• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

A. Kajian Pustaka

1. Performance Based Navigation (PBN)

Performance based navigation (PBN) adalah menetapkan performance system RNAV yang dibutuhkan seperti: keakuratan, integrasi, ketersediaan, kesinambungan dan kegunaan untuk operasional dalam konteks konsep Ruang Udara, dengan didukung oleh infrastruktur navigasi yang tepat. Dalam konsteks tersebut, PBN menggambarkan peralihan dari sensor-based navigation menjadi performance-based navigation. Persyaratan performance yang diperlukan dapat dilihat dari spesifikasi navigasi yang digunakan yang juga menggambarkan pemilihan peralatan dan sensor navigasi yang digunakan untuk memenuhi persyaratan performance. Spesifikasi navigasi ini ditetapkan pada tingkat rincian yang cukup memeudahkan harmonisasi global dengan menyediakan panduan implementasi yang spesifik untuk negara dan operator-operator.

Pertumbuhan lalu lintas dan kebutuhan untuk memberikan efisiensi penerbangan yang lebih besar maka dibutuhkan pengoptimalan wilayah udara yang tersedia. Hal ini dicapai oleh ATM (Air Traffic Management) diseluruh dunia dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dibidang komunikasi, navigasi dan surveillance. Lebih khususnya penerapan

(2)

aplikasi pada semua fase penerbangan yang dapat memberikan konstribusi langsung pada peningkatan optimasi wilayah udara. Area navigasi diaktifkan dengan menggunakan computer navigasi on-board yang disebut sebagai system RNAV.

Kemampuan system RNAV semakin sering dieksploitasi dengan maksud dapat memaksimalkan wialyah udara yang ada. Untuk itu, baik pilot dan ATC perlu memahami kemampuan system RNAV dan memastikan bahwa persyaratan dan prosedurnya sudah sesuai. Penggunaan system RNAV terletak pada PBN (Performance Based Navigation), yang memperkenalkan persyaratan persetujuan untuk digunakan system ini dalam implementasi wilayah udara.

Konsep kinerja berbasis navigasi (PBN) oleh ICAO (International Civil Aviation Organization) konsep ini telah menggantikan konsep RNP; yang diperkenalkan melalui publikasi ICAO PBN Manual (Doc.9635) pada tahun 2008. Konsep PBN diarahkan untuk merespon kebutuhan wilayah udara. Untuk itu, ICAO mengidentifikasi tiga komponen konsep PBN :

a. The Navigation Apllication : aplikasi navigasi dicapai dengan penggunaan infrastruktur NAVAID dan berhubungan dengan spesifikasi navigasi;

b. The Navigation aid (NAVAID) infrastructure : Infrastruktur NAVAID mengacu pada tanah- dan alat bantu berbasis ruang kecuali

(3)

Non Directional Beacon (NDB), yang dikeluarkan dari penggunaan di PBN);

c. The Navigation Specification : spesifikasi teknis dan operasional yang mengidentifikasi kenerja navigasi dan fungsi yang diperlukan dari system RNAV. Hal ini juga mengidentifikasi bagaimana peralatan navigasi dapat beroperasi di infrastruktur NAVAID dalam memenuhi kebutuhan operasional ruang udara. Ada 2 jenis spesifikasi navigasi: RNAV dan RNP. Perbedaan penting keduanya adalah bahwa spesifikasi RNP membutuhkan pemantauan kinerja on-board dan juga bagian lain dari fungsi avionic. Spesifikasi navigasi memberikan materi yang dapat suatu wilayah gunakan sebagai dasar untuk mengembangkan sertifikasi dan persetujuan dokumentasi operasional.

Beberapa poin penting yang harus dipahami tentang PBN sebagai berikut :

a. PBN memerlukan penggunaan system RNAV on-board;

b. PBN menciptakan persyaratan untuk sertifikasi kelaikan dan persetujuan operasional untuk menggunakan system RNAV dalam pengimplementasian wilayah udara;

c. Fungsi system RNAV dan ketepatan navigasi pada infrastruktur NAVAID dari wilayah udara subjek harus sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan harus relevan dengan ICAO (International Civil Aviation Organization) navigation specification.

(4)

Sederhananya, untuk PBN pesawat dan awak pesawat (pilot) keduanya harus memenuhi syarat tertentu terhadap spesifikasi navigasi yang diperlukan pada saat pengoperasian di ruang udara. Dari perspektif perencana ruang udara / wilayah udara itu, PBN memungkinkan sistemasi Organisasi Lalu lintas udara (ATC) melalui strategis diterbitkan rute ATS (termasuk SIDS/ STARs dan instrument approach procedure) sehingga dapat mengurangi taktik terkait kebutuhan untuk intervensi ATC. Dengan kata lain PBN memungkinkan pemisahaan peswat-ke-pesawat menjadi “built-ke” desain wilayah udara. Sehingga memudahkan migrasi dari ATC ke ATM (Air Traffic Management System).

CNS/ATM (Communication Navigation Surveillance/ Air Traffic Management System) merupakan konsep yang dibangun untuk mendapatkan metode pengaturan lalu lintas udara (Air Traffic Management) yang efisien dan menggunakan semua fasilitas yang ada seperti radio VHF, radio HF dan satelit. Pada system yang lama, komunikasi hanya dilakukan dengan suara melalui radio dan pengawasan (surveillance) dilakukan dengan surveillance radar yang dapat mendeteksi dan identifikasi pesawat dengan jangkauan tertentu. Dengan CNS/ATM ini, komunikasi dan pengawasan dapat dilakukan melalui satelit sehingga cakupannya lebih luas.

Pada awal 2013, PBN manual berisi 11 spesifikasi navigasi antara lain : 4 Spesifikasi RNAV dan 7 Spesifikasi RNP :

(5)

Sumber : disarikan dari Eurocontrol Introducing Performance Based Navigasion (PBN) and Advanced RNP (A-RNP)2013

Gambar 2.1 Navigation Specification

Implementasi PBN akan meningkatkan kapasitas, efisiensi (karena pengurangan separasi minimum), memberikan keuntungan bagi pesawat dengan tetap mengutamakan unsur keselamatan / safety.

2. RNAV 1

RNAV mengurangi konflik antara arus lalu lintas dengan mengkonsolidasikan trek penerbangan. RNAV-1/ Dasar RNP-1 SID dan STAR meningkatkan keselamatan, kapasitas dan efisiensi penerbangan dan kesalahan komunikasi lebih rendah serta mengurangi beban kerja pilot dan pengendalian dan juga meningkatkan efisiensi bahan bakar. PBN SID dan STAR akan memungkinkan sebagai berikut :

- Pengurangan dalam komunikasi ATC-Pilot;

- Pengurangan rute panjang untuk memenuhi persyaratan efisiensi lingkungan dan bahan bakar;

(6)

- Seamless trasisi dari dan ke en-rute titik masuk/keluar;

- Keberangkatan urutan untuk memaksimalkan manfaat dari RNAV dan mengidentifikasi kebutuhan otomatisasi untuk menajemen lalu lintas (traffic flow management), alat sequencing, pengolahan rencana penerbangan (flight plan processing), dan kegiatan entry data tower.

a. SID (Standard Instrument Departure)

Suatu rute keberangkatan untuk penerbangan instrument yang menghubungkan suatu point, biasanya point tersebut berada pada suatu titik rute penerbangan, dimana pada point tersebut prosedur keberangkatan secara instrument dimulai.

b. STAR (Standard Instrument Arrival)

Suatu rute kedatangan untuk penerbangan instrument yang menghubungkan suatu point, biasanya point tersebut berada pada suatu titik rute penerbangan, dimana pada point tersebut prosedur kedatangan secara instrument dimulai.

(7)

3. Peraturan Perundang-undangan Penerbangan

UU No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan menjelaskan penyelenggaraan penerbangan meliputi aspek tatanan pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, angkutan udara, keselamatan dan keamanan penerbangan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya. Pada UU No. 1 tahun 2009 Pasal 1 ayat 46 menjelaskan definisi navigasi penerbangan sebagai berikut:

“Navigasi Penerbangan adalah proses mengarahkan gerak pesawat udara dari satu titik ke titik yang lain dengan selamat dan lancar untuk menghindari bahaya dan/atau rintangan penerbangan”

Penjelasan definisi navigasi penerbangan tersebut memberikan petunjuk untuk merumuskan kriteria penetapan suatu jaringan pelayanan navigasi sebagai bagian dari penyedia jasa penerbangan, yaitu :

a. Kawasan yang dilayani oleh jaringan penerbangan adalah beberapa rute penerbangan pesawat,

b. Pesawat beroperasi secara ulang-alik mengangkut penumpang yang sama dan/atau pengangkutan barang,

c. kegiatan yang terintegrasi untuk mencapai tingkat keselamatan yang diinginkan.

(8)

1) PP No. 77 Tahun 2012 tentang Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia

PP No. 77 Tahun 2012 tentang Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia yang selanjutnya disebut Perum adalah badan usaha yang menyelenggarakan pelayanan navigasi penerbangan di Indonesia serta tidak berorientasi mencari keuntungan, berbentuk Badan Usaha Milik Negara yang seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham sesuai Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

PP No. 77 Tahun 2012 Pasal 3 ayat 3, memberikan kriteria penetapan jenis pelayanan navigasi penerbangan dengan jelas, sebagaimana tercantumkan dalam UU No. 1 Tahun 2009 Pasal 270, yaitu:

a) Pelayanan lalu lintas penerbangan (Air Traffic Services/ATS),

b) Pelayanan telekomunikasi penerbangan (Aeronautical Telecommunication Services/COM),

c) Pelayanan informasi aeronautika (Aeronautical Information Services/AIS),

(9)

d) Pelayanan informasi meteorologi penerbangan (Aeronautical Meteorological Services/MET),

e) Pelayanan informasi pencarian dan pertolongan (Search and Rescue/SAR).

4. Annex dan Document ICAO

Annex dan Document yang diterbitkan oleh International Civil Aviation Orgnization (ICAO), mengatur tentang perencanaan, desain dan implementasi RNAV 1.

5. AIRAC AIP Supplement Nr : 07 / 13 dated 25 Juli 2013

Implementation of New Standard Departure Area Navigation Procedures (SID RNAV-1) and Standard Arrival Area Navigation Procedures (STAR RNAV-1) at I Gusti Ngurah Rai International Airport – Bali.

6. Importance Performance Analysis (IPA)

Metode Importance Performance Analysis (IPA) pertama kali diperkenalkan oleh Martilla dan James (1977) dengan tujuan untuk mengukur hubungan antara persepsi konsumen dan prioritas peningkatan kualitas produk/jasa yang dikenal pula sebagai quadrant analysis (Brandt, 2000 dan Latu & Everett, 2000)

(10)

IPA telah diterima secara umum dan dipergunakan pada berbagai bidang kajian karena kemudahan untuk diterapkan dan tampilan hasil analisa yang memudahkan usulan perbaikan kinerja (Martinez, 2003). IPA mempunyai fungsi utama untuk menampilkan informasi berkaitan dengan 18ystem-faktor pelayanan yang menurut konsumen sangat mempengaruhi kepuasan dan loyalitas mereka, dan 18 ystem-faktor pelayanan yang menurut konsumen perlu ditingkatkan karena kondisi saat ini belum memuaskan.

Importance Performance Analysis (IPA) secara konsep merupakan suatu model multi-atribut. Tehnik ini mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan penawaran pasar dengan menggunakan dua kriteria yaitu kepentingan atribut dan kepuasan konsumen. Penerapan teknik IPA dimulai dengan identifikasi atribut-atribut yang relevan terhadap situasi pilihan yang diamati. Daftar atribut-atribut dapat dikembangkan dengan mengacu kepada literatur, melakukan interview, dan menggunakan penilaian manajerial. Di lain pihak, sekumpulan atribut yang melekat kepada barang atau jasa dievaluasi berdasarkan seberapa penting masing-masing produk tersebut bagi konsumen dan bagaimana jasa atau barang tersebut dipersepsikan oleh konsumen.

(11)

Evaluasi ini biasanya dipenuhi dengan melakukan survey terhadap sampel yang terdiri atas konsumen. Setelah menentukan atribut-atribut yang layak, konsumen ditanya dengan dua pertanyaan. Satu adalah atribut yang menonjol dan yang kedua adalah kinerja perusahaan yang menggunakan atribut tersebut. Dengan menggunakan mean, median atau pengukuran ranking, skor kepentingan dan kinerja atribut dikumpulkan dan diklasifikasikan ke dalam kategori tinggi atau rendah; kemudian dengan memasangkan kedua set rangking tersebut, masing-masing atribut ditempatkan ke dalam salah satu dari empat kuadran kepentingan kinerja (Crompton dan Duray, 1985). Skor mean kinerja dan kepentingan digunakan sebagai koordinat untuk memplotkan atribut-atribut individu. Analisis ini dilakukan terhadap ATC dan Pilot menggunakan kuisioner kepuasan dan kepentingan. Terdapat dua dimensi dalam diagram Kartesius yakni sumbu mendatar X (tingkat kepuasan) dan sumbu tegak Y (tingkat kepentingan).

Indikator kepuasan dan kepentingan prosedur RNAV 1 Bandar Udara Ngurah Rai Bali dijabarkan dalam 4 (empat) kuadran, sebagai berikut :

(12)

Gambar 2.2 Diagram Kartesius.

Kuadran I. Dalam kuadran ini penanganannya perlu diprioritaskan,

karena ketersediaannya dinilai sangat penting, sedangkan tingkat pelaksanaanya belum memuaskan, atau tingkat kepuasan rendah.

Kuadran II. Indikator pada kuadran ini perlu dipertahankan, karena

tingkat pelaksanaannya telah sesuai dengan kepetingan. Pada kuadran ini tingkat kepentingan tinggi dan tingkat kepuasan tinggi, sehingga telah memuaskan pengguna prosedur.

Kuadran III. Indikator pada kuadran ini tingkat kepentingannya rendah

(dinilai kurang penting), tingkat kepuasannya juga rendah. Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaannya sudah sesuai dengan tuntutan kepentingan yang rendah.

Kuadran IV. Indikator dalam kuadran ini dinilai kurang penting, namun

(13)

tingkat kepentingan rendah namun tingkat kepuasan tinggi, yang mana kualitas pelaksanaannya melebihi harapan ATC/Pilot.

7. Quality Function Deployment (QFD)

Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu teknik yang dapat dipakai untuk mengukur kepuasan masyarakat terhadap suatu produk, 21ystem atau program, yang dalam penelitian ini adalah mengukur kepuasan ATC & Pilot terhadap Prosedur SID & STAR RNAV 1 – Bali. Dengan matriks house of quality (alat QFD), kita dapat mengetahui seberapa besar gab atau penyimpangan dari apa yang diharapkan dengan apa yang dirasakan oleh ATC & Pilot. Dari matriks ini kita dapat melihat apakah karakteristik yang menjadi keunggulan Prosedur SID & STAR RNAV 1 – Bali telah dapat memuaskan ATC & Pilot sesuai dengan tujuan penggunaan prosedur RNAV 1 tersebut.

Dengan kata lain, jika Airnav Indonesia ingin melihat “sudahkan prosedur SID & STAR RNAV 1 – Bali tepat sasaran”, maka kita dapat menggunakan alat analisa quality function deployment dengan house of quality nya. Rumah kualitas ini akan menghubungkan harapan ATC & Pilot terhadap 21ystem prosedur RNAV 1 – Bali dengan bagaimana Airnav Indonesia melakukan sesuatu untuk mememenuhi keinginan tersebut. Sudah tepatkah penggunaan prosedur SID & STAR RNAV 1 – Bali, bagaimana jika ternyata prosedur SID & STAR RNAV 1 – Bali ini tidak sesuai dengan karakteristik ruang udara Ngurah Rai – Bali. QFD

(14)

dalam penelitian mempunyai dua fungsi, yaitu (1) menetapkan apa yang memuaskan ATC & Pilot dari Prosedur SID & STAR RNAV 1 – Bali dan apakah prosedur ini sudah memuaskan, dan (2) menerjemahkan keinginan ATC & Pilot pada desain prosedur pelayanan navigasi penerbangan yang lebih baik.

Gambar 2.3 House of Quality

Pada ruang 1, kita akan mengenali apa yang diinginkan dan diharapkan oleh ATC & Pilot dari prosedur SID & STAR RNAV 1 – Bali. Pada ruang 2, kita akan menganalisa tingkat kepentingan dan tingkat

3th Room Technical Characteristics

1 st Room Customer

Needs

4 th Room Relationships 3 nd Room

Planning Matrix

6th Room Technical Matrix

5th Room Technical Correlations

(15)

terhadap prosedur SID & STAR RNAV 1 – Bali. Pada ruang ini juga, akan dianalisa kesenjangan antara tingkat kepentingan dan kepuasan ATC & Pilot terhadap prosedur SID & STAR RNAV 1 – Bali. Ruang 3 menggambarkan karakteristik teknis unggulan yang dimiliki Prosedur RNAV 1 dalam hal ini SID & STAR. Airnav Indonesia harus mengukur seberapa baik prosedur SID & STAR RNAV 1 – Bali mememenuhi harapan ATC & Pilot di ruang 4. Pada ruang 5, Airnav Indonesia juga harus menghubungkan berbagai atribut yang merupakan karakteristik keunggulan prosedur SID & STAR RNAV 1 – Bali, mana dari karakteristik tersebut yang saling berhubungan kuat dan saling mendukung. Terakhir ruang 6 adalah gambaran tingkat kepentingan ATC & Pilot terhadap berbagai atribut atau karakteristik yang dirasakan merupakan keunggulan dari prosedur SID & STAR RNAV 1 – Bali. Pada tahap terkahir ini akan direkomendasikan prosedur SID & STAR RNAV 1 – Bali yang mengarah pada desain prosedur pelayanan navigasi penerbangan yang lebih baik.

QFD dapat menunjukan kelemahan-kelemahan dari berbagai atribut atau karakteristik teknis prosedur RNAV 1 – Bali. Mana dari atribut – atribut yang kan dianalisa menyimpang dari yang sudah targetkan oleh program. Untuk analisa hal tersebut diatas, peneliti telah melakukan penyebaran kuesioner tertutup, dimana dalam kuesioner ini peneliti bermaksud untuk melakukan survey pendahuluan tentang harapan ATC & Pilot terhadap prosedur RNAV 1 – Bali, bagaimana persepsi mereka

(16)

terhadap prosedur RNAV 1- Bali, sudahkah mereka merasa puas dengan prosedur RNAV 1 – Bali tersebut, prosedur apa saja yang masih kurang nyaman bagi mereka selama menggunakan prosedur RNAV 1, adakah kendala yang diluar batas yang ditentukan dan lain sebagainya.

8. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan atas adanya kejadian yang telah terjadi sebelumnya, di antaranya :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Penulis Judul Penelitian Keterangan

Okky Rizkia Yustian (2015) Analisis Pengembangan Produk berbasis Quality Function Deployment (QFD) (Studi Kasus Pada Produk Susu PT MSA)

Analisis QFD

membandingan antara produk susu murni kemasan dan yoghurt. Diperoleh lima belas

atribut produk yang

diinginkan konsumen. Atribut produk susu murni kemasan dan yoghurt yang dianggap penting oleh konsumen yaitu kandungan gizi, variasi rasa, merek, informasi kadaluarsa, volume, harga, diskon khusus, sistem pembayaran, distribusi, area pemasaran, lokasi penjualan, gudang penyimpanan, pengenalan

(17)

produk, promosi produk dan penjualan langsung. Liviu Moldovan (2014) QFD employment for a new product design in a mineral

water company

QFD diterapkan unutk

memahami kebutuhan

pelanggan dalam memilih karakteristik yang cocok unutk desain produk baru di perusahaan air mineral. Ini

digunakan untuk

mengembangkan minuman

ringan baru berhasil

memasuki pasar. Pengalaman dan perbaikan terus menerus adalah bagian dari QFD yang

telah terukur untuk

mendapatkan kualitas yang diinginkan. Meity Martaleo dan Togar M. Simatupang (2013) Evaluasi Rangcangan Kurikulum dengan Metode Quality Function Deployment Masalah rancangan

kurikulum ini dievaluasi melalui tahapan pemecahan

masalah dengan

menggunakan tool QFD

(Quality Function

Deployment). Solusi yang diberikan yaitu penyusunan urutan mata kuliah serta pedoman pengerjaan tugas akhir (skripsi).

(18)

Aranningrum, Magister Kebijakan Publik, Departement Administrasi, FISIP, UNAIR (2013) Pelayanan Pegawai Dengan Menggunakan Integrasi Metode Importance Performance Analysis (IPA) – Quality Funcition Deployment (QFD)

dinilai masih buruk dengan atribut ketepatan waktu penyelesaian merupakan

atribut dengan nilai

kesenjangan tertinggi dan atribut penggunaan kartu identitas penelaah merupakan

atribut dengan nilai

kesenjangan terendah. Abdul Rahman, Heri Supomo (2012) Analisa Kepuasan Pelanggan pada Pekerjaan Reparasi Kapal dengan Metode Quality Function Deployment (QFD)

Berdasarkan analisis gap dan rangking prioritas yang didapat dari HOQ maka

perusahaan disarankan

memperbaiki kualitas

pekerjaan reparasi kapal dengan memperhatikan gap yang terkecil dan rangking

prioritas HOQ untuk

memenuhi kepuasan

pelanggan pada pekerjaan reparasi kapal. Hepi Risenasari dan Henny K.S.Daryanto (2011) Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) Dalam Penentuan Prioritas Peningkatan Kualitas Layanan Restoran Pringjajar Hasil QFD:

Bahwa bobot absolut

persyaratan pelanggan, persyaratan pelelangan yang perlu diprioritaskan adalah rasa yang memiliki bobot absolut tertinggi kemudian kenyamanan tempat dan

(19)

Sedangkan untuk persyaratan teknik adalah Pemasakan kemudian Pelayanan.

Zulman Efendi (2007)

Penerapan QFD untuk peningkatan kerja industry kecil bakso sapi berdasarkan kepuasan pelanggan Tujuan Penelitian : - Mengidentifikasi Tingkat Kepentingan menurut konsumen - Menganalisis kinerja produk, rasio perbaikan dan skala kepentingan konsumen

- Menghubungkan

kepetingan konsumen dengan tindakan teknis

Ralf H. Mayer and Kevin R. Sprong (2007) Improving Terminal Operations – Benefits of RNAV Departure Procedures at Dallas- Fort and Hartsfield – Jackson Atlanta International

Airports

Mekanisme operasional

memberikan manfaat dan hasil peningkatan efisiensi keberangkatan termasuk : Desain prosedur RNAV menampilkan segmen Rute Diverging (berpisah arah dari jalur utama/ persimpangan) dari setiap runway/ landasan utama dan Efisiensi ATC dalam mengizinkan rute alternative keberangkatan pesawat menggunakan rute Diverging.

Wahyu Supriyadi,

Implementasi Quality Function

Pada metode QFD yang diterapkan di PT. Mandala

(20)

Udisubakti Ciptomulyono (2006) Deployment Dalam Peningkatan Pelayanan Jasa Penerbangan Berdasarkan Preferensi Penumpang Pesawat di PT. Mandala Airlines

Airlines ini diawali dengan mendata semua keinginan penumpang pesawat PT. Mandala Airlines melalui kuisioner dengan system

terbuka kemudian

diterjemahkan kedalam

respon teknis sebagai alternatif solusi. Hasil analisa digunakan sebagai dasar acuan pihak manajemen

dalam upaya

perbaikan/peningkatan

kualitas pelayanan

penerbangan menjadi seperti apa yang ingin dirasakan penumpang PT. Mandala Airlines. Kevin R. Sprong, Brennan M, Haltli, James S. DeArmon, Suzanne Bradley, The MITRE Corporation, Center for Advanced Aviation System Improving Flight Efficiency Through Terminal Area RNAV

Navigasi RNAV terdiri dari 2 sumber berbeda, yaitu

Distance Measuring

Equipment (DME) dan

Global Navigation Satellite System (GNSS). Dalam LAS arus kedatangan diatur di empat sudut pos posisi, ini di mungkinkan oleh ATC lebih efektif manghandle lalu lintas. Lalu lintas kedatangan di kontrol oleh 1 atau 2 orang pengontrol menggunakan

(21)

Development (2005)

grafik point masuk dalam terminal lalu lintas udara

LAS. TARGET adalah

rancangan alat prosedur dasar yang digunakan oleh FAA

untuk merancang rute

terminal kedatangan,

Instrumen Kedatangan

Standar yang mana sangat dibutuhkan oleh Controler untuk dilatih penggunaannya. Riset dan analisis ini sangat penting dan harus terus berlanjut. Penggunaan RNAV akan lebih baik dan memberikan keuntungan pada kedua pihak, baik ATC dan Airline Operators.

B. Rerangka Pemikiran

Untuk memperjelas penelitian tentang evaluasi prosedur SID (standard departure area navigation) dan STAR (standard arrival area navigation) RNAV 1 di Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali.

(22)

Gambar

Gambar 2.1 Navigation Specification
Gambar 2.3 House of Quality
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
grafik  point  masuk  dalam  terminal  lalu  lintas  udara  LAS.  TARGET  adalah  rancangan alat prosedur dasar  yang  digunakan  oleh  FAA  untuk  merancang  rute  terminal  kedatangan,  Instrumen  Kedatangan  Standar  yang  mana  sangat  dibutuhkan  oleh

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan metode feature extraction , program dapat mengenali sebuah karakter berdasarkan fitur-fitur yang dimiliki karakter tersebut, juga dengan

Hubungan Antara Faktor-Faktor Munculnya Konformitas Kelompok Sebaya Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja Di SMP PGRI 35 Serpong.. Karya Tulis Ilmiah strata satu,

Bila dalam suatu perkara pidana, seorang tersangka atau terdakwa diragukan kondisi kesehatan jiwanya saat ia melakukan perbuatan pidana, maka yang berwenang dalam

Didalam pemberian kredit atau masalah gadai, apabila telah sampai pada waktu pelunasan hutang dan penebusan barang jaminan, tetapi penggadai tidak dapat membayar hutangnya,

variabel independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.Hal ini dapat dibuktikan dari nilai Sig F > 0,05 yaitu 0,541> 0,05, maka dapat

Yeni Osmanlılar, bundan dolayı, Batılılaşmaya karşı Bihruz Bey tiplerinin eleştirisini üst bürokrasiye karşı ver­ dikleri mücadelede kullandılar, fakat

 Batasan simpangan antar lantai Simpangan antar lantai yang dihitung berdasarkan persamaan diatas tidak boleh melebihi 2,5% dari jarak lantai untuk struktur dengan