• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR RP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR RP"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

P

ENENTUAN

A

LTERNATIF

L

OKASI

P

ENGEMBANGAN

K

AWASAN

A

GROINDUSTRI

BERBASIS

K

OMODITAS

P

ERTANIAN

U

NGGULAN

DI

K

ABUPATEN

L

AMONGAN

AJENG NUGRAHANING DEWANTI (3608100054)

Dosen Pembimbing :

DR. Ir. Eko Budi Santoso, Lic., Rer.Reg

TUGAS AKHIR

RP09-1327

(2)

B

AB

I

(3)

Pengembangan WIlayah Potensi Pertanian

belum mampu menghasilkan nilai tambah (added value) dalam pengembangan wilayah di Kabupaten

Lamongan.

Pengembangan Sektor

Pertanian harus diikuti

Pengembangan Sektor

Komplemen (Sektor

Industri)

pengembangan agroindustri untuk meningkatkan added value Penentuan alternatif

lokasi yang berpotensi untuk di kembangkan kawasan agroindustri berbasis komoditas pertanian unggulan

L

ATAR

B

ELAKANG

-Sekitar 63,71 % bergerak pada

sektor pertanian.

-Penggunaan lahan di

Kabupaten Lamongan

didominasi oleh peruntukan

lahan pertanian yakni sebesar

46,61 % dari luas keseluruhan

Kabupaten Lamongan atau

84.512 Ha (RTRW

Kab.Lamongan Tahun

2009-2029).

-Berdasarkan PDRB pada

Tahun 2010, kontribusi sektor

pertanian menyumbang sebesar

50,65 %dari keseluruhan sektor

usaha yang ada di Kabupaten

Lamongan

- PDRB Pertanian = 50,65 % ,

PDRB Industri =5,24%

-Dari ± 450 industri kecil

menengah, hanya sekitar

14% merupakan industri

dengan bahan baku hasil

pertanian dan perkebunan

(Disperindag Jatim 2010).

-Berdasarkan tingkat

kesejahteraannya, sebesar

50,64% penduduk Kabupaten

Lamongan berada pada

tingkat Pra-Sejahtera &

Sejahtera-I, sedangkan

untuk tahap

Sejahtera-II,III,& KS-III+ hanya

49,60% (Kabupaten

Lamongan Dalam Angka

2011)

(4)

R

UMUSAN

M

ASALAH

Sektor pertanian memiliki peran penting dalam

pengembangan wilayah Kabupaten Lamongan. Namun

sektor pertanian dan industri yang ada tersebut belum

mampu memberikan nilai tambah (added value)

terhadap pengembangan Kabupaten Lamongan. Oleh

karena itu diperlukan pengembangan kawasan

agroindustri yang berbasis pada sektor pertanian

unggulan untuk meningkatkan nilai tambah dari sektor

pertanian dalam pengembangan Kabupaten Lamongan

dengan menentukan alternatif lokasi pengembangan

kawasan agroindustri.

Pertanyaan Penelitian :

Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam

penentuan lokasi dalam pengembangan kawasan

agroindustri berbasis komoditas pertanian unggulan di

Kabupaten Lamongan?

(5)

T

UJUAN

DAN

S

ASARAN

Tujuan

Menentukan alternatif lokasi pengembangan kawasan

agroindustri berbasis komoditas pertanian unggulan di

Kabupaten Lamongan.

Sasaran

Menentukan komoditas pertanian unggulan di Kabupaten

Lamongan.

Menentukan faktor-faktor yang berpengaruh dalam

penentuan lokasi pengembangan kawasan agroindustri

berbasis komoditas pertanian unggulan di Kabupaten

Lamongan

Menentukan alternatif lokasi pengembangan kawasan

agroindustri berbasis komoditas pertanian unggulan di

Kabupaten Lamongan

(6)

R

UANG

L

INGKUP

P

ENELITIAN

Ruang Lingkup Wilayah

Ruang Lingkup wilayah pada penelitian ini adalah Kabupaten

Lamongan. Kabupaten Lamongan memiliki luas 1.812,80 km2, terdiri

dari 27 kecamatan dan 474 desa/kelurahan (462 desa dan 12

kelurahan). Adapun batas-batas secara administrasinya adalah

sebagai berikut :

Sebelah Timur

: Kabupaten Gresik

Sebelah Barat

: Kabupaten Bojonegoro dan Tuban

Sebelah Selatan

:Kabupaten Lamongan dan Mojokerto

Sebelah Utara

: Laut Jawa

Ruang Lingkup Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi komoditas pertanian

unggulan, menentukan faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam

pengembangan agroindustri, serta menentukan alternatif lokasi

pengembangan kawasan agroindustri di Kabupaten Lamongan.

Ruang Lingkup Substansi

Lingkup substansi dalam penelitian ini adalah mengenai teori

pengembangan wilayah, teori pengembangan kawasan pertanian,

serta teori pengembangan industri.

(7)

B

AB

II

(8)

D

EFINISI

P

ENGEMBANGAN

W

ILAYAH

Hoover, 1997  merupakan upaya membangun dan

mengembangkan suatu wilayah berdasarkan pendekatan

spasial dengan mempertimbangkan aspek sosial-budaya,

ekonomi, lingkungan fisik, dan kelembagaan dalam suatu

kerangka perencanaan dan pengelolaan pembangunan yang

terpadu

Misra dalam Dewi, 2007  merupakan suatu upaya untuk

mendorong terjadinya perkembangan wilayah secara harmonis

melalui pendekatan yang bersifat komperhensif mencakup

aspek fisik, ekonomi, sosial, dan budaya

Harun dalam Ummah, 2008  merupakan suatu usaha

pembangunan yang bertujuan untuk mendorong laju

pertumbuhan suatu daerah yang dapat berdampak pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah

Djakapermana, 2010  Pengembangan wilayah dilaksanakan

melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki secara

harmonis, serasi dan terpadu melalui pendekatan yang bersifat

komperehensif mencakup aspek fisik,ekonomi, sosial, budaya

dan lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan

Pada dasarnya inti dari pengembangan

wilayah adalah membangun/mengembangkan

wilayah dengan memperhatikan aspek fisik,

social-budaya, ekonomi dan lingkungan yang

bertujuan untuk memperbaiki tingkat

kesejahteraan hidup dan memperkecil

kesenjangan dan ketimpangan pertumbuhan

(9)

K

ONSEPSI

P

ENEMBANGAN

W

ILAYAH

Mangiri dan Widiati, dkk dalam Dewi, 2007 :

1. Pengembangan wilayah berbasis sumberdaya

Pengembangan wilayah berbasis input, tetapi surplus sumberdaya manusia Pengembangan wilayah berbasis input, tetapi surplus sumberdaya alam Pengembangan wilayah berbasis sumberdaya modal dan manajemen Pengembangan wilayah berbasis seni, budaya dan keindahan alam Pengembangan wilayah berbasis penataan ruang

2. Pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan

Konsep ini menekankan motor penggerak pembangunan suatu wilayah pada komoditas-komoditas yang dinilai bisa menjadi unggulan baik baik ditingkat domestik maupun internasional

3. Pengembangan wilayah berbasis efisiensi

Konsep ini menekankan pengembangan wilayah melalui pembangunan bidang ekonomi yang porsinya lebih besar dibandingkan bidang-bidang lainnya. Pembangunan ekonomi tersebut dijalankan dalam kerangka pasar bebas atau pasar persaingan sempurna

4. Pengembangan wilayah menurut pelaku pembangunan

Strategi pengembangan wilayah dapat pula ditempuh dengan mengedepankan peranan setiap pelaku pembangunan ekonomi. United Nations (1996) memilah pelaku pembangunan ekonomi menjadi 5 kelompok yaitu:

Usaha kecil atau rumah tangga Usaha lembaga sosial Lembaga bukan keuangan Lembaga keuangan Pemerintah

Gambar 2.1 Konsepsi Pengembangan Wilayah

(10)

T

ABEL

2.1

S

INTESA

K

AJIAN

P

USTAKA

Sumber : Hasil Sintesa Tinjauan Pustaka, 2012

Indikator Indikator dalam Penelitian Variabel dalam Penelitian Indikator Penentuan Komoditas Unggulan

Komoditas Unggulan - Komoditas Basis - Daya Saing

- Tingkat Pertumbuhan - Progresivitas

- Tingkat Basis Komoditas - Tingkat Daya Saing - Tingkat Pertumbuhan - Tingkat Progresivitas

Indikator Pengembangan Kawasan Industri

- Komoditas Unggulan - Fasilitas - Infrastruktur - Pasar - Bahan Baku - Tenaga Kerja - Aksesibilitas - Kebijakan

- Koordinasi lintas sektoral - Teknologi

- Kelembagaan

- Sumber Daya Manusia - Permodalan

- Bahan Baku - Kuantitas Bahan Baku - SDM/Tenaga Kerja - Jumlah Tenaga Kerja - Pasar - Jumlah Pasar

- Infrastruktur - Ketersediaan Jaringan Listrik

- Ketersediaan Jaringan Air Bersih

(11)

B

AB

III

(12)

V

ARIABEL

PENELITIAN

Tabel 3.3

Organisasi Variabel

(Sumber : Hasil Kajian, 2011)

No. Sasaran Indikator Variabel Definisi Operasional

1. Menentukan komoditas pertanian unggulan Komoditas Unggulan

Tingkat Basis Komoditas Komoditas pertanian yang tergolong basis di Kabupaten dengan perhitungan LQ.

Apabila nilai LQ > 1 maka merupakan komoditas basis Tingkat Daya Saing Perbandingan produksi masing-masing komoditas pada

tahun awal dan tahun akhir antara Kabupaten Lamongan dan Propinsi Jawa Timur dengan menggunakan perhitungan Shift Share.

Apabila nilai PPW > 0 maka memiliki daya saing baik Tingkat Pertumbuhan Perbandingan produksi masing-masing komoditas pada

tahun awal dan tahun akhir antara Kabupaten Lamongan dan Propinsi Jawa Timur dengan menggunakan analisis Shift Share.

Apabila nilai PP > 0 maka memiliki tingkat pertumbuhan yang relatif baik

Tingkat Progresivitas atau Kemajuan

Pergeseran bersih atau hasil penambahan nilai PPW dan PP,

Apabila nilai PB ≥ 0 maka pertumbuhannnya progresif 2. Menentukan Faktor-faktor Pengembang an Industri Pengolahan

Bahan Baku Kuantitas Bahan Baku Jumlah produksi bahan baku sektor pertanian.

Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yang tersedia dalam kegiatan industri.

Pasar Jumlah Pasar Jumlah pasar sebagai tempat pemasaran hasil produksi di Kabupaten Lamongan.

Infrastruktur Ketersediaan Jaringan Listrik

Tingkat pelayanan listrik oleh PLN terhadap penduduk di wilayah penelitian.

Ketersediaan Jaringan Air Bersih

Tingkat pelayanan air bersih oleh PDAM terhadap penduduk di wilayah penelitian

Aksesibilitas Ketersediaan Jaringan Jalan

Panjang jalan dan klasifikasi jenis jalan yang terdapat di wilayah penelitian.

(13)

M

ETODE

P

ENELITIAN

Metode Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data Sekunder

a. Survey Instansional

Pada penelitian ini survey instansional

dilakukan pada instansi yang memiliki relevansi

dengan pembahasan seperti Bappeda Kabupaten

Lamongan, BPS, dan lain-lain.

b. Survey media

Data sekunder juga bisa didapatkan dari media

internet maupun media cetak. Data-data ini

dapat digunakan untuk memperluas pemahaman

mengenai pengembangan wilayah dan pnentuan

alternatif lokasi pengembangan kawasan

agroindustri berbasis komoditas unggulan.

(14)

M

ETODE

ANALISA

Sumber : Penulis, 2012

No. Sasaran Variabel Teknik Analisis Output

1. Menentukan komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Lamongan. - Komoditas basis - Daya saing - Tingkat pertumbuhan - Progresifitas atau kemajuan - Location Quotion (LQ)

- Shift Share Analysis

(SSA)

Jenis Komoditas Unggulan di Kabupaten Lamongan

2. Menentukan faktor-faktor yang berpengaruh dalam penentuan lokasi pengembangan kawasan agroindustri berbasis komoditas unggulan di Kabupaten Lamongan.

- Kuantitas Bahan Baku - Tenaga Kerja - Pasar - Ketersediaan jaringan listrik - Ketersediaan jaringan Jalan

Analisa Regresi Linier Berganda

Faktor – faktor yang berpengaruh dalam penentuan lokasi pengembangan kawasan agroindustri di Kabupaten Lamongan 3. Menentukan alternatif lokasi pengembangan kawasan agroindustri berbasis komoditas unggulan di Kabupaten Lamongan - Bahan Baku - Tenaga Kerja - Pasar - Jaringan listrik - jaringan Jalan

Pembobotan Alternatif lokasi yang potensial dikembangkan sebagai kawasan agroindustri di kabupaten Lamongan

(15)

B

AB

IV

(16)

GAMBARAN UMUM WILAYAH

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

Su

kor

am

e

N

gi

mban

g

Ma

nt

up

Su

gi

o

M

od

o

Pucuk

La

m

on

ga

n

Sa

ri

rej

o

G

lag

ah

Tu

ri

K

ar

an

ggen

en

g

Ma

dura

n

Sol

oku

ro

B

ron

don

g

Jumlah Penduduk dan Luas Lahan Kabupaten

Lamongan Tahun 2010

Luas Lahan (Ha)

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Jumlah penduduk tertinggi di Keccmatan Paciran(100.710 jiwa), dengan luas lahan 4.789 Ha.

jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Sukorame dengan jumlah penduduk sebesar 23.059 jiwa., luas 4.147 Ha.

(17)

K

ETENAGAKERJAAN

1419 2494 465 0 500 1000 1500 2000 2500 3000

Jumlah Pencari Kerja

(orang)

Jumlah Pencari Kerja (orang) 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 Su ko ra m e B lu lu k N gi m ban g Sam be ng M antup K em ban gbah u Su gio Ke dung pr ing M odo B abat Puc uk Su ko dadi Lam on gan Ti kung Sa ri re jo D ek et G lag ah K ar an gbi nan gu n Tu ri K al it en gah Ka ra ng ge ne ng Se ka ra n M adu ran La re n So lo ku ro Pa ci ra n B ro nd ong

Jumlah Tenaga Kerja Industri

Industri Non Formal/Kerajinan RT Indistri Formal

(18)

K

LASIFIKASI

J

ALAN

0 50 100 150 200 250 300 350

Jalan Negara Jalan

Propinsi Kabupaten Jalan

70.63 0 56.93 0 88.33

214.94

0 0

43.47

Jenis Permukaan

Aspal Kerikil Tanah Tidak Dirinci

0 100 200 300 400

Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan

Kabupaten 42.81 30.47 162.17 27.83 24.46 0 0 2 184.57

Kondisi

Jalan

Baik Sedang Rusak Rusak Berat

0 50 100 150 200 250 300 350

Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kabupaten 0 0 171.49 34.26 0 166.32 36.37 57.23 8.93

Kelas Jalan

Kelas III Kelas II Kelas I

(19)

K

ONDISI

J

ALAN

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

% Baik %Rusak Ringan %Rusak Berat

Sumber : PU Bina Marga Kabupaten Lamongan

(20)

J

UMLAH

F

ASILITAS

P

ERDAGANGAN

(P

ASAR

)

1 3 3 1 4 3 2 5 3 5 2 4 5 1 1 0 2 2 3 2 4 6 2 5 6 7 11

0

2

4

6

8

10

12

Pasar Umum

Pasar Umum

(21)

U

TILITAS

Tabel Penggunaan Air Menurut

Jenis Pelanggan Kabupaten

Lamongan Tahun 2010

No Jenis Pelanggan Banyaknya Pelanggan Pemakaian (M³) 1 Non Niaga 11.072 2.636.125 2 Hotel 1 238 3 Badan Sosial 115 27.380 4 Fasilitas Umum 34 8.095 5 Toko, Industri, Perusahaan 725 172.615 6 Kantor Pemerintahan 231 54.999 7 Pelabuhan - - 8 Lain-lain - 1,049 Jumlah 12.178 2.900.501 Tahun 2009 12.149 2.892.146 Tahun 2008 11.943 2.475.964

Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka 2011

Tabel Jumlah Pelanggan,

Pemakaian Energi

Kabupaten Lamongan Tahun 2006

No Jenis Pelanggan Banyaknya Pelanggan Pemakaian (KWH) 1 Sosial 3,402 4,357,750 2 Rumah Tangga 104,389 86,985,214 3 Usaha/Perhotelan 7,858 7,951,706 4 Industri 24 4,739,531 5 Gedung/Kantor 189 1,068,732 6 Lain-lain 137 6,332,325 Jumlah 115,999 111,435,258

Sumber : Revisi RTRW Kabupaten Lamongan 2008-2028

(22)

P

ERKEMBANGAN

PDRB

No. Usaha/Sektor Lapangan 2009 2010 1 Pertanian 2.996.968,48 3.135.747,71 a. Tanaman Bahan Makanan 1.852.165,53 1.899.536,28 b. Tanaman Perkebunan 74.665,04 76.296,36 c. Peternakan dan Hasilnya 89.286,30 96.333,72 d. Kehutanan 1.859,94 1.224,57 e. Perikanan 978.991,67 1.052.356,78 2 Pertambangan & Penggalian 8.847,94 8.978,56 3 Industri Pengolahan 301.444,97 324.437,74 4

Listrik, Gas & Air

Bersih 65.806,97 69.623,70 5 Bangunan/Konstruksi 153.787,13 159.169,68 6

Perdagangan, Hotel &

Restoran 1.472.494,76 1.617.554,02 7

Pengangkutan &

Komunikasi 102.842,72 109.866,66 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahan

207.471,87 232.843,30 9 Jasa-Jasa 482.430,25 532.845,12 PDRB Lamongan 5.792.095,09 6.191.066,49

Kontribusi terbesar : sektor

Pertanian 44,97 %, serta sektor

Perdagangan, Hotel, dan

Restoran, 31,33 %.

Sedangkan untuk sektor

pertanian, subsektor

penyumbang PDRB Kabupaten

Lamongan adalah subsektor

tanaman bahan makanan

(27,23%), perikanan (15,25%),

Peternakan dan Hasilnya (1,53),

tanaman perkebunan (0,93%),

dan yang terakhir adalah

kehutanan (0,03%).

(23)

P

RODUKTIVITAS

S

UB

S

EKTOR

0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000 900,000

Padi Jagung Ubi

Kayu Jalar Ubi Kacang Tanah Kedelai Kacang

857,637

279,654

40,373 617 10,966 31,669

Produksi Tanaman Bahan Makanan (Ton)

2008 2009 2010

Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka 2011

189,788 2135 1834.17 5575 1001.2 12,941 5841 1420 0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000

Produksi Perkebunan (Ton)

2008 2009 2010 69,657 60,732 41,595 885,859 25,520,582 98,478 20,780 0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000

Produksi Daging Subsektor Peternakan (Kg)

2008 2009 2010 1,231,012 1,026,475 1,041,352.88 30,516,871.4 7 687,673.00 0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000 35,000,000

Sungai Rawa Kolam Waduk Sawah

Tambak

Produksi Perikanan (Ton)

(24)

K

ONDISI

I

NDUSTRI

0 10 20 30 40 50 60 70 Su ko ra m e B lu lu k N gi m ban g Sam be ng M antup K em ban gbah u Su gio Ke dung pr ing M odo B abat Puc uk Su ko dadi Lam on gan Ti kung Sa ri re jo D ek et G lag ah K ar an gbi nan gu n Tu ri K al it en gah Ka ra ng ge ne ng Se ka ra n M adu ran La re n So lo ku ro Pa ci ra n B ro nd ong Jumlah Industri

Jumlah Perusahaan Industri di Kabupaten

Lamongan Tahun 2010

Mayoritas industri

yang

ada

di

Kabupaten

Lamongan

adalah

industri kecil

Menurut

Disperindag (Dinas

Perindustrian dan

Perdagangan)

industri

yang

bergerak di sektor

pertanian

hanya

sebesar 14 % dari

keseluruhan

(25)

A

NALISA

DAN

P

EMBAHASAN

Location Quotient (LQ)

Shift Share Analysis (SSA)

1. Menentukan Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten

Lamongan

(26)

A

NALISA

DAN

P

EMBAHASAN

Kompilasi antara hasil dari

perhitungan LQ dan

perhitungan Shift Share

didapatkan beberapa

komoditas yang menjadi

unggulan yang berbeda-beda

di masing-masing

kecamatan.

Namun untuk komoditas

unggulan di Kabupaten

Lamongan digunakan

komoditas yang unggul di

sebagian besar kecamatan

yang ada yakni komoditas

padi.

No. Kecamatan Komoditas Unggulan 1 Sukorame Padi, Jagung,

2 Bluluk Jagung, Kacang Hijau 3 Ngimbang Padi, Jagung, Kacang Hijau

4 Sambeng Jagung, Kacang Tanah, Kacang Kedelai 5 Mantup Jagung, Kacang Kedelai

6 Kembangbahu Padi, Kacang Kedelai, 7 Sugio Kacang Hijau

8 Kedungpring Padi

9 Modo Padi, Jagung 10 Babat Padi

11 Pucuk - 12 Sukodadi - 13 Lamongan Padi

14 Tikung Padi, Kacang Hijau

15 Sarirejo Kacang Kedelai, Kacang Hijau 16 Deket -

17 Glagah - 18 Karangbinangun - 19 Turi Padi

20 Kalitengah Ubi Jalar,Kacang Hijau 21 Karanggeneng -

22 Sekaran - 23 Maduran - 24 Laren Padi

25 Solokuro Jagung, Kacang Tanah 26 Paciran Ubi kayu, Kacang tanah 27 Brondong Ubi kayu, Kacang tanah

(27)

700,000 720,000 740,000 760,000 780,000 800,000 820,000 840,000 860,000 880,000 900,000 920,000 2006 2007 2008 2009 2010

Produksi Padi (Ton)

128000 130000 132000 134000 136000 138000 140000 2006 2007 2008 2009 2010

Luas Lahan Pertanian Padi (Ha) Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka 2011

Meskipun jumlah produksi padi menurun di tahun 2010, namun

jumlah tersebut masih berpotensi jika digunakan sebagai bahan

baku dalam sektor industri, khususnya industri kecil menengah.

Dengan asumsi kebutuhan untuk konsumsi penduduk 0.3 kg per

penduduk/hari, kebutuhan konsumsi selama 1 tahun adalah

sebesar 164246.82 ton.

Dengan jumlah produktivitas padi rata-rata selama 5 tahun

terakhir adalah sebesar 837151.8 ton maka terdapat surplus

produksi padi sebesar 672904.98 ton.

(28)
(29)

A

NALISA

DAN

P

EMBAHASAN

2. Menentukan Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap Penentuan

Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas

Unggulan di Kabupaten Lamongan

Variabel Dependen (Y) : Industri

Variabel Independen (X) :

Ketersediaan bahan baku industri (dalam hal ini

produktivitas komoditas padi sebagai komoditas

unggulan),

Ketersediaan tenaga kerja,

Ketersediaan pasar (jumlah pasar),

Aksesibilitas, dan

Listrik.

digunakan metode analisis

Regresi Linier Berganda

dengan menggunakan alat

analisa SPSS 17.

(30)

A

NALISA

DAN

P

EMBAHASAN

Hasil Analisis Regresi

Y = -15.459 -2.190E-5 X1+ 0.011 X2 -4.519 X3 + 0.089 X4

+9.349E-6 X5

(31)

A

NALISA

DAN

P

EMBAHASAN

Pemeriksaan Model Asumsi Klasik

nilai DW hitung yang mendekati 2

dianggap menunjukkan bahwa

model terbebas dari autokorelasi

(Gujarati,2003: 469).

a. Pemeriksaan Autokorelasi

b. Pemeriksaan

Multikolinearitas

- VIF = 1 mengindikasikan tidak ada

korelasi yang signifikan antar

variabel prediktor; VIF > 1

mengidikasikan bahwa ada korelasi

antar variabel prediktor ;

- VIF > 5 - 10 mengindikasikan

bahwa ada salah satu variabel

predikator merupakan fungsi dari

variabel prediktor yang lain.

(32)

A

NALISA

DAN

P

EMBAHASAN

Pemeriksaan Model Asumsi Klasik

c. Pemeriksaan

Heteroskedastisitas

- Dihitung dengan Uji Park.

- Pada tabel t dengan df = n-6

atau 27-6 = 21 pada pengujian

2 sisi (signifikansi 0,1), di

dapat nilai t tabel sebesar

2,079 .

–t tabel < t hitung < t tabel

c. Pemeriksaan Normalitas

- Jika nilai signifikansi

(Asymp.Sig 2-tailed) lebih dari

0.1 maka residual berdistribusi

normal.

(33)

A

NALISA

DAN

P

EMBAHASAN

(34)

A

NALISA

DAN

P

EMBAHASAN

Y = -15.459 -2.190E-5 X1+ 0.011 X2 -4.519 X3

+ 0.089 X4 +9.349E-6 X5

Interpretasi Hasil

a. Pengaruh Kuantitas Bahan Baku terhadap Jumlah Industri

 Kuantitas bahan baku memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

jumlah industri  nilai signifikansi dari kuantitas bahan baku adalah 0.831

dengan alpha 10%.

 Tidak sesuai dengan hipotesis awal pada penelitian ini, yang mana diduga bahwa

kuantitas bahan baku akan mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap

jumlah industri

Kondisi eksisting : mayoritas industri yang ada merupakan industri yang

bukan berbahan baku dari hasil pertanian khususnya padi. Selain itu, dapat juga

diartikan bahwa bahan baku dari industri didapatkan dari luar Kabupaten

Lamongan.

b. Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Jumlah Industri

Tenaga kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

jumlah industri  nilai signifikansi tenaga kerja dari hasil regresi

adalah sebesar 0.000 dengan alpha 10%.

Ini berarti bahwa tenaga kerja benar-benar signifikan mempengaruhi

jumlah industri. Dalam hal ini semakin banyak tenaga kerja maka

semakin banyak pula jumlah industri yang ada.

c.

Pengaruh Pasar terhadap Jumlah Industri

Pengaruh pasar terhadap jumlah industri benar-benar signifikan dan

mempunyai pengaruh negatif yang cukup besar  nilai signifikansi

pasar adalah 0.000 dengan alpha 10% dan koefisien dalam model

sebesar -4.519.

Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan pasar di masing-masing

kecamatan tidak menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi

industri secara eksisting.

Dapat diartikan bahwa kemungkinan industri yang ada lebih

memanfaatkan pasar yang lebih luas cakupannya dan pada wilayah

tertentu.

d.

Pengaruh Aksesibilitas terhadap Jumlah Industri

Aksesibilitas mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap jumlah industri di Kabupaten Lamongan. Hal ini

ditunjukkan dari nilai signifikansi dari aksesibilitas adalah sebesar

0.033 dengan alpha 10% dan koefisien dalam model 0.089.

Aksesibilitas ini diukur dari persentasi kondisi jalan yang dalam

keadaan baik di masing-masing kecamatan. Terbukti bahwa semakin

banyak jalan yang kondisinya baik, maka lebih cenderung banyak

industri yang berlokasi di kecamatan tersebut.

e.

Pengaruh Listrik terhadap Industri

Listrik mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

industri. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi listrik adalah

0.000 dengan alpha 10%.

Ini menunjukkan bahwa listrik benar-benar mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap keberadaan industri. Industri sangat sangat

bergantung dengan ketersediaan listrik untuk proses produksi dan

sebagainya.

(35)

A

NALISA

DAN

P

EMBAHASAN

3. Menentukan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan

Agroindustri Berbasis Komoditas Unggulan di Kabupaten

Lamongan

Pembobotan dilakukan terhadap faktor-faktor

yang telah ditemukan pada sasaran sebelumnya

di masing-masing kecamatan. Sehingga akan

ditemukan lokasi kecamatan dengan bobot

terbesar sebagai kecamatan yang potensial

untuk dikembangkan sebagai kawasan

agroindustri.

Digunakan Metode

Pembobotan.

(36)

Kecamatan Industri Bahan Baku (ton) Tenaga Kerja (jiwa) Pasar (unit) Aksesibilitas (%) Listrik (KWh) Sukorame 0 19300 0 1 100.00 1713090.2 Bluluk 1 30846 29 3 64.79 1831659.6 Ngimbang 15 33325 157 3 100.00 3661016.2 Sambeng 32 35387 260 1 100.00 3927128.7 Mantup 7 33175 87 4 100.00 3607674.8 Kembangbahu 6 47365 348 3 38.64 3943398.6 Sugio 16 72758 93 2 20.74 5168541.5 Kedungpring 17 63902 281 5 87.49 5141945.1 Modo 10 61447 99 3 100.00 4110183.2 Babat 62 38508 616 5 100.00 7196405.2 Pucuk 19 22358 81 2 0.00 4261589.5 Sukodadi 28 46214 710 4 6.32 4544269.1 Lamongan 65 35074 4387 5 4.85 5351521.7 Tikung 12 48328 126 1 24.62 3345945.5 Sarirejo 7 33750 37 1 100.00 1961744.2 Deket 14 21329 91 0 42.37 3614063.9 Glagah 10 15433 87 2 12.06 3639545.9 Karangbinangun 4 22885 72 2 0.00 3361472.4 Turi 10 31160 136 3 38.01 4285214.3 Kalitengah 4 9200 119 2 31.03 2896927 Karanggeneng 10 18587 82 4 6.08 3789169.2 Sekaran 1 30268 22 6 0.00 4572425.6 Maduran 36 27673 548 2 100.00 3553367.6 Laren 2 35522 25 5 8.20 4342270.2 Solokuro 6 17169 95 6 0.00 4356237 Paciran 36 2004 1484 7 100.00 7481907.9 Brondong 17 4670 3271 11 0.00 5776544

(37)

A

NALISA

DAN

P

EMBAHASAN

Hasil Pembobotan (Skoring)

Kecamatan Baku Tenaga Kerja Pasar Aksesibilitas Listrik Skor

Sukorame 1 1 1 3 1 7 Bluluk 2 1 1 2 1 7 Ngimbang 2 1 1 3 2 9 Sambeng 2 1 1 3 2 9 Mantup 2 1 2 3 1 9 Kembangbahu 2 1 1 2 2 8 Sugio 3 1 1 1 2 8 Kedungpring 3 1 2 3 2 11 Modo 3 1 1 3 2 10 Babat 2 1 2 3 3 11 Pucuk 1 1 1 1 2 6 Sukodadi 2 1 2 1 2 8 Lamongan 2 3 2 1 2 10 Tikung 2 1 1 1 1 6 Sarirejo 2 1 1 3 1 8 Deket 1 1 1 2 1 6 Glagah 1 1 1 1 2 6 Karangbinangun 1 1 1 1 1 5 Turi 2 1 1 1 2 7 Kalitengah 1 1 1 1 1 5 Karanggeneng 1 1 2 1 2 7 Sekaran 2 1 2 1 2 8 Maduran 2 1 1 3 1 8

(38)
(39)

B

AB

V

KESIMPULAN DAN

REKOMENDASI

(40)

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Masing-masing kecamatan di Kabupaten memiliki komoditas

unggulan yang berbeda-beda. Komoditas unggulan yang ada di

Kabupaten Lamongan adalah komoditas padi yang tersebar di

beberapa kecamatan, yakni Kecamatan Sukorame, Ngimbang,

Kembangbahu, Kedungpring, Modo, Babat, Lamongan, Tikung,

Turi dan Laren.

Dari hasil analisis regresi linier berganda didapatkan faktor-faktor

yang berpengaruh dalam penentuan lokasi industri diantaranya

kuantitas bahan baku, tenaga kerja, pasar, aksesibilitas dan

listrik. Adapun model dari pengaruh yang didapatkan adalah

sebagai berikut :

Y = -15.459 -2.190E-5 X1+ 0.011 X2 -4.519 X3 + 0.089 X4

+9.349E-6 X5

Berdasarkan hasil dari pembobotan masing-masing nilai faktor di

tiap kecamatan diperoleh beberapa kecamatan dengan bobot

tertinggi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan

agroindustri di Kabupaten Lamongan yakni Kecamatan

Kedungpring dan Babat

(41)

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, rekomendasi yang

dapat diberikan adalah :

Terkait dengan di penetapan Kabupaten

Lamongan sebagai Kawasan Agropolitan diperlukan

pengembangan kawasan agroindustri yang mendukung

peran Kawasan Agropolitan untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat, yakni dengan menentukan

lokasi-lokasi yang potensial untuk dikembangkan

sebagai kawasan agroindustri yang berbasis komoditas

pertanian

unggulan.

Adapun

lokasi

yang

direkomendasikan adalah Kecamatan Kedungpring dan

Kecamatan Babat dengan komoditas unggulan di

kabupaten Lamongan adalah padi.

(42)

D

AFTAR

P

USTAKA

Buku :

Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarja : Graha Ilmu

Djakapermana, Ruchyat Deni. 2010. Pengembangan Wilayah Melalui Pendekatan Kesisteman. Bogor : IPB Press. Kountur, Ronny. 2009. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta : Buana Printing.

Nurzaman, Siti Sutriah. 2002. Perencanaa Wilayah di Indonesia pada Masa Sekitar Krisis. Bandung: Penerbit ITB

 Rusastra, I.W., P. Simatupang dan B.Rachman.2002. Pembangunan Ekonomi Perdesaan Berbasis Agribisnis. Analisis Kebijakan : Pembangunan Pertanian Andalan

Berwawasan Agribisnis. Monograph Series No. 23 Puslitbang Sosial Ekonomi Prtanian. Bogor

Soekartawi.1993. Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian : Teori dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Santoso, Imam.2006. Pengantar Agroindustri. Fakultas Pertanian Unirvesitas Brawijaya Malang.

Sembiring, R.K. 2003. Analisis Regresi. Bandung : Penerbit ITB.

Tarigan, Drs. Robinson. 2003. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Dokumen Pemerintahan :

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan. 2008. Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan 2008-2028. Lamongan :

Pemerintah Kabupaten Lamongan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan. 2011. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lamongan 2011-2015.

Lamongan : Pemerintah Kabupaten Lamongan

Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur. 2010. Kabupaten Lamongan Dalam Angka 2011. BPS Propinsi Jawa Timur, Jawa Timur. Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur. 2007. Kabupaten Lamongan Dalam Angka 2007. BPS Propinsi Jawa Timur, Jawa Timur.

Tugas Akhir/Tesis/Disertasi :

Dewi, Atik Kumala. 2007. Tugas Akhir : Penentuan Lokasi Kota Agroindusri Di Kabupaten Mojokerto. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Dipayana, Dewa Nyoman Mahesa. 2009. Tugas Akhir : Arahan Pengembangan Wilayah Badung Utara melalui Implementasi Konsep Agropolitan. Surabaya : Institut

Teknologi Sepuluh Nopember.

Latifah, Umi. 2011. Tugas Akhir :Pengembangan Kawasan Industri Perikanan Di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi Melalui Pendekatan Pengembangan

Ekonomi Lokal. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Suryani, Erma. 2001. Tesis : Skenario Kebijakan Pengembangan Pergaraman Nasional, Suatu Penghampiran Model Sistem Dinamik. Surabaya : Institut Teknologi

Sepuluh Nopember.

Ummah, Maslacthul. 2008. Tugas Akhir : Variabel Internal Yang Mempengaruhi Kesenjangan Ekonomi Wilayah di Gerbangkertosusila. Surabaya : Institut Teknologi

Sepuluh Nopember.

Internet :

Kusnadi, Rahmat. 2010. Konsep Wilayah dan Pusat Pertumbuhan Pengembangan Wilayah. Diunduh pada tanggal 28 Maret 2011 dari

http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/02/pusat-pertumbuhan.html

(43)

Gambar

Gambar 2.1 Konsepsi Pengembangan Wilayah  Sumber : Djakapermana, 2010
Tabel Penggunaan Air Menurut  Jenis Pelanggan Kabupaten

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Gambut di areal penelitian merupakan gambut sangat dalam dengan ketebalan bervariasi mulai dari 7,2 meter sampai lebih dari 10 meter sehingga merupakan

iii) Tunjukkan sama ada penjelmaan HK setara dengan penjelmaan KH. [4 markah] b) i) PTUV ialah imej bagi ABCD di bawah gabungan penjelmaan NM. ii) Diberi luas rantau

Hanya dengan keberanian dan ketegasan dalam menempuh tiga langkah itu akan terwujud ASN yang dapat mengatasi governance deficit dan mampu menjadi ASN yang siap

Effy Wardati

Peringkasan dokumen dengan menggunakan feature scoring menghasilkan skor dari setiap fitur yang berhasil terekstrak pada setiap ulasan yang kemudian dilanjutkan

1) Artículos temáticos : Son artículos inéditos que exponen los resultados de investigación, circunscritos al tema del respectivo número y constituyen aportes a

Dengan demikian penulis perlu mengkaji penelitian ini untuk mengetahui kebenaran adanya singkatan dan akronim yang terdapat dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat edisi