• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPOSITORY SINTESIS SENYAWA 5-(4-KLOROFENIL)-3-(NAFTALEN- 2-IL)-1-FENIL-1H-PIRAZOL DARI PIRAZOLIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REPOSITORY SINTESIS SENYAWA 5-(4-KLOROFENIL)-3-(NAFTALEN- 2-IL)-1-FENIL-1H-PIRAZOL DARI PIRAZOLIN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

REPOSITORY

SINTESIS SENYAWA

5-(4-KLOROFENIL)-3-(NAFTALEN-2-IL)-1-FENIL-1H-PIRAZOL DARI PIRAZOLIN

OLEH:

GIRA FITRI DEWI

1603115547

PROGRAM STUDI S1 KIMIA JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU 2020

(2)

SINTESIS DAN UJI TOKSISITAS SENYAWA 5-(4-KLOROFENIL)-3-(NAFTALEN-2-IL)-1-FENIL-1H-PIRAZOL DARI PIRAZOLIN

Gira Fitri Dewi 1*, Jasril 2

1

Mahasiswa Program S1 Kimia

2

Dosen Bidang Kimia Organik Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293, Indonesia

*gira.fitri5547@student.unri.ac.id

ABSTRACT

Pyrazole is a 5-ring heterocyclic compound which consist of 3 carbon atoms and 2 neighboring nitrogen atoms. This study was aimed to synthetized pyrazol compound and toxicity of the compound was determined by BSLT method. The pyrazole 5-(4-chlorophenyl)-3-(naphthalene-2-il)-phenyl-1H-pyrazole was synthesized through the oxidative aromatization reaction of pyrazolin compounds with glacial acetic acid. The synthesized compound was tested for purity using TLC, melting point and HPLC analysis. The structure of the synthesized compound was confirmed through UV spectroscopy and FTIR. The synthesis of pyrazole has the yield of 38,3%. Pyrazole was subjected to toxicity test through BSLT method using shrimp larvae (Artemia salina Leach). The pyrazole was toxic with LC50 value of 20,13 µg/mL.

Keywords: aromatization, pyrazole, synthesis. ABSTRAK

Pirazol adalah senyawa heterosiklik cincin 5 yang tersusun atas 3 atom karbon dan 2 atom nitrogen yang berdekatan. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan sintesis senyawa pirazol dan uji toksisitas dengan metode BSLT. senyawa pirazol 5-(4-klorofenil)-3-(naftalen-2-il)-1-fenil-1H-pirazol disintesis melalui reaksi aromatisasi oksidatif dari senyawa pirazolin dengan asam asetat glasial. Senyawa hasil sintesis diuji kemurnian menggunaan KLT, uji titik leleh dan analisis HPLC. Struktur senyawa hasil sintesis dikonfirmasi melalui analisis spektroskopi UV dan FTIR. Hasil sintesis senyawa pirazol murni didapatkan rendemen sebesar 38,3%. Uji toksisitas dari senyawa pirazol ditentukan dengan metode BSLT menggunakan larva udang (Artemia salina Leach). Pirazol bersifat toksik dengan nilai LC50 = 20,13 µg/mL.

Kata kunci: aromatisasi, pirazol, sintesis. PENDAHULUAN

Senyawa organik sangat dibutuhkan manusia, terutama dibidang kesehatan yang digunakan sebagai obat. Dalam mendapatkan senyawa organik dapat

dilakukan dengan dua metode. Pertama, mendapatkan senyawa organik dengan mengisolasi senyawa dari alam dan kedua dengan mesintesis senyawa. Salah satu senyawa organik yang

(3)

banyak menarik perhatian peneliti adalah senyawa heterosiklik diantaranya yaitu pirazol. Tingginya aktivitas

biologi yang dimiliki pirazol

menjadikan senyawa ini penting, namun ketersediaan senyawa ini di alam terbatas karena senyawa dengan ikatan N-N sangat sulit dibentuk oleh organisme hidup (Ahmad et al., 2016).

Senyawa heterosiklik adalah

senyawa siklik yang memiliki dua atau lebih atom yang berbeda. Senyawa pirazol merupakan senyawa organik heterosiklik cincin lima yang memiliki dua atom nitrogen dan dua ikatan

rangkap endosiklik. Hal ini

menyebabkan pirazol menjadi senyawa yang memiliki aktivitas biologis dan farmakologis yang luas (Cetin dan Bildrici, 2018). Senyawa pirazol merupakan golongan alkaloid sekunder yang banyak menarik perhatian para peneliti untuk melakukan sinesis pirazol dengan berbagai aktivitas.

Beberapa literatur telah melaporkan pirazol memiliki aktivitas yang beragam diantaranya, pirazol metil 3-((5-(2- hidroksi-4-metoksipenil)-1H-pirazol-3-il) amino) benzoate yang aktif sebagai antitumor pada sel kanker darah (K562), sel kanker payudara (MCF-7) dan sel kanker paru-paru (A549) dengan metode MTT assay. Selain itu, juga ada pirazol sebagai antibakteri (Nayak et

al., 2018), antioksidan (afifia, et al.,

2019) dan antineuroinflamasi (Yuan et

al., 2019). Hal ini menjadikan banyak

ilmuan yang terinspirasi untuk mensintesis sistem pirazol tersubstitusi untuk mengeksplorasi kegunaan dari senyawa pirazol.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukannya penelitian sintesis senyawa turunan pirazol. Pirazol penelitian ini menggunakan inti naftalen dan tersubstitusi kloro. Senyawa hasil sintesis diidentifikasi melalui analisis spektroskopi UV dan FTIR. Senyawa hasil sintesis pada penelitian ini dilakukan uji toksisitas dengan metode

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

METODOLOGI PENELITIAN a. Alat dan bahan

Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah peralatan refluks, neraca analitik, pompa vakum,

corong buchner, chamber, alat

kromatografi kolom, pipet mikro, lampu UV 254 dan 365 nm (Cole-Parmer), spektrofotometer UV-Visible (Genesys 10S UV-VIS v4.002 2L9N175013), spektrofotometer FTIR (Shimadzu, IR Prestige-21), dan alat gelas yang umum digunakan di Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Riau. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah senyawa pirazolin yang sudah disintesis, asam asetat glasial (Merck), dimetil sulfoksida (DMSO) (Merck), indikator universal, pelat KLT GF254

(Merck), metanol, n-heksana, etilasetat, kloroform, akua DM dan Telur Artemia

salina Leach diperoleh dari koleksi

Laboratorium Organik Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu

Ketahuan Alam Universitas Riau.

b. Sintesis senyawa pirazol

Senyawa pirazolin (0,383 g; 0,1 mmol) dimasukkan ke dalam labu refluk kemudian ditambahkan asam asetat glasial (5 mL). Campuran di refluks selama 48 jam di dalam

(4)

penangas minyak pada suhu 850C. Reaksi dikontrol setiap 6 jam

menggunakan KLT. Hasil reaksi

dituangkan pada erlenmeyer yang telah diisi akua DM dingin (10 mL) dan

kemudian dinetralkan dengan

menggunakan NaOH 3N serta dicek menggunakan indikator universal. Padatan yang diperoleh disaring menggunakan corong Buchner dan dicuci dengan akua DM dan n-heksana dingin. Senyawa pirazol yang belum murni, dimurnikan menggunakan kolom kromatografi dengan sistem elusi gradien. Selanjutnya senyawa yang diperoleh diuji kemurniannya dengan KLT dan pengukuran titik leleh.

c. Karakterisasi senyawa pirazol

Senyawa pirazol murni yang telah diperoleh dikarakterisasi melalui analisis spektroskopi FTIR dan UV yang dilakukan di Jurusan Kimia FMIPA UR.

d. Uji Toksisitas dengan Metode BSLT

Masing-masing vial uji dikalibrasi.

Sampel pirazol sebanyak 5 mg

dilarutkan dalam 5 mL etil asetat (larutan induk, konsentrasi 1000 µg/mL), kemudian dibuat konsentrasi

yaitu 100, 10, 1 dan 0,1µg/mL dengan pengenceran bertingkat. Larutan sampel dipipet ke dalam masing-masing vial sebanyak 0,5 mL, lalu pelarut diuapkan hingga kering. Selanjutnya, ke dalam masing-masing vial ditambahkan 50 µL DMSO, larva udang Artemia salina

Leach sebanyak 10 ekor dan

ditambahkan air laut sampai batas kalibrasi. Setelah 24 jam, larva udang yang masih hidup dihitung dan dicatat. Data yang diperoleh dianalisis untuk menentukan nilai LC50 dengan metode

kurva menggunakan tabel analisis probit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini senyawa pirazol disintesis dengan mereaksikan senyawa pirazolin menggunakan pelarut asam asetat glasial melalui reaksi aromatisasi oksidatif. Pada reaksinya, senyawa pirazolin akan bereaksi dengan asam asetat glasial sehingga pada posisi C-4 akan teroksidasi membentuk senyawa pirazol. Senyawa pirazol didapatkan dengan rendemen sebesar 38,3%. Skema sintesis dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1. Skema sintesis senyawa pirazol

Kemurnian senyawa pirazol

dilakukan uji KLT dan titik leleh. Uji

KLT menunjukkan bahwa senyawa pirazol murni dengan ditandai hanya satu

(5)

4 noda yang terlihat di bawah lampu UV

254 dan 366 nm. Uji KLT dilakukan menggunakan tiga sistem eluen dengan nilai Rf masing-masing adalah 0,25 heksana: kloroform = 9:1), 0,45 heksana: kloroform = 8:2 ), dan 0,75 (n-heksana: etil asetat = 9:1). Uji titik leleh juga menunjukkan bahwa senyawa ini murni dengan nilai titik leleh 132-1330C. Nilai titik leleh yang memiliki selisih angka ≤ 2oC menujukkan bahwa senyawa tersebut telah murni.

Analisis spektroskopi UV senyawa

pirazol menunjukkan adanya dua

serapan maksimum pada panjang

gelombang (λ) 251 dan 294 nm. Pada λmaks 251 nm transisi elektronik π → π* pada cincin fenil dengan p-kloro dan pada panjang gelombang 294 nm, menandakan adanya transisi π → π* pada sistem naftalen. Perbedaan nilai ini diakibatkan karena pada sistem naftalen, ikatan rangkap terkonjugasinya lebih banyak dibandingkan pada sistem p -klorofenil, sehingga energi yang diperlukan untuk terjadinya transisi pada sistem naftalen lebih kecil dibandingkan pada sistem p-klorofenil. Oleh karena

itu, panjang gelombang serapan

maksimum sistem naftalen lebih besar dibandingkan sistem p-klorofenil.

Analisis spektroskopi

FTIR senyawa pirazol menunjukan beberapa puncak yang khas pada bilangan gelombang dan vibrasi ikatan dari senyawa pirazol. Pada spektrum FTIR senyawa pirazol vibrasi ikatan C-H aromatik secara jelas muncul pada bilangan gelombang 3050 cm-1. Vibrasi C=N muncul pada bilangan gelombang 1596 cm-1. Pada panjang gelombang 1491 cm-1 merupakan vibrasi dari ikatan C=C. serapan pada bilangan gelombang 1373 cm-1 menunjukan adanya vibrasi C-N dan terdapat serapan pada bilangan gelombang 766 cm-1 mengindikasikan adanya vibrasi ikatan C-Cl. Berdasarkan uraian data tersebut, senyawa pirazol dapat dikonfirmasi sesuai struktur senyawa target.

Pengujian BSLT merupakan uji toksisitas akut yang dilakukan untuk

menentukan efek toksik setelah

pemberian dosis dalam waktu 24 jam. Hasil uji BSLT senyawa PZL-2N-4Cl adalah 20,13 μg/mL. Dilihat dari nilai LC50 yang didapatkan maka dapat

dikatakan bahwa senyawa ini bersifat toksik.

KESIMPULAN

Senyawa 5-(4-klorofenil)-3-(naftalen-2-il)-1-fenil-1H-pirazol telah berhasil disentesis dari senyawa

pirazolin dengan asam asetat

menggunakan peralatan refluks

menghasilkan rendemen sebesar 38,3%. Hasil uji BSLT senyawa pirazol menunjukkan nilai LC50 = 20,13 μg/mL

yang berarti senyawa bersifat toksik.

DAFTAR PUSTAKA

Afifia, O.A., Omaima G. S., Heba A. A. R., Shams A., dan Shams. 2019.

Synthesis and biological

evaluation of purine-pyrazole hybrids incorporating thiazole, thiazolidinone or rhodanine moiety as 15-LOX inhibitors endowed with anticancer and antioxidant potential. Bioorganic

(6)

5

Chemistry. 87(1):821-837.

Ahmad, A., Husain, A., Khan, S.A., Mujeeb. dan M., Bhandari, A. 2016. Synthesis, antimicrobial and antitubercular activities of some novel pirazoline derivative.

Journal of Saudi Chemical

Society. 20(1): 577–584.

Bandgar, B.P., Gawande, S.S., Bodade,

R.G., Gawande, N.M. dan

Khobragade, C.N. 2009.

Synthesis and biological

evaluation of a novel series of pyrazole chalcones as anti-inflamatory, antioxidant and antimicrobial agents. Bioorganic

Medicinal Chemistry. 17:

8168-8173.

Cetin, A. dan Bildirici, I. 2018. A study on synthesis and antimicrobial activity of 4-acyl-pyrazoles’,

Journal of Saudi Chemical

Society. 22(1): 279–296.

Cui, Y. J., Long, Q. T., Cheng, M. Z. dan Zhao, P. L., 2019. Synthesis of novel pyrazole derivatives and their tumor cell growth inhibitory activity. Molecules, 24(1):1–9. Nayak, N., Ramprasad, J. dan Dalimba,

U. 2015. New INH – pyrazole analogs : Design , synthesis and evaluation of antitubercular and

antibacterial activity’,

Bioorganic & Medicinal

Chemistry Letters. 25(23):

5540–5545.

Parasuraman P. 2011. Toxicological screening. Jurnal Pharmacol Pharmacother. 2(2):74-79

Yuan, Y., Subedi, L., Lim, D., Jung, J., dan Yeou, S. 2019. Synthesis and anti-neuroinflammatory activity of N-heterocyclic analogs based on natural biphenyl-neolignan honokiol.

Bioorganic & Medicinal

Chemistry Letters. 29(2): 329–

333.

Zamri, A., Teruna, H.Y. dan Ikhtiarudin, I. 2016. Pengaruh variasi daya terhadap selektivitas reaksi sintesis analog 2-hidroksicalkon

menggunakan iradiasi

gelombang mikro. Molekul

(7)

Gambar

Gambar 1. Skema sintesis senyawa pirazol

Referensi

Dokumen terkait

Reaksi amidasi berlangsung dengan mereaksikan senyawa 9,10-dihidroksi stearat dengan dietanolamina menggunakan katalis Natrium metoksida dalam pelarut metanol pada kondisi

Senyawa kalkon 3-kloro inti naftalen diperoleh melalui reaksi kondensasi 2-asetilnaftalen dengan 3-klorobenzaldehid menggunakan katalis natrium hidroksida dengan

Hasil pengamatan frekuensi geliat (respon nyeri) pada mencit yang terjadi akibat induksi larutan asam asetat glasial pada kelompok senyawa uji [asam

Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis turunan diklofenak atau senyawa target, yaitu senyawa N4BD melalui satu tahap reaksi, dengan mereaksikan natrium

(2012) telah mensintesis senyawa ini dan hasil uji aktivitasa antibakteri dengan konsentasi senyawa uji 250 μg/disk menunjukkan aktivitas antibakteri yang sangat

Penelitian sebelumnya Jasril et al., (2020) telah berhasil melakukan sintesis senyawa pirazolin yang mengandung gugus halogen fluoro dan cincin naftalen yaitu senyawa

Pada penelitian ini, dilakukan sintesis senyawa hidrazon (1-(naftalen-2-il)etiliden)hidrazin (IHK-AN 2 ) yang diperoleh dari reaksi kondensasi antara senyawa

Senyawa pirazolin PF-3Br-2OMe didapatkan melalui reaksi one-pot tiga komponen antara 3-bromoasetofenon, 2-metoksibenzaldehid dan fenilhidrazin menggunakan katalis NaOH 3N