• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

Dalam kajian pustaka ini dipaparkan berbagai macam teori tentang Hasil Belajar, Ilmu Pengetahuan Alam, Pembelajaran IPA itu sendiri serta Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajarn Jigsaw. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan sebagai berikut.

2.1.1 Hasil Belajar

Pengertian hasil belajar menurut Gagne (dalam Surya, 2004 : 42) merupakan keluaran dari pemprosesan informasi yang berupa kecakapan manusia yang terdiri atas :

a. Informasi verbal adalah hasil pembelajaran yang berupa informasi yang dinyatakan dalam bentuk verbal (kata-kata atau kalimat) baik secara tertulis ataupun lisan.

b. Kecakapan intelektual adalah kecakapan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungan dengan menggunakan symbol-simbol. Kecakapan intelektual ini mencakup kecakapan dalam membedakan, konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum-hukum.

c. Strategi kognitif adalah kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dalam mengelola keseluruhan aktivitasnya. Dalam proses pembelajaran, strategi kognitif ini kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif.

d. Sikap adalah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih berbagai tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap dapat dirtikan sebagai keadaan didalam diri individu yang akan member arah kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu objek atau rangsangan

(2)

Sedangkan pengertian hasil belajar menurut Abdurahman (2003:37) adalah kemampuan yang diperoleh setelah melalui kegiatan belajar. Sejalan dengan pengertian hasil belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Berbagai pengertian tentang hasil belajar yang telah diutarakan beberapa peneliti tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belaja rnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.2. Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Leo Sutrisno (2007:38) IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true) dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hakekat IPA adalah hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan.

IPA dapat dipandang dari segi produk, proses dan dari segi pengembangan sikap, artinya belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk) dan dimensi pengembangan sikap. Ilmu Pengetahuan Alam berarti Ilmu “ tentang “ pengetahuan alam. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar, pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang di benarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional obyektif, rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Sedangkan obyektif artinya sesuai dengan obyeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indra.

(3)

Pengetahuan alam artinya pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun “ pengetahuan “ itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya. IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahun, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkai proses ilmiah antara lain penyalidikan, penyusunan dan penyajian gagasan IPA merupakan cara mencari tau tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah.

Sejalan dengan pengertian IPA menurut Sri Sulistyarini ( 2007 ) IPA dapat dipandang dari segi produk, proses, dan dari segi pengembangan, sikap. Artinya belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil produk dan dimensi pengembangan sikap. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi yaitu:

1. IPA sebagai proses.

IPA sebagai proses merujuk suatu aktifitas ilmiah yang dilakukan oleh para ahli IPA. Setiap aktifitas ilmiah mempunyai cirri rasional, kognitif dan bertujuan. Aktifitas dalam mencari ilmu memang menggunakan kemampuan pikiran untuk menalarkannya. Dalam melaksanakan aktifitas ilmiah yang merupakan kegiatan kognitif, anda harus memiliki tujuan, yaitu mencari kebenaran, mencari penjelasan yang terbaik. Aktifitas semacam ini dipayungi oleh sesuatu kegiatan yang disebut penelitian. 2. IPA sebagai prosedur.

Pengetahuan IPA dibangun melalui penalaran refrensi berdasarkan data yang tersedia. Kebenarannya diuji lewat pengamatan nyata. Bagi yang Belum memenuhi syarat dengan sendirinya gugur atau direvisi ulang. Semua temuan IPA memerlukan uji oleh teman sejawat dan juga perlu di replikasi. Semakin sederhana penjelasannya semakin diterima oleh masyarakat IPA. Lihatlah hukum grafitasi Newmon, teori mekatifus khusus Einstein, ke Belumpastian Heisenberg dsb.

(4)

3. IPA sebagai produk ilmiah.

IPA sebagai produk ilmiah dapat berupa pengetahuan. IPA yang dapat ditemukan dalam buku-buku ajar, majalah-majalah, buku-buku teks, artikel ilmiah yang terbit pada jurnal, serta pernyataan-pernyataan para ahli IPA. Secara umum produk ilmiah pengetahuan itu dapat dibagi menjadi : fakta, konsep, lambang, konsep/penjelasan dan teori. Ketika para ilmiawan yang mengamati suatu fenomena alam, mereka memperoleh sejumlah fakta dan informasi tentang hal-hal terkait dengan fenomena tersebut. Selanjutnya mereka membangun konsep-konsep IPA berupa sebuah kata atau lebih, misalnya : panas, suhu, massa, panas jenis, volume, masa jenis, gerak berubah beraturan,gerak lurus berubah beraturan.

Beberapa pengertian mengenai pengertian IPA tersebut dapat disimpulkan bahwa hakekat IPA adalah hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan. Dalam IPA mengandung tiga (3) hal ; Proses (usaha manusia memahami alam semesta), Prosedur (Pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan Produk (kesimpulan betul).

2.1.3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Menurut Syaiful Sagala (2010: 61), pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar, merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Sejalan dengan pengertian pembelajaran menurut Sri Sulistyorini (2007: 8), pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri

(5)

berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan. Sedangkan menurut De Vito, et al. (Usman Samatowa, 2006: 146), pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan (skill) yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari.

Pengetahuan Alam dipandang sebagai cara berfikir dalam pencarian tentang rahasia alam sebagai cara penyelidikan terhadap gejala alam dan sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari inquiry. Selain dapat belajar tentang proses dan produk IPA, dengan belajar IPA kita juga dapat ketahui tentang cara berfikir yang baik. Cara berfikir IPA meliputi: (a) percaya (beliefs), kita dapat melakukan penelitian terhadap masalah gejala alam dimotivasi oleh kepercayaan bahwa hukum alam dapat dikonstruksi dari observasi dan diterangkan dengan pemikiran dan penalaran; (b) rasa ingin tahu (curiosity), rasa ingin tahu inilah yang mendorong kepercayaan bahwa alam dapat dimengerti dan ditemukan; (c) imajinasi (imagination), kita dapat mengandalkan imajinasi dalam memecahkan masalah gejala alam; (d) penalaran (reasoning), disamping imajinasi untuk memecahkan masalah gejala alam juga diharuskan menggunakan penalaran; (e) koreksi diri (self-examination), pemikiran ilmiah adalah sesuatu yang lebih tinggi daripada sekedar suatu usaha untuk mengerti tentang alam.

Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Adapun materi yang penulis pilih untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

(6)

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V, Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 6.Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model

6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya

6.2 Membuat suatu karya/ model, misal priskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat- sifat cahaya.

Penulis memilih materi tentang. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model lebih tepatnya untuk materi mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Penulis memilih materi tersebut karena materi terdiri dari beberapa sub bab yang bisa digunakan untuk pembelajaran dengan model pembelajaran jigsaw.

2.1.4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw (Tim Ahli)

Model pembelajaran Jigsaw merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif, dimana akan dibentuk kelompok-kelompok menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. pembelajaran ini disusun dengan tujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa, dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya (Trianto, 2007:42). Untuk mengklasifikasikan setiap metode yang dianggap baik digunakan dalam pengajaran sangatlah sulit. Apalagi untuk menggolongkan metode-metode itu di dalam nilai dan efektifitasnya, sebab metode yang kurang baik di tangan seorang guru dapat menjadi metode yang baik baik sekali di tangan guru yang lain, dan metode yang baik akan gagal di tangan guru yang lain yang tidak menguasai teknik pelaksanaannya. Di dalam

(7)

kenyataannya, banyak faktor yang menyebabkan tidak selalu dapat dipergunakan metode yang dianggap paling sesuai dengan tujuan, situasi, dan lain-lain. Guru seringkali terpaksa mempergunakan metode pilihan kedua atau pilihan ketiga.

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam keadaan demikian ialah batas-batas kelebihan dan kelemahan metode yang dipergunakannya, untuk dapat merumuskan kesimpulan mengenai hasil evaluasi usahanya itu. Dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw sebagai metode mengajar dimaksudkan bahwa seorang guru, orang luar yang sengaja diminta, atau siswa sekali pun dapat memperlihatkan pada seluruh kelas suatu proses. Metode ini cukup efektif karena membantu para murid untuk memperoleh jawaban dengan mengamati penjelasan dari masing-masing tim ahli.

Dalam penelitian ini teori yang digunakan untuk Jigsaw adalah teori milik Trianto yang menjelaskan secara gamblang proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Untuk lebih jelasnya langkah-langkah pembelajaran Jigsaw (Tim Ahli) adalah sebagai berikut (Trianto,2007:56) :

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran b. Guru mengatur tempat duduk siswa

c. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang).

d. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.

e. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.

f. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk

mendiskusikannya.

g. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.

h. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu (tes formatif)

(8)

i. Guru memberi pengarahan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengamatannya

j. Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

Dapat disimpulkan oleh penulis bahwa dengan penggunaan metode jigsaw dalam pembelajaran IPA dapat diterapkan dengan batasan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

a. Membuka pelajaran dengan salam b. Mengecek kehadiran siswa

c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran d. Melakukan apersepsi

e. Guru mengatur tempat duduk siswa 2. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan/mengemukakan masalah yang akan dicari jawabannya melalui metode Jigsaw

b. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 3-4 orang) dan memberi pengarahan mengenai metode jigsaw.

c. Guru memberikan materi dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagikan menjadi beberapa sub bab

d. Guru menyuruh setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya

e. Membantu siswa memberi informasi jika diperlukan siswa

f. Guru menyuruh tiap anggota kelompok yang lain yang telah mempelajari sub bab yang sama agar bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya

g. Guru mengarahkan agar setiap kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar temannya.

h. Guru memberi pengarahan kepada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengamatan

3. Kegiatan Penutup

(9)

b. Guru melaksanakan evaluasi dengan membagi lembar tes formatif untuk dikerjakan secara individu

Kebaikan metode Jigsaw:

a. dapat membimbing peserta didik kearah berpikir satu tujuan b. untuk mengurangi kesalahan karena didiskusikan bersama tim ahli c. perhatian peserta didik terpusat pada hal-hal yang dianggap penting d. permasalahan yang terpendam dapat mendapat penjelasan guru pada

waktu itu pula

e. semua siswa terlibat secara aktif.

2.2. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian Dwi Priyo 2011 yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Jigsaw Bagi Siswa Kelas IV SDN Klecoregonang Kecamatan Winong Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penggunaan metode jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan peningkatan tersebut dapat terlihat dari nilai rata-rata siswa sebelum dilakukan tindakan sebesar 64 naik menjadi 82.5 sehingga terjadi peningkatan sebesar 18.5%. Dan ketuntasan belajar siswa yang pada kondisi awalnya hanya 36% menjadi 86% pada siklus 2.

Sedangkan menurut hasil penelitian Triyanto Mohammad Agus (2012) dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Model Pembelajaran Jigsaw bagi Siswa Kelas IV di SDN Bergaskidul 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang pada Semester II Tahun Ajaran 2011-2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil perbandingan antar siklus yakni skor rata-rata pada kondisi pra siklus sebesar 68, siklus I meningkat menjadi 89,77 dan pada siklus II meningkat menjadi 92,08. Adapun ketuntasan belajar klasikal pada kondisi pra siklus 22%, siklus I meningkat menjadi 73% dan pada siklus II meningkat menjadi 93%. Sedangkan skor minimal pada kondisi prasiklus sebesar 52, pada siklus I meningkat menjadi 77,05 dan pada siklus II meningkat menjadi 83,15. Sedangkan skor maksimal pada kondisi prasiklus 92, siklus I meningkat

(10)

menjadi 94, dan siklus II meningkat menjadi 96,4 dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 90.

Dari kedua hasil penelitian yang telah dipaparkan terbukti bahwa model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan meningkatnya nilai rata-rata dari tahap pra siklus sampai ke siklus-siklus berikutnya.

2.3. Kerangka Berpikir

Kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor metode dan teknik mengajar guru. Metode pembelajaran yang digunakan guru itu harus bervariasi sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Guru harus dapat mengaitkan materi dengan kondisi lingkungan (sesuai dengan dunia nyata) sehingga siswa merasa pembelajaran yang dilakukan memberi manfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Guna menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, guru dapat melibatkan siswa dalam setiap proses pembelajaran. Dalam pembelajaran seperti ini, siswa cenderung lebih aktif menggali atau mencari informasi. Hal ini tentu saja akan memacu semangat siswa dalam belajar.

Melalui model kooperatif tipe Jigsaw, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bermakna karena siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan hasil belajar IPA siswa kelas V di SDN Tengaran 02 Kabupaten Semarang dapat meningkat.

(11)

Bagan 2.1. Kerangka Pikir

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

2.4. Hipotesis Tindakan

Dari latar belakang masalah, rumusan masalah dan landasan teori yang telah dipaparkan, maka hipotesis penelitian ini adalah “Diduga melalui metode Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN Tengaran 02 Kabupaten Semarang semester II tahun ajaran 2013/2014”.

Tindakan

Hasil belajar IPA belum mencapai KKM Tanpa menggunakan model pembelajaran Jigsaw - Siswa bosan - Siswa pasif - Materi yang disampaikan sulit dipahami siswa Menggunakan model pembelajaran Jigsaw Langkah-langkah :

- Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 3-4 orang) dan memberi pengarahan mengenai metode jigsaw.

- Guru memberikan materi dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagikan menjadi beberapa sub bab

- Guru menyuruh setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya

- Membantu siswa memberi informasi jika diperlukan siswa - Guru menyuruh tiap anggota kelompok yang lain yang telah

mempelajari sub bab yang sama agar bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya

- Guru mengarahkan agar setiap kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar temannya. - Guru memberi pengarahan kepada tiap kelompok untuk

menyampaikan hasil pengamatan - Evaluasi

- Siswa terlibat aktif kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan

- Materi yang disampaikan lebih mudah dipahami.

Hasil belajar siswa meningkat

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Aktivitas peserta didik kelas III SD Islam Nurul Ihsan Palangka Raya pada saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

Akhir sekali, kami berharap dengan cara bentuk penyisihan dan penyusunan yang telah kami sekumpulan lakukan selain dapat membantu para pelajar dan tenaga pengajar

1. Apakah prodi telah mengacu pada deskripsi pembelajaran lulusan KKNI dalam melaksanakan capaian pembelajaran lulusan? Program Studi sudah mengacu pada deskripsi

Gerardus Polla, M.App.Sc., selaku Rektor Universitas Bina Nusantara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menerapkan segala sesuatu yang telah dipelajari

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka peneliti akan meneliti tentang motif dan kepuasan penggunaan followers dari akun instagram nurussalamkrapyak oleh Santri Ponpes Al

Studi Recovery Tembaga Dari Limbah Elektrolit Pemurnian Perak Menggunakan Proses Ekstraksi Pelarut-Electrowinning Dengan Mextral 5640H Sebagai Ekstraktan.. Muhammad

penambahan modal disetor mengakibatkan terjadinya pengambilalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan pihak yang melakukan pengambilalihan merupakan orang

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang dalam pengumpulan data penelitian hingga penafsirannya banyak menggunakan angka, Pengumpulan data dalam