• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

24

Penelitian dilaksanakan di wilayah perairan Pulau Bira Besar TNKpS. Pulau Bira Besar terbagi menjadi 2 Zona, yaitu Zona Inti III pada bagian utara dan Zona Pemanfaatan pada bagian lainnya (Lampiran 1). Pengumpulan data primer dilaksanakan selama 1 minggu pada bulan Januari 2013. Pemantauan kondisi awal, pengumpulan data, dan identifikasi dilakukan secara insitu di lapangan dan di luar lapangan.

3.2 Alat

Alat yang digunakan pada kegiatan praktik akhir ini terdiri dari alat yang digunakan untuk pengambilan data terumbu karang, ikan karang target dan alat pengukur kualitas air dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat yang Digunakan Saat Praktik

No Alat Spesifikasi Kegunaan

1 Scuba Set

Masker, Snorkel, Fin, BCD, Regulator, Weight Belt, Tabung udara

Menyelam

2 Kamera bawah

air Resolusi 12 MP

Mengabadikan gambar terumbu karang dan ikan target 3 GPS Menentukan posisi stasiun praktik 4 Hand Refractometer Range 0 s/d 100 promil.

Ketelitian 1 promil Mengamati salinitas air 5 Thermometer Alkohol -10 s/d 110

0

C

Akurasi 1 oC Mengukur suhu air 6 Floating

Droudge

Pelampung + kayu + plastik + pemberat (m/s)

Mengetahui arah pergerakan arus air 7 Roll meter Panjang 100 meter, akurasi

1 sentimeter

Alat transek karang dan ikan target

8 Secchi disk

Tali berskala (akurasi 50 cm) + piring secchi + pemberat

Mengukur kecerahan perairan

(2)

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk penelitian adalah metode observasi dengan melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian dan pengumpulan data institusional. Data yang diambil terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer adalah data dari hasil survei dan pengamatan langsung di lokasi pengamatan, sedangkan data sekunder adalah data yang didapat dari penelitian sebelumnya. Data yang diambil meliputi pengamatan parameter perairan, tutupan karang hidup, indeks kematian karang dengan menggunakan metode LIT, kelimpahan ikan target dengan menggunakan metode LIT dan Belt Trancect.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Penentuan Lokasi Pengamatan

Sebelum melakukan pengamatan perlu dilakukan survei pendahuluan dengan menggunakan metode observasi renang bebas (free swimming observation). Metode ini dilakukan dengan snorkling untuk memperoleh gambaran secara umum daerah yang akan diambil datanya dan sebaran dasar dalam menentukan letak stasiun pengamatan yang dianggap dapat mewakili wilayah ekosistem terumbu karang dan kelimpahan ikan target. Data yang diambil

9 Depth Gauges Meter Mengukur kedalaman

10 Perahu motor Sebagai sarana untuk

pergi ke lokasi praktik

11 Laptop ASUS A43E

Mengerjakan skripsi dan menyimpan data skripsi

12 Ms. Word 2010 Menulis skripsi

13 Ms. Excel 2010

Mengolah data terumbu karang, ikan karang target dan analisis regresi linier

14 ArcGis Version 10 Membuat peta lokasi

penelitian

(3)

sebanyak enam stasiun untuk masing-masing stasiun adalah satu kedalaman perairan.

Lokasi stasiun pengamatan yang diambil di perairan Pulau Bira Besar ini (Lampiran 2), dengan titik-titik koordinat sebagai berikut:

 Stasiun 1 (05˚ 36΄38,6˝ LS – 106˚ 34΄24,2˝ BT) mewakili Zona Pemanfaatan pada bagian barat P. Bira Besar yang berbatasan dengan P. Kayu Angin Bira. Wilayah ini merupakan pelestarian terumbu karang.  Stasiun 2 (05˚ 36΄28,8˝ LS – 106˚ 34΄51,6˝ BT) mewakili Zona Inti III

pada bagian utara P. Bira Besar. Wilayah ini merupakan pelestarian terumbu karang.

 Stasiun 3 (05˚ 36΄26˝ LS – 106˚ 35΄33,5˝ BT) mewakili Zona Inti III pada bagian timur P. Bira Besar yang berbatasan dengan Gosong Belanda. Wilayah ini merupakan pelestarian terumbu karang.

 Stasiun 4 (05˚ 36΄39,6˝ LS – 106˚ 35’34,8˝ BT) meliputi bagian timur perairan P. Bira Besar yang termasuk ke dalam Zona Pemanfaatan. yang berbatasan dengan Gosong Belanda.

 Stasiun 5 (05˚ 36΄46,8˝ LS – 106˚ 34΄55,2˝ BT) meliputi bagian selatan perairan P. Bira Besar yang termasuk ke dalam Zona Pemanfaatan. Wilayah ini merupakan wilayah sekitar dermaga P. Bira Besar dan menjadi lokasi wisata olah raga air.

 Stasiun 6 (05˚ 36΄57,6˝ LS – 106˚ 34΄26,4˝ BT) meliputi bagian barat perairan P. Bira Besar yang termasuk ke dalam Zona Pemanfaatan yang berbatasan dengan P. Kuburan Cina.

3.4.2 Pengamatan Parameter Perairan

Parameter perairan yang diukur sebagai faktor pembatas terumbu karang dan ikan karang meliputi suhu, kecerahan, salinitas dan kecepatan arus. Pengukuran ini dilakukan tepat pada saat melakukan penyelaman. Pengambilan data dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dengan jeda tiap pengambilan sekitar 5-10 menit. Angka yang digunakan adalah angka rata-rata dari

(4)

pengam-bilan data tersebut yaitu nilai tiga kali pengulangan dijumlahkan kemudian dibagi tiga.

3.4.3 Pengamatan Tutupan Karang Hidup

Pengamatan tutupan karang menggunakan metode LIT, yang dilakukan paling sedikit oleh dua orang penyelam, dimana penyelam pertama bertugas membentangkan tali transek sepanjang 85 meter di atas permukaan terumbu karang sejajar garis pantai dan penyelam yang lainnya mencatat komponen terumbu karang di bawah transek yang telah dibentangkan. Pengamatan dilakukan sampai 3 kali pengulangan dengan panjang transek garis 25 meter dengan jeda 5 meter. pengamatan pada setiap lokasi dilakukan di kedalaman 7 m sejajar garis pantai dibawah garis transek. Komponen terumbu karang yang dicatat pada metode ini berdasarkan pada lifeform karang dengan satuan sentimeter.

Pengamatan dan pengambilan data dilakukan dengan mengamati persentase tutupan karang hidup, karang mati, biota lain, serta komponen abiotik lainnya. Perubahan lifeform dicatat dengan ketelitian satu senti-meter. Sebagai contoh 0-T1 dicatat sebagai L1, T1-T2 dicatat sebagai L2, kemudian T2-T3 dicatat sebagai L1 dan selanjutnya. Ilustrasi pengamatan dan pencatatan terumbu karang dengan menggunakan metode LIT dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5.

Gambar 4. Ilustrasi Pengamatan Terumbu Karang Menggunakan Metode LIT

(5)

Gambar 5. Diagram Sistematik Dari Transek (XY) Menunjukan Peralihan Nilai Dari Setiap Lifeform yang dilalui Oleh Garis Transek

(Sumber: English et al. 1994) 3.4.4 Pengamatan Ikan Karang Target

Pengamatan ikan target dilakukan dengan metode Belt Trancect. Transek yang digunakan adalah transek garis (Gambar 6) sepanjang 70 meter dengan jarak 2,5 m ke arah kiri dan 2,5 m ke arah kanan sehingga daerah yang teramati seluas 350 (m2)-1 (English et al. 1994). Pengamatan tanpa adanya jeda pada garis transek seperti pada pengambilan data terumbu karang. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat digunakan kamera bawah air untuk mengambil foto ikan yang sulit untuk diidentifikasi. Pencatatan data ikan karang ini adalah dengan mengidentifikasi spesies ikan target yang dijumpai.

Tahapan sensus dapat dilaksanakan sebagai berikut:

 Setelah tali transek terpasang, pengamatan ikan karang dimulai dari titik awal (titik nol). Setelah kurang lebih 5 menit di titik awal setelah garis transek terpasang. Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai ikan karang di lokasi pengamatan dan agar kondisi ikan dan perairan normal lagi setelah dilalui oleh pemasang transek.

(6)

 Tidak menghitung ikan yang masuk ke daerah sensus yang telah dilewati (jangan melihat ke belakang).

Gambar 6. Ilustrasi Teknik Pengambilan Data Ikan Dengan Menggunakan Metode Visual Sensus

(Sumber: English et al. 1994)

Stasiun pengamatan untuk ikan target dibagi menjadi dua kategori. Dua stasiun untuk mewakili Zona Inti dan Empat stasiun untuk mewakili Zona Pemanfaatan Wisata. Data ikan target yang di catat di Zona Inti terdiri dari kelompok ikan target utama yang di sensus terdiri dari famili Serranidae (ikan kerapu), Lutjanidae (ikan kakap) Haemulidae (ikan bibir tebal) Lethrinidae (ikan lencam) dan Scaridae (Kakak tua). Kriteria pencatatan yang berukuran panjang > 20 cm atau lebih (Anna dan Djuariah 2009).

3.5 Analisis Data

3.5.1 Persentase Tutupan Karang Keras Hidup

Untuk mengetahui sebaran komponen penyusun terumbu karang dalam suatu luasan transek dihitung melalui pendekatan persentase tutupan. Untuk menghitung tutupan terumbu karang hasil dari metode line intercept transect digunakan rumus (English et al. 1994):

(7)

Keterangan:

L = Persentase tutupan Karang (%)

Li = Panjang intercept koloni yang dilewati garis transek ( ) N = Panjang Transek ( )

Penilaian kondisi terumbu karang ditentukan dengan menggunakan empat kriteria berdasarkan Gomez dan Yap (1988) dalam Anna dan Djuariah (2009) (Tabel 2).

Tabel 2. Kriteria Penilaian Kondisi Terumbu Karang Persentase Tutupan Karang (%) Kriteria Penilaian

0-24,9 Rusak

25-49,9 Sedang

50-74,9 Baik

75-100 Sangat Baik

3.5.2 Indeks Kematian Karang

Penilaian suatu kondisi atau kesehatan dari ekosistem terumbu karang tidak hanya berpatokan pada persentase tutupan karang, karena dapat terjadi dua daerah memiliki persentase tutupan karang hidupnya sama namun mempunyai tingkat kerusakan yang berbeda. Tingkat kerusakan ini terkait dengan besarnya perubahan karang hidup menjadi karang mati. Rasio kematian karang dapat diketahui melalui indeks kematian karang dengan rumus (English et al. 1994):

Keterangan: IM = Indeks Mortalitas DC = Dead coral LC = Life coral

Nilai indeks kematian yang mendekati nol menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang berarti bagi karang hidup, sedangkan nilai yang mendekati satu menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang berarti dari karang hidup menjadi karang mati.

(8)

3.5.3 Kelimpahan Ikan Karang Target

Kelimpahan menurut Brower dan Zar (1977) adalah jumlah individu per satuan luas atau volume, dengan rumus berikut:

Keterangan :

Ni : Kelimpahan individu ( )-1

Σni : Jumlah individu yang diperoleh tiap stasiun (ind) A : Luas daerah pengambilan contoh ( )

Kriteria kelimpahan Ikan Terumbu Karang dikategorikan (CRITC COREMAP dan LIPI dalam Anna dan Djuariah 2009):

 Sedikit apabila jumlah individu Ikan Target sepanjang transek < 70 ekor.  Banyak apabila jumlah individu Ikan Target sepanjang transek antara

70-140 ekor.

 Melimpah apabila jumlah individu Ikan Target sepanjang transek > 140 ekor.

3.5.4 Hubungan Kondisi Karang Hidup dengan Kelimpahan Ikan Karang Target

Untuk melihat hubungan antara persentase penutupan karang hidup dengan kelimpahan ikan karang target digunakan analisis korelasi sederhana. Kuat tidaknya hubungan x dan y dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (r) yang berkisar antara (-1) hingga (+1). Hubungan x dan y dikatakan kuat apabila nilai r mendekati 1 dan dikatakan negatif apabila nilai r mendekati (-1). Bila nilai r = 0 maka antara x dan y tidak ada hubungan. dengan rumus sebagai berikut (Sugiono 2011):

√ Keterangan:

(9)

∑(xy) : jumlah persentase tutupan karang hidup dan kelimpahan ikan

∑x2 : jumlah persentase tutupan karang hidup (%)

∑y2 : jumlah kelimpahan ikan (ind)

Setelah menghitung nilai korelasi maka perlu menentukan koefisien determinasi untuk mengetahui besarnya pengaruh tutupan karang hidup terhadap kelimpahan ikan karang target, dengan rumus sebagai berikut (Sugiono 2011):

Keterangan:

KD : koefisien determinasi (%)

r2 : hasil kuadrat dari nilai koefisien korelasi

Kuat tidaknya hubungan dapat dilihat dengan koefisien determinasi KD yang nilainya berkisar antara 0 - 100%. Hubungan antara dua peubah tersebut dikatakan semakin kuat apabila nilai KD semakin mendekati 100%. Berikut adalah standarisasi untuk nilai KD yang disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Standarisasi Nilai Koefisien Determinasi (Sudjana 1982)

Analisis dilanjutkan dengan menghitung persamaan regresinya untuk mengetahui persamaannya serta melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana.

Nilai Koefisien Determinasi (%) Keterangan

0 – 19,9 Sangat rendah

20 – 39,9 Rendah

40 – 59,9 Cukup

60 – 79,9 Kuat

(10)

Persamaan regresi yang digunakan rumus (Sugiono 2011):

Y= a+bX Keterangan:

Y = nilai yang diprediksikan (ikan karang target)

X = nilai variabel independen (persentase tutupan karang hidup) a = perpotongan dengan sumbu Y bila X = 0

b = nilai perubahan variabel Y bila variabel X berubah satu satuan

Data yang telah didapat diolah melalui program Microsoft Excel dengan tipe chart scatter untuk mendapatkan grafik analisis regresi linier antara hubungan Tutupan karang hidup dengan kelimpahan ikan karang target.

Gambar

Gambar  4.  Ilustrasi  Pengamatan  Terumbu  Karang  Menggunakan                    Metode LIT
Gambar 5. Diagram Sistematik Dari Transek (XY) Menunjukan Peralihan Nilai  Dari Setiap Lifeform yang dilalui Oleh Garis Transek
Gambar  6.  Ilustrasi  Teknik  Pengambilan  Data  Ikan  Dengan  Menggunakan Metode Visual Sensus

Referensi

Dokumen terkait

Parameter yang digunakan unruk penentuan kawasan konservasi laut meliputi jenis substrat dasar perairan, jumlah jenis ikan karang, kelimpahan ikan karang, kedalaman, jarak dari

Model pengendalian pencemaran perairan di Danau Maninjau yang dibangun didasarkan pada kondisi faktual yang terjadi di lapangan yang dikombinasikan dengan studi

Pengamatan pendahuluan ini dilakukan dengan pengamatan langsung pada lokasi studi dengan data yang diambil adalah data lalu lintas berupa volume lalu lintas, waktu tundaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis jenis dan kelimpahan ikan target, menganalisis kondisi tutupan terumbu karang dan menganalisis hubungan kondisi

Data parameter kesesuaian wisata snorkeling yang terdiri dari: kecerahan perairan, kecepatan arus, kedalaman terumbu karang, lebar hamparan dasar karang, tutupan karang,

Kawasan satu memiliki karakteristik rata-rata kondisi tutupan karang hidup yang rendah dan tutupan alga yang tinggi serta kelimpahan ikan karang dan jenis ikan herbivora yang

Lokasi pengamatan dipilih di Agrowisata Sayuran Organik 23 Karang Rejo dengan penempatan tanaman refugia Zinnia elegans yang telah ditanam oleh para petani di

Kita dapat menentukan komponen kritis dari Mesin Pencuci dan Pemisah Tembaga ( MPPT) yang mana dalam pengamatan mempunyai frekuensi kerusakan paling tinggi,