• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS PUPUK ORGANIK BERBAHAN AKTIF AGENS HAYATI UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN JERUK PAMELO (Citrus maxima Meer)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS PUPUK ORGANIK BERBAHAN AKTIF AGENS HAYATI UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN JERUK PAMELO (Citrus maxima Meer)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS PUPUK

ORGANIK BERBAHAN AKTIF AGENS HAYATI

UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN

JERUK PAMELO (Citrus maxima Meer)

U S M A N

08 242 33

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

(2)

i

HALAMAN PENGESAHAN

PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS PUPUK ORGANIK BERBAHAN AKTIF AGENS HAYATI UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN JERUK PAMELO

(Citrus maxima Meer)

U S M A N

08 242 33

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Pada Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. H. Baso Darwisah, MP. Muh. Yusuf, SP., MP. NIP. 19621231198803 025 NIP. 197006271998031006

Diketahui Oleh :

Direktur Ketua Jurusan

Politeknik Pertanian Negeri Pangkep Budidaya Tanaman Perkebunan

Prof. Dr. Ir. Mursalim, M.Sc. Rahmad D., SP., M.Si.

NIP. 19610510 1987021001 NIP. 197112012003121001

(3)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

Judul Tugas Akhir : Penggunaan Berbagai Jenis Pupuk Organik Berbahan Aktif Agens Hayati Untuk Pertumbuhan Tanaman Jeruk Pamelo (Citrus maxima Meer)

Nama : U s m a n Nomor Pokok : 08 242 33

Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Tanggal Lulus : 20 September 2011

Disahkan Oleh

Tim Penguji :

1. Ir. H. Baso Darwisah, MP. (………...)

2. Muh. Yusuf, SP., MP. (………)

3. Sitti Inderiati, SP., MBiotechSt. (……..………..)

(4)

iii

RINGKASAN

USMAN 08 242 33,

Penggunaan Berbagai Jenis Pupuk Organik Berbahan Aktif

Agens Hayati Untuk Pertumbuhan Tanaman Jeruk Pamelo (Citrus maxima Meer), dibimbing oleh Baso Darwisah dan Muh. Yusuf.

Percobaan ini dilaksanakan di kebun pertanaman jeruk pamelo yang berlangsung pada bulan November 2010 sampai Januari 2011, di Kelurahan Attasalo, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep. Tujuan dari percobaan adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai jenis pupuk organik berbahan aktif agens hayati terhadap pertumbuhan tanaman jeruk pamelo. Kegunaannya adalah sebagai bahan informasi dalam hal penggunaan bahan organik berbahan aktif agens hayati dalam budidaya tanaman jeruk pamelo. Percobaan ini disusun berdasarkan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan yaitu OK = Pupuk Kandang + Dedak + Serbuk Gergaji, OE = Pupuk Kandang + Dedak + Serbuk Gergaji + EM4, OT = Pupuk Kandang + Dedak + Serbuk Gergaji + Herbafam, OH = Pupuk Kandang + Dedak + Serbuk Gergaji + Trichoderma. Parameter pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, dan lingkaran batang. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik ditambah herbafarm berbahan aktif agens hayati memberikan hasil terbaik terhadap pertambahan tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, dan lingkaran batang, namun hasil tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya berdasarkan analisa statistik.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahNya sehingga tugas akhir dengan judul “Penggunaan Berbagai Jenis Pupuk Organik Berbahan Aktif Agens Hayati Untuk Pertumbuhan Tanaman Jeruk Pamelo, (Citrus

maxima Meer)” yang dilaksanakan di kelurahan Attasalo, kecamatan Ma’rang,

kabupaten Pangkep dapat diselesaikan di bawah bimbingan Ir. H. Baso Darwisah, MP dan Muh. Yusuf, SP., MP.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibunda Kumalah dan Ayahanda Abu Dg. Marolah serta segenap keluarga tercinta yang telah memberikan bantuan moril maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Hanya doa dan bakti yang dapat penulis persembahkan pada Ibunda dan Ayahanda serta segenap keluarga atas segala pengorbanannya. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Mursalim, M.Sc., selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

2. Bapak Rahmad D., SP., M.Si., selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan.

3. Bapak Ir. H. Baso Darwisah, MP., selaku Pembimbing Pertama. 4. Bapak Muh. Yusuf, SP., MP., selaku Pembimbing Kedua.

5. Ibu Sitti Inderiati, SP., M. BiotechSt dan Nurhalisyah, SP., MP., selaku Penguji tugas akhir.

6. Saudaraku yang selalu memberi dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

(6)

v 7. Seluruh staf Dosen dan Teknisi Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan. 8. Seluruh Teman-teman Mahasiswa Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan

Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat digunakan untuk pengembangan dan budidaya tanaman.

Pangkep, 20 September 2011

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ... ii

RINGKASAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Tujuan dan Kegunaan ... 2

1.3. Hipotesis ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistematika Tanaman Jeruk Pamelo ... 3

2.2. Morfologi Tanaman Jeruk Pamelo ... 3

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Jeruk Pamelo ... 6

2.4. Pemupukan Jeruk Pamelo... 7

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat ... 22

3.2. Alat dan Bahan ... 22

3.3. Metode Pelaksanaan ... 22

3.4. Pelaksanaan Percobaan ... 24

3.5. Parameter Pengamatan... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ... 27

4.2. Pembahasan ... 30

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 32

5.2. Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Denah Percobaan………... 34

2. a. Rata - rata Pertambahan Tinggi Tanaman Jeruk Pamelo ... 35

b. Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Tanaman Tanaman Jeruk Pamelo ... 35

3. a. Rata - rata Pertambahan Jumlah Cabang Tanaman Jeruk Pamelo ... 36

b. Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Batang Tanaman Jeruk Pamelo ... 36

4. a. Rata - rata Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Jeruk Pamelo ... 37

b. Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Jeruk Pamelo ... 37

5. a. Rata - rata Pertambahan Lingkaran Batang Tanaman Jeruk Pamelo ... 38

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Rata-rata pertambahan tinggi tanaman jeruk pamelo pada pemberian

berbagai jenis pupuk organik ………. 26 2. Rata-rata jumlah cabang tanaman jeruk pamelo pada pemberian

berbagai jenis pupuk organik………. 27 3. Rata-rata pertambahan jumlah daun jeruk pamelo pada pemberian

berbagai jenis pupuk organik………. 28 4. Rata-rata pertambahan diameter batang pada berbagai jenis pemberian

pupuk organik ……… 29 5. Pengukuran Jeruk Pamelo... 39 6. Pemberian Pupuk Organik……...………. 40

(10)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Jeruk pamelo (Citrus maxima Meer) merupakan salah satu komoditi buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Prospek pengembangan jeruk pamelo sangat baik berdasarkan potensi pasar domestik dan peluang ekspor yang terus berkembang. Ekspor buah jeruk pamelo meningkat dari tahun ke tahun, pada t1999 ekspor jeruk sebanyak 164 ton atau senilai 12. 234 US$ dan meningkat pada 2001 menjadi 57.160 ton atau senilai dengan 21.910 US$. Beberapa sentra produksi tanaman jeruk pamelo di Indonesia adalah kabupaten Magetan, Jawa Timur dan kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan (Supriyanto, 2002).

Untuk mendapatkan tanaman jeruk pamelo yang sehat, produktif dan menghasilkan buah bermutu tinggi maka aspek pemeliharaan tanaman terutama pemupukan perlu diperhatikan. Pupuk yang digunakan berupa pupuk organik dan atau anorganik. Namun, karena pertimbangan ketersediaan dan harga pupuk anorganik yang tinggi serta dampak terhadap lingkungan menyebabkan masyarakat mulai memilih pupuk organik.

Pertanian organik merupakan bagian dari pertanian alami yang dalam pelaksanaannya berusaha menghindari penggunaan pupuk kimia yang dapat merusak lingkungan dengan tujuan memperoleh kondisi lingkungan yang sehat dan menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah.

(11)

2 Pupuk organik merupakan pupuk yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman hortikultura, khususnya tanaman buah. Jenis pupuk organik cukup banyak, di antaranya pupuk kandang, kompos dan campuran berbagai bahan organik lainnya yang dilengkapi dengan mikroorganisme pengurai (effective microorganisms) yang dapat mempercepat penguraian bahan-bahan organik sehingga penggunaannya lebih efektif.

Untuk mengetahui efektifitas penggunaan berbagai sumber pupuk organik terhadap pertumbuhan jeruk pamelo Pangkep, dilakukan percobaan pemanfaatan beberapa jenis pupuk organik pada pertanaman jeruk pamelo Pangkep.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai jenis pupuk organik berbahan aktif agens hayati terhadap pertumbuhan tanaman jeruk pamelo. Kegunaannya sebagai bahan informasi dalam hal penggunaan bahan organik berbahan aktif agens hayati dalam budidaya tanaman.

1.3. Hipotesis

Diduga terdapat pengaruh yang berbeda dari penggunaan berbagai jenis pupuk organik berbahan aktif agens hayati terhadap pertumbuhan tanaman jeruk pamelo.

(12)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika Tanaman Jeruk Pamelo

Jeruk pamelo mempunyai sistematika sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisio : Spermathopyta Sub devisio : Angiospermae

Klas : Dicotyledoniae

Ordo : Rutales

Familiy : Rutales

Sub- family : Aurantioidae Sub-tribe : Citrinae

Genus : Citrus

Species : Citrus maxima Meer

2.2. Morfologi Tanaman Jeruk Pamelo

2.2.1. Bentuk Pohon

Tanaman jeruk pamelo berbentuk pohon dan berkayu. Tingginya tergantung varietas dan umur tanaman. Jeruk pamelo yang berumur 16 tahun tingginya hanya sekitar 5 m. sedangkan jenis jeruk pamelo lainnya lebih tinggi, sekitar 5 - 15 meter. Batang tanaman jeruk pamelo keras, kuat, dan berbengkok-bengkok. Dengan batang kayu yang kokoh maka pohon jeruk cukup kuat menahan beban buah (Setiawan dan Sunarjono, 2003).

(13)

4

2.2.2. Akar

Perakaran tanaman jeruk pamelo mempunyai pertumbuhan yang cepat dan mampu menembus batu dan tanah yang kuat. Sehingga perakaran tanaman jeruk pemelo relatif lebih kuat, dengan kedalaman perakaran dapat mencapai 10 meter (Setiawan dan Sunarjono, 2003).

2.2.3. Batang

Batang tanaman jeruk pamelo pada kondisi akan tumbuh tegak dan lurus dengan ketinggian dapat mencapai 7 sampai 20 meter. Batang pohon jeruk pamelo ada yang berduri dan ada yang mulus (tidak berduri). Menurut pengalaman petani jeruk nambangan, penanaman dengan biji biasanya menyebabkan pohon berduri pada awal masa pertumbuhan. Namun setelah tanaman besar duri akan hilang pada tanaman berasal dari okulasi dan cangkok dari pohon dewasa memang tidak berduri (Setiawan dan Sunarjono, 2003).

2.2.4. Daun

Daun jeruk pamelo berbentuk bundar telur hingga lonjong, pangkalnya berbentuk jantung (subcordate), berpinggir rata hingga beringgit (crenate) dangkal. Antara daun dan batang dihubungkan oleh tangkai daun yang bersayap lebar dan berbentuk hati (Setiawan dan Sunarjono, 2003).

2.2.5. Bunga

Bunga jeruk pamelo merupakan bunga tunggal atau majemuk yang bertandan. Bunganya lebih pamelo dibanding jeruk keprok dan harum. Kelopak bunga berbentuk lonceng atau cawan sebanyak 4 - 5 buah.

(14)

5 Ketika kuncup, mahkota bunganya tersusun seperti gunting, jumlah benang sarinya 25 - 35 buah, tegak, dan beberkas 4 - 5 buah. Setelah mendapat sinar matahari, benang sarinya terlepas satu sama lain. Panjang benang sari biasanya tidak seragam (Suprianto, 2003).

Putiknya memiliki bakal buah menumpang, biasanya beruang 1-5 atau banyak. Dalam tiap ruang terdapat dua bakal biji. Mahkota bunga jeruk besar berwarna putih bersih seperti bunga melati. Bunga jeruk besar umumnya melakukan penyerbukan sendiri. Namun, penyerbukan yang dibantu serangga akan lebih cepat berhasil (Setiawan dan Sunarjono, 2003).

2.2.6. Tajuk

Tajuk pohon jeruk pamelo biasanya terlalu tinggi. Cabangnya banyak dan tidak beraturan. Letak cabangnya saling berjauhan dan ujungnya merunduk. Pada tanaman yang telah tua dan tinggi, bentuk tajuknya makin tinggi dan melebar sehingga tercipta ruangan teduh yang cukup luas dibawahnya. Susunan daun agak jarang dan terpencar - pencar sehingga masih bisa meloloskan sinar matahari pagi (Setiawan dan Sunarjono, 2003).

2.2.7. Buah

Tanaman jeruk pamelo mulai berproduksi pada umur 4-6 tahun, tergantung varietas, macam bibit, dan perawatan. Pada jeruk pamelo, panen raya terjadi pada bulan Mei - Juni. Produktifitasnya pun sangat bervariasi sesuai varietas, umur, dan tingkat pertumbuhan tanaman yang didukung oleh kondisi lingkungan. Namun, sebagai patokan biasanya satu pohon jeruk pamelo bias menghasilkan 75 - 200 buah. (Suprianto, 2003).

(15)

6 Ketebalan kulit buah tergantung varietasnya. Kulit buah jeruk besar terbagi menjadi tiga lapisan, yaitu kulit luar (eksokarp), kulit bagian tengah (mesokarp), dan kulit bagian dalam (endokarp). Kulit luar ada yang berwarna hijau, hijau kekuning-kuningan atau kuning. Kulit buah bagian tengah berwarna putih bersih. Sementara kulit bagian dalam berwarna merah muda (Suprianto, 2003).

2.3. Syarat Tumbuh

2.3.1. Ketinggian Tempat

Tanaman jeruk dapat ditanam didataran rendah sampai dataran tinggi tergantung varietasnya. Kualitas buah jeruk dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tempat, misalnya buah jeruk siam didataran tinggi rasanya akan masam dan jeruk manis didataran rendah daging buahnya kasar dan kurang segar. Namun, yang terbaik adalah jika tanaman pada ketinggan di bawah 400 m dpl. Penanaman diatas 400 m dpl dapat menyebabkan buah jeruk pamelo menjadi asam, getir dan berkulit tebal (Supriyanto, 2003).

2.3.2. Jenis Tanah

Umumnya jeruk pamelo memiliki jenis tanah ringan sampai sedang, gembur, dan subur, serta banyak mengandung pasir dengan kedalaman air tanah pada musim hujan 50 cm dan 1,5 meter pada musim kemarau. Jeruk pamelo tidak tahan genangan air oleh karena drainase harus diperhatikan pada lahan yang kurang subur, penanaman jeruk pamelo harus disertai dengan pemupukan (Supriyanto, 2003).

(16)

7

2.3.3. Kemasaman Tanah

Kisaran pH tanah yang baik untuk jeruk pamelo adalah 5 sampai 6 hasil maksimal dapat diperoleh pada pH 6. Jika pH di bawah 5, daun jeruk akan menguning dan buah tidak berkembang dengan baik. Jika daun diatas 6, tanaman jeruk pamelo seperti kekurangan unsur borium pada pucuk daun. Jika terpaksa ditanam diluar kisaran pH tersebut, lahan harus dinetralisasi dengan pemberian kapur (Supriyanto, 2003).

2.3.4. Iklim

Menurut setiawan (1993), jeruk pamelo dapat ditanam pada tipe iklim A, B, dan C berdasarkan Smith dan Ferguson. Pada tipe iklim A curah hujan sangat tinggi yaitu memiliki 12 bulan basah tanpa bulan kering akibatnya kedalaman air tanah tidak menjadi masalah sementara pada tipe iklim B dan C memiliki bulan basah lebih sedikit, kedalaman air tanah yang sesuai adalah 50 - 200 cm. Tanaman jeruk pamelo merupakan tanaman yang mudah beradptasi dengan lingkungan tempat tumbuhnya. Tanaman ini tumbuh pada kisaran suhu yang luas yaitu 15 - 35 oC dengan suhu optimal 27 oC. Kelembaban yang dikehendaki berkisar 80% dengan curah hujan 1.500 - 2.000 mm/tahun dan membutuhkan 6 - 8 bulan basah (Rismundar, 2001).

2.3.5. Pemupukan Tanaman Jeruk Pamelo

Pemupukan dimaksudkan untuk memberikan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Tujuan pemupukan adalah untuk menambahan unsur hara yang dibutuhkan agar pertumbuhannya lebih baik sehingga berproduksi secara maksimal (Novisan, 2002).

(17)

8 Tabel 1. Dosis Pupuk per pohon selama 15 tahun pertama.

Umur (tahun)

Dosis Pupuk Per Pohon

Pupuk kandang (m3) Urea (kg) TSP (kg) KCL (kg)

1 0,5 0,20 0,45 0,40

2 0,5 0,40 0,65 0,65

3 0,5 0,60 1,00 1,00

4 0,5 0,80 1,00 1,00

5-15 0,5 1,00 0,55 0,85

Sumber : Titik Endang S. (BPP Sukomoro, Magetan 2010).

2.3.6. Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan hasil penguraian bahan organik oleh jasad renik atau mikroorganisme yang berupa zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tanaman. Misalnya kompos, pupuk kandang, dan pupuk hijau. Kompos atau pupuk kandang sudah cukup lama dikenal dan dipergunakan, tetapi baru sebatas menggunakan apa adanya, belum sampai pada usaha untuk meningkatkan kualitas dari kompos dan pupuk kandang tersebut. Rakitan teknologi pembuatan pupuk alternatif mulai membudaya di masyarakat kita, yaitu upaya pembuatan kompos dengan menggunakan bioaktifator yang memang sudah cukup banyak di pasaran, seperti EM4, stardek/Starbio, CM. Kandungan pupuk organik NASA telah mendapatkan sertifikasi organik oleh Deptan dengan analisa lab Sucofindo. Kandungan : N 0.12%, P2O5 0.03%, K 0.31%, Ca 60.40 ppm, S 0.12%, Mg 16.88 ppm, Cl 0.29%, Mn 2.46 ppm, Fe 12.89 ppm, Cu <0.03 ppm, Zn 4.71 ppm, Na 0.15%, B 60.84 ppm, Si 0.01%, Co <0.05 ppm, Al 6.38 ppm, NaCl 0.98%, Se 0.11 ppm, As 0.11 ppm, Cr <0.06 ppm, Mo <0.2 ppm, V <0.04 ppm, SO4 0.35%, C/N ratio 0.86%, ph 7.5, Lemak 0.44%, Protein 0.72%.

(18)

9 Kandungan lain adalah Asam-asam organik (Humat 0,01%, dan vulvat). Zat Perangsang Tumbuh (ZPT) berupa Auksin, Giberelin, Sitokinin. Fungsi Unsur Hara Makro (N - P - K). Beberapa unsur hara yang dibutuhkan tanaman : Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Mo, Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl).

2.3.6.1. Nitrogen (N)

Nitrogen mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara keseluruhan dan merupakan bagian dari sel tanaman itu sendiri. Unsur N berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman, merangsang pertumbuhan vegetatif dan warna hijau pada daun. Tanaman yang kekurangan unsur N memperlihatkan gejala seperti pertumbuhan lambat atau kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning kemudian mati.

2.3.6.2. Phospor (P)

Phospor berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman, merangsang pembungaan dan pembuahan, menstimulir pertumbuhan akar, dan pembentukan biji, merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel. Tanaman yang kekurangan unsur P gejalanya: pembentukan buah dan biji berkurang, tanaman kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan.

(19)

10

2.3.6.3. Kalium (K)

Kalium berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air dan meningkatkan daya tahan atau kekebalan tanaman terhadap penyakit. Tanaman yang kekurangan unsur K memperlihatkan gejala batang dan daun menjadi lemas dan rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan (tidak hijau segar), ujung daun menguning dan kering serta timbul bercak coklat pada pucuk daun.

Unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil antara lain Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), Boron (B), Klor (Cl).

2.3.6.1. Besi (Fe)

Besi (Fe) merupakan unsur mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun fero (Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk kelat (ikatan logam dengan bahan organik). Mineral Fe antara lain olivin (Mg, Fe)2SiO, pirit, siderit (FeCO3), gutit (FeOOH), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3) dan ilmenit (FeTiO3) Besi dapat juga diserap dalam bentuk kelat, sehingga pupuk Fe dibuat dalam bentuk kelat. Kelat Fe yang biasa digunakan adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan dan bentuk kelat yang lain. Fe dalam tanaman sekitar 80% yang terdapat dalam kloroplas atau sitoplasma. Penyerapan Fe lewat daun dianggap lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe. Dengan demikian pemupukan lewat daun sering diduga lebih ekonomis dan efisien. Fungsi Fe antara lain sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan berperanan dalam perkembangan kloroplas.

(20)

11

2.3.6.2. Mangan (Mn)

Mangan diserap dalam bentuk ion Mn++. Seperti hara mikro lainnya, Mn dianggap dapat diserap dalam bentuk kompleks khelat dan pemupukan Mn sering disemprotkan lewat daun. Mn dalam tanaman tidak dapat bergerak atau beralih tempat dari organ yang satu ke organ lain yang membutuhkan. Mangaan terdapat dalam tanah berbentuk senyawa oksida, karbonat dan silikat dengan nama pyrolusit (MnO2), manganit (MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3) dan rhodoinit (MnSiO3). Mn umumnya terdapat dalam batuan primer, terutama dalam bahan ferro magnesium. Mn dilepaskan dari batuan karena proses pelapukan batuan. Hasil pelapukan batuan adalah mineral sekunder terutama pyrolusit (MnO2) dan manganit (MnO(OH)). Kadar Mn dalam tanah berkisar antara 300 sampai 2000 ppm. Bentuk Mn dapat berupa kation Mn++ atau mangan oksida, baik bervalensi dua maupun valensi empat.

Penggenangan dan pengeringan yang berarti reduksi dan oksidasi pada tanah berpengaruh terhadap valensi Mn. Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase, sintesis protein, karbohidrat. Berperan sebagai activator bagi sejumlah enzim utama dalam siklus krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik yang normal dalam kloroplas,ada indikasi dibutuhkan dalam sintesis klorofil. Defisiensi unsure Mn antara lain : pada tanaman berdaun lebar, interveinal chlorosis pada daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih banyak menyebar sampai ke daun yang lebih tua, pada serealia bercak-bercak warna keabu-abuan sampai kecoklatan dan garis-garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda, split seed pada tanaman lupin.

(21)

12

2.3.6.3. Seng (Zn)

Seng diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn (OH)+. Di samping itu, Zn diserap dalm bentuk kompleks khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsure mikro lain, Zn dapat diserap lewat daun. Kadr Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam tanaman berkisar antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain sulfida (ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan ZnSiO4). Fungsi Zn antara lain : pengaktif enim anolase, aldolase, asam oksalat dekarboksilase, lesitimase,sistein desulfihidrase, histidin deaminase, super okside demutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, proteinase dan peptidase. Juga berperan dalam biosintesis auxin, pemanjangan sel dan ruas batang.

Ketersediaan Zn menurun dengan naiknya pH, pengapuran yang berlebihan sering menyebabkan ketersediaaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH tinggi sering menunjukkan adanya gejala defisiensi Zn, terytama pada tanah berkapur. Adapun gejala defisiensi Zn antara lain: tanaman kerdil, ruas-ruas batang memendek, daun mengecil dan mengumpul (resetting) dan klorosis pada daun-daun muda dan intermedier serta adanya nekrosis.

2.3.6.4. Tembaga (Cu)

Tembaga diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin dapat diserap dalam bentuk senyaewa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen diamine tetra acetate acid) dan Cu-DTPA (Cu diethilen triamine penta acetate acid). Dalam getah tanaman bik dalam xylem maupun floem hampir semua Cu membentuk kompleks

(22)

13 senyawa dengan asam amino. Cu dalam akar tanaman dan dalam xylem > 99% dalam bentuk kompleks. Dalam tanah, Cu berbentuk senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4 misalnya kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu5FeS4), luvigit (Cu3AsS4), tetrahidrit [(Cu,Fe)12SO4S3)], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit [Cu2(OH)2CO3], adirit [(Cu3(OH)2(CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4]. Kebanyakan Cu terdapat dalam kloroplas (>50%) dan diikat oleh plastosianin. Senyawa ini mempunyai berat molekul sekitar 10.000 dan masing-masing molekul mengandung satu atom Cu. Hara mikro Cu berpengaruh pafda klorofil, karotenoid, plastokuinon dan plastosianin. Fungsi dan peranan Cu antara lain: mengaktifkan enzim sitokrom - oksidase, askorbit - oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase.

Berperan dalam metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan lignin.Adapun gejala defisiensi/kekurangan Cu antara lain : pembungaan dan pembuahan terganggu, warna daun muda kuning dan kerdil, daun-daun lemah, layu dan pucuk mongering serta batang dan tangkai daun lemah.

2.3.6.5. Molibdenum (Mo)

Molibdenum diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik kritik dengan toksis relatif besar. Bila tanaman terlalu tinggi, selain toksis bagi tanaman juga berbahaya bagi hewan yang memakannya. Hal ini agak berbeda dengan sifat hara mikro yang lain. Pada daun kapas, kadar Mo sering sekitar 1500 ppm. Umumnya tanah mineral cukup mengandung Mo. Mineral lempung yang terdapat di dalam tanah antara lain molibderit (MoS), powellit (CaMo)3.8H2O. Molibdenum

(23)

14 (Mo) dalam larutan sebagai kation ataupun anion. Pada tanah gambut atau tanah organik sering terlihat adanya gejala defisiensi Mo. Walaupun demikian dengan senyawa organik Mo membentuk senyawa khelat yang melindungi Mo dari pencucian air. Tanah yang disawahkan menyebabkan kenaikan ketersediaan Mo dalam tanah. Hal ini disebabkan karena dilepaskannya Mo dari ikatan Fe (III) oksida menjadi Fe (II) oksida hidrat. Fungsi Mo dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase dan xantine oksidase. Gejala yang timbul karena kekurangan Mo hampir menyerupai kekurangan N. Kekurangan Mo dapat menghambat pertumbuhan tanaman, daun menjadi pucat dan mati dan pembentukan bunga terlambat. Gejala defisiensi Mo dimulai dari daun tengah dan daun bawah. Daun menjadi kering kelayuan, tepi daun menggulung dan daun umumnya sempit.

2.3.6.6. Boron (B)

Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H2BO3) dan kadarnya berkisar antara 7-80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat hidrat B(OH)4-. Boron yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5%dari kadar total boron dalam tanah. Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa dan difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa organik. Boron juga banyak terjerap dalam kisi mineral lempung melalui proses substitusi isomorfik dengan Al3+ dan atau Si4+. Mineral dalam tanah yang mengandung boron antara lain turmalin (H2MgNaAl3(BO)2Si4O2)O20 yang mengandung 3%-4% boron. Mineral tersebut terbentuk dari batuan asam dan sedimen yang telah mengalami metomorfosis. Mineral lain yang mengandung boron adalah kernit (Na2B4O7.4H2O), kolamit (Ca2B6O11.5H2O), uleksit

(24)

15 (NaCaB5O9.8H2O) dan aksinat. Boron diikat kuat oleh mineral tanah, terutama seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3). Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan auksin. Di samping itu boron juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari. Gejal defisiensi hara mikro ini antara lain : pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar), mati pucuk (die back), mobilitas rendah, buah yang sedang berkembang sngat rentan, mudah terserang penyakit (Buckman, H. O., dan N, C Brady, 1982).

2.3.6.7. Klor (Cl)

Klor merupakan unsur yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar tanaman dan dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman, misalnya daun. Kadar Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman kering. Kadar Cl yang terbaik pada tanaman adalah antara 340 - 1200 ppm dan dianggap masih dalam kisaran hara mikro. Klor dalam tanah tidak diikat oleh mineral, sehingga sangat mobil dan mudah tercuci oleh air drainase. Sumber Cl sering berasal dari air hujan, oleh karena itu, hara Cl kebanyakan bukan menimbulkan defisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah keracunan tanaman. Klor berfungsi sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan osmose sel, mencegah kehilangan air yang tidak seimbang, memperbaiki penyerapan ion lain,untuk tanaman kelapa dan kelapa sawit dianggap hara makro yang penting. Juga berperan dalam fotosistem II dari proses fotosintesis, khususnya dalam evolusi oksigen. Adapun defisiensi klor adalh antara lain : pola percabangan akar abnormal, gejala wilting (daun lemah dan layu), warna keemasan (bronzing) pada daun, pada tanaman kol daun berbentuk mangkuk.

(25)

16

2.3.7. Agensia Hayati

Agensia hayati adalah setiap organisme yang dalam semua tahap perkembangannya dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu tumbuhan dalam proses produksi, pengolahan hasil pertanian dan berbagai keperluannya.

Jenis organisme yang termasuk agens hayati organisme yang termasuk dalam agens hayati, yaitu semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikoplasma.

Menurut FAO (1988), agens hayati adalah mikroorganisme, baik yang terjadi secara alami seperti bakteri, cendawan, virus dan protozoa, maupun hasil rekayasa genetik (genetically modified microorganisms) yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Pengertian ini kemudian dilengkapi dengan definisi menurut FAO (1997), yaitu organisme yang dapat berkembang biak sendiri seperti parasitoid, predator, parasit, artropoda pemakan tumbuhan, dan patogen. Mengingat pentingnya pengembangan agen hayati dalam pertanian, Indonesia pun mengeluarkan definisi melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 411 tahun 1995, yaitu setiap organisme yang meliputi spesies, subspesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap perkembangannya yang dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu, proses produksi, pengolahan hasil pertanian, dan berbagai keperluan lainnya.

Penggunaan agens hayati diyakini memiliki kelebihan karena sesuai dengan prinsip keseimbangan ekosistem. Memanfaatkan musuh alami dari hama dan

(26)

17 penyakit pengganggu tanaman pertanian. Agens Hayati memiliki kelebihan yaitu selektif, artinya mikroba dalam agens hayati tidak akan menyerang organisme yang bermanfaat bagi tumbuhan karena agens hayati hanya akan menyerang hama penyakit sasaran, sudah tersedia di alam.

Sebenarnya secara alami agens hayati sudah tersedia di alam, namun karena penggunaan pestisida yang tidak sesuai menyebabkan keseimbangan ekosistem mulai goyah dan populasinya terganggu. Agens hayati mampu mencari sasaran sendiri, sebagai makhluk hidup yang bersifat patogen bagi organisme pengganggu, maka agens hayati dapat secara alami menemukan hama dan penyakit sasarannya, tidak ada efek samping, relatif murah dantidak menimbulkan resistensi OPT sasaran. Kekurangan agens hayati adalah bekerja secara lambat. Kondisi ini seringkali membuat petani tidak sabar menunggu hasilnya dan menganggap agen hayati tidak manjur. Akhirnya petani kembali beralih ke pestisida kimiawi, Sulit diprediksi hasilnya. Perkembangbiakan agens hayati setelah diaplikasikan sangat tergantung dengan ekosistem pada saat pengaplikasian. Jika kondisinya mendukung, maka pertumbuhan agen hayati akan maksimal, Lebih optimal jika digunakan untuk preventif, karena membutuhkan waktu untuk pertumbuhannya. Kurang cocok digunakan untuk kuratif, apalagi saat terjadi ledakan hama karena bekerja secara lambat, Penggunaan sesering mungkin, Pada jenis hayati tertentu sulit dikembangkan secara massal.

Agens hayati terdiri atas: predator, parasitoid dan antagonis terhadap patogen Predator: adalah hewan yang memangsa hewan lain. Predator membunuh beberapa individu mangsa selama satu siklus hidup. Yang termasuk predator antara lain kumbang coccineliddae, laba-laba, tawon, tungau predator, belalang sembah.

(27)

18 Parasitoid: Serangga parasitoid stadia belum dewasa (nimfa, larva) berkembang pada atau di dalam satu inang, memakan jaringan inangnya dan akhirnya membunuh inangnya. Parasitoid dewasa hidup bebas dan mungkin memangsa. Yang termasuk parasitoid, antara lain serangga yang tergolong dalam family Braconidae, Ichneumonidae, dan Trichogrammatidae. Patogen serangga Organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada serangga. Seperti halnya tumbuhan, manusia dan hewan lainnya, serangga dan tungau juga dapat terinfeksi pathogen. Yang termasuk dalam pathogen serangga, antara lain bakteri, cendawan, virus, dan nematoda. Antagonis pathogen Mikroorganisme yang menyebabkan terhambat, disintegrasi dan atau matinya pathogen. Yang termasuk dalam antagonis pathogen, antara lain bakteri dan cendawan, virus, dan nematoda.

2.3.7.2. Biopestisida

Pestisida yang bahan aktifnya berasal dari mahkluk hidup, yaitu mikroorganisme (pestisida mikroba) dan tanaman (pestisida nabati). Keuntungan yang diperoleh Agens hayati memiliki inang spesifik dan kisaran inang sempit, Aman bagi lingkungan, digunakan sebagai alternatif pengendalian yang aman bagi organisme bukan sasaran termasuk manusia dan serangga-serangga yang berguna, Dapat dipadukan dengan cara pengendalian lainnya, misalnya kultur teknis, varietas tahan, dan kimiawi.

2.3.8. Efektivitas Mikroorganisme 4 (EM4)

Larutan EM4 pertama kali ditemukan oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Ryukyus, Jepang. Larutan tersebut berisi mikroorganisme fermentasi. EM4 merupakan suatu cairan berwarna kecoklatan dan beraroma manis asam (segar) yang

(28)

19 di dalmnya berisi campuran beberapa mikroorganisme hidup yang menguntungkan bagi proses penyerapan/persediaan unsur hara dalam tanah (Indriani, 2005).

Mikroorganisme atau kuman yang berwatak “baik“ itu terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes dan jamur peragian. Dalam proses fermentasi bahan organik, mikroorganisme akan bekerja dengan baik bila kondisinya sesuai. Proses fermentasi akan berlangsung dalam kondisi anaerob, pH rendah (3 - 4), kadar garam dan kadar gula tinggi, kandungan air sedang 30 - 40%, kandungan antioksida dari tanaman rempah dan obat, adanya mikroorganisme fermentasi dan suhu sekitar 40 - 50 oC (Indriani, 2005).

Selain berfungsi dalam proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik, EM4 juga mempunyai mamfaat lain, seperti : Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, Menyediakan unsur hara bagi tanaman, dan Menyehatkan tanaman, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi. Selain mempercepat pengomposan EM4 dapat diberikan secara langsung untuk menambah unsur hara dengan cara disiramkan ke tanah, tanaman atau disemprotkan ke daun tanaman (Indriani, 2005).

2.3.9. Herbafarm

Herbafarm adalah pupuk organik yang mengandung nutrisi organik yang bermanfaat bagi tanaman serta mengandung mikroorganisme tanah yang bermanfaat sebagai dekomposer (pengurai) dan penyedia nutrisi dari alam. Herbafarm bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki kondisi biologi, fisika, dan kimia tanah sehingga unsur – unsur hara dalam tanah bisa dimanfaatkan tanaman secara maksimal; meningkatkan kualitas tanaman, meningkatkan

(29)

20 produktivitas tanaman, membantu tanaman meningkatkan nitrogen dari udara bebas, membantu melarutkan fospor yang ada di dalam tanah serta mempercepat masa panen. Herbafarm dapat digunakan untuk semua jenis tanaman mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 30 – 50 % dari kebutuhan rata – rata . mengurangi penggunaan fungisida hingga 50 %, dapat menguraikan pestisida yang jatuh ke tanah hingga residu 0%, ramah terhadap lingkungan. Penambahan Bioprotectan bermanfaat untuk meningkatkan imunitas dalam tubuh tanaman, sehingga tanaman dapat bertahan dan tetap sehat walaupun terjadi perubahan iklim yang drastis. Dengan Bioprotectant tanaman dapat memilki sistem distribusi makanan atau nutrisi yang lebih baik, sehingga pertumbuhan dan hasil produksi meningkat (Setiawan dan Sunarjono, 2003).

2.3.10. Trichoderma

Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah dan biofungisida adalah jamur Trichoderma sp. Mikroorganisme ini adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman lapangan. Spesies Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Beberapa spesies

Trichoderma telah dilaporkan sebagai agensia hayati seperti T. harzianum, T. viridae, dan T. konigii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian.

Biakan jamur Trichoderma dalam media aplikatif seperti dedak dapat diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah organik (rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu serta dapat berfungsi sebagai biofungisida (Setiawan dan Sunarjono, 2003).

(30)

21

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan tempat

Percobaaan ini dilaksanakan dari November 2010 sampai Januari 2011 dan pengamatan dilakukan satu bulan setelah pemberian perlakuan pada kebun jeruk pamelo yang bertempat di Desa Attassalo, Kecamatan Ma’rang, Kab. Pangkep.

3.2. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan terdiri dari tanaman jeruk pamelo yang berumur 1 tahun, pupuk kandang, serbuk gergaji, dedak, EM4, Herbafam, Trichoderma, dan air Sedangkan alat yang digunakan pada percobaan ini terdiri dari cangkul, sekop, ember, parang, meteran, alat tulis menulis, dan patok (bambu).

3.3. Metode Pelaksanaan

Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan penggunaan pupuk organik yang berbahan aktif agens hayati terhadap pertumbuhan tanaman jeruk pamelo yang terdiri dari 4 perlakuannya yaitu sebagai berikut:

OK = Pupuk Kandang + Dedak + Serbuk Gergaji.

OE = Pupuk Kandang + Dedak + Serbuk Gergaji + EM4. OT = Pupuk Kandang + Dedak + Serbuk Gergaji + Herbafam. OH = Pupuk Kandang + Dedak + Serbuk Gergaji + Trichoderma.

Terdapat empat perlakuan, dalam setiap unit terdapat satu tanaman yang masing-masing diulang sebanyak tiga kelompok, sehingga jumlah keseluruhan unit perlakuan (tanaman) sebanyak 12 tanaman jeruk pamelo.

(31)

22

3.4. Pelaksanaan Percobaan

2.4.1. Pembuatan Pupuk Organik

Dalam percobaan ini jenis pupuk organik yang digunakan adalah pupuk organik dalam bentuk diencerkan yang dilakukan dengan waktu fermentasi selama satu minggu. Adapun pupuk organik yang dibuat adalah sebagai berikut :

2.4.2. Pembuatan pupuk organik dengan tambahan EM4

Bahan yang digunakan dalam pembuatan organik EM4 yaitu pupuk kandang ayam 15 kg, dedak 10 kg, serbuk kayu 5 kg, mikroorganisme efektif 4 ml. larutan gula pasir 10 gr dan air secukupunya (kadar air 40%).

Cara kerja pembuatan pupuk organik EM4, yang pertama-tama dilakukan adalah mencampurkan ketiga bahan (pupuk kandang, dedak, dan serbuk gergaji), melarutkan EM4 dengan gula pasir ke dalam air, setelah itu campurkan ketiga bahan tersebut dengan larutan EM4 sampai kandungan air yang diinginkan kemudian ditimbun, lalu ditutup karung. Setelah itu suhu pupuk organik dipertahankan 40 o C-50 oC.

2.4.3. Pembuatan pupuk organik dengan tambahan Herbafam

Bahan yang digunakan dalam pembuatan organik herbafarm yaitu pupuk kandang ayam 15 kg, dedak 10 kg, serbuk kayu 5 kg, herbafam 4 ml dan air secukupunya (kadar air 40%).

Cara kerja pembuatan pupuk organik herbafarm, yang pertama-tama dilakukan adalah mencampurkan ketiga bahan (pupuk kandang, dedak, dan serbuk gergaji), herbafam dilarutkan dalam air, setelah itu campurkan ketiga bahan tersebut

(32)

23 dengan larutan herbafam sampai kandungan air yang diinginkan kemudian ditimbun, lalu ditutup karung. Setelah itu suhu pupuk organik dipertahankan 40 oC - 50 oC.

2.4.4. Pembuatan pupuk organik dengan tambahan Trichoderma

Bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik Trichoderma yaitu pupuk kandang ayam 15 kg, dedak 10 kg, serbuk kayu 5 kg, Trichoderma 10 g dan air secukupnya (kadar air 40%). Cara pembuatan pupuk organik yang mengandung Tricoderma adalah: ketiga bahan (pupuk kandang, dedak, dan serbuk gergaji) dicampur secara merata. Isolat trichoderma dilarutkan dengan air kemudian ditambahkan ke campuran bahan tersebut sampai tercampur secara merata. Campuran kemudian ditimbun dan ditutup karung agar terfermentasi dengan kisaran suhu sekitar 40o - 50o C.

2.4.5. Aplikasi pupuk organik pada tanaman jeruk pamelo

Sebelum pupuk diaplikasikan pada tanaman, terlebih dahulu di sekitar pertanaman jeruk dibersihkan dari gulma kemudian tanah digemburkan. Pupuk organik dicampur dengan air (pupuk organik 5 kg dan air 10 liter) dan diberikan ke bibit jeruk pamelo yang telah berumur 1 bulan dengan jangka waktu pemberian sekali sebulan. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara disebar di sekitar lingkaran pertanaman jeruk pamelo mengikuti pertajukan tanaman.

2.4.6. Pemeliharaan

Tanaman dipelihara sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pertumbuhan tanaman. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi pembersihan gulma dan pengendalian hama penyakit.

(33)

24

3.5. Parameter Pengamatan

Pengamatan dilakukan satu bulan setelah pemberian pupuk organik yang berbahan aktif mikroorganisme. Komponen pertumbuhan tanaman yang diamati adalah sebagai berikut :

1. Tinggi tanaman (cm), diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh dengan menggunakan meter dan dilakukan setiap bulan.

2. Jumlah daun (helai), dihitung semua jumlah daun yang terbentuk setiap bulan.

3. Jumlah cabang (buah), dihitung semua jumlah cabang yang terbentuk setiap bulan.

4. Diameter batang (cm), diukur dengan menggunakan meter dan dilakukan setiap bulan.

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi kecenderungan untuk kelimpahan, jumlah spesies, dan keanekaragaman spesies laba-laba penghuni permukaan tanah dan tajuk memiliki kemiripan, yaitu pada umur

e) tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang

pembelajaran discovery learning tanpa bantuan media pictorial timeline lebih tinggi dari pada siswa yang hanya mendapatkan perlakuan model pembelajaran konvensional. Hasil

Hasil pengujian pyrolysis pada variasi temperature reaktor 300 o C, 350 o C, 400 o C didapat minyak hasil sebagai berikut : plastik LDPE didapat jumlah minyak yang

cincin sel-sel otot polos yang disebut sfinkter, terdapat pada tempat asal kapiler..

bahwa dalam rangka menindaklanjuti Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan

Komunitas perjanjian yang tidak kelihatan: jumlah total dari manusia yang akan memiliki iman yang menyelamatkan dan menikmati kekekalan di dalam berkat Allah. Gereja yang

Apabila faktor pendapatan dan tingkat pendidikan formal orang tua adalah konstan, maka odds minat siswa-siswi SMA/SMK untuk studi lanjut akan mengalami