SURVEI
KEJADIAN FILARIASIS
PADA
MASYARAKAT
DESA
TAWANGRBJO
KUNDURAN
BLORA
THE SUR'I/EY OF FILARIASIS
INCIDENT
ON SOCIETY OF TAWANGREJOKUNDUMN BLOM
Didik Sumanto u Sri Sinto Dewib
ABSTRACT
Background
:
On April 2005, DKK Blora found fourteen peoples that infected by elephanthiasis (/ilariasis) in BloraCentral of Jawa. Tofollow up this discovery, DKK Blora do thefilariasis surveyfor 500 peoples andfound 163 peoples (48 o/o) wilh posilif filariasis infection.
Objective : To do the repetition survey and tell the filariasis incident on society of Tawangrejo, Kunduran, Blora. Research method
:
The population of this resesrh is all of the people of Tawangrejo Blora" Accidental samplingtecnique applied in this research.
Result: This researchfound 5 peoples (2,1 o/o) with positif filariasis infection.One of them infected by Wuchereria bancrofty andfour peoples infected by Brugia malayi.
Conclusion : The saurce of infection assumpted from the people that come from external of Jawa with the elephantiasis
condition. The incident rate offilariasis in Tawangrejo on November 2005 is 2,17 %. This rale is not too high with the
early assumption that to richfor 48 %.
Key words : survey, elephanthiasis, tilariasis
PENDAHULUAN
terinfeksi cacing
filaria
(SuaraMerdeka,
28 dan 30April2005).
Melihat
luasnya distribusimasalah filariasis,
WHO
menetapkankesepakatan global dalam upaya memberantas
filariasis
seara funtas dengan nama programThe
Global
Goal ofElimination
of LymphaticFilariasis
as aPublic
Health Problemby
TheYear
2020
(Supratrnanto
dan
SupratmanSukowati,2002).
Sehubungan
dengan lamanya
masainkubasi
cacingfilaria
dalamtubuh
manusiadan kurang jelasnya gejala
dan
tanda
padaawal
inkubasi,
maka
tenaga
medis
akanmengalami
kesulitan
dalam
menegakkandiagnosa
pasti
terhadap
kejadian
filariasispada
seseorangsehingga
perlu
dukungan Penyakit filariasis bersifatkosmopolitan
yaitu
tersebarluas hampir
diseluruh dunia
khususnya
di
daerah tropik
(Gandahusada,
dkk.,
2000)
Kasus
filariasislebih banyak
ditemukan
di
wilayah
Timur
Indonesia. Pada
akhir
tahun 2004,
kasusfilariasis
banyakterjadi
di
propinsiNTB
danNTT.
Sedangkan padabulan
April
2005, di
kabupaten
Blora
Jawa Tengah
ditemukanempat
belas
penderita
kaki
gajah
ataufilariasis
(Suara
Merdeka, 12
April
2005).Tindak
lanjut
penemuan tersebut,
Dinas Kesehatan Kabupaten Blora melakukan surveifilariasis
terhadap
lima
ratus
orang
danhasilnya
163 orang(48%)
dinyatakanpositif
47 Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang
pemeriksaan
laboratorium
untuk
penegakan diagnosa pasti tersebut.Penelitian
ini
bertujuan
untukmelakukan
survei kejadian filariasis
padamasyarakat
Desa
Tawangrejo
KecamatanKunduran
Kabupaten
Blora
serta mendeskripsikan kejadian filariasis di Blora.METODE
Populasi
penelitian
ini
adalah seluruhpenduduk desa Tawangharjo,
Blora.
Sampelpenelitian
diambil
denganteknik
accidentalsampling,
yaitu
dengan
melaksanakankegiatan
penyuluhan
dan
pemeriksaankesehatan
serta
pengobatan massal
secara gratis. Seluruh penduduk yang hadir dijadikansampel penelitian.
Berdasarkan
sifat dari
ketiga
jeniscacing
filaria
yang memiliki
periodisitasnokturna, maka pengambilan sampel
darahdilakukan pada malam
hari
antara
pukul22.00
-24.00 wrB.
TIASIL
DAN PEMBAHASAN
1.
Kondisi
Umum Desa TawangrejoDesa
Tawangrejo merupakan
salahsatu
desa
yang
terletak
di
kecamatanKunduran.
Penduduk
desa
Tawangrejo sebagian besar bermata pencaharian sebagaipetani.
Berkaitan
denganmata
pencaharianmayoritas warga
desaTawangrejo
tersebut,biasanya
diikuti
dengankepemilikan
hewanternak
besarseperti sapi
dan
kerbau
untukmenunjang kegiatan
pertaniannya.Keberadaan
sapi dan
kerbau
ini
apabila dipandangdari sisi
ekonomi memang sangatmenguntungkan
karena para
petani
tidakperlu
menyewa
traktor
untuk
melakukanpembajakan sawahnya. Sebaliknya
bila
dipandangdari
sisi kebersihan dan kesehatanlingkungan ada kecenderungan menimbulkan
dampak
negatif
apabila
perawatan
danpenempatan
ternak
ini tidak
diatursedemikian
rupa.
Di
desa Tawangrejo
ini
ternyata masih ada beberapa penduduk yang
menempatkan
ternak satu rumah
denganrumah tinggal. Walaupun
sebagian
besarsudah menempatkan
temaknya
pada bagianbelakang atau samping rumah, namun masih
ada
satudua penduduk yang
menempatkanternaknya
satu
lokasi
dengan
ruangtinggalnya.
Hal
ini
yang
perlu
diwaspadai karena keberadaan ternak besar biasanya akanmengundang kedatangan beberapa serangga
yang dapat menjadi vektor penyakit
bagi manusia, misalnya lalat, nyamuk dan pinjal.Dalam
hal
pemenuhan
kebutuhanpokok
dalam
bidang
pangan,
desa Tawangrejo dapat dikatakanbaik,
mengingatareal
pertaniannyacukup subur dan
panentahunan
seringkali
membuahkanhasil
yangbaik.
Didasarkan
atas informasi
yang
disampaikan
oleh
pamong
desa,
desaTawangrejo
termasuk daerah
yang
selalu surplus pangan.2.
Karakteristik RespondenSurvei
dilakukan
terhadap 230 wargadesa Tawangrejo
yang
berasaldari
berbagaipedukuhan
yang ada. Distribusi
respnndendidasarkan atas jenis barikut
kelamin
adalah sebagai:
Mengingat
penentuan
sampeldilakukan
secara accidental sampling denganmengadakan
kegiatan penyuluhan
di
BalaiDesa,
maka proporsi
responden didasarkanjenis
kelaminnya
tidak
dapat
diprediksikanterlebih
dahulu.Dalam
surveyini
respondendidominasi oleh ibu-ibu yang mencapai angka 63,9 Yo (147 orang).
Tabel 2. Distribusi Responden berdasar dukuh asal
Penduduk yang
hadir
dalam kegiatanmemang
belum dapat dikatakan
mewakili
seluruh
pedukuhan
yang ada
secaraproporsional, namun
bila
keterwakilan hanyadilihat
dari
adanya
wakil
penduduk
darisemua pedukuhan dalam satu desa, maka hal
ini
sebenarnya dapat tercapai mengingat dari10 pedukuhan
yang
ada ternyata semua adawakil
warganya.Tabel 1. Distribusi Responden berdasar jenis kelamin
Jenis kelamin Frekwensi (orang) Persentase (%)
Laki-laki
Perernpuan 83t47
36.1 63.9 Total 230 100.0Dukuh asal Frekwensi (orang) Persentase (%)
Benjit Bringin Bulu Kaloran Ngelencong Ngrancak Pojok Singgahan Tapelan Tawangrejo 6 25 38 44
t4
7 3 23 492t
2.6 10.9 16.5 19.1 6.1 3.0 1.3 10.0 2t.3 9.1 Total 230 100.0Dari
totaljumlah
penduduk desa yangherkisar
kurang
lebih
5000
jiwa,
hanyasejumlah
230
orang
yang hadir
dalamrangkaian kegiatan
yang
dijalankan.Berdasarkan
informasi dari
beberapa wargayang hadir,
ketidakhadiran
warga
lainnyabukan hanya
diakibatkan
oleh
pelaksanzum kegiatan padamalam
hari.
Disampingjarak
antar
pedukuhan
yang dirasa cukup
jauh,sebagian
warga umumnya
telah
memiliki
sikap
pasrah
mengingat
pada
programterdahulu yang dilaksanakan oleh aparat dinas
Tabel 3. Distribusi Responden berdasar pekerjaan
Warga
yang hadir dan
dijadikan respondendalam
surr/eyini
sebagian besarbermata
pencaharian sebagai
petani,
yaitusebanyak 62,6 yo (144 orang). Sebanyak 19,5
%
responden menyatakan
belum
bekerjaterkait
sampai saat
ini
temyata
belum
adatindak
lanjutnya
sama sekali.
Wargaterbanyak berasal
dari
pedukuhan
Tapelanyaifi
21,3
%
(49
orang) disusul
pedukuhanKaloran
l9,l
oA(44
orang) danBulu
16,5 yo(38
orang). PedukuhanBringin
yang
didugapaling
banyak warganya
yang
menderitafilariasis
hanya datang sebanyak 10,9%
(25orang).
Sementarapedukuhan
Pojok
yangletaknya
paling
jauh
hanyadatang 1,3
yo (3 orang).karena
1,7
%
masih
balita
dan I7,8
%berstatus
pelajar. Disamping
sebagai petani,proporsi yang
cukup besar adalah kelompokibu
yang sebanyak L3,9 oh(32
orang) hanya sebagai ibu rumah tangga saja.50 Pekerjaan Frekwensi (orang) Persentase (o/o)
Balita Guru
Ibu rumah tangga
Pedagang Pelajar Petani Swasta lain 4 3 32 2
4l
r44 4 1.7 1.3 13.9 0.9 17.8 62.6 t.7 Total 230 100.0Tabel 4. Distribusi Responden berdasar status perkawinan
Status perkawinan Frekwensi (orang) Persentase (%)
Kawin
Belum kawin Janda/
dudat47
49 34 63.92r.3
14.8 Total 230 100.0Responden dalam survey
ini
ternyatadidominasi
oleh
kelompok
usia lanjut
yangmasuk dalam
kelompok
sudah menikah yaitusebesar 63,9 oh
(147
orang).Kelompok
yangbelum menikah yang berjumlah
49
orangTabel 5. Hasil pemeriksaan sampel darah
Berdasarkan
hasil
pemeriksaanlaboratorium
untuk
menemukanmicrofilaria
dalam
sample darah, ternyata ditemukan
5orang (2,1
%)
yang
didugapositif
terinfeksi cacingfilaria. Dari
kelima
orangtersebut,
1orang
(0,4
%)
diduga terinfeksi
olehWuchereria
bancrofti
dan
4
orang
(1,7
%)diduga terinfeksi
Brugia malayi.
Selebihnyasebanyak
225
orang (97,8
%)
dinyatakannegative
(tidak
terinfeksi cacing
filaria).
Kelima
orang yang terinfeksi tersebutmasing-masing
seorang
berasal
dari
pedukuhanBenjit,
Kaloran
dan Singgahan serta2
orangdari
pedukuhan
Bringin.
Hasil
temuan
ini
ternyata
sangat berbedajauh
dengan hasilsurvey yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kota
(DKK)
Blora pada bulanApril
2005 danterpublikasi dalam
Koran
Suara
Merdeka,bahwa angka
infeksi
filariasis
di
desaTawangrejo
sebesar
48 %
mengingatinformasi
saat
itu
dari
500
orang
yangdisurvei
ditemukan 163 orang yang
positif.sebenarnya
terdiri
atas balita dan pelajar yangjumlahnya
45
orang.
Jadi kelompok
belummenikah yang berasal dari usia dewasahanya
4
orang. Sementaradari
kelompokjanda
dan duda hanya 14,8 oh (34 orang).Selama
kurun waktu
setelah
survey
yangdilakukan
DKK
Blora
sampai
denganpelaksanaan survey
ini,
berdasarkan informasitokoh
desa memang
belum
pernah
ada pengobatanyang dilakukan kecuali
terhadapsatu
orang yang
sudah menampakkan tandafisik
yang jelas bahwa dia menderita filariasis.Mengingat
penyebaran
penduduk
yangterinfeksi
sudah mencapai4
pedukuhan,bila
tidak
segera diberikan
penanganan
lebihlanjut
dikhawatirkan dapat
menjadi
sumber penular bagi penduduk lainnya.Faktor
lain
yang
terlepas
daripengamatan,
bahwa
di
desa
Tawangrejomasih banyak lahan kosong
di
sekitar rumahyang
ditumbuhi
bambu. Pelepah daun pohonbambu
memberikan
peluang
untuk menampungair
saatterjadi
hujan,
sehinggasangat
memungkinkan
sebagai
tempatperkembangbiakan
nyamuk.
Sementara itu
penyakit filariasis ditularkan
kepada
oranglain
dengan
perantaraan
gigitan
nyamuk.Hasil pemeriksaan Frekwensi (orang) Persentase (%)
Wuchereria bancrofti Brugia malayi
Negatif
1 4 225 0.4t.7
97.8 Total 230 100.0Tabel 6. Hasil pemeriksaan sampel darah berdasarkan jenis kelamin responden Hasil pemeriksaan Jenis kelamin Total Pria Wanita Wuchereria bancrofti Brugia malayi
Negatif
0I
82 I Jt43
1 4 22s Total 83 147 230Untuk
menebanghabis pohon bambu
yangada
jelas tidak mungkin,
mengingat
pohonHasil
pemeriksaan laboratorium pada sampel darah yang hanya menemukan 5 orangyang
positif
secara nyata memang
sulitmembuat prediksi
resiko
relative
seorangwanita
memiliki
peluang terinfeksi
lebihbesar. B erdasarkan hasil lapangan, didapatkan
Dalam kaitannya
dengan status perkawinan,ternyata
5
orang yang terinfeksi
berstatussudah menikah semua. Diprediksikan ini
hanya
factor
kebetulan
sajakarena
hampersemua responden
yang
termasuk
dalamkelompok
"belum kawin"
adalahbalita
danpelajar
sehingga frekwensi
keluar
rumahrelative terkontrol, terlebih
bagi balita
tentubambu tersebut
juga bernilai
ekonomis penduduk.4
orang
wanita
yang terinfeksi
filariasis. Sedangkanpada
pria
hanya
1
orang
yangterinfeksi.
Walaupun
dernikian
tidak
dapatdisimpulkan bahwa
wanita
memiliki
resikoterinfeksi
4
kali
dibandingkan
pada
priabagi
pengawasan
orang
tua
sangat menjaga kesehatannya.KESIMPULAN
ketat
untukDidasarkan atas
hasil
survei
diatas,dapat ditarik
beberapakesimpulan
sebagaiberikut
:Tabel 7. Hasil pemeriksaan sampel darah berdasarkan status perkawinan
Hasil pemeriksaan
Status perkawinan
Total
Kawin
Belumkawin
Janda/dudaWuchereria bancrofti I 0 0 1
Brugia malayi 4 0 0 4
Negatif
142 49 34 225Total 147 49 34 230
a.
Sumber penyakit diduga berasal
dariwarga yang datang
dari
luarjawa
dengankondisi sudah menderita
kaki
gajah.b.
Angka kejadian filariasis
pada pendudukdesa Tawangrejo periode bulan Nopember 2005 adalah
2J7
a/o.c.
Banyak ditemukan tumbuhan bambu yangrimbun
di
lokasi
desayang
berpeluangmenjadi tempat perindukan nyamuk.
d.
Masih
banyak
penduduk
desa
yangmemelihara
ternak besar dalam
satu rumah dengan tempat tinggal.SARAI\
Dengan ditemukannya beberapa hasil
penelitian tersebut,
maka
diusulkan
sarasebagai
berikut
:a.
Segeradilakukan
upaya pengobatan dan penanganan secara benarbagi
penduduk yangpositif
terinfeksi filariasis.b.
Dilakukan
fogging
massal
di
seluruhwilayah desa
Tawangrejo
untukmembunuh nyaneuk
vektor
filariasissebagai
langkah
awal
kegiatan pemberantasan sarang nyamuk.c.
Diupayakan
pemberdayaan
masyarakatdalam
pelaksanaan
kegiatanpemberantasan
sarang nyarnuk
secararutin
dan berkesinambungan.d.
Dilaksanakan sosialisasi tentang tata caramenjaga kebersihan
diri
dan
lingkungantermasuk
upaya
pemisahanternak
besar dari rumah tinggal.DAFTAR.
PUSTAKA
Azwar,
A,
1983, Pengantarllmu
KesehatanLingkungan,Iakarta.
Gandahusada, S.,
Herry
D.
Ilahude, danWita
Pribadi.
2000.
Parasitologi
Kedokteran
Cet
ulang
Ed
III.
Jakarta: Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia.
Harian
Suara Merdeka.
12
April
2005.Selidiki
Kaki
Gajah,
DKK
SurveiDarah,
Semarang.Hal .23
Harian
Suara Merdeka.
28 April
2005,Ratusan
Warga
KunduranTerserang
Kaki Gajah,
Semarang,Hal23.
Harian
SuaraMerdeka.
30
April
2005.
14Warga
Terserang
Kaki
Gajah, Semarang.Hal23.
Juni
Prianto,
ljahaya,
Darwanto,
editorPinardi Hadidjaja,
1994,
AtlasParasitologi Kedokteran,
J akarta,Gramedia Pustaka Utama
Soedarto,
1992,
Entomologi
Kedokteran,cetakan I, Jakarta, EGC
Suparmanto, S.A.S. dan Supratman Sukowati.
2002. Masalah
Penyakit
Tular
Vektor,
Kebijakan Penelitian
danPengembangan
Yehor
di
Indonesia,
Kumpulan
MakalahSeminar
II
Peringatan
Hari
Nyamuk, Salatiga: Balai Penelitian