1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peradaban dunia dan teknologi yang terus bekembang cepat khususnya dalam hal ekonomi, menjadikan semua negara harus mengikuti arus perekonomian global. Perdagangan internasional merupakan salah satu usaha dalam menghadapi perekonomian global saat ini. Negara Indonesia telah lama dalam melakukan perdagangan internasional, khususnya dalam ekspor berbagai produk ke luar negeri. Keaneka ragaman hayati atau sumberdaya non migas yang dimiliki Indonesia sangat beragam yang dapat di perdagangkan dalam pasar internasional, Ekspor non migas dalam sektor perkebunan, pertanian, kehutanan, dan perikanan menurut Badan Pusat Statistik (2016) telah berkontribusi sebesar 13,45% untuk Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga menjadi salah satu andalan perekonomian nasional yang cukup besar. Salah satu sektor perkebunan yang mempunyai unggulan adalah karet alam. Badan Pusat Statistik (2016) menjelaskan pada tahun 2015 sektor perkebunan memberikan 95,96% kontribusi dari seluruh sector non migas, sehingga menjadi penopang perekonomian nasional yang cukup besar.
Karet alam merupakan salah satu kekayaan hayati yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia di pasar dunia. Tahun 1864 perkebunan karet mulai diperkenalkan di Indonesia. Perkebunan karet dibuka oleh
2
Hofland pada tahun tersebut di daerah Pamanukan dan Ciasem, Jawa Barat. Produksi karet alam dunia pada tahun 2010 masih dikuasai oleh tiga Negara asia yaitu Thailand, Indonesia, dan Malaysia dengan pangsa pasar 70% (FAO, 2010). Karet alam merupakan komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia di pasar karet alam dunia. Negara pesaing terbesar karet alam Indonesia di pasar dunia adalah Thailand (FAO, 2014). Indonesia menempati posisi kedua dunia dengan jumlah produksi sebesar 2,59 juta ton setelah tailand yang mampu memproduksi sebesar 3,05 juta ton pada tahun 2010. Sedangkan Malaysia menduduki posisi ketiga dengan produksi sebesar 858 ribu ton pada tahun 2010 (Yogi, Suardi, Jumatri, 2014).
Indonesia merupakan Negara dengan luas areal terbesar di dunia (FAO, 2011). Meskipun demikian, hal ini tidak menjadikan Indonesia sebagai Negara pengekspor karet terbesar. Berdasarkan data Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) produksi karet Indonesia kebanyakan diproduksi oleh para petani kecil, kira-kira sebanyak 80% diproduksi petani. Pada tahun 2010 luas hektar perkebunan para petani sebesar 2.922 Ha, lalu pada tahun 2015 luas lahan meningkat menjadi 3.076 Ha. Milik pemerintah pada tahun 2010 luas lahan tercatat sebesar 239 Ha, namun pada tahun 2015 luas lahan tercatat menurun yakni 230 Ha. Milik swasta pada tahun 2010 tercatat sebesar 284 Ha, lalu meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar 315 Ha. Sekitar 85% dari produksi karet Indonesia diekspor ke luar negeri yakni pada Negara Asia lain, diikuti oleh Amerika Utara dan Eropa. Lima Negara yang paling banyak mengimpor
3
karet dari Indonesia adalah Amerika Serikat, Repubik Rakyat Tiongkok, Jepang, Singapura dan Brazil.
Daya saing karet alam Indonesia dapat dilihat dalam volume ekspor serta nilai dan nilai ekspor karet alam tersebut. Berikut adalah volume ekspor komodits karet alam Indonesia ke negara tujuan utama dari tahun 2009 hingga 2018.
Tabel 1.1 Volume Ekspor Karet Alam Indonesia Menurut Negara Tujuan Utama
Negara
tujuan
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Nilai (ribu ton)
Amerika Serikat 394.3 546.5 607.8 572.2 609,7 597,8 624,7 577,6 589,3 605.9 Jepang 273 313,4 387,8 389,3 426 409,1 425,1 421,3 463,8 483,8 Cina 457,1 418 409,3 437,7 511,7 367 289,4 302,9 445,5 252 India 83,2 99,3 68,7 107,8 144,4 195,8 204,5 230,9 259,9 302,8 Korea 99,5 91,8 120 142,7 147,3 158,7 182,8 179,3 192,8 189,5 Jumlah 1.307,1 1.469 1.593,6 1.649,7 1.839,1 1.728,4 1.726,5 1.712 1.951,3 1.834
Sumber : Diolah dari International Trade Statistic, 2018
Melihat Tabel 1.1 diatas Amerika menjadi pengimpor utama karet alam Indonesia, sedang Jepang adalah negara kedua yang paling banyak pengimpor karet alam Indonesia walaupun melihat dalam kurun tahun 2009 sampai 2018 cina sempat menjadi pengimpor terbanyak karet alam Indonesia dalam beberapa tahun.
Berikut adalah nilai ekspor komoditas karet alam Indonesia ke negara tujuan utama dari tahun 2009 hingga 2018.
4
Tabel 1.2 Nilai Ekspor Karet Alam Indonesia Menurut Negara Tujuan Utama
Negara
tujuan
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Nilai FOB (juta US$)
Amerika Serikat 657,6 1.696,4 2.789,2 1.835,8 1.563,7 1.074,5 874,9 743 1.004,4 848,5 Jepang 453,9 973,5 1.789,2 1.256,3 1.092,5 732,6 598,1 551,9 790,7 678,1 Cina 693,9 1.305,8 1.882,7 1.416,8 1.307,4 681,5 404,3 401 764,1 353,9 India 125,8 301,1 315,7 345 361,1 354,5 289,9 306,4 441,7 429,2 Korea 159,6 281,1 544,6 456,9 378,7 285 257,7 232,4 327,9 263,9 Jumlah 2.090,8 4.557,9 7.321,4 5.310,8 4.703,4 3.128,1 2.424,9 2.234,7 3.328,8 2.573,6
Sumber : Diolah dari International Trade Statistic, 2018
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa ekspor karet alam Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa negara tujuan utama ekspor. Adanya nilai ekspor yang berfluktuasi ini mungkin dikarenakan adanya pengaruh dari perubahan kurs dollar Amerika Serikat. Model Mundell Fleming dalam Froyen (2003) menjelaskan kenaikan kurs akan menyebabkan terjadinya kenaikan maupun penurunan ekspor, maka kegiatan ekspor berhubungan positif dengan kurs.
Tabel 1.3. Jumlah Total Produksi Negara Pengekspor Karet Dunia
Negara
pengekspor
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Total produksi (ribu ton)
Thailand 3.166 3.093 3.051 3.348 4.139 4.305 4.566 4.466 4.490 4.600 Indonesia 2.751 2.440 2.734 2.990 3.012 3.107 3.153 3.145 3.307 3.629 Vietnam 660 711 751 789 877 946 961 1.012 1.035 1.094 India 864 831 862 800 900 900 940 950 954 964 Malaysia 1.072 857 939 996 923 826 668 722 673 740
5
Melihat dari permintaan Negara akan kebutuhan karet, Indonesia masih memiliki kesempatan besar dalam pengembangan karet dunia. Ketatnya persaingan komoditas karet alam antara Indonesia dengan negara pesaing menunjukkan bahwa peningkatan daya saing diperlukan untuk menjaga agar karet alam Indonesia dapat tetap bersaing di pasar dunia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka memunculkan beberapa rumusan masalah penelitian, yaitu:
1 Bagaimana daya saing karet Indonesia di pasar internasional?
2 Bagaimana perbandingan daya saing karet alam Indonesia dengan empat Negara pengekspor karet alam terbesar di dunia?
1.3 Tujuan Penelitian
1 Untuk mengetahui daya saing karet Indonesia di pasar internasional.
2 Untuk mengetahui perbandingan daya saing karet alam Indonesia dengan empat Negara pengekspor karet alam terbesar di dunia.
1.4 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pihak – pihak yang berkepentingan, sebagai berikut :
1. Bagi akademisi, memberikan deskripsi tentang daya saing karet Indonesia terhadap pasar Internasional, dan sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya
6
serta menjadi bahan masukan untuk meningkatkan nilai ekspor karet Indonesia untuk bersaing di pasar dunia.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan informasi, pemikiran, dan kebijakan kepada pihak lain yang berkepentingan.
1.5 Batasan Istilah dan Pengukuran Variabel 1.5.1 Batasan istilah
Jenis-jenis barang yang diekspor biasanya menggunakan kode HS (Harmonized
System). Kode HS ini digunakan sebagai salah satu instrumen yang paling utama
khususnya di dalam pengelompokkan statistik perdagangan internasional dan klasisfiskasi dalam pembebanan Tarif Bea Masuk atas barang impor. Kode HS juga digunakan untuk keperluan klasifikasi barang ekspor, pungutan yang berkaitan dengan ekspor dan keperluan lainnya yang terkait dengan perdagangan internasional. Jenis-jenis karet Indonesia yang diperdagangkan di pasar internasional adalah karet lateks. Berikut batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Metode analisis daya saing menggunakan indeks RCA (Revealed Comparative
Advantage) dan RSCA (Revealed Symetric Comparative Advantage). RCA
adalah salah satu cara untuk mengukur keunggulan komparatif dengan membandingkan pangsa pasar ekspor sektor tertentu suatu negara dengan pangsa pasar sektor tertentu di pasar internasional. RSCA adalah bentuk pendalaman dari metode RCA dalam mengukur keunggulan komparatif suatu komoditi di suatu negara.
7
2. Data yang digunakan adalah data deret ukur (time series) yaitu data yang dikumpulkan dari untaian waktu tertentu dan menggambarkan perkembangan suatu kegiatan yang berlangsung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu selama 10 tahun (2009-2018).
3. Data sekunder adalah data yang didapat dari lembaga atau instansi tertentu yang mendukung tujuan penelitian, dalam bentuk data publikasi
4. Jenis karet yang dianalisis adalah Natural rubber HS 1996 digit (kode 4001). 5. Jumlah dari nilai ekspor komoditas i di negara j. Negara yang menjadi
pembanding dalam penelitian ini adalah Thailand, Indonesia, Malaysia, Vietnam dan India. Data yang digunakan adalah data time series atau runtut waktu dari tahun 2009 higga tahun 2018 dengan satuan US$.
6. Jumlah dari seluruh ekspor seluruh komoditas yang di ekspor oleh suatu negara. Dalam penelitian ini ada lima negara pembanding yakni Thailand, Indonesia, Malaysia, Vietnam dan India. Data yang digunakan adalah data time series atau runtut waktu dari tahun 2009 hingga tahun 2018 dengan satuan ribu US$. 7. Jumlah nilai dari kegiatan ekspor komoditas i didunia. Dalam penelitian ini data
yang digunakan adalah data time series atau runtut waktu dari tahun 2009 hingga tahun 2018 dengan satuan US$ .
8. Jumlah total dari nilai ekspor seluruh komoditas yang ada di dunia. dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data time series atau runtut waktu dari tahun 2009 hingga tahun 2018 dengan satuan US$.
8
9. Negara yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data 5 (lima) negara pngekspor terbesar karet alam dunia, yakni Thailand, Indoneisa, Malaysia, Vietnam dan India.