasarannya.

SB (Sangat Baik) : 5 B (Baik) : 7 CB (Cukup Baik) : 3 KB (Kurang Baik): 1

44% responden menilai bahasa yang digunakan Baik.

10. Film dokumenter ini layak untuk dipublikasikan kepada khalayak sasarannya.

SB (Sangat Baik) : 7 B (Baik) : 7 CB (Cukup Baik) : 2

44% responden menilai film ini Baik dan layak untuk dipublikasikan. 11. Film dokumenter ini telah memenuhi etika.

SB (Sangat Baik) : 6 B (Baik) : 9 CB (Cukup Baik) : 1

56% responden menilai film ini telah memenuhi etika dengan Baik.

12. Ada penyajian grafis/animasi yang berisi data untuk memperjelas pesan yang disampaikan melalui film dokumenter ini.

SB (Sangat Baik) : 9 B (Baik) : 7

(15)

34

Dari hasil uji publik tersebut disimpulkan bahwa film dokumenter “Pilah Sampah, Kurangi Masalah” sudah layak untuk dipublikasikan. Pesan yang disampaikan melalui film ini bisa diterima dengan baik.

Salah satu kelemahan produksi ini adalah kualitas gambar yang belum maksimal. Sehingga untuk produksi selanjutnya disaranan sutradara lebih memperhatikan kualitas gambar yang akan diambil. Kemudian disarankan pula untuk sutradara agar mengarahkan narasumber agar menggunakan bahasa yang lebih sederhana.

Gambar

Gambar  yang  didapat  diletakkan  di  pembukaan  film  dokumenter  ini.  Hal  tersebut  dimaksudkan sebagai latar belakang tempat film ini dibuat, karena tugu dan bundaran  tersebut merupakan beberapa lokasi ikonik Salatiga
Gambar 4.        Gambar 5.
Gambar 8.  Gambar 9.
Gambar  10:  “Jadi  untuk  membuat  area  sanitary  landfill  saja  untuk  umur  sepuluh  tahun  paling  nggak  dibutuhkan  dana  bisa  sampai  5  milyar
+4

Referensi

Dokumen terkait

Adapun subtansi kerangka pemikiran yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian yang dilakukan dengan judul Mekanisme Bagi Hasil Sisa Hasil Usaha Plasma

Hasil penelitian menunjukkan biji kakao asal Sulawesi Tengah yang ditanam di wilayah kabupaten Banyumas dapat berkecambah semua pada hari ke 27 dimana yang berkecambah baik

Pneumatik merupakan ilmu yang mempelajari teknik pemakaian udara bertekanan (udara kempa). Sejalan dengan pengenalan terhadap sistem keseluruhan pada pneumatik, secara individu

Aktivitas enzim terbaik dihasilkan oleh isolat dari cairan rumen domba, akan tetapi keenambelas isolat yang diperole h mempunyai potensi untuk dijadikan probiotik

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya bilingual dalam satu prasasti menunjukkan bahwa pada saat itu yaitu pada awal abad ke-10 di

Pada tahap ini, guru meminta siswa mencari informasi atau menemukan jawaban dalam buku sumber.. Guru menyiapkan beberapa kartu dan lembar kerja

Ahli desain pembelajaran menyatakan desain pembelajaran yang dibuat sudah baik dapat dilanjutkan dengan memperhatikan rencana pelaksanana pembelajaran (silabus

tersangkut di jalan raya selama 40 minit. Pada pukul berapakah bas Q akan tiba di bandar Y ? Berikan jawapan anda dalam sistem 12 jam.. Rajah 7 menunjukkan segulung kain yang