• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri (Wahit,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri (Wahit,"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan prilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri (Wahit, dkk 2006).

Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus, yang kemajuannya harus terus diamati terutama oleh mereka yang memberikannya. Pada umumnya kebutuhan penyandang diabetes akan pendidikan kesehatan dideteksi oleh petugas kesehatan, untuk selanjutnya ditumbuhkan rasa membutuhkan pada penyandang diabetes (Soegondo, 2007).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan bagi penyandang diabetes pertama tama adalah meningkatkan pengetahuan mereka. Pengetahuan tersebut akan menjadi titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup mereka. Pada akhirnya yang menjadi tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku penyandang diabetes dan meningkatnya kepatuhan yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas hidup (Soegondo, 2007). Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dengan memberikan pendidikan kesehatan antara lain:

(2)

1. Agar penyandang diabetes dapat hidup lebih lebih dan dalam kebahagian, karena kualitas hidup sudah merupakan kebutuhan bagi seseorang. Seseorang yang bertahan hidup, tetapi dalam keadaan tidak sehat akan mengganggu kebahagian dan kestabilan keluarga.

2. Untuk membantu penyandang diabetes agar mereka dapat merawat dirinya sendiri, sehingga komplikasi yang timbul dapat dikurangi, selain itu juga jumlah hari sakit dapat ditekan.

3. Agar penyandang diabetes tetap produktif sehingga dapat berfungsi dan berperan sebaik-baiknya di dalam masyarakat.

4. Menekan biaya perawatan baik yang dikeluarkan secara pribadi, asuransi ataupun secara nasional.

B. Senam Kaki Diabetes 1. Defenisi

Senam adalah latihan fisik yang dipilih dan diciptakan dengan terencana, disusun secara sistematik dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis (Prabususeno, 2007). Berdasarkan pengertiannya, senam adalah salah satu jenis olahraga yang menggunakan gerakan sebagian otot-otot tubuh, dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh (Karim, 2002)

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukuan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (Sumosardjuno, 1986). Senam kaki dapat membantu

(3)

memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi (Admin, 2007)

Diabetic foot adalah suatu gambaran perubahan yang terjadi pada kaki penderita diabetes yang sudah berlangsung lama. Adanya komplikasi diabetik neurophaty menyebabkan penderita tidak merasa sakit pada saat terjadi luka di kakinya, juga untuk merasakan panas dan dingin pada kakinya berkurang, bahkan mati rasa karena sirkulasi darah berkurang (Nur Kholis Haryadi, 2010). Perubahan yang terjadi karena kurangnya aliran darah ke kaki adalah dalam bentuk pengerasan dan kaku dinding pembuluh darah (atherosclerosis) hingga aliran darah secara progresif makin berkurang (Yatim, 2010).

Sampai saat ini diabetes melitus belum dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Jika diabetes melitus menyerang, tindakan pencegahan dilakukan agar penyakit diabetes melitus tidak semakin parah. Salah satu tindakan pencegahan dilakukan daintaranya olahraga. Dari sudut ilmu kesehatan, tidak diragukan lagi apabila olah raga dilakukan sebagaimana mestinya menguntungkan bagi kesehatan dan kekuatan pada umumnya. Selain itu olahraga digunakan sebagai bagian pengobatan diabetes melitus, namun tidak semua olahraga dianjurkan bagi pengidap diabetes melitus karena dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan. Frekuensi yang dinjurkan adalah 3-5 kali perminggu (Yatim, 2010).

(4)

2. Tujuan Senam Kaki

Adapun tujuan yang diperoleh setelah melakukan senam kaki ini adalah memperbaiki sirkulsi darah pada kaki pasien diabetes, sehingga nutrisi lancar ke jaringan tersebut (Tara, 2003).

3. Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi dari senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita dibetes melitus tipe I maupun tipe II. Namun sebaiknya siberikan sejak pasien didiagnosa menderita diabetes melitus sebagai tindakan pencegahan dini. Senam ini juga dikontraindikasikan pada klien yang mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnea atau nyeri dada. Selain itu kaji keadaan umum dan keadaan pasien apakah layak untuk dilakukan senam kaki tersebut, cek tanda-tanda vital da status respirstory (adakah dipsnea atau nyeri dada), kaji status emosi pasien (suasana hati/mood, motivasi), serta perhatikan indikasi dan kontraindikasi dalam pemberian senam kaki tersebut.

4. Prosedur

Alat yang harus dipersiapkan adalah : kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk), prosedur pelaksanaan senam. Sedangkan persiapan untuk pasien adalah kontrak topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan senam kaki. Perhatikan juga lingkungan yang mendukung, seperti lingkungan yang nyaman bagi pasien, dan juga privasi pasien.

(5)

Langkah-langkah pelaksanaan senam kaki : a. Cuci dan keringkan tangan pemeriksa

b. Tempatkan alat sesuai dengan ukuran manset di sekitar pergelangan kaki di atas malleoli.

c. Periksa kaki pada dorsalis pedis atau pada betis depan.

d. Tempatkan manset pada daerah tibia dan stetoskop diletakkan pada arteri dorsalis pedis.

e. Pompa manset sampai signal akhir kemudian kempiskan manset dengan cara perlahan sambil memperhatikan signal yang berpindah atau turun tanpa memindahkan pemerikasaan dari arteri.

f. Gunakan nilai tertinggi untuk menghitung sirkulasi darah pada pergelaangan kaki.

g. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak di atas bangku dengan kaki menyentuh lantai. Dapat juga dilakukan dalam posisi berbaring dengan meluruskan kaki.

h. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke bawa seperti cakar ayam sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, jari-jari kedua kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke bawa seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

i. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki di lantai, angkat telapak kaki di atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Dilakukan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian

(6)

dan diulangi sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan kanan sebanyak 10 kali. j. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat

gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

k. Jari- jari diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar dengan pergerakan di pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur kaki harus diangkat sedikt agar dapat melakukan gerakan memutar pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

l. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian.

C. Pengetahuan 1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali suatu kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarak, 2009).

(7)

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam berperilaku (Setiawati, 2008).

2. Tingkat Pengetahuan

Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu: a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa tanda-tamda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara

(8)

pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras, dan sebagainya tempat-tempat penampungan air tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja. Orang yang telah faham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian di mana saja, dan seterusnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

(9)

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan

sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2005).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan: a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

(10)

c. Usia

Dengan bertambahnya usia seseorang maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental).

d. Minat

Minat adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

e. Kebudayaan dan Lingkungan Sekitar

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap.

f. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan (Mubarak, 2009). D. Kemampuan

1. Pengertian Kemampuan

Didalam kamus bahasa indonesia, kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta lebih). Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.

Adapun pendapat lain menurut Ahkmat Sudrajat adalah menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu mempunyai kecakapan yang berbeda-beda dalm melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi

(11)

yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran yang mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki (Robbin, 2007)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Robbins menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu : a. Kemampuan Intelektual

Kemampuan Intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental, berpikir, menalar dan memecahkan masalah.

b. Kemampuan Fisik

Kemampuan fisik adalah kemampuan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kreativitas guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V di Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Pertentangan yang dialami subjek sebagai penganut ajaran Samin berasal dari orang syariat (pemuka agama) yang meminta subjek untuk memeluk suatu agama, akan tetapi subjek

Berbeda dengan pendapat Supranoto (1981/1982: 27) yang menjelaskan bahwa tembang dolanan merupakan tembang yang dinyanyikan oleh anak dengan iringan musik ataupun

PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI Menunjukkan besarnya tingkat penggunaan barang/jasa Perhitungan TKDN merujuk pada ketentuan Menteri Perindustrian TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI

Metode MPS adalah metode dengan format berupa tabel yang menunjukkan berbagai informasi dalam proses produksi seperti peramalan, tingkat permintaan konsumen,

 Guru membimbing siswa menganalisis data hasil percobaan yang mereka peroleh dengan membandingkan pada literatur yang ada untuk membuktikan kebenaran hipotesis

Untuk umpan beracun (baiting gel) yang akan diteliti adalah BTX berbahan aktif imidakloprid dan MFF berbahan aktif fipronil terhadap hasil rearing kecoa amerika di

Terpujilah Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Kasih atas segala kelimpahan kasih, karunia dan pernyertaanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi “Sistem Pelaksanaan