• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDUDUKAN VIRTUAL PROPERTY DALAM HUKUM BENDA DI INDONESIA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEDUDUKAN VIRTUAL PROPERTY DALAM HUKUM BENDA DI INDONESIA SKRIPSI"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

KEDUDUKAN VIRTUAL PROPERTY DALAM HUKUM BENDA DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (Strata-1) pada Fakultas Hukum

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Oleh:

FAUZI WASKITHO

No. Mahasiswa: 12410071

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM F A K U L T A S H U K U M UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2016

(2)

i

KEDUDUKAN VIRTUAL PROPERTY DALAM HUKUM BENDA DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (Strata-1) pada Fakultas Hukum

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Oleh:

FAUZI WASKITHO

No. Mahasiswa: 12410071

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM F A K U L T A S H U K U M UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2016

(3)

ii

KEDUDUKAN VIRTUAL PROPERTY DALAM HUKUM BENDA DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (Strata-1) pada Fakultas Hukum

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Oleh :

FAUZI WASKITHO

No. Mahasiswa : 12410071

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM F A K U L T A S H U K U M UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2016

(4)
(5)
(6)
(7)

vi

CURRICULUM VITAE

1. Nama Lengkap : Fauzi Waskitho

2. Tempat Lahir : Bantul

3. Tanggal Lahir : 5 November 1993

4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Golongan Darah : O

6. Alamat Terakhir : Gandekan RT 02, Trirenggo, Bantul, Yogyakarta

7. Alamat Asal : SDA

8. Identitas Orang Tua/ Wali

a. Nama Ayah : Ibnu Mardaim

Pekerjaan Ayah : Pensiun (PNS)

b. Nama Ibu : Kodarilah

Pekerjaan Ibu : PNS

Alamat Orang Tua : Gandekan RT 02, Trirenggo, Bantul, Yogyakarta

9. Riwayat Pendidikan

a. SD : SD Negeri Bantul Timur

b. SLTP : SMP Negeri 3 Bantul

c. SLTA : SMA Negeri 2 Banguntapan

10. Organisasi : 1. Staf Departemen Minat dan Bakat Mahasiswa Lembaga Eksekutif

Mahasiswa Periode 2013-2014 2. UKM Basket Lembaga Ekeskutif Mahasiswa Fakultas Hukum

11. Prestasi :

12. Hobby : Game Online, Basket, Musik, dan Diskusi

dengan Sahabat.

Yogyakarta, 13 Oktober 2016 Yang Bersangkutan,

(Fauzi Waskitho) NIM. 12410071

(8)

vii

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN

“Sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” - Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam –

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua serta kakak dan seluruh keluarga saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puja dan puji syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir (skripsi) berjudul Kedudukan Virtual

Property dalam Hukum Benda Di Indonesia. Shalawat serta salam tak lupa selalu

tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.

Penulisan skripsi ini diajukan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia.

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis berupaya semaksimal mungkin agar dapat memenuhi harapan semua pihak, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini yang didasarkan pada keterbatasan kemampuan penulis. Selanjutnya dengan segala kerendahan, ketulusan, dan keiklasan hati dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. ALLAH SWT, atas segala berkat rahmat, hidayah, dan pertolonganNya, dan banyak hal yang tidak dapat diungkapkan lagi. 2. Kedua Orang Tua Tercinta, Bp. Ibnu Mardaim dan Ibu Kodarilah yang

senantiasa selalu mendoakan dan mendukung penulis sehingga penulisan skripisi dapat terselesaikan.

(10)

ix

3. Kakak tersayang Mas To’at dan segenap keluarga besar.

4. Bapak Dr. Budi Agus Riswandi, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar memberikan arahan, bimbingan, dan masukan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

5. Bapak Dr. Aunur Rahim Faqih, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia.

6. Bapak/ibu Dosen dan pegawai Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, berkat dukungannya penulis dapat mengerjakan tugas akhir dengan lancar

7. Sahabat sekaligus keluarga kesekian (Ghani, Doni, Yandi, dan Dimas), serta Fibi, Caca, dan Citra Indriani Mandala yang tidak bosan-bosan mengingatkan juga selalu mendukung penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Teman-teman kelompok Penelitian Kolaboratif bersama Bapak Dr. Budi Agus Riswandi, S.H., M.Hum, terimakasih atas bantuannya. Dio, Nila, Rani, dan Della.

9. Teman-teman KKN 130 ’15. Billy, Faisal, Ikram, Nita, Yuni, Citra, Mbak Aul, dan Herlin.

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(11)

x

Penulis berharap dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini dapat menambah wawasan mengenai Kedudukan Virtual Property dalam Hukum Benda

Di Indonesia, serta memberikan manfaat baik bagi negara, masyarakat, pribadi,

maupun perkembangan ilmu hukum.

Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menambah wawasan bagi pembacanya. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu semua kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan hukum ini sangat diharapkan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 13 Oktober 2016 Penulis,

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... v

LEMBAR CURRICULUM VITAE ... vi

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I: PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Hukum Benda Indonesia ... 6

2. Konsep Benda Tidak Berwujud ... 8

3. Virtual Property ... 9

E. Metode Penelitian ... 13

F. Kerangka Skripsi ... 15

(13)

xii

A. Hukum Benda Indonesia ... 17

1. Pengertian Benda ... 18

2. Macam-macam Benda ... 21

3. Asas-Asas Umum Hukum Benda ... 25

4. Hak Kebendaan ... 31

B. Konsep Benda Tidak Berwujud ... 40

1. Pengertian benda tidak berwujud ... 40

2. Pengaturan benda tidak berwujud ... 42

3. Kriteria benda tidak berwujud ... 43

C. Benda Dalam Hukum Islam ... 44

D. Virtual Property... 47

1. Pengertian Virtual Property ... 47

2. Jenis-jenis Virtual Property... 55

BAB III: KEDUDUKAN VIRTUAL PROPERTY DALAM HUKUM BENDA INDONESIA... 58

BAB IV: PENUTUP ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 84

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

TABEL 1. Perbandingan Unsur-Unsur Benda Tidak Berwujud Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan virtual property ... 76

(15)

xiv ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk mengetahui mengenai kedudukan virtual property

dalam hukum benda Indonesia berkaitan dengan bentuk dan penggolongannya sebagai benda berwujud atau tidak berwujud. Hal ini dikarenakan keberadaan dari virtual property sendiri yang hanya berada pada dunia virtual atau dunia siber saja, namun virtual property juga diperlakukan sama selayaknya benda pada umumnya. Rumusan masalah yang diajukan yaitu: bagaimana kedudukan virtual property dalam hukum benda Indonesia?. Penelitian ini dilakukan melalui metode Yuridis Normatif yaitu pendekatan dari sudut pandang hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara studi pustaka/ dokumen. Analisis dilakukan dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual yang kemudian diolah dan disusun secara sistematis dan hasilnya disajikan dengan cara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa virtual property merupakan benda tidak berwujud yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) karena telah memenuhi seluruh unsur benda tidak berwujud, yaitu: merupakan suatu objek, bagian daripada harta kekayaan, dapat dimiliki, tidak memiliki tubuh, berupa hak. Namun virtual property bukanlah berupa hak tetapi menyerupai benda berwujud yang tidak memiliki fisik/ tubuh. Oleh karenanya dalam unsur terakhir benda tidak berwujud dilakukan penerjemahan secara ekstensif yaitu dengan perluasan makna bahwa pengertian benda tidak berwujud tidak sebatas hak, tetapi memungkinkan bentuk lain selama memenuhi unsur-unsur benda.

Berdasarkan pembahasan tersebut, penelitian ini merekomendasikan perlunya pengkajian yang lebih mendalam mengenai virtual property berdasarkan hukum di Indonesia, sehingga terciptanya pengaturan yang secara eksplisit mengatur virtual property dalam hukum kebendaan di Indonesia, dengan adanya pengaturan tersebut diharapkan hukun di Indonesia dapat mencakup permasalahan-permasalahan yang sudah ada, maupun yang akan ada.

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada sistem hukum di Indonesia perihal benda ini diatur pada Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Benda dalam arti Ilmu Pengetahuan Hukum ialah segala sesuatu yang dapat menjadi objek hukum sedangkan menurut Pasal 499 KUHPerdata benda ialah segala barang dan hak yang dapat menjadi milik orang (objek hak milik).1

Di dalam ketentuan itu zaak atau benda dipakai tidak dalam arti barang yang berwujud, melainkan dalam arti “bagian daripada harta kekayaan”. Pada KUHPerdata kata zaak dipakai dalam dua arti. Pertama dalam arti barang yang berwujud, kedua dalam arti bagian daripada harta kekayaan. Dalam arti kedua ini (yaitu sebagai bagian dari harta kekayaan) yang termasuk zaak ialah selain daripada barang yang berwujud, juga beberapa hak tertentu sebagai barang yang tak berwujud.2

Menurut sistem Hukum Perdata Barat sebagaimana diatur dalam KUHPerdata benda dapat dibedakan sebagai berikut: Barang-barang yang berwujud (lichamelijk), Barang-barang yang tidak berwujud (onlichamelijk), barang-barang yang bergerak dan yang tak bergerak, barang-barang yang dapat dipakai habis (vebruikbaar) dan barang-barang yang tak dapat dipakai

1

C. S. T. Kansil, Modul Hukum Perdata (Termasuk Asas-Asas Hukum Perdata), Pradnya Paramita, Jakarta, 1995, hlm. 157.

2

Sri Soedewi Mascjhoen Sofwan, Hukum Perdata : Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta, 1981, hlm. 14.

(17)

2 habis (onverbruikbaar), barang-barang yang sudah ada (tegenwoordigezaken) dan barang-barang yang masih akan ada (toekmstigezaken).3

Dalam suatu benda melekat hak-hak seperti hak milik, bezit, dan hak-hak kebendaan di atas kebendaan milik orang lain.4 Hak yang paling kuat diantaranya adalah hak milik. Hak milik ialah hak yang mutlak melekat pada suatu benda. Dalam Pasal 570 KUHPerdata menyebutkan bahwa hak milik yaitu hak untuk menikmati kegunaan suatu benda dengan sepenuhnya dan untuk berbuat sebebas-bebasnya terhadap benda itu, asal tidak bertentangan dengan undang-undang ketertiban umum dan kesusilaan dan tidak menimbulkan gangguan terhadap orang lain dengan tidak mengurangi kemungkinan hak itu kepentingan umum. Dapat dilihat bahwa hak milik adalah kebendaan yang paling utama terhadap suatu benda dibandingkan dengan hak-hak lainnya, sehingga hak milik merupakan sesuatu yang tidak dapat diganggu gugat.5

Hubungan hukum antara seseorang dengan benda dalam KUHPerdata, menyatakan bahwa hubungan hukum tersebut menimbulkan kekuasaan langsung kepada seseorang yang berhak untuk menguasai suatu benda di dalam tangan siapapun juga benda itu berada, dengan demikian hak kebendaan bersifat mutlak dalam arti dapat dipertahankan dan berlaku terhadap siapapun juga. Hak kebendaan bersifat terbatas dalam arti hanya ada

3

Ibid, hlm. 19.

4

Neng Yani Nurhayani, Hukum Perdata, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2015, hlm. 192.

5

(18)

3 hak-hak sepanjang yang sudah ditentukan oleh undang-undang, karenanya ketentuan yang terdapat dalam KUHPerdata umunya bersifat memaksa.

Namun, seiring dengan perkembangan jaman, fungsi dan keberadaan atas benda tersebut mulai beralih dari bentuk yang konvensional ke dalam bentuk digital, dimana benda tersebut tidak lagi memiliki fisik secara nyata. Benda ini lazim dikenal dengan istilah Virtual Property.

Definisi hukum mengenai virtual property sendiri belum ada. Hanya beberapa ahli yang mendefinisikan virtual property. Joshua A. T. Fairfield menjelaskan, bahwa virtual property sebuah code yang dibuat menggunakan sistem komputer dan internet yang berada di dunia cyber, dibentuk sedemikian rupa dan diperlakukan sama dengan objek-objek yang ada di dunia nyata.6 Macam-macam virtual property adalah akun email, website,

Uniform Resource Locator (URL), Chat Room atau ruang obrolan virtual,

akun bank, akun media online.7 Selain itu, macam-macam lain dari virtual

property adalah seperti item-item dalam game online, dan sebagainya.

Menurut Peter Brown & Richard Raysman, Virtual Property merupakan aset atau barang-barang kepemilikan yang bernilai. Bernilai disini maksudnya memiliki nilai ekonomi, dapat ditukarkan dengan uang nyata dengan cara

6

Joshua A. T. Fairfield, “Virtual Property”, Boston University Law Review, Vol. 85:1047, hlm. 148.

7

(19)

4 jual-beli, atau melalui perjanjian tukar-menukar antar sesama objek virtual.

Virtual property hanya ada pada dunia yang virtual juga yaitu dunia siber.8

Menurut Michael Meehan, virtual property diartikan sebagai berikut, “those which are created within a virtual world and which do not have an

external existence outside of that environment“9

Virtual property menurutnya dibuat dalam dunia virtual dan tidak memiliki eksistensi diluar dunia virtual.

Keberadaan virtual property ini menimbulkan beberapa permasalahan terkait dengan pengaturan hukumnya. Salah satu permasalahannya adalah status atau kedudukan virtual property yang tidak memiliki wujud namun bukan merupakan hak sebagaimana diatur dalam KUHPerdata yang menyatakan bahwa benda tidak berwujud adalah hak.

Pengaturan terhadap virtual property ini penting artinya berkaitan dengan penanganan suatu kasus seperti pada kasus www.secondlife.com pemain game bernama David Denton membeli sebuah pulau dalam Secondlife seharga USD 700 dengan uang sungguhan. Denton menuntut Linden Lab karena secara diam-diam Linden Lab mengubah kontrak penjualan online tanpa persetujuan pemilik/pemain game. Linden Lab juga mencoba untuk menjual property

game kepada orang lain. Akibat aksinya ini, Linden Lab diprediksi telah

merugikan sebanyak 50.000 pemain game dengan jumlah uang senilai

8

Peter Brown, dkk, “Property Right In Cyberspace Games and Other Novel Legal Issues In Virtual Property”, The Indian Journal of Law and Technology, Vol 2, hlm. 89.

9

Michael Meehan “Virtual property: Protecting bits in Context” (2006) 13 Rich JL& Tech 1 at [7]. Dalam jurnal Rumbles Wayne, “Theft In The Digital: Can You Steal Virtual Property?”, Canterbury Law Review, [Vol 17, 2, 2011], hlm. 361.

(20)

5 USD100.000.000. Linden Lab dituntut melanggar Undang-Undang

Perlindungan Konsumen dan penipuan.10 Kasus serupa juga terjadi pada Juni 2005 di Cina, bahwa surat kabar Cina memberitakan mengenai seseorang bernama Qiu Chengwei berumur 41 tahun melaporkan seorang temannya yang dianggap telah melakukan pelanggaran hukum ke pihak kepolisian Cina karena temannya tersebut telah menjual item game miliknya yang telah dia pinjamkan kepada temannya tersebut ke pihak lain tanpa persetujuan dirinya, akan tetapi pihak kepolisian kemudian menolak laporan tersebut dengan dalih bahwa virtual property tersebut tidak dikenal dalam sistem hukum di Cina sehingga tidak dapat digugat.11

Dari penjelasan-penjelasan di atas, adapun gejala hukumnya yaitu media pada benda dalam hukum perdata Indonesia adalah pada dunia nyata sedangkan virtual property berada pada media dunia yang tidak nyata atau dunia siber. Permasalahan mengenai virtual property ini di masa yang akan datang akan mulai marak terjadi di dalam kehidupan manusia seperti halnya benda-benda yang ada dan digunakan dalam dunia nyata. Dan tentu saja akan menimbulkan permasalahan-permasalahan baru yang membutuhkan respon hukum.

10

David Lazarus, A Real-World Battle Over Virtual-Property Rights, Los Angeles Times,

http://articles.latimes.com/2010/apr/30/business/la-fi-lazarus-20100430 diakses 21 Maret 2016.

11

Brian Whitworth, “Quantum Realism: The physical world as a virtual reality”, Chapter 1, Massey University, New Zealand, Nov 2014, hlm. 13.

(21)

6 B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka muncul suatu pertanyaan yaitu bagaimana kedudukan Virtual Property dalam hukum benda Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dilakukanya penelitian adalah untuk mengetahui kedudukan Virtual Property dalam hukum benda Indonesia.

D. Tinjauan Pustaka

1. Hukum Benda Indonesia

Menurut ketentuan Pasal 499 KUHPerdata, kebendaan adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik. Sedangkan dalam ilmu hukum, pengertian benda lebih luas, yaitu segala sesuatu yang dapat menjadi obyek hukum dan barang-barang yang dapat menjadi milik serta hak setiap orang yang dilindungi oleh hukum.12

Di dalam ketentuan tersebut zaak atau benda dipakai tidak dalam arti barang yang berwujud, melainkan dalam arti “bagian daripada harta kekayaan”. Pada KUHPerdata kata zaak dipakai dalam dua arti. Pertama dalam arti barang yang berwujud, kedua dalam arti bagian daripada harta kekayaan. Dalam arti kedua ini (yaitu sebagai bagian dari harta kekayaan) yang termasuk zaak ialah selain daripada barang

12

P.N.H. Simanjuntak, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2009, hlm. 203.

(22)

7 yang berwujud, juga beberapa hak tertentu sebagai barang yang tak berwujud.13

Benda sifatnya berwujud, sedangkan hak sifatnya tidak berwujud. Dalam literatur hukum perdata, Atas dasar terjemahan tersebut, konsep “benda” mencakup barang berwujud dan barang tidak berwujud. Barang berwujud dalam bahasa Belanda disebut good, sedangkan barang tidak berwujud disebut recht.14

Menurut sistem Hukum Perdata Barat sebagaimana diatur dalam KUHPerdata benda dapat dibedakan sebagai berikut: Barang-barang yang berwujud (lichamelijk), Barang-barang yang tidak berwujud (onlichamelijk), barang-barang yang bergerak dan yang tak bergerak, barang yang dapat dipakai habis (vebruikbaar) dan barang-barang yang tak dapat dipakai habis (onverbruikbaar), barang-barang-barang-barang yang sudah ada (tegenwoordigezaken) dan barang-barang yang masih akan ada (toekmstigezaken).15

Dalam suatu benda melekat hak-hak seperti hak milik, bezit, dan hak-hak kebendaan di atas kebendaan milik orang lain.16 Hak yang paling kuat diantaranya adalah hak milik. Hak milik ialah hak yang mutlak melekat pada suatu benda. Dalam Pasal 570 KUHPerdata menyebutkan bahwa hak milik yaitu hak untuk menikmati kegunaan suatu benda dengan sepenuhnya dan untuk berbuat sebebas-bebasnya

13

Sri Soedewi Mascjhoen Sofwan, Loc. Cit, hlm. 14.

14

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010, hlm. 127.

15

Ibid, hlm. 19.

16

(23)

8 terhadap benda itu, asal tidak bertentangan dengan undang-undang ketertiban umum dan kesusilaan dan tidak menimbulkan gangguan terhadap orang lain dengan tidak mengurangi kemungkinan hak itu kepentingan umum. Dapat dilihat bahwa hak milik adalah kebendaan yang paling utama terhadap suatu benda dibandingkan dengan hak-hak lainnya, sehingga hak-hak milik merupakan sesuatu yang tidak dapat diganggu gugat.17

Dalam hukum perdata, masalah benda diatur dalam Buku II BWI, tidak sama dengan bidang disiplin ilmu fisika, yang dikatakan bahwa bulan adalah benda (angkasa), sedangkan dalam pengertian hukum perdata bulan itu bukan (belum) dapat dikatakan sebagai benda karena tidak/belum ada yang (dapat) memilikinya.18

2. Konsep Benda Tidak Berwujud

Benda tidak berwujud dalam hukum kebendaan di Indonesia diatur dalam pasal 503 KUHPerdata yang menyatakan bahwa tiap-tiap kebendaan adalah bertubuh atau tak bertubuh. Dalam ketentuan tersebut benda tidak berwujud di jelaskan sebagai benda yang tak bertubuh. Jika melihat perumusan yang terdapat dalam KUHPerdata, benda yang tidak berwujud walaupun benda tersebut tidak memiliki wujud, sebenarnya merupakan hak yang diletakkan atas benda yang berwujud. Dengan demikian, sebenarnya benda tidak berwujud ada

17

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Loc. Cit, hlm. 42.

18

(24)

9 dan dilekatkan pada suatu manfaat tertentu atas suatu benda tertentu yang memiliki wujud.

Pengertian mengenai benda berwujud adalah semua barang yang berwujud yang dapat ditangkap dengan pancaindra, sedangkan benda tidak berwujud adalah beberapa hak tertentu yang dapat dijadikan objek hak milik, seperti hak atas bunga, perutangan, penagihan, dan sebagainya.19 Dengan kata lain, benda yang tidak berwujud ini bukanlah sebuah benda yang memiliki bentuk atau wujud nyata yang dapat dirasakan oleh indra perasa manusia melainkan sesuatu berupa hak-hak tertentu yang dalam ketentuan hukum kebendaan Indonesia yaitu pada Pasal 499 dan 503 KUHPerdata diakui juga sebagai benda.

3. Virtual Property

Dunia siber atau ruang siber merupakan dunia yang dihasilkan dari interkoneksi jaringan komputer. Siber merupakan dunia yang unik dan bukan dunia maya (khayalan) dikarenakan jika terjadi pelanggaran hukum di dunia siber ada hukuman yang nyata atas tindakan tersebut. Saat ini dunia siber merupakan dunia kedua bagi para pengguna Internet (nettizen) untuk melakukan berbagai aktivitas seperti politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Kegiatan-kegiatan

19

(25)

10 yang dilakukan dalam dunia siber meskipun bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai tindakan dan perbuatan hukum yang nyata.20 Secara yuridis dalam hal ruang siber sudah tidak pada tempatnya lagi untuk mengkategorikan sesuatu dengan ukuran dan kualifikasi hukum konvensional untuk dapat dijadikan objek dan perbuatan, sebab jika cara ini yang ditempuh akan terlalu banyak kesulitan dan hal-hal yang lolos dari jerat hukum. Kegiatan siber adalah kegiatan

virtual yang berdampak sangat nyata meskipun alat buktinya bersifat

elektronik. Dengan demikian subjek pelakunya harus dikualifikasikan pula sebagai orang yang telah melakukan perbuatan hukum secara nyata.21

Menurut Peter Brown & Richard Raysman, Virtual Property merupakan aset atau barang-barang kepemilikan yang bernilai. Bernilai disini maksudnya memiliki nilai ekonomi, dapat ditukarkan dengan uang nyata dengan cara jual-beli, atau melalui perjanjian tukar-menukar antar sesama objek virtual. Virtual property atau objek

20

Ahmad M. Ramli, Cyber Law dan HAKI Dalam Sistem Hukum Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm. 3.

21

Lihat Rancangan Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (RUU ITE), Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, Versi tanggal 20 Agustus 2004. Dalam Pasal 5 RUU ini antara lain dinyatakan bahwa informasi elektronik dan atau hasil cetak dan informasi elektronik merupakan alat bukti dan memiliki akibat hukum yang sah serta digariskan bahwa alat bukti tersebut merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai Hukum Acara yang berlaku di Indonesia. Dalam Pasal 11 antara lain dinyatakan bahwa tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah. Pasal 18 ayat (1) menyatakan bahwa transaksi elektronik yang dituangkan dalam kontrak elektronik mengikat para pihak. Selanjutnya dalam Pasal 40 ditentukan bahwa alat bukti pemeriksaan dalam Undang-Undang ini meliputi alat bukti sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Hukum Acara Pidana dan alat bukti lain berupa dokumen elektronik dan informasi elektronik. Ketentuan yang secara khusus mengatur masalah yurisdiksi terdapat dalam Pasal 2 yang menyatakan bahwa Undang-Undang ini berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang berada di wilayah Indonesia maupun di luar Indonesia, yang memiliki akibat hukum di indonesia.

(26)

11 virtual ini hanya ada pada dunia yang virtual juga yaitu dunia siber.22

Objek-objek virtual ini bagi para pengguna internet dianggap memiliki fungsi dan kegunaan selayaknya benda-benda pada dunia nyata, namun tentunya fungsi dan kegunaanya itu hanya berlaku pada dunia siber. Para pengguna internet seperti para gamers bahkan menggunakan situs jual-beli yang telah digunakan pada dunia nyata seperti eBay untuk melakukan transaksi atas objek-objek virtual ini.23

Objek-objek virtual atau virtual property merupakan kode-kode

pada teknologi komputer yang dibuat berdasarkan rumus algoritma yang sedemikian rupa dan dibuat dengan meniru objek-objek yang ada pada dunia nyata. Dibuat dengan meniru objek-objek yang ada pada dunia nyata dikarenakan objek-objek virtual ini hanya muncul pada sebuah dunia yang juga diciptakan melalui teknologi komputer yaitu dunia siber. Dunia siber ini pun merupakan dunia yang tidak nyata atau virtual.

Objek-objek virtual tidak memiliki wujud yang dapat dirasakan oleh pancaindera manusia. Objek-objek tersebut tidak dapat dilihat oleh indera penglihatan manusia secara nyata dan tidak dapat pula dirasakan bentuknya dengan menggunakan indera perasa manusia. Meskipun tidak memiliki wujud nyata, pada kenyataannya objek-objek virtual ini banyak digunakan manusia dalam kehidupan sehari-harinya dan diperlakukan layaknya benda-benda berwujud yang ada di

22

Peter Brown, dkk, Loc. Cit, hlm. 89.

23

(27)

12 dunia nyata, bahkan memiliki nilai ekonomi. Penggunaan objek-objek

virtual ini terbatas hanya pada dunia virtual juga yaitu dunia siber.

Objek-objek virtual ini hanya berfungsi dan berguna dalam dunia siber karena benda-benda ini merupakan objek-objek yang ada pada dunia siber, namun objek-objek virtual ini dapat memberikan dampak pada berbagai aspek kehidupan manusia terlepas dari eksistensinya yang tidak nyata. Dampak-dampak tersebut menyentuh pada aspek sosial, ekonomi, dan bahkan budaya.

Objek-objek virtual banyak ditemukan dalam permainan online atau game online, yaitu sebuah program permainan yang diciptakan dengan menggunakan teknologi komputer dan dimainkan dengan menggunakan jaringan internet. Oleh karena itu, permainan ini merupakan permainan yang dimainkan dalam dunia siber. Beberapa game online menggunakan item-item yang diciptakan layaknya benda-benda yang ada di dunia nyata. Pada game SecondLife, terdapat objek-objek yang diciptakan menyerupai objek-objek-objek-objek yang ada pada dunia nyata namun diperuntukkan digunakan dalam game tersebut. Permainan ini menyerupai sebuah dunia virtual dimana setiap pemain seolah-olah berada pada dunia virtual tersebut dan melakukan aktivitas dalam dunia tersebut layaknya melakukan aktivitas-aktivitas pada dunia nyata. Pada permainan ini pemain akan diwakilkan wujudnya melalui avatar atau karakter pengganti sebagai perwujudan dari si pemain yang juga merupakan hasil dari sistem

(28)

13 pemrograman komputer untuk hidup di dunia virtual tersebut dan melakukan segala aktivitas dengan menggunakan semua objek yang ada di dunia tersebut selayaknya pada dunia nyata.

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian normatif.

Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang mengkonsepsikan hukum sebagai norma meliputi nilai-nilai, hukum positif dan dontrin-doktrin.

1. Fokus Penelitian

Fokus penulis sesuai dengan judul yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu “Kedudukan Virtual Property dalam Hukum Benda Indonesia” adalah untuk mengetahui bagaimana kedudukan Virtual

Property dalam hukum benda Indonesia.

2. Bahan Hukum

Bahan-bahan yang digunakan untuk menunjang penelitian ini, antara lain:

a. Bahan Hukum Primer, yakni bahan-bahan yang mempunyai kekuatan mengikat secara yuridis, yaitu:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum yang berfungsi membantu menjelaskan dan menguraikan bahan hukum primer seperti literatur, jurnal, doktrin-doktrin, dan hasil wawancara.

(29)

14 Bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum tersier yang digunakan oleh Penulis adalah Kamus dan Ensiklopedia. 4. Cara Pengumpulan Bahan Hukum

a. Studi Pustaka

Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini dengan cara studi kepustakaan, yakni dengan mengkaji jurnal dan literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian. b. Wawancara

Proses tanya jawab langsung dengan narasumber yang dipilih oleh penulis berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.

5. Pendekatan Yang Digunakan

Sudut pandang yang digunakan peneliti dalam memahami permasalahan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif. Yuridis normatif adalah metode yang menjelaskan suatu masalah dari sudut pandang ketentuan hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini.

6. Pengolahan dan Analisis Bahan-bahan Hukum

Dalam penelitian ini, penulis membahas temuan-temuan penelitian dengan metode deskriptif-kualitatif, yaitu disajikan dalam bentuk narasi. Analisis tersebut diharapkan dapat memberi gambaran

(30)

15 berupa kesimpulan yang menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.

F. Kerangka Skripsi

Kerangka penulisan skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab, yang terdiri dari

pendahuluan, tinjauan pustaka, hasil penelitian dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran.

BAB I (PENDAHULUAN), terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan kerangka skripsi.

BAB II (TINJAUAN PUSTAKA), pada dasarnya bab ini hampir sama dengan tinjauan pustaka dalam pendahuluan, namun lebih dikembangkan lagi sehingga memperkuat teori, prinsip, dan landasan ilmiahnya.

BAB III (HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN), menjabarkan hasil penelitian serta analisisnya. Pada hasil penelitian diuraikan secara rinci tentang hasil yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan dalam bentuk deskripsi. Sedangkan pada bagian pembahasan berisi tentang bagaimana hasil penelitian dapat menjawab pertanyaan pada rumusan masalah dalam penelitian ini.

BAB IV (KESIMPULAN DAN SARAN), dalam kesimpulan berisi pernyataan singkat dan tepat untuk menjabarkan hasil penelitian dan pembahasan. Pada bagian saran dibuat berdasarkan pengalaman dan pertimbangan penulis. Tujuan dari saran adalah memberikan arahan kepada penulis sejenis yang ingin mengembangkan penelitian lebih lanjut, saran

(31)

16 dapat juga berupa rekomendasi terhadap institusi yang terkait pada penelitian ini.

(32)

17 BAB II

KONSEP BENDA DAN VIRTUAL PROPERTY

A. Hukum Benda Indonesia

Benda memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena itu hukum dimanapun akan mengatur benda ini secara rinci melalui hukum benda (zaken recht) dengan tujuan agar didapatkan manfaat secara maksimal oleh pemilik benda tersebut.24 Menurut hukum, yang dimaksud dengan hukum benda adalah setiap barang atau setiap hak yang dapat menjadi objek kepemilikan, termasuk apa yang melekat terhadap barang tersebut, dan setiap hasil dari barang tersebut, baik hasil karena alam, maupun hasil karena tindakan manusia.25 Sedangkan objek hukum sendiri adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum baik manusia maupun badan hukum, dan yang dapat menjadi pokok suatu hubungan hukum karena sesuatu itu dapat di kuasai oleh subjek hukum.26 Oleh karenanya, yang dimaksud dengan hukum benda atau hukum kebendaan adalah seperangkat kaidah hukum yang mengatur tentang benda dengan segala aspeknya, termasuk pengaturan tentang hakikat dan berbagai jenis benda, mengatur juga hubungan antara benda dengan pemegang atau pemilik dari benda tersebut, sehingga sebagian besar dari kaidah hukum benda mengatur tentang hak-hak kebendaan.27

24

Munir Fuady, konsep HUKUM PERDATA, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 25.

25

Ibid.

26

Soedjono dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2007, hlm. 122.

27

(33)

18 1. Pengertian Benda

Menurut ketentuan Pasal 499 KUHPerdata, kebendaan adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik. Dalam ketentuan yang diartikan dengan zaak ialah semua barang dan hak. Hak

disebut juga dengan “bagian dari harta kekayaan”

(vermogensbestanddeel). Harta kekayaan meliputi barang, hak, dan hubungan hukum mengenai barang dan hak, diatur dalam buku II dan buku III KUHPerdata. Sedangkan zaak meliputi barang dan hak diatur dalam buku II KUHPerdata.28 Dalam ilmu hukum, pengertian benda lebih luas, yaitu segala sesuatu yang dapat menjadi obyek hukum dan barang-barang yang dapat menjadi milik serta hak setiap orang yang dilindungi oleh hukum.29

Pengertian benda (zaak) secara yuridis adalah segala sesuatu yang dapat dihaki atau yang dapat menjadi objek hak milik. Menurut terminologi benda di atas ini benda berarti objek sebagai lawan dari subyek dalam hukum yaitu orang dan badan hukum. Oleh karena itu yang dimaksud dengan benda menurut undang-undang hanyalah segala sesuatu yang dapat dihaki atau yang dapat dimiliki orang, maka segala sesuatu yang tidak dapat dimiliki orang bukanlah termasuk pengertian benda menurut KUHPerdata (BW) (buku II), seperti bulan, bintang, laut, udara, dan lain-lain sebagainya.30

28

Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hlm. 126-127.

29

P.N.H. Simanjuntak, Loc. Cit, hlm. 203.

30

Riduan Syahrani, Seluk –Beluk dan Asas –asa Hukum perdata, Alumni, Bandung, 1992, hlm. 116.

(34)

19 Dengan kata lain dalam hukum perdata, masalah benda tidak sama dengan bidang disiplin ilmu fisika, yang dikatakan bahwa bulan adalah benda (angkasa), sedangkan dalam pengertian hukum perdata bulan itu bukan (belum) dapat dikatakan sebagai benda karena tidak/belum ada yang (dapat) memilikinya.31 Oleh karena itu, benda sebagaimana tercantum pada Pasal 499 KUHPerdata adalah semua objek hak yang dapat menjadi objek hak milik, baik dalam arti benda berwujud ataupun yang tidak berwujud.

Pengaturan tentang hukum benda dalam Buku II BWI mempergunakan sistem tertutup. Artinya, orang tidak diperbolehkan mengadakan hak-hak kebendaan selain dari yang telah diatur dalam undang-undang ini. Selain itu, hukum benda bersifat memaksa (dwingend

recht), artinya harus dipatuhi, tidak boleh disimpangi, termasuk memuat

peraturan baru yang menyimpang dari yang telah ditetapkan.32.

Sedangkan menurut para ahli, dalam pendidikan hukum, Kusumadi menerjemahkan zaak dengan benda.33 Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan kata zaak dalam sistem KUHPerdata dipakai dalam dua arti. Pertama dalam arti barang yang berwujud, kedua dalam arti bagian daripada harta kekayaan. Dalam arti kedua ini (yaitu sebagai bagian dari harta kekayaan) yang termasuk zaak ialah selain daripada barang yang berwujud, juga beberapa hak tertentu sebagai barang yang tak berwujud.34

31

Sri Soedewi Mascjhoen Sofwan, Op. Cit, hlm. 165.

32

Ibid.

33

Abdulkadir Muhammad, Loc. Cit, hlm. 127.

34

(35)

20 Meskipun pengertian zaak dalam Burgerlijk Wetboek (BW) tidak hanya meliputi benda berwujud, namun sebagian besar dari materi Buku II KUHPerdata mengatur mengenai benda yang berwujud.35

Abdulkadir Muhammad menjelaskan bahwa buku II KUHPerdata memuat ketentuan-ketentuan tentang benda, yang terdiri dari barang dan hak. Barang adalah objek hak milik. Hak juga dapat menjadi objek hak milik. Karena itu benda adalah objek hak milik.36

Salim HS mengatakan bahwa di dalam berbagai literatur dikenal tiga macam pengertian benda, yaitu:37

a. Sebagai barang yang dapat dilihat atau berwujud (pengertian sempit);

b. Sebagai kekayaan seseorang yang berupa hak dan penghasilan; c. Sebagai objek hukum, lawannya subjek hukum.

Lebih lanjut Salim HS menjelaskan bahwa pengertian benda sebagai objek hukum yang dianut di dalam KUHPerdata adalah benda yang dapat diraba atau berwujud. Hal ini disebabkan karena Buku II KUHPerdata berhubungan dengan hak-hak yang melekat pada barang, dan hak-hak yang bersifat immateriil (tak dapat diraba atau tidak berwujud), seperti hak pengarang, hak octroi, dan hak-hak semacam itu, tidak diatur di dalam Buku II KUHPerdata tetapi diatur di dalam undang-undang tersendiri.38

35

Ibid, hlm. 165.

36

Abdulkadir Muhammad, Loc. Cit, hlm. 127.

37

Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm. 96.

38

(36)

21 Menurut sistem Hukum Perdata Barat sebagaimana diatur dalam KUHPerdata benda dapat dibedakan sebagai berikut: Barang-barang yang berwujud (lichamelijk), barang-barang yang tak berwujud (onlichamelijk), barang-barang yang bergerak dan yang tak bergerak, barang-barang yang dapat dipakai habis (vebruikbaar) dan barang-barang yang tak dapat dipakai habis (onverbruikbaar), barang-barang yang sudah ada (tegenwoordigezaken) dan barang-barang yang masih akan ada (toekmstigezaken).39

2. Macam-macam Benda

Dalam KUHPerdata macam-macam benda dijelaskan pada Pasal 503 dan 504, yaitu benda berwujud dan benda tidak berwujud, benda bergerak dan benda tidak bergerak, benda bergerak yang dapat dihabiskan dan tidak dapat dihabiskan. Pemahaman tentang benda berwujud adalah semua barang yang berwujud yang dapat ditangkap dengan pancaindra. Dalam bukunya Neng Yani Nurhayani, dijelaskan bahwa benda berwujud merupakan semua. barang yang berwujud yang dapat ditangkap dengan panca indra.40 Benda yang bersifat kebendaan (materiekegoederen) adalah suatu benda yang sifatnya dapat dilihat, diraba, dan dirasakan dengan panca indera, terdiri dari benda bertubuh/berwujud, meliputi: 41

a. Benda bergerak/tidak tetap, berupa benda yang dapat dihabiskan dan benda yang tidak dapat dihabiskan;

b. Benda tidak bergerak;

39

Sri Soedewi Mascjhoen Sofwan, Op. Cit, hlm. 19.

40

Neng Yani Nurhayani, Loc.Cit, hlm. 163.

41

(37)

22 Sedangkan benda tidak berwujud adalah beberapa hak tertentu yang dapat dijadikan objek hak milik, seperti hak atas bunga, perutangan, penagihan, dan sebagainya. Untuk pengertian mengenai benda berwujud, sistem hukum KUHPerdata Indonesia membagi lagi dalam pengertian benda bergerak, misalnya sepeda motor, jam tangan, radio, televisi; termasuk beberapa hak tidak bergerak, antara lain tanah dan segala sesuatu yang melekat di atasnya, seperti bangunan permanen dan tanaman, serta mesin-mesin pabrik yang tertanam dan digunakan secara tetap.42

Beberapa ahli hukum menjaelaskan bahwa dari pembedaan macam-macam benda diatas, pembedaan benda bergerak dan benda tidak bergerak merupakan pembedaan yang sangat penting dalam sistem hukum perdata dikarenakan pembedaan tersebut membawa konsekuensi hukum yang berbeda, utamanya dalam hal-hal sebagai berikut:43

1) Cara peralihan benda (levering, delivery). 2) Cara pembebanan benda (berzwaring, security). 3) Dalam hal penguasaan benda (bezit).

4) Cara penyitaan benda (beslag, attachment). 5) Masalah kadaluarsa (verjaring, statute of use).

Selanjutnya, yang dimaksud dengan benda bergerak menurut Pasal 509 KUHPerdata adalah setiap benda yang karena sifatnya memang bergerak, dapat bergerak atau dapat digerak-gerakkan, atau karena undang-undang digolongkan ke dalam benda-benda bergerak, kecuali benda yang

42

Neng Yani Nurhayani, Loc. Cit, hlm. 163.

43

(38)

23 karena sifatnya dapat bergerak atau digerakkan tetapi oleh undang-undang telah dikategorikan sebagai benda tidak bergerak.44 Lebih lanjut benda bergerak karena ditetapkan oleh undang-undang ialah hak-hak yang melekat atas benda bergerak (Pasal 511 KUHPerdata) misalnya hak memungut hasil atas benda bergerak, hak memakai atas benda bergerak, saham-saham perusahaan, piutang-piutang.45 Selanjutnya, dalam auterswet dan octrooiwet ditetapkan bahwa hak atas suatu pendapatan dalam ilmu pengetahuan (octrooirecht) adalah benda yang bergerak.46

Suatu benda dikategorikan sebagai benda tidak bergerak karena tiga hal, yaitu sifatnya, menurut ketentuan undang-undang, dan tujuan penggunaannya.47 Suatu benda yang dikategorikan sebagai benda yang tak bergerak karena sifatnya adalah benda yang tidak bergerak atau tidak dapat digerak-gerakkan, dan benda yang secara hakikat sebenarnya merupakan benda bergerak, tetapi oleh undang-undang dinyatakan sebagai benda tidak bergerak.48 Adapun yang dimaksud dengan benda tidak bergerak karena tujuan pemakaiannya adalah segala hal yang meskipun tidak sungguh-sungguh digabungkan dengan tanah atau bangunan, dimaksudkan untuk mengikuti tanah atau bangunan itu untuk waktu yang agak lama49, benda tersebut bukan benda yang dapat dipindah-pindahkan seperti tanah pekarangan beserta semua yang ada di atasnya, pohon dan tanaman ladang

44

Ibid, hlm. 29.

45

Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hlm. 130.

46

Soebekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta, Internus, 2001, hlm. 62.

47

. Sri Soedewi Mascjhoen Sofwan, Op.Cit, hlm. 20.

48

Munir Fuady, Loc.Cit, hlm. 29.

49

(39)

24 yang dengan akarnya menancap dalam tanah atau sudah menyatu dengan tanah, buah pohon yang belum dipetik, barang-barang tambang yang belum dipisahkan dan digali dari tanah, mesin pabrik atau rumah yang karena peruntukannya dianggap sudah menyatau dengan tanah (benda tidak bergerak) sehingga oleh hukum dikategorikan juga sebagai benda tidak bergerak. Bagkan hak atas benda tidak bergerak juga oleh undang-undang dikategorikan sebagai benda tidak bergerak juga.50

Semula di Indonesia, baik terhadap barang bergerak, maupun terhadap barang tidak bergerak pada prinsipnya yang berlaku adalah KUHPerdata dan berlakunya perundang-undangan dimasa Hindia Belanda untuk hukum tanah, yang utamanya bersumber dari Agrarische Wet (S. 1870 -55), selain yang berasal dari hukum adat.51 Tetapi dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau yang lebih populer dengan sebutan UUPA (Undang-undang Pokok Agraria), maka ketentuan Agrarische Wet maupun ketentuan buku kedua KUHPerdata sejauh yang menyangkut dengan tanah, kedua-duanya dinyatakan tidak berlaku lagi di Indonesia.52 Jadi hukum benda yang berlaku dalam KUHPerdata hanyalah terhadap barang (benda bergerak dan benda tidak bergerak bukan tanah, misalnya kapal laut berukuran besar). Kemudian, berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata benda dibedakan menjadi 2 macam. Pertama, di dalam Pasal 503 dan yang kedua yaitu Pasal 504 KUHPerdata disebutkan bahwa benda dibagi menjadi 2

50

Munir Fuady, Loc.Cit, hlm 29.

51

Ibid, hlm. 35.

52

(40)

25 (dua), yakni benda yang bersifat kebendaan (materiekegoederen) dan benda yang bersifat tidak kebendaan (immateriekegoederen).53

Selain dari pembagian benda-benda berdasarkan KUHPerdata Indonesia seperti yang diuraikan diatas, beberapa macam benda juga dikenal dari berbagai ahli seperti benda dipakai habis dan benda tidak dipakai habis, benda sudah ada dan benda akan ada, benda dalam perdagangan dan benda luar perdagangan, benda dapat dibagi dan benda tidak dapat dibagi, serta benda terdaftar dan benda tidak terdaftar.

3. Asas-Asas Umum Hukum Benda

Dalam hukum benda diatur mengenai beberapa asas yang berlaku bagi hak-hak kebendaan. Adapun beberapa asas dalam hukum kebendaan sebagai berikut:54

a. Asas hukum memaksa (Dwingend recht). b. Hak kebendaan dapat dialihkan.

c. Asas individualitas (Individualiteit). d. Asas totalitas (Totaliteit).

e. Asas tidak dapat dipisahkan (Onsplitsbaarheid). f. Asas prioritas (Prioriteit).

g. Asas percampuran (Vermenging). h. Asas publisitas (Publiciteit).

53

Elsi Kartika Sari, dkk, Hukum Dalam ekonomi, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2007, hlm. 10.

54

Kartini Mulyadi, Gunawan Widjaya, 2003, Kebendaan pada Umumnya, Kencana Prenada Media, hlm. 226

(41)

26 i. Asas perlakuan yang berbeda antara benda bergerak dengan benda

tidak bergerak.

j. Adanya sifat perjanjian dalam setiap pengadaan atau pembentukan hak.

Penjelasanya daripada asas-asas tersebut adalah sebagai berikut:55 a. Asas hukum memaksa (dwingend recht)

Asas pemaksa, berarti berlakunya ketentuan Hukum Benda merupakan hukum pemaksa (dwingend recht). Jadi, tidak dapat disimpangi, ditentukan, dihitung, atau ditakar berdasarkan berat, jumlah, atau ukuran, atau ditentukan menurut tumpukan. Aturan yang berlaku menurut undang-undang wajib dipatuhi atau tidak boleh disimpangi oleh para pihak.

b. Asas dapat dipindahtangankan

Menurut hukum perdata Barat, tidak semua hak kebendaan dapat dipindahkan, kecuali hak pakai dan hak mendiami. Akan tetapi, setelah berlakunya UUHT, semua benda dapat dipindahtangankan. Berbeda dengan tagihan, disini para pihak menentukan bahwa tidak dapat dipindahtangankan, tetapi berhak juga menyanggupi akan tidak memperlainkan (vervreemden) barangnya, dan berlakunya dibatasi oleh etische causaliteitsregel (Pasal 1337 KUHPerdata): tidak berlaku jika tujuannya bertentangan dengan kesusilaan. Hak milik kebendaan dapat

55

(42)

27 dialihkan dari pemiliknya semula kepada pihak lain dengan segala akibat hukumnya.

c. Asas individualitas (individualiteit)

Asas ini berarti sesuatu yang dapat diberikan menjadi kebendaan menurut hukum dapat ditentukan terpisah.56 Artinya bahwa sesuatu yang dapat dikatakan sebagai benda atau diberikan sebagai benda adalah segala sesuatu yang dapat ditentukan sebagai suatu kesatuan atau sebagai jumlah atau ukuran tertentu. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1333 KUHPerdata, “Suatu perjanjian harus mempunyai pokok berupa suatu barang yang sekurang-kurangnya ditentukan jenisnya. Jumlah barang itu tidak perlu pasti, asal saja jumlah itu kemudian dapat ditentukan atau dihitung”.

d. Asas totalitas (totaliteit)

Asas totalitas (totaliteit) berarti kepemilikan suatu kebendaan adalah kepemilikan menyeluruh atas setiap bagian kebendaan. Misalnya, seseorang tidak mungkin memiliki bagian dari suatu kebendaan jika ia tidak memiliki titel hak milik atas kebendaan tersebut secara utuh. Artinya bahwa sesuai dengan sifat individualitas dari suatu kebendaan, tiap-tiap benda yang menurut sifatnya atau menurut undang-undang tidak dapat dibagi maka penyerahan kepemilikan atas benda tersebut harus dilakukan secara

56

(43)

28 keseluruhan benda itu. Dalam asas totalitas ini tercakup asas perlekatan (accesie) karena perlekatan terjadi dalam hal benda pokok (hoofdzaak) berkaitan erat dengan benda-benda pelengkapnya, yaitu benda tambahan (bijzaak) dan benda pembantu (hulpzaak). Oleh karena itu, seorang pemilik benda pokok adalah pemilik benda pelengkapnya.57

e. Asas tidak dapat dipisahkan (onsplitsbaarheid)

Asas ini merupakan konsekuensi dari asas totalitas (totaliteit) bahwa seseorang tidak mungkin melepaskan hanya sebagian hak miliknya atas suatu kebendaan yang utuh. Meskipun seorang pemilik diberi kewenangan untuk membebani hak miliknya dengan hak kebendaan lainnya yang bersifat terbatas (jura in re alieno), beban yang dilakukan hanya terhadap keseluruhan benda yang yang menjadi miliknya. Dengan demikian, jura in re aliena tidak mungkin dapat diberikan untuk sebagian benda, tetapi harus untuk seluruh benda sebagai suatu kesatuan.58

f. Asas prioritas (prioriteit)

Asas ini berarti antara hak kebendaan yang satu dan hak kebendaan yang lain di atas suatu kebendaan yang sama memiliki tingkatan atau kedudukan yang berjenjang-jenjang (hierarkis). Jika dilihat dari sisi penuh atau tidaknya suatu hak kebendaan, hak yang memiliki kedudukan yang paling tinggi adalah hak milik kemudian

57

Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata, Hak-hak yang Memberi Kenikmatan, Jakarta, Ind-Hill-Co, 2005, hlm. 36.

58

(44)

29 diikuti oleh hak bezit, dan hak atas kebendaan milik orang lain (jura in re aliena). Jika terjadi perselisihan mengenai hak-hak kebendaan tersebut, hak yang kedudukan hierarkinya lebih tinggi akan diprioritaskan dari hak yang kedudukan prioritasnya lebih rendah. Apabila di antara hak-hak kebendaan yang kedudukan hierarkinya sama, diberikan prioritas kepada hak yang muncul lebih awal, kecuali untuk hak bezit. Hak bezit hadir karena penguasaan atas suatu benda tertentu dan akan lepas jika penguasaan itu lepas.

g. Asas percampuran (vermenging)

Asas percampuran ini terjadi apabila dua lebih hak melebur menjadi satu.59 Hal ini berarti adanya suatu percampuran, yaitu peleburan dua hak apabila dua hak itu dimiliki oleh orang yang sama dan atas kebendaan yang sama. Misalnya, jika A menyewa sebuah rumah milik B, kemudian A membeli rumah tersebut, hak sewa tersebut menjadi lenyap.

h. Asas publisitas (Publiciteit)

Asas publisitas berkaitan dengan pengumuman status kepemilikan suatu benda tidak bergerak kepada masyarakat. Hak milik, penyerahan, dan pembebanan hak atas tanah misalnya, wajib didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Tanah dan ditulis dalam Buku Tanah (register) agar diketahui oleh umum. Untuk benda bergerak,

59

(45)

30 tidak perlu didaftarkan, artinya cukup melalui penguasaan dan penyerahan nyata.60

i. Asas perlakuan yang berbeda antara benda bergerak dengan benda tidak bergerak

Pengaturan dan perlakuan dapat disimpulka dari cara membedakan antara benda bergerak dan benda tidak bergerak serta manfaat atau pentingnya pembedaan antara kedua benda tersebut. Cara atau kriteria pembedaannya ditentukan oleh undang-undang.61 Adapun, manfaat pembedaanya dapat ditinjau dari sudut penyerahannya, penguasaanya, kadaluwarsa, dan pembebananya.62 j. Adanya sifat perjanjian dalam setiap pengadaan atau pembentukan

hak

Pada dasarnya dalam setiap hukum perjanjian terkandung asas kebendaan dan dalam setiap hak kebendaan melekat pula setiap hukum perjanjian di dalamnya. Sifat perjanjian ini menjadi semakin penting karena adanya dalam pemberian hak kebendaan yang terbatas (jura in re aliena), sebagaimana disebutkan dalam undang-undang.63 60 Ibid. 61 Pasal 506-511 KUHPerdata. 62

Frieda Husni Hasbullah, Op. Cit, hlm. 37-38.

63

(46)

31 4. Hak Kebendaan

Yang dimaksud dengan hak kebendaan (zakelijkrecht), ialah hak mutlak atas sesuatu benda dimana hak itu memberikan kekuasaan langsung atas sesuatu benda dan dapat dipertahankan terhadap siapapun juga.64

Didalam hukum perdata dikenal adanya suatu pembagian hak menjadi dua, yaitu hak perseorangan (jus in personam) dan hak kebendaan (jus in

rem), Hak perseorangan secara sederhana adalah hak yang melekat pada

seseorang. Hak perseorangan bersifat relatif. Artinya, hak yang hanya dapat dituntut kepada orang-orang tertentu,65 yaitu terhadap subjek hukum yang melakukan hubungan hukum dengannya sehingga hak perseorangan tidak dapat dituntut kepada orang lain yang tidak memiliki hubungan hukum tertentu dengan orang yang memiliki hak tersebut.

Adapun hak kebendaan adalah hak-hak kekayaan yang bersifat absolut (dapat ditujukan kepada semua orang pada umumnya), mempunyai kedudukan yang lebih tinggi, dan melekat terhadap suatu benda tertentu.66 Oleh karena itu, hak kebendaan adalah suatu hak yang dapat dituntut kepada setiap orang yang berkaitan dengan benda yang diberi hak oleh seseorang karena hak kebendaan mengikuti benda itu ke mana pun berada (droit de suite). Hak kebendaan memiliki sifat yang bertingkat. Artinya,

64

Sri Soedewi Mascjhoen Sofwan, Loc. Cit, hlm. 24.

65

J. Satrio, Perikatan pada Umumnya, Bandung: Alumni, 1999, hlm. 5. dikutip dari Neng Yani Nurhayani, Op.Cit, hlm. 177.

66

J. Satrio, Perikatan pada Umumnya, Bandung: Alumni, 1999, hlm. 6-11. dikutip dari Ibid, hlm. 178.

(47)

32 ada hak kebendaan yang tingkatanya lebih tinggi dari hak kebendaan lainnya, begitu pula sebaliknya.

Sebagai hak yang melekat atas suatu benda, hak kebendaan itu memiliki beberapa karakteristik (ciri-ciri khas) yang membedakannya dengan hak yang lain. Beberapa karakteristik (ciri khas) itu adalah sebagai berikut: 67

a. Mutlak, artinya dikuasai dengan bebas dan dipertahankan terhadap siapa pun. Contohnya, hak milik, hak cipta, dan hak paten.

b. Mengikuti benda dalam tangan siapa pun benda itu berada. Contohnya, hak sewa, hak pungut hasil, dan hak pakai.

c. Hak yang terjadi lebih dulu tingkatnya lebih tinggi. Contohnya, pada sebuah rumah melekat hak tanggungan, kemudian melekat pula hak tanggungan berikutnya, kedudukan hak tanggungan pertama lebih tinggi daripada hak tanggungan kedua. Maksudnya dalam hal penyelesaian utang, hak tanggungan pertama diselesaikan lebih dulu daripada hak tanggungan kedua, ketiga, dan seterusnya.

d. Penyelesaian lebih diutamakan. Contohnya, hak tanggungan atas sebuah rumah. Jika pemilik rumah pailit, hak tanggungan memperoleh prioritas penyelesaian tanpa memerhatikan pengaruh pailit tersebut.

67

(48)

33 e. Hak gugat dapat dilakukan terhadap siapa pun yang mengganggu

kenikmatan benda dan hak atas benda itu.

f. Pemindahan hak kebendaan dapat dilakukan kepada siapa pun. Macam-macam hak kebendaan menurut KUHPerdata secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:68 Hak Milik;69 Bezit;70 Hak-hak kebendaan diatas kebendaan milik orang lain (recht op een anderz

zaak/jura in re alinea/right over another property).

a. Hak Milik

Hak milik atas suatu kebendaan merupakan hak yang paling kuat atau paling penuh diantara hak-hak yang lainnya. Dalam sistem hukum keperdataan hak milik diatur dalam Pasal 570 KUHPerdata. Berikut ketentuan pasal tersebut:

Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain; kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasar atas ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti rugi.

Berdasarkan pada ketentuan pasal tersebut, dapat diuraikan unsur-unsur konsep hak milik sebagai berikut:71

1) Hak milik adalah hak yang paling utama, artinya menjadi dasar bagi segala hak kebendaan lainnya yang mungkin

68

Neng Yani Nurhayani, Loc. Cit, hlm. 192.

69

Pasal 570 KUHPerdata

70

Pasal 529 KUHPerdata

71

(49)

34 terjadi berikutnya. Tanpa hak milik tidak mungkin ada hak-hak lainnya.

2) Pemilik dapat menikmati sepenuhnya, artinya dapat memakai sepuas-puasnya, dapat mengambil manfaat dan hasilnya sebanyak mungkin.

3) Pemilik dapat menguasai sebebas-bebasnya, artinya dapat melakukan perbuatan apa saja terhadap benda miliknya, seperti memelihara sebaik-baiknya, membebani dengan hak-hak kebendaan tertentu, memindahtangakan, mengubah bentuk, bahkan melenyapkannya.

4) Hak milik tidak dapat diganngu gugat, baik oleh orang lain maupun oleh penguasa, kecuali dengan alasan, syarat-syarat dan menurut ketentuan undang-undang.

5) Tidak dapat diganggu gugat artinya sejauh untuk memenuhi kebutuhan pemiliknya secara wajar dengan memperhatikan kepentingan orang lain. Penguasaan dan penggunaan hak milik dibatasi oleh orang lain. Karena bagaimanapun juga hak milik memiliki fungsi sosial.

Sedangkan cara memperoleh hak milik tersebut diatur dalam Pasal 584 KUHPerdata yang menyatakan bahwa:

hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan pemilikan, karena perlekatan, karena daluarsa, karena perwarisan, baik menurut undang-undang, maupun surat wasiat, dan karena penunjukan atau penyerahan berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk

(50)

35 memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu.

Dalam literatur, beberapa macam cara memperoleh hak kebendaan seperti yang ditentukan dalam KUHPerdata diuraikan sebagai berikut:72

1) Pengakuan

Benda yang tidak ada pemiliknya (res nullius) kemudian ditemukan dan diakui oleh orang yang menemukannya sebagai miliknya. Orang yang mengakui tersebut memperoleh hak milik atas benda tersebut. Contohnya, menangkap ikan di sungai atau di laut, berburu rusa di hutan bebas, memperoleh intan dari tempat penggalian bebas, atau mendapat barang antik (kuno) dari penggalian tanah pekaranagn milik sendiri.

2) Penemuan

Benda milik orang lain yang lepas dari penguasaannya, misalnya, karena jatuh dijalan atau hilang akibat banjir kemudian ditemukan oleh seseorang, sedangkan dia tidak mengetahui siapa pemiliknya. Penemu benda tersebut dianggap sebagai pemilik karena dia menguasai benda itu (Pasal 1977 ayat (1) KUHPerdata). Dia mempunyai hak meguasai (bezit) atas benda itu dan bezit tersebut dianggap sebagai eigendom.

72

(51)

36 3) Penyerahan

Hak kebendaan diperoleh karena penyerahan berdasar pada alas hak (rechstitel) tertentu, misalnya, jual-beli, hibah, dan pewarisan. Karena ada penyerahan itu, hak kebendaan atas benda berpindah kepada pihak penerima hak.

4) Daluarsa

Hak kebendaan diperoleh karena daluarsa (lampau waktu). Daluarsa benda bergerak dan tidak bergerak tidak sama. Setiap orang yang menguasai benda bergerak, misalnya, karena penemuan di jalan, hak milik diperoleh setelah lampau waktu 3 (tiga) tahun sejak dia menguasai benda bergerak itu (Pasal 1977 ayat (2) KUHPerdata). Untuk benda tidak bergerak, daluarsa adalah 20 tahun dalam hal ada alas hak dan 30 tahun dalam hal tidak ada alas hak. Setelah lampau waktu 20 tahun atau 30 tahun itu, orang yang menguasai benda tidak bergerak tersebut memperoleh hak milik (Pasal 1996 KUHPerdata).

5) Pewarisan

Hak kebendaan diperoleh karena pewarisan menurut hukum waris yang berlaku. Ada tiga macam hukum waris, yaitu hukum waris adat, hukum waris islam, dan hukum waris KUHPerdata. Pewarisan dinyatakan terbuka bagi ahli

(52)

37 waris untuk memperoleh hak waris sejak almarhum pemilik harta warisan itu meninggal dunia.

6) Penciptaan

Orang yang menciptakan benda baru memperoleh hak milik atas benda ciptaannya itu. Pengertian menciptakan di sini meliputi menciptakan benda baru dari benda-benda yang sudah ada atau menciptakan benda baru yang sama sekali tadinya belum ada. Contohnya, menciptakan rumah. Rumah ini benda baru, tetapi tercipta dari benda-benda yang sudah ada yaitu batu, pasir, semen, bata, air, dan besi ataupun Hak paten atas penemuan televisi, hak cipta atas suatu lukisan, lagu, atau buku sebagai benda baru sama sekali.

7) Ikutan atau turunan

Orang yang membeli seekor sapi yang sedang hamil kemudian sapi itu melahirkan anak. Pemilik sapi tersebut memperoleh hak milik atas anak sapi yang baru lahir itu. Tumbuhan di atas tanah pekarangan dinyatakan sebagai benda ikutan dari tanah pekarangan itu. Orang yang membeli pekarangan tersebut berhak pula atas tanaman di atas pekarangan itu karena ikutan.

(53)

38 Sedangakan menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan cara memperoleh hak milik sebagaimana yang diatur dalam 584 KUHPerdata:73

1) Pendakuan (toeeigening) 2) Ikutan (natrekking)

3) Lampaunya waktu = kadaluwarsa (verjaring) 4) Pewarisan (erfopvolging)

5) Penyerahan (levering)

Setelah berlakunya UUPA khususnya terhadap tanah sudah tidak dapat memperoleh hak milik dengan cara ikutan, juga tidak dapat dengan pendakuan dan lampaunya waktu.74

Lebih lanjut pengaturan mengenai macam-macam cara memperoleh hak milik yang diatur dalam Pasal 584 KUHPerdata itu disebut satu-persatu secara limitatief, jadi seolah-olah meggambarkan pengaturan perolehan hak milik secara limitatief.75 Sedangkan hakekatnya pengaturan cara memperoleh hak milik itu ialah secara enuntiatief, artinya Pasal 584 KUHPerdata itu hanya menyebutkan beberapa cara saja sedang diluar Pasal 584 KUHPerdata itu masih ada beberapa cara yang lain untuk memperoleh hak milik yang diatur oleh wet.76

73

Sri Soedewi Mascjhoen Sofwan, Loc. Cit, hlm. 62.

74 Ibid. 75 Ibid. 76 Ibid.

(54)

39 b. Penguasaan benda (bezit)

Ketentuan tentang bezit terdapat dalam pasal 529 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa, “yang dimaksud dengan bezit adalah

kedudukan menguasai atau menikmati suatu barang yang ada dalam kekuasaan seseorang secara pribadi atau dengan perantaraan orang lain, seakan-akan barang itu miliknya sendiri.”

Menurut ketentuan pasal tersebut, bezit adalah keadaan memegang atau menikmati suatu benda oleh orang yang menguasainya, baik sendiri maupun dengan perantara orang lain, seolah-olah itu kepunyaanya sendiri.77

c. Hak-hak kebendaan diatas kebendaan milik orang lain

Hak-hak kebendaan diatas kebendaan milik orang lain adalah suatu hak yang dililiki oleh seseorang atas suatu kebendaan tertentu yang merupakan benda milik orang lain. Hak tersebut memberikan kekuasaan/kewenangan bagi pemegangnya untuk menguasai atau mengambil manfaat dari benda tersebut. Beberapa hak yang tergolong sebagai hak kebendaan diatas kebendaan milik orang lain, antara lain:78 hak guna bangunan; hak tanggungan; hak gadai.

77

Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hlm. 161.

78

(55)

40 B. Konsep Benda Tidak Berwujud

1. Pengertian benda tidak berwujud

Dalam bukunya Neng Yani Nurhayani, dijelaskan bahwa benda tidak berwujud adalah beberapa hak tertentu yang dapat dijadikan objek hak milik, seperti hak atas bunga, perutangan, penagihan, dan sebagainya.79 Kemudian, berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata benda dibedakan menjadi 2 macam. Pertama, di dalam Pasal 503 dan yang kedua yaitu Pasal 504 KUHPerdata disebutkan bahwa benda dibagi menjadi 2 (dua), yakni benda yang bersifat kebendaan (materiekegoederen) yaitu benda berwujud baik yang bergerak maupun tidak; dan benda yang bersifat tidak kebendaan (immateriekegoederen).80

Benda yang bersifat tidak kebendaan (immateriekegoederen) adalah suatu benda yang hanya dirasakan oleh pancaindera saja (tidak dapat dilihat) dan kemudian dapat direalisasikan menjadi suatu kenyataan, contohnya merek perusahaan, paten, ciptaan musik atau lagu.81 Dengan kata lain benda yang bersifat tidak kebendaan merupakan benda tidak bertubuh/ tidak berwujud, seperti surat berharga.

Akibat dari pembedaan atau pembagian benda menjadi benda berwujud dan benda tidak berwujud adalah penyerahannya. Dalam KUHPerdata mengatur tiga cara penyerahan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 612, 613, 616, dan Pasal 620 KUHPerdata. Untuk

79

Neng Yani Nurhayani, Loc.Cit, hlm. 163.

80

Elsi Kartika Sari, dkk, Hukum Dalam ekonomi, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2007, hlm. 10.

81

Gambar

TABEL 1. Perbandingan Unsur-Unsur Benda Tidak Berwujud Berdasarkan  Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan virtual property .........................

Referensi

Dokumen terkait

Konsekuensi dari sistem tersebut adalah perlunya disusun modul pembelajaran pendidikan kesetaraan yang memungkinkan peserta didik untuk belajar dan melakukan

Tidak hanya itu, salah satu Strategi ini, diadakan juga bertujuan untuk memperkenalkan berbagai event yang diadakan oleh PT.Technoplast kepada masyarakat agar

Maintenance adalah sebuah usaha–usaha atau tindakan-tindakan reparasi yang dilakukan untuk menjaga performance dari sebuah unit, selalu dalam kondisi dan performance

Makna filosofi motif batik basurek berdasarkan kelompokmotif bentuk lain yaitu Motif Kaligrafi mengandung makna Filosofi yang melambangkan Keagamaan. Tulisan aksara

Maksud dari tuturan atau kalimat pada data (15) di atas yaitu memerintahkan siswa untuk menuliskan pokok-pokok isi sambutan yang ada dalam buku ajar atau buku paket

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang

Social Responsibility Internal terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT Sinar. Sosro Deli Serdang

Yaitu perusahaan swasta yang didirikan dan dimiliki oleh beberapa orang pengusaha secara kerja sama tapi tidak termasuk dalam katagori badan usaha yang berbadan hukum.. Yang