Pros. SemNas. Peningkatan Mutu Pendidikan
Volume 1, Nomor 1, Januari 2020
Halaman 175 - 179
E-ISSN: 2745-5297
Keragaman jenis jamur makroskopis di kecamatan Langsa Lama,
Langsa, Aceh
Garuda
1,
Laras Hati br.s. Pelawi
2, Fara Nadila
2, Eva Rosanti
2dan
Zidni Ilman Navia
21)Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kampus Hijau
Bumi Tridharma, Anduonohu, Kec. Kambu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Indonesia
2)Program Studi Biologi, Fakultas Teknik, Universitas Samudra, Meurandeh, Kota Langsa, Aceh
Email: [email protected]
ABSTRAK
Keanekaragaman hayati yang sangat tinggi merupakan suatu koleksi yang unik dan mempunyai potensi genetik
yang besar pula. Jamur memiliki peranan yang penting dalam kehidupan setiap manusia. Penelitian inventarisasi
jamur makroskopis ini sendiri bertujuan untuk mengetahui jenis jenis dan keanekaragaman jamur makroskopis
yang berada di kecamatan Langsa Lama, Langsa. Penelitian ini telah dilakukan pada April 2019 dengan
menggunakan metode observasi dan pengoleksian langsung jamur makroskopis yang ditemukan pada lokasi
penelitian. Pengoleksian langsung jamur makroskopik ini bertujuan untuk mendapatkan preparat basah jamur
dengan merendamnya di dalam larutan alcohol. Ditemukan 15 spesies jamur yang termasuk dalam 6 ordo, 13
famili dan 14 genus yang ditemukan pada berbagai tempat dengan substrat yang paling banyak ditemukan hidup
pada kayu lapuk yang sudah mati dan tanah lembab. Adapun ordo jamur yang paling banyak ditemukan pada
kawasan kampung langsa lama, langsa adalah Agaricales.
Kata Kunci: jamur makroskopis, inventarisasi, Observasi, Pengoleksian, Preparat Basah
ABSTRACT
Very high biodiversity is a collection that is unique and has great genetic potential. Mushrooms have an important
role in the lives of every human being. The research on the inventory of macroscopic fungi itself aims to determine
the types and diversity of macroscopic fungi in Langsa, the old langsa, Langsa. This research was conducted in
April 2019 using the method of observation and direct collection of macroscopic fungi found at the study site. The
direct collection of macroscopic fungi aims to obtain a wet mushroom preparation by immersing it in an alcohol
solution. 15 species of fungi were found in 6 orders, 13 families and 14 genera found in various places with the
most abundant substrate found in dead weathered wood and moist soil. As for the order of mushrooms that are
most commonly found in the area of the old langsa, langsa is Agaricales.
1. PENDAHULUAN
Indonesia
dikenal
sebagai
negara
megabiodiversitas di dunia. Berbagai jenis tumbuhan
dan satwa ditemukan hidup di hutan tropis Indonesia.
Indonesia menjadi pusat persebaran tumbuhan eksotik
seperti durian (Navia et al., 2017), dan kantong semar
(Suwardi dan Navia, 2015a). Hutan Indonesia juga
menawarkan berbagai sumber daya untuk memenuhi
kebutuhan pangan (Suwardi dan Navia, 2015b;
Suwardi et al., 2019a; Navia et al., 2019), dan
obat-obatan (Saputri et al., 2018; Suwardi et al., 2018;
Suwardi et al., 2019b). Disamping itu, hutan juga
menyediakan jasa lingkungan terutama dalam
menjaga keseimbangan iklim global (Suwardi et al.,
2013; Suwardi et al., 2017).
Jamur merupakan salah satu sumber daya alam
hayati penyusun ekosistem. Jamur memiliki peran
penting dalam proses dekomposisi serasah dalam
hutan dan agroforestry. Jamur menyerap makanan
dalam proses pelapukan serasah (Muchroji & Y.A,
2008). Jamur menyediakan sumber hara bagi berbagai
jenis tumbuhan di hutan dan agroforestri. Jamur ada
yang memiliki ukuran yang sangat kecil (mikroskopis)
dan ada yang berukuran relatif besar (makroskopik)
(Gunawan A. W, 2001).
Jamur tumbuh pada serasah daun-daunan hutan
yang lembab maupun batang-batang pohon yang telah
membusuk (Djarwanto et al., 2008). Bentuk tubuh
jamur bervariasi dan umumnya menyerupai payung,
meskipun ada juga yang berbentuk oval, bulat, pipih,
bercak-bercak, embun tepung, untaian, kancing baju,
dan mangkok. Tudung berbentuk mendatar atau
membulat. Batangnya ada yang panjang, pendek atau
bahkan tidak ada.
Keberadaan jamur di kecamatan Langsa Lama,
kota Langsa belum terdokumnentasi dengan baik.
Padahal, bebrapa jenis jamur berpotensi memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jenis jenis dan keanekaragaman jamur
makroskopis yang berada di kecamatan Langsa Lama,
Langsa.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dikecamatan Langsa lama,
Langsa, pada bulan April 2019.
Pengumpulan data
dilakukan dengan metode eksplorasi mengacu
Puspitaningtyas (2007) and Priyanti (2008). Jamur
diidentifikasi
dengan
menggunakan
karakter
makroskopik. Karakter identifikasi makroskopik
termasuk
cara
tumbuh,
bentuk
tubuh
buah
hygrophanous, muda dan tua warna topi, diameter
topi, bentuk atas dan bawah dari topi, permukaan topi,
tepi topi, marjin topi, tingkat kebasahan, hymenophore
Tipe (Lamellae, pori-pori, gigi) termasuk: bagaimana
untuk melampirkan Stipe, panjang, jarak antara baris,
dan margin. Karakter lain yang diamati adalah bentuk
Stipe, muda dan warna Stipe tua, diameter Stipe dan
panjang, permukaan Stipe, posisi lampiran, Stipe jenis
lampiran pada substrat, Stipe penampang, tabir parsial
dan kerudung universal, tekstur tubuh buah, bau, rasa,
dan informasi pada penggunaannya sebagai makanan
(dapat dimakan atau non edible) melalui wawancara
dengan orang kunci dan studi literatur untuk
memperoleh data pengetahuan lokal yang berkaitan
dengan penggunaan jamur di daerah. sampel jamur
diidentifikasi
dengan
menggunakan
beberapa
referensi identifikasi termasuk Largent dan Stuntz
(1977), Lincoff (1981), Arora (1986), McKnight dan
Vera (1998), dan aplikasi MycoKey.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebanyak 13 sampel jamur makroskopis dikumpulkan
dari kecamatan Langsa Lama, kota Langsa (Tabel 1).
Jamur makro dikoleksi dikawasan sekitar pemukiman
masyarakat di kecamatan Langsa Lama, kota Langsa.
Seluruh jamur makro yang ditemukan tumbuh di
lapukan batang pohon dan terdapat juga pada tanah
yang lembab.
Tabel 1. Jenis jamur makroskopis di kematan Langsa Lama, Kota Langsa
Filum Ordo Family Genus Spesies
Basidiomycota Polyorales Ganodermatacee Ganoderma Ganoderma sp.
Agaricales Scizophyllaceae Scizophyllum Scizophyllum sp.
Agaricales Hymenogastracee Naucoria Naucoria sp
Agaricales Crepidotaceae Crepidotus Crepidotus sp.
Polyorales Ganodermataceae Ganoderma Ganoderma adspersum
Agaricales Pluteaceae Volvariella Volvaroiella volvacea
Agarica Marasmiaceae Marasmius Marasmius scorodonius
xylariales xylariaceae Xylaria Xylaria polymorpha
Agarical Pluteaceae Pluteus Pluteus depauperatus
Agarical Tricholomataceae Leucopaxillus Leucopaxillus giganteus
Agarical Crepidotaceae Crepidotus Crepidotus fusisporus
Tremellales Tremellaceae Tremella Tremella fuciformis
Auriculariales Auriculariaceae Auricularia Auricularia auricula
3.1. Ganoderma sp.
Ganoderma yang ditemukan di kecamatan langsa lama, Langsa tumbuh secara berkelompok (gregarious) dengan gaya hidup saprofit pada batang kayu yang mati. Himenofor Ganoderma berupa pori dengan perlekatan tabung yang sangat kuat. Jamur ini memiliki tekstur berkayu dan ukuran panjang tubuh buah 21 cm dan diameter tubuh buah 3 cm. Warna tubuh kecoklatan. Berstruktur keras dimana mimiliki bentuk seperti lempengan. Biasanya jamur jenis Ganoderma menjadi menarik karena dua peran yang saling bertentangan, yaitu merugikan namun sekaligus menguntungkan. Sebagai patogen tumbuhan, Jamur Ganoderma dapat menyebabkan busuk akar dan batang pada tumbuhan tahunan tropika di perkebunan (kelapa sawit) maupun kehutanan, sehingga menyebabkan kerugian. Sebagai saprofit, sedangkan keuntungan jamur ganoderma sp telah lama digunakan sebagai bahan obat bagi kesehatan manusia.
3.2. Scizophyllum sp.
Scizophyllum yang ditemukan di kecamatan langsa lama, Langsa tumbuh secara berkelompok dengan tubuh buah sangat berdekatan dengan pseudostipe yang tampak muncul dari satu basal yang sama (connate) pada substrat berupa batang pohon tumbang. Jamur ini memiliki bentuk tubuh buah berupa tudung (cap) berlamela dan bertangkai (stipe). Tudung berwarna krem putih. Tudung berdiameter 1,2 cm dengan bentuk bagian atas flat (rata) dan bentuk bagian bawah seperti kipas (chonchate). Permukaan tudung bertepung (floccose). Tepian tudung bergelombang (undulated) dengan margin sedikit melengkung. Jamur ini memiliki tipe himenofor berupa lamela yang menempel pada pseudostipe. panjang lamela 1,9 cm, jarak antar baris medium dengan margin rata (smooth). Tekstur tubuh buahnya berdaging-keras tanpa bau khas. Jamur ini sendiri biasanya dikonsumsi di beberapa masyarakat di indonesia selain itu jamur Scizophyllum sp. Dijadikan obat tradisional yaitu sebagai obat kejang.
3.3. Naucoria sp.
Naucoria sp. yang ditemukan di kecamatan langsa lama, Langsa tumbuh secara berkelompok dengan jarak yang sangat dekat dengan stipe terlihat muncul dari basal yang sama (connate) pada substrat berupa batang pohon kelapa sawit. Jamur ini memiliki bentuk tubuh buah berupa tudung (cap) berlamela dan bertangkai (stipe). Tudung berwarna krem hingga kecoklatan. Tudung berdiameter 1,61 cm
dengan bentuk bagian atas seperti bel (campulate) dan bentuk bagian bawah bundar (ovoid). Permukaan tudung berornamen seperti jalur-jalur. Tepian tudung bergerigi kecil (crisped) dengan margin lurus. Naucoria memiliki tipe himenofor berupa lamela yang menempel pada stipe dengan jarak yang sempit (adnexed), panjang lamela 0,5 -0,9 cm, jarak antar baris rapat (crowded) dengan margin rata (smooth) Stipe berbentuk tapered, berwarna krem kecoklatan, diameter 0,20,3 cm, panjang 12 cm, permukaan rata (smooth), menempel ke tudung pada posisi central, tipe penempelan pada substrat berupa basal tomentum, dan berongga. Tekstur tubuh buahnya cartilaginous tanpa bau khas. Jamur ini sendi tidak dapat dikonsumsi.
3.4. Crepidotus sp.
Crepidotus yang ditemukan di kecamatan langsa lama, Langsa tumbuh secara berkelompok dengan jarak berdekatan (gregarious) pada substrat berupa batang pohon tumbang. Jamur ini memiliki bentuk tubuh buah berupa tudung (cap) berlamela dan bertangkai (stipe). Tudung berwarna putih, dengan diameter 3,2-4,1 cm, bentuk bagian atas flat-convex dan bentuk bagian bawah bundar (ovoid). Permukaan tudung berkerut. Tepian tudung bergelombang (undulated) dengan margin lurus. Jamur ini memiliki tipe himenofor berupa lamela yang menempel pada stipe sampai menurun. Panjang lamela 1,7-2 cm, jarak antar baris renggang (distant) dengan margin rata. Pseudostipe berbentuk tapered, berwarna putih, diameter 0,3 cm, panjang 1,5 cm, permukaan halus (smooth), menempel ke tudung pada posisi terminal, tipe penempelan pada substrat berupa strigose, dan tidak berongga (solid). Tekstur tubuh buahnya berdaging tanpa bau khas. Jamur ini sendiri merupakan salah satu jamur jang tidak bisa dikonsumsi.
3.5. Ganoderma adspersum
Ganoderma adspersum tubuh buah berbentuk setengah lingkaran atau seperti ginjal, tebal dan keras dengan diameter 31 x 56 mm dan tebal 18 mm. Makrofungi tumbuh soliter dan saprofit dengan menempel pada pohon yang telah mati. Permukaan pileusberwarna abudan coklat, kasar karena terdapat bagian yang tidak rata dan terdapat bercak (cracked), sering ditutupi oleh serbuk spora berwarna coklat (Gambar 4a). Bagian bawah pileusberwarna abu, abu kehitaman dan coklat di bagian tepi, memiliki pori yang berukuran sangat kecil, terdapat beberapa lubang yang diakibatkan oleh serangga. Makrofungi ini tidak memiliki stipe. Jamur Ganoderma adspersum ini sendiri bukanlah
salah satu jamur ganoderma yang dapat digunakan sebagai obat tradisional.
3.6. Volvariella volvacea
Volvariella volvacea memiliki tubuh buah yang masih muda berbentuk bulat telur, berwarna coklat gelap hingga abu-abu dan di bagian atas tudungnya berwarna putih keabu-abuan dan dilindungi selubung. Pada tubuh buah jamur merang dewasa, tudung berkembang seperti cawan berwarna coklat tua keabu-abuan dengan bagian batang berwarna coklat muda. Jamur ini dapat tumbuh di media batang sawit dan jerami yang telah dikomposkan. Jamur merang dikenal dengan nama warm mushroom, mampu hidup dan bertaahan pada suhu yang relatif tinggi, antara 30-380Cdan dengan
suhu optimum 350C.
3.7. Marasmius scoodonius
Marasmius scoodonius memiliki warna putih,dimana bagian tepingan memiliki warna putih yang berlendir, struktur tubuhnya sendiri berbentuk lembaran, memiliki tudung yang berdiameter 1-4 cm yang agak bergelombang,panjang tangkainnya sekitar 2-6 cm, tangkainya berwarna abu-abu dan pan pada daras tangkai berwarna coklat gelap,pada bagian atas lebih terliha terang dan besar, bau jamur marasminus sendiri seperti bawang putih, jamur ini sendiri masuk dalam kelas Basiodmiycetes karena salah satu cirinya yaitu dingding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, dan memiliki hifa yang bersekat dan kekampuan mendegradasi lignin secara efisien, biasanya hidup di batang kayu yang lembab.Marasmius scoodonius merupakan jamur yang tidak dapat di konsumsi.
3.8. Xylaria polymorpha
Cyathus sp. yang lebih dikenal dengan nama jamur terompet atau jamur sarang burung sering ditemukan di hutan. Cyathus yang didapatkan dari kebun milik masyarakat. Jamur ini memiliki jumlah peridiol sebanyak lima buah. Jamur ini tumbuh pada substrat berupa lapukan kayu. Tubuh buahnya memiliki peridium dengan warna dominan coklat, apabila diamati secara dekat maka akan kita lihat seperti lempengan kecil didalam payung jamur dan berwarna hitam.
3.9. Pluteus depauperatus
Pluteus depauperatus jamur ini sendiri memiliki bentuk lingkaran cembung dengan warna merah kecoklatan. Pinggirannya sendiri rata, halus, dan tak bergerigi, serta permukannya halus seperti beludru. Jamur ini memiliki kulit yang agak liat dan mengkilat. Bentuk dari jamur ini sendiri biasanya cembung dengan diameter antara 3-5 sentimeter, tidak memiliki batang (stipe) dan tidak memiliki hifa yang bersepta. Jamur pluteus ini ditemukan hanya satu individu saja dan tidak dan tidak berkelompok. Ditemukan pada dahan-dahan kayu yang menjalar di atas tanah, dan biasanya tumbuh dalam lingkungan yang terisolasi, tetapi kadang-kadang individu ini tumbuh dalam kelompok-kelompok kecil yang muncul pada tanah yang mengandung banyak kayu-kayu yang menjalar. Jumlah dari spesies jamur ini sendiri tidak banyak sehingga jarang untuk ditemukan, selain itu jenis jamur ini sendiri tidaklah dapat dikonsumsi.
3.10. Leucopaxillus giganteus
Leucopaxillus giganteus memiliki warna putih dengan diameter tudung yang bisa mencapai 3-10 cm. Memiliki topi
(tudung) krim putih atau pucat dan berbentuk seperti corong ketika dewasa, dengan insan (hifa) yang mengalir sepanjang batang. Permukaannya beludru hulus dan margin yang menurun tetap ketika tutup Pluteus depauperatusmenutup akan berbentuk corong dan akhirnya kehilangan tekstur beludrunya pada permukaan tudungnya. Dinding topinya berwarna putih dan agak rapuh pada spesimen yang sepenuhnya menggembang. Batangnya biasanya memiliki tinggi 4-6 cm, dan diameter 2-3 cm, berwarna putih krem dan dinding batang putihnya cukup keras. Habitat hidupnya sendiri ditemukan pada kayu mati dan di rumput-rumput. Ditemukan hidup dalam kelompok ataupun individu, dan merupakan kelompok jamur jang tidak untuk di konsumsi.
3.11. Crepidotus fusisporus
Crepidotus fusisporus berbentuk kecil dengan permukaan licin, lembut dan halus, garis-garisnya berwarna putih kecoklatan dan batangnya kecil dan belum sempurna. Pada saat muda batangnya berwarna putih besih dan ketika membesar dan semakin tua akan berwarna kecoklatan sepenuhnya besar dan semakin kasar dan kering. Jamur ini sendiri ditemukan pada batang kayu yang keras yang sedah patah khususnya pada bagian yang telah membusuk dan dapat ditemukan pada tanah yang lembab. Jamur Crepidotusmerupakan jamur kecil yang biasanya hanya berukuran 0,5-2 sentimeter. Dimana batangnya kurus dan panjang sesuai besar kecilnya tudung. Semakin besar tudung yang ditopang semakin besar pula batangnya. Jamur ini sendiri dapat digolongkan pada jamur jang dapat tidak dapat dikonsumsi.
3.12. Tremella fuciformis
Tremella fuciformissendiri biasanya dikenal dengan jamur kuping putih. Tremella adalah salah satu sepcies dengantubuh buah seperti berbentuk rumbai-rumbai, bergerigi, dan tidak beraturan. Warnanya sendiri ada yang krim, adapula yang putih. Jamur ini memiliki diamerer 3-8 cm tapi dapat bertambah besar, memiliki hifa yang besekat-sekat. Jamur ini sendiri tumbuh dengan hidup pada substratnya seperti batang kayu lembab tampa batang. Jamur ini sendiri merupakan jamur yang tergolong lunak, dimana permukaanya tidak licin tetapi juga tidak kasar. Jamur ini sendiri dapat di konsumsi, dimana apabila sudah dikeringkan jamur ini sendiri akan sangat mengkerut, maka harus direndam terlebih dahulu sebelum diolah menjadi bahan konsumsi.
3.13. Auricularia auricula
Auricularia auricula memiliki tubuh buah duduk atau langsung menempel seperti telinga pada batang kayu, warnanya krem keputih-putihan dimana ketika bertambah tua akan berubah warna menjadi krem kecoklatan. Jamur ini memiliki permukaan yang tidak begitu halus dan dinding permukaanya bergelomgang-gelombang. Diameter dari jamur ini sendiri berkisar 5-10 cm, tidak memiliki sekmen-sekmen hifa dan tidak memiliki batang Jamur ini sendiri pada kondisi yang basah mirip seperti agar-agar, sedangkan bila dekeringkan menjadi kerupang mengkerut kecil apabila direndam beberapa saat di air panas akan mekar kembali. Jamur Auricularia auriculasering juga disebut debagai jamur kuping karena bentuknya seperti telingan, jamur ini sendiri tumbuh di tempat-tempat lembab, terutama pada batang kayu yang basah dan lapuk, tetapi banyak juga ditemukan pada batang pohon yang masih hidup. Banyak
dari species jamur ini dapat di konsumsi (tetapi pada jamur Auricularia auriculatidak dapat dikonsumsi).