• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. memiliki luas lahan sebesar 200 ha/m 2, dengan luas wilayah menurut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. memiliki luas lahan sebesar 200 ha/m 2, dengan luas wilayah menurut"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Gambaran Umum Lokasi

Desa Pilohayanga Barat merupakan salah satu desa yang terdapat di daerah Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Desa ini memiliki luas lahan sebesar 200 ha/m2, dengan luas wilayah menurut penggunaannya yaitu luas pemukiman 3 ha/m2, luas persawahan 85 ha/m2 dan luas perkebunan 25 ha/m2. Desa Pilohayanga Barat salah satu daerah di kabupaten Gorontalo yang memiliki potensi sumberdaya alam tambang yang potensial. Sumberdaya alam tambang yang ada di desa ini seperti batu, pasir, tanah timbun dan lain-lain. Jumlah penduduk desa Pilohayanga Barat sebanyak 1.301 jiwa yakni laki-laki sebanyak 645 jiwa dan perempuan sebanyak 656 jiwa. Semua penduduk di desa Pilohayanga Barat beragama islam.

1.1.1 Kondisi Geografis

Secara geografis Desa Pilohayanga Barat dibatasi beberapa wilayah yaitu sebelah utara dibatasi oleh Desa Bendungan Kecamatan Bolango Bone, sebelah selatan dibatasi oleh Desa Luhu Kecamatan Telaga, sebelah timur dibatasi oleh Desa Pilohayanga Kecamatan Telaga dan sebelah Barat dibatasi oleh Desa Dumati Kecamatan Telaga Biru.

Jarak dari Desa Pilohayanga Barat ke ibu kota Kecamatan ditempuh dengan jarak tiga kilometer, dengan lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan menggunakan kenderaan bermotor selama sepuluh menit.

(2)

Kegiatan penambangan bahan galian golongan c di desa Pilohayanga Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Faktor Ekonomi

Faktor peyebab kegiatan penambangan bahan galian c (batu dan tanah timbun) salah satunya yaitu faktor ekonomi. Masyarakat desa Pilohayanga Barat sebagian besar bekerja sebagai petani yakni petani sawah dan petani kebun. Mereka mendapatkan penghasilan dari usaha penjualan hasil panen. Namun dengan meningkatnya kebutuhan mereka mulai mencari usaha lain diluar sektor pertanian. Sejak dibukannya penambangan di desa tersebut, mereka mulai bekerja di penambangan. Dengan bekerja di penambangan mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi mereka tidak meninggalkan pekerjaan di sektor pertanian.

karna ada ini penambangan torang bisa bakarja disini, torang dulu ba tanam padi dengan milu cuma skarang torang so bakarja disini, kalo batani mo dapa uang nanti kalo panen kalo disini mo dapa uang tiap minggu. Tapi torang tetap ada ba tanam padi dengan milu juga. (Bpk Ksm, pengawas tambang berumur 33 tahun).

Kepala desa Pilohayanga Barat juga mengatakan hal yang sama, yaitu: Masyarakat di sini paling banyak petani, yang bakarja disitu itu banyak petani, tapi ada juga yang ba bawa bentor dengan tidak ada karja lalu, dengan ada ini usaha disini masyarakat yang dulu tidak bakarja, skrang so ada pekerjaan, baru ada juga tenaga-tenaga manual, itu ibu-ibu ba kumpul-kumpul batu. (Bpk Hns, Kepala desa Pilohayanga Barat berumur 37 tahun)

(3)

Faktor penyebab lainnya yaitu faktor pendidikan. Masyarakat di desa Pilohayanga Barat sebagian besar penduduknya tamat SD atau tidak tamat SD sehingga mereka tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan hal ini membuat mereka bekerja di sektor penambangan yang tidak memerlukan pengetahuan dan tidak dituntut untuk memiliki keterampilan. Sebagian besar dari pekerja di penambangan itu hanya tamatan SD. Karena rendahnya pendidikan sehingga mereka kurang mengetahui tentang bagaimana lingkungan hidup yang baik. Yang ada dipikiran mereka yaitu mendapatkan pengasilan yang cukup sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Ada juga yang tamat SMA dan memiliki pengetahuan tentang itu tetapi karena faktor ekonomi membuat mereka untuk tetap melakukan pekerjaan tersebut tanpa memikirkan dampak yang mungkin dapat ditimbulkan dari usaha penambangan.

karna ada tambang ini torang bisa bakarja disini, torang ini nou cuma tidak lulus SD baru mo bakarja dimana lagi, dari pada cuma badiam di rumah jadi torang bakarja disini. (Ibu Srh, pekerja tambang berurmur 45 tahun)

Pengawas penambangan juga mengatakan hal yang sama, yaitu: Disini macam-macam ada yang SD, SMP, SMA. Paling banya itu SD. (Bpk Ksm, pengawas tambang berumur 33 tahun)

1.3 Kegiatan Penambangan 1.3.1 Kronologis

(4)

Usaha penambangan bahan galian golongan c di desa Pilohayanga Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo telah berlangsung selama kurang lebih 7 tahun, yaitu dimulai pada tahun 2006 sampai sekarang. Berdasarkan wawancara dengan kepala desa Pilohayanga Barat bahwa usaha penambangan ini tidak dilakukan secara terus-menerus selama 7 tahun tersebut. Usaha penambangan ini sering terhenti karena adanya kendala seperti alat yang digunakan rusak, selain itu usaha penambangan ini memiliki jangka waktu penambangan, yakni setiap satu tahun harus mengajukan permohonan lagi kepada pihak penambangan untuk mendapatkan izin kembali melakukan usaha penambangan. Sehingga sampai sekarang usaha ini masih berjalan.

Di desa Pilohayanga Barat ini terdapat tiga tempat penambangan batu dan tanah timbun tetapi dari ketiga tempat tersebut hanya satu tempat yang masih beroperasi sampai sekarang yang dua tempat lainnya terhenti dengan alasan alat rusak, sudah tidak memiliki lahan dan tidak memperpanjang permohonan lagi.

Usaha penambangan batu dan tanah timbun di desa Pilohayanga Barat ini telah memiliki izin. Pihak penambang telah meminta izin kepada pemerintah daerah sebelum melakukan usaha penambangan di desa tersebut. Permohonan izin ini telah melalui beberapa tahap dan menurut kriteria bahwa gunung/hutan di desa pilohayanga Barat ini layak untuk dijadikan tempat penambangan bahan galian golongan c yaitu pengerukan batu dan tanah timbun dari gunung/hutan untuk dijual kepada para pembeli.

(5)

Usaha penambangan ini memang telah mendapatkan izin dari pemerintah, hal ini dengan melalui tahap-tahapnya. Lokasi telah di tinjau oleh badan lingkungan hidup dan telah mendapatkan izin bahwa lokasi tersebut layak untuk dijadikan lokasi penambangan. Semua harus melalui badan lingkungan hidup, apabila telah ada permohonan maka badan lingkungan hidup akan turun langsung ke lokasi untuk mengecek apakah lokasi tersebut layak atau tidak untuk dijadikan lokasi penambangan. Semuanya tergantung dari keputusan badan lingkungan hidup. Maka dapat dikeluarkannya surat izin penambangan dari dinas penambangan. Dengan adanya surat izin tersebut mereka aman dan nyaman untuk bekerja apabila sewaktu-waktu akan ada pemeriksaan surat izin penambangan.

Iya ada izin, kami dari pihak pemerintah desa memberikan rekomendasi tetapi atas dasar permohonan dari pengusaha. Saya hanya memberikan rekomendasi ke dinas penambagan dan yang menentukan layak atau tidak, dan saya pun bukan memberikan izin, saya hanya menindaklanjuti dari si pemohon, atas persetujuan dari masyarakat juga. Baru dari dinas penambangan turun lokasi, meninjau, baru itu kaluar itu surat izin (Bpk Hns, kepala desa Pilohayanga Barat, berumur 37 tahun).

Hal tersebut dibenarkan oleh pegawai dinas penambangan bagian penambangan yaitu:

Iya, sudah ada izin, dengan melalui tahap-tahap, pertama dari perorangan mengajukan permohonan ke kepala desa, trus dari kepala desa harus ditanyakan kepada masyarakat dulu, apa setuju atau tidak dengan jalan musyawarah, bila disetujui selanjutnya kepala desa mengajukan permohonan kepada dinas penambangan kemudian dari kepala dinas diteruskan kepada kami kabid dinas penambangan untuk ditindaklanjuti, dari kami diteruskan ke badan lingkungan hidup, terus dari badan lingkungan hidup turun ke lapamgan melihat

(6)

kondisi lokasi apakah layak untuk dijadikan lokasi penambangan. Bila dari BLH telah mengatakan layak maka kami baru bisa mengeluarkan surat izin penambangan. Kalau BLH bilang tidak layak, kami tidak bisa memberikan sembarangan surat izin itu. (Bpk Art pegawai bagian penambangan berumur 37 tahun) 1.3.2 Aktivitas Penambangan Saat Ini

Aktivitas penambangan batu dan tanah timbun di desa Pilohayanga Barat ini merupakan penambangan rakyat dan menggunakan alat-alat yang sederhana dan alat berat (mekanik). Para pekerja yang bekerja di penambangan ini semuanya dari masyarakat lokal yakni masyarakat desa pilohayanga barat namun sebagiannya lagi merupakan masyarakat desa sebelah yakni desa Pilohayanga dan desa Bendungan sehingga membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar penambangan tersebut. Para pekerja di penambangan ini berjumlah 20 pekerja yaitu 2 orang bertugas sebagai pengawas, 2 orang bertugas membawa alat berat yaitu excavator, 2 orang bertugas menggali batu menggunakan alat sederhana yaitu linggis, 8 orang bertugas mengumpulkan batu-batu besar dan 6 lainnya adalah ibu-ibu yang mengumpulkan batu-batu kecil.

Samua orang sini, jadi membuka lapangan keja bagi masyarakat desa sini.(Bpk Hns, kepala desa Pilohayanga Barat berumur 37 tahun)

Hal yang sama juga dikatakan oleh pengawas penambangan yaitu: Yang bakarja disini cuma orang sini samua, tidak ada orang dari luar. Ada 20 orang yang bakarja disini, 2 orang yang jadi pengawas ba catat-catat, 2 orang yang ba bawa itu excavator, ada juga 2 orang yang nae diatas ba pake linggis 8 orang yang ba kumpul-kumpul batu basar yang dorang abis gali kamari, baru mo isi di trek-trek yang mo ba bili. Baru 6 orang lagi ibu-ibu yang

(7)

bakumpul batu-batu kacili (Bpk Ksm, pengawas tambang berumur 33 tahun)

Mereka bekerja pada pukul 08.00 WITA dan selesai pada pukul 17.00 WITA. Tetapi mereka beristirahat siang pada pukul 12.00 WITA – 13.00 WITA. Ada yang pulang ke rumah untuk makan siang dan ada juga yang sudah membawa bekal dari rumah dan makan di tempat yang telah dibuat untuk tempat beristirahat siang para pekerja.

Pekerja disini bakarja dari jam 08.00-12.00, baru istirahat siang jam 12.00-13.00, baru lanjut ulang jam 13.00-17.00. kalo istirahat siang ada yang pulang ka rumah. (Bpk Ksm, pengawas tambang, berumur 33 tahun)

Hal yang sama juga dikatakan oleh masyarakat desa pilohayanga barat yang bekerja di penambangan yaitu:

Torang bakarja tiap hari dari jam 08.00-12.00, baru istirahat dari jam 12.00-13.00, baru itu lanjut ba karja lagi jam 13.00-17.00. tapi biasa lewat dari jam itu sampe abis magrib masih ada, kalo masi ada yang ba minta tapi itu cuma kadang-kadang soalnya galap, tida ada lampu. (Bpk Ptn, pekerja tambang berumur 35 tahun )

(8)

Kegiatan penambangan ini dilakukan setiap hari. Bila ada pemesanan yang banyak mereka melakukan kegiatannya sampai malam hari. Tetapi tidak semua pekerja mau melakukan kegiatan sampai malam hari, karena kurangnya penerangan. Setiap harinya truk yang mengangut hasil dari penambangan sekitar 50-200 truk pengangkut. Truk-truk yang masuk ada yang dari dalam kampung sendiri ada juga yang dari luar kampung. Tetapi yang lebih banyak truk dari luar kampung, truk yang dari dalam kampung hanya dua truk saja.

Gambar 4.2 Truk-truk pengangkut bahan galian

Bila hujan deras pekerja menghentikan pekerjaannya karena khawatir dengan keselamatan mereka, tetapi apabila hujan pada saat mereka sedang melakukan aktivitas, maka aktivitas tersebut terus dilakukan kecuali pada saat mereka sedang istirahat atau belum melakukan aktivitas kemudian hujan turun, mereka belum akan memulai aktivitasnya. Mereka menunggu sampai selesai hujan baru melakukan aktivitas.

Stiap hari tapi kalo ujan torang tidak bakarja. (Bpk Ksm, pengawas tambang berumur 33 tahun)

(9)

Cuma saya menghimbau kepada pihak penambangan itu kalo hujan jangan beroperasi, pasti ba pece kan. (Bpk Hns, kepala desa Pilohayanga Barat berumur 37 tahun)

Hubungan kerja sama yang baik terlihat di antara pekerja tambang ini, karena semua pekerja merupakan penduduk desa tersebut sehingga mereka tidak sulit lagi untuk beradaptasi di lingkungan kerja, hal ini terlihat di waktu bekerja mereka sering bercanda satu sama lain di waktu istirahat pun mereka saling bercanda sehingga tercipta hubungan yang baik antar pekerja.

Usaha penambangan ini dulunya hanya bapak-bapak tetapi sekarang para ibu mulai terlihat ikut dalam kegiatan usaha penambangan ini yakni mereka untuk mengumpulkan batu-batu kecil di sekitar penambangan untuk di jual kepada pembeli. Para ibu-ibu ini setiap harinya mengumpulkan batu-batu kecil yang dijatuhkan dari atas oleh 2 orang pekerja yang menggunakan alat manual yaitu linggis, setelah 2 bapak itu menggali batu dari atas gunung para ibu-ibu mulai melakukan pengumpulan batu-batu kecil untuk dijual.

Biasa nou, cuma mo ba bantu keluarga. Mo cari uang mo kase skolah anak, Alhamdulillah say pe anak ada 5 ada skolah samua. Saya pe anak yang ka 2 itu skarang so ba daftra kuliah di farmasi lewat jalur bidik misi.(Ibu Srh, pekerja tambang berumur 45 tahun)

Usaha penambangan ini dikoordinir oleh dua orang pengawas penambangan. Tugas pengawas adalah mengontrol pekerja, mencatat pembeli pasir dan batu, mengatur jumlah dan kriteria pekerja, menjaga keamanan bekerja, menghimpun uang penjualan dan menyetorkan uang penjualan pada pemilik pasir secara berkala. Pengawas mencatat seriap mobil truk yang masuk, berapa kali mobil itu masuk dalam sehari karena para pembeli ada yang

(10)

langsung membayar ada juga yang belum bembayar pada saat masuk karena mungkin mereka akan balik lagi untuk mengambil batu dan tanah timbun dan nanti akan dibayar sekalian. Bagi para truk yang sudah di kenal oleh para pengawas di catat namanya tetapi apabila ada truk yang baru dan belum di kenal mereka menuliskan plat nomor truk tersebut. Sehingga para pegawas dapat melaporkan segala sesuatunya kepada pemilik penambangan.

Pekerja yang bertugas membawa excavator menggali pasir dan batu secara tersendiri, yaitu apabila ada mobil truk membeli tanah timbun maka pekerja yang mengemudiakn excavator langsung menggalinya dari gunung tersebut, dan langsung memasukkannya ke dalam truk, tetapi lain halnya dengan batu. Pekerja pembawa excavator menggali batu gunung tersebut terlebih dahulu sebelum ada pembeli dan menyendirikannya ke tempat lain, kemudian para pekerja yang bertugas mengumpulkan batu memisahkan batu tersebut agar terpisah dari timbunan dan batu-batu kecil, sehingga memudahkan para pembeli batu, apabila ada truk pembeli batu para pekerja yang mengumpulkan batu tersebut dapat langsung memindahkan batu-batu tersebut ke dalam truk tanpa harus memisahkannnya lagi dari tanah dan baru-batu.

Batu yang dikumpulkan berbeda harga penjualannya dengan tanah timbun. Tanah timbun dijual seharga Rp.20.000/truk sedangkan batu dijual seharga Rp.175.000/truk. Pembagian upah untuk para pekerja sesuai dengan pekerjaan mereka. Untuk para pekerja yang bertugas mengumpulkan batu yang berjumlah 8 pekerja disesuaikan dengan berapa truk yang masuk untuk membeli batu-batu tersebut setiap harinya. Dari penjualan 175.000/truk Rp.50.000nya diberikan

(11)

untuk 8 orang pekerja tersebut yaitu dengan cara membagi Rp.50.000 untuk 8 orang pekerja, tetapi upah mereka diberikan setiap minggunya. Jadi untuk gaji para pekerja yang bertugas mengumpulkan batu tergantung kepada pembeli batu yang datang.

Upah itu tergantung pekerjaan, kalo torang yang ba kumpul batu-batu basar ini mo dapa uang itu tergantung terek mo ba bili. Depe harga Rp. 175.000/trek, baru dari 175.000 itu torang punya 50.000, baru torang mo baku bagi 8 orang. Kalo satu hari itu ada 5 trek ba bili batu torang punya 50.000X5, baru bagi 8 orang tapi te bos mo kase tiap minggu tergantung torang ad bakarja ato tida (Bpk Ptn, pekerja tambang berumur 35 tahun)

Hal yang sama juga dikatakan oleh bapak pengawas penambangan dan ibu pekerja tambang pengumpul batu, yaitu:

Kalo upah sesuai pekerjaan. Te bos mo kase tiap minggu dia hitung hari yang ada karja. (Bpk Ksm, pengawas tambang berumur 33 tahun)

Kalo dorang yang diatas tiap minngu mo dapa uang, tapi kalo torang disini mo dapa uang klo ada oto yang mo ba angka ini batu. Kalo gaji te bos mo kase kalo ada yang mo ba bili ini batu, baru torang juga jaga ba pinjam uang pate bos, jadi somo baku potong, hehee.. (Ibu Srh, pekerja tambang berumur 45 tahun)

(12)

1.3.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan penambangan ini adalah exapator dan linggis, tetapi mereka lebih banyak menggunakan exapator.

1) Exapator adalah sebuah jenis alat berat yang terdiri dari mesin di atas roda khusus yang dilengkapi dengan lengan (arm) dan alat pengeruk (bucket) yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan berat berupa penggalian tanah yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh tangan manusia. 2) Linggis, berfungsi sebagai tonggak tempat pengikat tali dan untuk menggali

batu.

3) Topi/caping, berfungsi sebagai penahan panas dan penahan dari hamburan debu/tanah timbunan/batu

1.3.4 Keamanan dan Kenyamanan Saat Bekerja

Suasana bekerja di lokasi penambangan bersifat kekeluargaan karena mereka satu sama lain telah mengenal, mereka saling bercanda bersama tidak terlihat suasana yang tidak baik antara mereka tetapi sebaliknya mereka terlihat aman dan nyaman saat bekerja bersama-sama. Sebagian besar pekerja yang bekerja di penambangan ini adalah masyarakat Pilohayanga Barat namun ada juga masyarakat sebelah yang bekerja di penambangan ini yaitu masyarakat pilohayanga dan bendungan, tetapi hal itu tidak menjadi masalah bagi para pekerja karena mereka sudah saling mengenal satu sama lain.

Selama ini aman-aman saja. Selama ini tidak ada laporan apa-apa baik dari terganggu keamanan dan kenyamanan dorang bakarja, baik itu dari antar pekerja

(13)

atau dari pemilik dengan pekerja. (Bpk Hns, kepala desa Pilohayanga Barat berumur 37 tahun)

Hal ini juga dibenarkan oleh pengawas penambangan yaitu:

Alhamdulillah sampe skarang aman-aman saja. Bulum ada yang bakalae ato ada cilaka disini, semoga tidak mo ada, hehee…(Bpk Ksm, pengawas penambangan berumur 33 tahun)

Berdasarkan wawancara dengan para pekerja bahwa selama mereka bekerja belum pernah ada pekerja yang terlibat pekelahian antara mereka mengenai masalah pekerjaan, selama ini aman dan terkenadali. Mereka saling membantu dan saling melindungi.

Begitu juga dengan kejadian kecelakaan saat bekerja, belum pernah ada kasus kecelakaan pada saat bekerja. Hanya saja kecelakaan kecil yang terjadi pada kaki dan tangan karena pelindung yang digunakan masih sederhana. Selain itu banyak juga pekerja yang tidak menggunakan pelindung diri saat bekerja.

Tidak ada yang cilaka sampe yang so bagimana, Cuma luka-luka kacili di tangan ato kaki (Bpk Ptn, pekerja tambanga berumur 35 tahun)

Ibu pekerja di penambangan itu juga mengatakan hal yang sama yaitu: Ada luka Cuma memang so bagitu baru mo bakarja apa lagi, ini biasa ada pake sarung tangan Cuma bulum satu minggu so tarobe-robe bagini. Jadi so tida pake sarung tangan. (Ibu Srh, pekerja tambang berumur 45 tahun)

Hal tersebut juga dibenarkan oleh pengawas penambangan yaitu: Ada yang pake ada juga yang tida, itu ada yang pake spatu, sarung tangan, topi. Yang tida pake sarung tangan itu biasa dorang pe tangan mo luka-luka kacili.

(14)

Kalo dari te bos dia mo suru pake itu. Kalo ti om yang ba panjat di atas itu ada pake tali dia mo nae kasana itu.

Tetapi bedasarkan pengamatan bahwa pekerja yang berada di atas gunung yang hanya menggunakan linggis, dan meruntuhkan pasir dari atas akan membahayakan diri merka. Karena mereka hanya berpegangan pada seutas tali. Begitu juga dengan pekerja ibu-ibu yang tidak menggunakan pelindung kaki dan tangan saat mengumpulkan batu-batu kecil, hal itu dapat membahayakan mereka.

Bila terjadi kecelakaan tidak ada asuransi atau jaminan kesehatan dari penambangan, bila terjadi kecelakaan saat bekerja maka para pekerja akan diberikan biaya oleh pemilik penambangan dan bila sakit diluar kerja maka biaya pengobatan di bayar sendiri.

Tidak ada, kalo saki torang bayar sandiri. Kecuali kalo luka karna bakarja mo minta pate bos, te bos mo kase. (Bpk Ksm, pengawas tambang berumur 33 tahun) Hal yang sama juga dikatakan oleh ibu pekerja tambang yaitu:

Tidak ada, kalo saki torang biasa mo minta pate bos. Tapi masa mo minta-minta turus, jadi torang ba bayar sandiri. (Ibu Srh, pekerja tambang berumur 45 tahun)

(15)

1.3.5 Keuntungan Penambangan

1) Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar penambangan Penambangan bahan galian c di desa Pilohayanga Barat merupakan kegiatan penambangan yang telah memiliki izin dari pemerintah. Pemilik lahan sekaligus pemilik penambangan ini merupakan masyarakat desa Pilohayanga Barat. Sehingga pekerja yang bekerja di penambangan ini sebagian besar masyarakat desa Pilohayanga Barat dan ada juga masyarkat desa sebelah yaitu desa Pilohayanga dan desa Bendungan. Sehingga hal ini membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar penambangan. Masyarakat yang dulunya merupakan petani sawah, petani kebun, pengemudi bentor sekarang berganti profesi menjadi penambang, tetapi ada juga pekerja di penambangn ini tetap melakukan kegiatan bertani.

Mereka lebih memilih melakukan pekerjaan sebagai penambang karena mereka mendapatkan penghasilan yang lebih daripada menjadi petani sawah atau kebun, karena menjadi petani sawah atau kebun, akan mendapatkan penghasilan apabila sudah waktunya panen tiba dan untuk pengemudi bentor mendapatkan pengasilan apabila banyak mendapatkan penumpang, karena sekarang ini di Gorontalo sudah sangat banyak pengemudi bentor tidak seperti dulu, sehingga sulit untuk mendaptkan penumpang. Sedangkan untuk kegiatan penambangan mereka mendapatkan pengasilan setiap minggunya tetapi dikurangi waktu mereka apabila tidak bekerja.

(16)

Upah bagi para pekerja sesuai dengan masing-masing pekerjaan yang mereka lakukan. Tetapi untuk upah setiap pekerjaan, peneliti tidak memperoleh datanya dengan jelas karena baik pengawas dan pekerja tambang tidak memberikan jawaban yang pasti. Hanya saja yang diperoleh jawaban tentang upah bagi pekerja pengumpul batu-batu besar, karena gaji mereka suda di tentukan dan disesuaikan dengan berapa truk yang masuk untuk membeli batu-batu tersebut. Batu dijual kepada pembeli seharga 175.000/truk dan 50.000 dari penjualan tersebut menjadi upah para pengumpul batu dan dibagi untuk 8 orang pekerja pengumpul batu. Tetapi upah mereka tidak diberikan setiap hari, mereka mendapatkan upah setiap minggu, dengan dikurangi hari dimana mereka apabila tidak masuk kerja.

Kalo dorang yang diatas tiap minngu mo dapa uang, tapi kalo torang disini mo dapa uang klo ada oto yang mo ba angka ini batu. Kalo gaji te bos mo kase kalo ada yang mo ba bili ini batu, baru torang juga jaga ba pinjam uang pate bos, jadi somo baku potong, hehee.. (Ibu Srh, pekerja tambang berumur 45 tahun)

Hal ini memberikan ketenangan kepada para pekerja tambang, dengan adanya penambangan ini mereka dapat bekerja dan mendapatkan penghasilan yang dapat memenuhi kebutuahan keluarga mereka. Yang sebelumya hanya mendapatkan pengasilan dari hasil panen, mengemudi bentor bahkan ada yang pengangguran tidak mendaptkan peghasilan tetap.

Kalo mo dilihat mo dapa leba banya uang disini. (Bpk Ptn, pekerja tambang berumur 35 tahun)

(17)

Aktivitas penambangan bahan galian c di desa Pilohayanga Barat selain memberikan keuntungan bagi masyarakat penambang, juga memberikan keuntungan bagi daerah dengan membayar pajak dan menambah uang kas desa. Karena berdasarkan wawancara dengan informan bahwa pihak penambangan selalu membayar pajak dan memberikan kontribusi kepada masyarakat dan desa. Tetapi peneliti tidak mendapatkan data lebih terperici tentang keuntungan yang diperoleh atau yang dibayarkan untuk pajak dan uang kas bagi desa.

Iya ada, mereka memberikan kontribusi ke desa dan juga di perjanjian itu ada, mereka bertanggung jawab atas perbaikan bila terjadi kerusakan, seperti jalan itu mereka timbun. Bila ada permintaan mereka kasih. (Bpk Hns kepala desa Pilohayanga Barat berumur 37 tahun)

Hal itu dibenarkan oleh Bapak pegawai penambangan yaitu: Iya mereka membayar pajak ke kita diitung per kubik, setiap bulannya sekalian kita melakukan pengawasan dan menjemput itu. (Bpk Art pegawai bagian penambangan berumur 37 tahun)

1.4 Dampak Terhadap Lingkungan

Dampak yang dapat ditimbulkan dari penambangan bahan galian C (batu dan tanah timbun) berdasarkan observasi, wawancara mendalam dan data yang diperoleh dari kantor desa tampak sediti perbedaan. Data yang di peroleh dari kantor desa terhadap dampak yang ditimbulkan dari pengolahan hutan sebagai berikut:

(18)

Tabel 4.1

Dampak Yang Ditimbulkan Dari Pengolahan Hutan Di Desa Pilohayanga Barat Tahun 2013

No Dampak Kejadian

1. Pencemaran Udara Tidak 2. Pencemaran Air Tidak

3. Longsor/Erosi Ada

4. Bising Tidak

5. Hilangnya sumber mata air Tidak 6. Kebakaran Hutan Tidak 7. Terjadinya kekeringan/sulit air Tidak 8. Berubahnya fungsi hutan Ada 9. Terjadinya lahan kritis Ada/Tidak 10. Hilangnya daerah tangkapan air Ada/Tidak

Sumber: Data Potensi Desa, Kantor Desa Pilohayanga Barat, 2013 Data yang diperoleh dari kantor desa menunjukan bahwa dampak yang ditimbulkan dari pengolahan hutan yaitu longsor/erosi, berubahnya fungsi hutan, terjadinya lahan kritis, hilangnya daera tangkapan air. Sedangkan berdasaekan observasi dan wawancara sedikit berbeda dengan data yang diperoleh. Dari hasil wawancara dengan beberapa informan bahwa mereka lebih banyak mengeluhkan tentang pencemaran udara oleh debu. Terjadi perbedaan antara hasil wawancara dengan observasi dan wawancara sehingga peneliti melakukan pengukuran pencemaran udara oleh debu yang di daerah tersebut.

(19)

Untuk longsor/ erosi, berdasarkan data bahwa kejadian longsor ada. Tetapi berdasarkan wawancara dari beberapa informan bahwa belum pernah terjadi longsor di daerah tersebut. berdasarkan observasi, wawancara dan data yang diperoleh maka peneliti menyimpulkan dampak lingkungan dengan adanya penambangan bahan galian golongan c (batu dan tanah timbun) di desa Pilohayanga Barat sebagai berikut:

1. Aktivitas penambangan bahan galian golongan c menimbulkan dampak terhadap lingkungan yaitu pencemaran udara oleh debu yang dihasilkan dari aktivitas penambangan bahan batu dan tanah timbun. Debu yang dihasilkan ini dapat menggangu pekerja tambang dan masyarakat sekitar penambangan yang sering dilewati oleh truk-truk pembawa batu dan tanah timbun.

Berdasarkan wawancara dengan para pekerja bahwa mereka merasa terganggu dengan debu-debu tersebut, tetapi mereka sudah terbiasa dengan kondisi yang panas dan berdebu.

Cuma batuk-batuk, kan ba abu skali, tapi so biasa.(Bpk Ptn, pekerja tambang berumur 35 tahun)

Hal yang sama juga dikatakan oleh ibu pekerja tambang yaitu: Batuk-batuk ini salalu. (Ibu Srh, pekerja tambang berumur 45 tahun)

Berdasarkan observasi, truk pembawa batu dan tanah timbun ada yang menutup truknya dengan penutup (tarpal) dan ada juga yang tidak menutupnya sehingga menimbulkan debu di masyarakat. lebih banyak truk yang tidak menutup muatannya. Truk yang ditutupi hanya truk-truk yang akan melewati jalan-jalan besar.

(20)

Sebenarnya torang stuju, kan Cuma masyarkat disni kan yang bakarja itu, apalagi yang punya itu Cuma ornag sini. Cuma lama-lama torang so rasa panas dulu tidak panas bagini, baru ba abu skali ini oto-oto dorang tida mo tutup kasana, empas tutup kasana supaya tida talalu ba abu. (Ibu Hrn, masyarakat desa Pilohayanga Barat berumur 37 tahun)

Hal yang sama juga dibenarkan oleh pengawas penambangan Oh, kalo itu tergantung dorang mo bawa dimana, kalo dorang mo lewat jalan basar dorang mo tutup soalnya mo dapa marah, macam mo ka limboto ato ka kota sana. Tapi kalo cuma sekitar sini dorang tida mo tutup, torang juga tida tau itu. (Bpk Ksm, pengawas tambang berumur 33 tahun)

Dengan sikap para pembawa truk-truk yang tidak menutup muatan mereka sehingga semakin banyak debu-debu yang dihasilkan. Hal ini dapat menganggu masyarakat sekitar. Berdaasarkan pengamatan bahwa halaman rumah masyarakat disana banyak debu, sehingga mengharuskan mereka menutup pintu rumah mereka setiap hari agar debu tidak sampai masuk ke dalam rumah, karena mereka merasa sulit untuk bernapas apabila terlalu banyak debu. Mereka juga mengeluh karena debu semakin hari semakin banyak, sehingga setiap saat merka harus menyapu rumah mereka dan menyirami jalan.

Iya, memang abu-abu ini sangat menganggu, apalagi rumah-rumah yang dekat dengan penambangan ini, masyarakat lebih banyak menutup pintu rumah supaya debu-debu tidak maso ka dalam rumah, bekeng susah mo banapas kalo banya abu. (Bpk, Hj Abk, imam desa berumur 57 tahun)

(21)

Kalo panas ba abu skali, saya ini ba sapu turus-turus, kalo tiap sore mo siram ini jalan. (Ibu Hrn, masyarakat desa Pilohayanga Barat berumur 37 tahun)

Bapak kepala desa juga membenarkan bahwa masyarakat merasa terganggu dengan debu-debu tersebut tetapi bapak kepala desa menganggap bahwa hal itu memang hal yang wajar saja.

Memang pasti merasa terganggu dengan abu cuma memang so bagitu, masyarakat so harap maklum, namanya di muka jalan seperti itu, semua beresiko kurang apa yang tidak beresiko. (Bpk Hns, kepala desa Pilohayanga Barat berumur 37 tahun)

Masyarakat memberikan protes kepada kepala desa tetapi tidak ada tindak lanjut dari pemerintah desa. Menurut kepala desa hal tersebut adalah hal yang wajar, karena aktivitas penambangan ini pasti ada dampak positif dan dampak negatifnya. Tetapi penambangan ini telah mendapatkan izin dari pemerintah daerah, dan izin tersebut bukan hanya diberikan izin begitu saja, semuanya telah melewati proses-proses dan memakan waktu yang lama sampai diberikan izin usaha penambangan.

Yah mungkin yang paling dirasakan ini abunya itu, memang ba abu skali, saya pe rumah sja ba abu bagini, kalo usaha ini pemerintah mo tutup pembangunan juga mo terhenti. (Bpk Hns, kepala desa pilohayanga barat berumur 37 tahun)

Kondisi suhu yang panas, berdebu dan terlihat gersang menganggu kenyamanan hidup masyarakat di sekitar wilayah penambangan. Kondisi udara pada saat sebulum dan setelah ada penambangan, dirasakan sangat berbeda oleh masyarakat di sekitar penambangan baik bagi desa pilohaynga barat dan desa-desa sebelah yang setiap harinya dilewati oleh truk-truk

(22)

pembeli batu dan tanah timbun. Perubahan yang signifikan dirasakan oleh masyarakat pada kondisi awal dimana dulunya suhu udara masih sejuk dan tidak berdebu namun sekarang kondisi udara berubah menjadi panas, berdebu dan terlihat gersang. Masyarakat sekitar telah melakukan usaha agar debu di lingkungan mereka tidak bertambah banyak dengan cara menyiram jalan. Selain itu mereka sering menutup pintu rumah mereka agar debu tidak masuk ke dalam rumah khususnya pada siang hari yang ramai para pembeli pasair dan batu. Hal ini harus mendapatkan perhatian dari semua pihak-pihak yang terkait khususnya dari pemilik penambangan yakni dengan melakukan upaya penyiraman jalan. Hal tersebut perlu dilakukan agar kapasitas debu menjadi semakin berkurang.

Kalau dari kami mungkin hanya dapat mengusulkan dikurangi truk-truk yang masuk, dan agar mereka menutup truk mereka itu agar tidak menganggu masyarakat sekitar dengan debu itu, walupun hanya akan di bawa di daerah yang dekat-dekat situ. (bpk Art, pegawai bagian penambangan)

Hal yang sama juga diharapkan oleh masyarakat sekitar penambangan yaitu:

Harapan saya supaya lebih memperhatikan lingkungan. Baru saya minta supaya oto trek itu tutup kasana muatan itu supaya tidak talalu mo ba abu, soalnya ada yang dorang tutup ada juga tidak. Yang dorang mo tutup itu kalo mo lewat jalan-jalan basar, kalo cuma sekitar sini dorang tida mo tutup. (Bpk Hj Abk, imam desa berumur 57 tahun)

Saya cuma ba harap supaya ini jalan capat mo kase bae, baru itu oto tutup kasana, supaya tida ba abu. (Ibu Hrn, masyarakat desa Pilohayanga Barat berumur 37 tahun)

(23)

2. Hilangnya sebagian lapisan tanah. Hilangnya lapisan tanah menyebabkan kesuburan tanah hilang sehingga tanah tidak produktif lagi. Adanya perubahan tata guna lahan yang dulunya diperuntukan bagi pertanian tanaman pangan sekarang menjadi lahan penambangan.

So tidak bisa ba tanam akan stau. Ini tanah so te bos punya dia so bili-bili samua ini. (Ibu Srh, pekerja tambang berumur 45 tahun)

Hal yang sama juga dikatakan oleh pekerja tambang lainnya Kayaknya so tidak bisa mo ba tanam akan tanaman. Tapi ini tanah te bos so bili, ini gunung olo memang so tandus. (Bpk Ptn, pekerja tambang berumur 35 tahun)

3. Hilangnya tanaman-tanaman penutup tanah, hal ini menyebabkan aliran permukaan menjadi meningkat karena tidak adanya tanaman pelindung, apalagi bila pada musim hujan. Air hujan tidak dapat lagi di serap karena sudah tidak adanya tanaman-tanaman penutup tanah. Bila ujan deras jalan menjadi becek dan masyarakat mengeluh karena bila hujan deras sawah mereka menjadi becek. Berdasarkan wawancara bahwa banyak juga masyarakat yang mengeluh kepada pemerintah desa mengenai sawah mereka.

Kalo ujan mo banya skali pasir, ba pece di sawah, apalagi kalo ujan karas. (Bpk Hj Abk, imam desa berumur 57 tahun)

Tetapi pemerintah desa juga tidak dapat berbuat banyak, kepala desa telah menganjurkan kepada pihak penambangan untuk menanami tanaman di bawah lokasi penambangan karena kalau hajan dapat menganggu sawah yang ada di bawahnya.

(24)

Ada juga keluhan katanya merusak persawahan. Memang namanya kalo hujan tetap ada pasir, pasti mempengaruhi bisa mempengarui sawah maka dari itu sudah saya anjurkan sama pihak perusahaan itu tolong agar menanam tanaman di bawah ini, agar menghindari keluhan-keluhan. (Bpk Hns, kepala desa Pilohayanga Barat berumur 37 tahun)

Lahan yang dulunya hijau dan penuh dengan tanaman sekarang berubah menjadi lahan tandus yang penuh dengan tumpukan batu dan tanah timbun.

Gambar 4.5 Lahan menjadi tumpukan batu-batu

4. Beresiko terjdinya longsor bila dilihat dari kondisi penambangan saat ini. Berdasarkan data pada tabel 4.4 bahwa dampak yang ditimbulkan dari pengolahan hutan salah satunya adalah terjadinya longsor, tetapi berdasarkan wawancara dengan informan tidak penah terjadi longsor di daerah ini. Menurut kepala desa bahwa struktur batu dan tanah timbun di daerah ini keras sehingga kemungkinan terjadinya longsor kecil, tetapi hal ini mungkin saja terjadi apabila penambagan ini tidak memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

Oh kalo masalah longsor disini belum pernah terjadi logsor, banjir juga tidak pernah, soalnya struktur batu

(25)

dan tanah timbun disini keras jdi tidak mudah longsor. (Bpk Abd, tokoh masyarakat berumur 40 tahun)

Hal yang sama juga dikatakan oleh para pekerja dan juga merupakan masyarakat desa pilohayanga barat yang tinggal di dekat daerah penambangan yaitu:

Blum pernah longsor disini. (Bpk Ptn, pekerja tambang berumur 35 tahun)

Blum pernah. (Ibu Srh, pekerja tambang berumur 45 tahun)

5. Hilangnya sebagian pemandangan yang indah dan sejuk karena sekarang gunung tersebut bukan lagi merupakan hamparan hijau lagi tetapi hamparan bebatuan yang tandus dan panas. Masyarakat mengeluhkan udara di desa mereka sudah panas, gersang dan berdebu, sudah tidak seperti dulu lagi yang sejuk.

Kalo panas ba abu skali, saya ini ba sapu turus-turus, kalo tiap sore mo siram ini jalan. Pe panas lagi, dulu tidak panas bagini. Apalagi kalo so puasa musim panas toh, dapa rasa skali depe panas, hehee… (Ibu Hrn ,masyarakat desa Pilohayanga Barat berumur 37 tahun)

(26)

Gambar 4.6 Pemandangan gunung yang tandus

6. Rusaknya jalan desa yang dilalui oleh truk-truk pengangkut batu dan tanah timbun karena konstruksi jalan desa tidak dibuat khusus untuk truk-truk bermuatan batu dan tanah timbun, perbaikan jalan telah dilakukan namun beberapa lama kemudian sudah mulai mengalami kerusakan. Truk-truk yang bermuatan batu dan tanah timbun yang berlebih semakin memperparah kerusakan jalan desa. Jalan tersebut merupakan jalan satu-satunya oleh masyarakat untuk bepergian, sehingga hal tersebut sungguh sangat menganggu kenyamanan saat masyarakat atau pengguna jalan melewati jalan tersebut. harus berhati-hati dan pelan-pelan melewati jalan tersebut.

Gambar 4.7 Jalan desa yang rusak dan telah ditimbun

Banyak para pengguna jalan mengeluh karena belum diadakan perbaikan jalan. Terutama para pengemudi bentor yang melintasi jalan tersebut. Kebanyakan para pengemudi bentor yang melintasi jalan itu hanya pengemudi bentor yang bertemapat tinggal di daerah itu, baik di desa pilohayanga barat maupun di desa-desa sebelah. Pengemudi bentor yang

(27)

dari luar jarang melintas di daerah tersebut, mereka tidak mau mengantarkan para penumpang yang ingin ke desa ini dengan alasan jalannya rusak.

Ada, ini jalan so rusak skali bagini, kalo ujan ba pece skali, tantu kapan ini mo kase bae jalan ini. Ini skarang musim ujan bagini, so tida bole jalan mo lewat akan, mo tapalisi ban motor. (Ibu Hrn, masyarakat desa Desa Pilohayanga Barat berumur 37 tahun)

Sudah ada usaha dari pihak penambang untuk melakukan perbaikan yakni dengan menimbun jalan tersebut. tetapi bagi masyarakat hal itu tidak bisa membuat jalan semakin baik. Malah membuat jalan menjadi becek apabila hujan.

Iya ada, mereka memberikan kontribusi ke desa dan juga di perjanjian itu ada, mereka bertanggung jawab atas perbaikan bila terjadi kerusakan, seperti jalan itu mereka timbun. Bila ada permintaan mereka kasih. (Bpk Hns, kepala desa Pilohayanga Barat berumur 37 tahun)

Hal yang sama juga dikatakan masyarakat desa Pilohayanga Barat yaitu: Ini dorang jaga tambun dengan tana ini jalan, so rupa

gunung ini jalan, tanah yang dorang mo kase kamari rupa tidak gaga, cuma bekeng bapece kalo ujan. Saya kalo mo pulang dari kota, susah skali mo dapa bentor, kalo bukan bentor yang dari sini dorang tida mau ba antar, dorang bilang jalan disini rusak, mo rusak dorang pe bentor, banya tukang bentor yang tau jalan disini so rusak bagini, dorang tidak mau ba antar sampe sini. (Ibu Hrn, mayarakat berumur 37 tahun)

Mereka sudah meminta kepada kepala desa agar segera diadakan perbaikan jalan karena sungguh sangat menganggu pengguna jalan karena jalan yang mereka lewati bergelombang dan apabila hujan jalan tersebut becek, sehingga mereka harus hati-hati apalagi ada truk-truk yang melintas mereka harus pelan-pelan sehingga aktivitas mereka menjadi terhambat.

(28)

Tetapi kepala desa juga tidak dapat berbuat banyak. Kepala desa telah melakukan usaha untuk diadakan perbaikan jalan dengan memasukkan permohonan ke dinas yang terkait aitu dinas pekerjaan umum (PU) tapi belum ada realiasinya, semuanya harus melalui proses karena anggran dari pemerintah dan sudah ada yang mengaturnya.

kalo jalan itu, biar kita mengeluh urusan jalan bukan kita kan yang kase bae. Tapi saya sudah membuat permonan untuk perbaikan jalan cuma sampe skarang blum ada realisasinya, memang lama (bpk Hns , kepala desa Piloayanga Barat berumur 37 tahun)

Untuk urusan perbaikan jalan dinas pekrjaan umum yang melakukannya. Dan mereka pun tidak asal saja turun lapangan dan segera melakukan perbaikan ketika ada permohonan perbaikan jalan. Semuanya membutuhkan prosesnya dan berapa anggaran yang ada. Sebelum melakukan perbaikan jalan mereka harus mempertimbankan segala sesuatunya baik dari anggaran yang ada dan tingkat keparahan jalannya.

Kalau untuk perbaikan jalan kita menyesuaikan dengan anggaran yang ada, bila ada anggaran kemudian dilihat keparahan jalannya seperti apa, bila ada yang jauh lebih parah maka jaklan itu yang di dahulukan untuk desa pilohayanga barat sendiri saya kurang tau perbaikannya kapan, semuanya disesuaikan dengan anggaran yang ada dan tingkat keparahan, seperti sekarang ini kan musim hujan dan banjir, maka dari kita turun ke lapangan melihat kerusakan yang terjadi maka yang itu mungkin akan di prioritaskan apabila lebih parah. (Ibu Rty, bagian kepegawaian dinas PU berumur 38 tahun). 1.5 Pengukuran Kadar Debu

Dampak aktivitas penambangan bahan galian c di Desa Pilohayanga Barat Kecamatan Telaga ini menimbulkan dampak negatif yakni terhadap lingkungan yaitu pencemaran udara oleh debu yang dihasilkan dari aktivitras penambangan

(29)

tersebut. Berdasarkan data pada tabel 4.4 yang diperoleh dari kantor desa bahwa tidak terjadi pencemaran udara di daerah tersebut, namun berdasarkan observasi dan wawancara dengan informan bahwa mereka merasa terganggu dengan debu-debu yang semakin lama semakin banyak. Debu yang dihasilkan sangat terlihat jelas memberikan dampak terhadap masyarakat desa Pilohayanga Barat maupun masyarakat sebelahnya. Banyak masyarakat yang mengeluh kepada kepala desa dan pihak-pihak yang terkait. Sehingga hal ini menjadi masalah yang harus segera di tindak lanjuti oleh pihak-pihak yang terkait.

Berdasarkan masalah tersebut peneliti melakukan pengukuran kadar debu yang dihasilkan oleh aktivitas penambangan. Peneliti bermaksud untuk mengetahui apakah debu di daerah tersebut sudah melebihi batas atau masih di bawah batas normal. Berikut adalah hasil yang telah diperoleh setelah dilakukan pemeriksaan tingkat debu di daerah penambangan.

Tabel 4.2

Hasil pengukuran kadar debu di lokasi penambangan bahan galian golongan c di Desa Pilohayanga Barat Tahun 2013

Lokasi Suhu Kelembaban (%) Kec. Angin (m/s) Tekanan udara (mmhg) Arah angin TSP dalam µg/Nm3 Ket Tengah 30,4 66,3 1,4 760 T-B 330 Timur 29,1 68.5 1,2 760 T-B 380 Barat 28,8 69,8 1,5 760 T-B 370 Selatan 28,1 71,3 1,3 760 T-B 310 Utara 27,3 74.5 1,4 760 T-B 315 Catatan:

Baku Mutu Ambien Mengacu pada PP. NO.41 TAHUN 1999 TSP : 230 µg/Nm3

Pemeriksaan kadar debu dilakukan di 5 titik area penambangan dengan menggunakan alat EPAM 5000 yakni 4 titik searah mata angin,

(30)

utara-timut-selatan-barat dan 1 titik di tengahnya. Pada titik tengah diperoleh hasil 330 µg/Nm3, pada arah Timur diperoleh hasil 380 µg/Nm3, pada arah Barat diperoleh hasil 370 µg/Nm3, pada arah selatan diperoleh hasil 310 µg/Nm3 dan pada arah utara diperoleh hasil 315 µg/Nm3. Dari hasil tersebut dapat terlihat bahwa pada bagian Timur dan Barat cukup tinggi karena arah angin dominan kearah Timur dan Barat. Walaupun demikian semua hasil yang telah diperoleh bahwa debu yang dihasilkan dari aktivitas penambangan sudah melebihi batas yang yang telah di tetapkan. Baku mutu ambient mengacu pada PP. No. 41 Tahun 1999, yakni baku mutu udara ambient untuk debu 230 µg/Nm3.

Gambar

Gambar 4.1 Aktivitas penggalian bahan galian golongan C
Gambar 4.2 Truk-truk pengangkut bahan galian
Gambar 4.3 Kegiatan pemindahan batu ke dalam truk pembeli
Gambar 4.4 Pekerjaan mengumpul batu-batu kecil oleh ibu-ibu
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pantai Parangkusumo terletak di sebelah barat pantai Parangtritis dan satu kesatuan dengan petilasan Parangkusumo, tempat ini dianggap tempat bersejarah oleh sebagian besar

Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar inseminator yang ada adalah pegawai yang bekerja di Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Sawahlunto, sehingga pelaksanaan program IB

Hal ini didukung oleh Kusbiantoro (2014) dalam pebelitiannya yang berjudul “ Praktik Pencegahan Cedera Pada Anak Usia Toddler Ditinjau Dari Pengetahuan Dan Sikap

Namun ada beberapa masyarakat yang menganggap dari dulu pendidikan itu penting. Namun mereka terkendala fasilitas pendidikan yang ada di sekitar mereka dan juga faktor

1) Keinginan masyarakat untuk mendirikan minimarket waralaba sangat tinggi. Keuntungan yang ditawarkan oleh usaha waralaba minimarket sangat besar kerena penerima waralaba tinggal

(spesialisasinya) dikarenakan di LPTK mereka mengambil spesialisasi ilmu pendidikan geografi, pendidikan sejarah, atau pendidikan ekonomi sehingga yang ingin

Sebagian besar wanita menikah tidak bekerja memiliki tingkat keharmonisan keluarga yang sedang, hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh bahwa 29 orang wanita

Tradisi yang dilakukan di Dusun Satu Sudimoro ini merupakan salah satu. bentuk Islam sinkretis, namun dalam hal ini kandungan Islam dalam