• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH PERDA) TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA KOTA BATAM TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH PERDA) TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA KOTA BATAM TAHUN"

Copied!
224
0
0

Teks penuh

(1)

TENTANG

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

MENENGAH DAERAH (RPJMD)

MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KOTA BATAM TAHUN 2011-2016

PEMERINTAH KOTA BATAM 

TAHUN 2011

(2)

*

***Pemerintah Kota Batam | PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN

1

1

.

.

1

1

L

L

A

A

T

T

A

A

R

R

B

B

E

E

L

L

A

A

K

K

A

A

N

N

G

G

Berkenaan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, telah memberikan kewenangan kepada Pemerintahan Daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta keragaman daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kerangka dasar pemberian otonomi yang luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Selain itu, hal ini diharapkan juga dapat meningkatkan daya saing yang ada di daerah. Oleh karena itu, kebijakan yang disusun di daerah pada dasarnya dilakukan untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Walaupun undang-undang secara jelas menyatakan bahwa pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya sendiri, namun dalam penyusunan perencanaan daerah tetap harus memperhatikan antara perencanaan pemerintahan pusat, provinsi dan antar pemerintah daerah, sehingga pencapaian tujuan daerah mendukung pencapaian tujuan nasional. Aspek hubungan tersebut memperhatikan kewenangan yang diberikan, baik yang terkait dengan hubungan sumber daya alam dan sumber daya lainnya, pelayanan umum serta keuangan.

Landasan hukum mengenai sistem perencanaan pembangunan telah diatur secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional, dimana disebutkan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Kementerian/Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dan penyusunannya dilakukan secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.

(3)

*

***Pemerintah Kota Batam | PENDAHULUAN I-2

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 mengamanatkan bahwa Pemerintahan Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota dalam rangka menyelenggarakan pemerintahannya harus menyusun perencanaan pembangunan. Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana dimaksud, disusun secara berjangka meliputi (i) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), (ii) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan (iii) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Menyikapi peraturan Perundangan tersebut di atas, Pemerintah Kota Batam bersama dengan DPRD Kota Batam telah menetapkan Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Batam

Berkaitan dengan uraian di atas serta menindaklanjuti kewajiban Pemerintah Kota Batam setelah melaksanakan pemilihan Kepala Daerah secara langsung, maka sesuai amanat peraturan perundangan yang berlaku, Pemerintah Kota Batam diwajibkan menyusun RPJMD.

RPJMD Kota Batam Tahun 2011 – 2016 merupakan penjabaran visi, misi dan program Walikota Batam yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan, dimana penyusunannya memperhatikan RPJM Nasional dan RPJMD Provinsi, memuat strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Program lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Dokumen RPJMD ini pada dasarnya disusun berdasarkan beberapa pendekatan berikut:

1. Pendekatan Politik, pendekatan ini memandang bahwa pemilihan Kepala Daerah sebagai proses penyusunan rencana program, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan para calon Kepala Daerah. Dalam hal ini rencana pembangunan adalah penjabaran agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah saat kampanye ke dalam RPJMD;

2. Pendekatan Teknokratik, pendekatan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga yang secara fungsional bertugas untuk hal tersebut;

3. Pendekatan Partisipatif, pendekatan ini dilaksanakan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan. Pendekatan ini bertujuan untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki;

(4)

*

***Pemerintah Kota Batam | PENDAHULUAN I-3

4. Pendekatan Atas-Bawah (top-down) dan Bawah- Atas (bottom-up), pendekatan ini dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Hasil proses tersebut kemudian diselaraskan melalui musyawarah pembangunan.

RPJMD Kota Batam Tahun 2011 – 2016 disusun melalui tahapan perencanaan partisipatif dengan mengedepankan proses evaluasi, proyeksi dan analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pembangunan daerah Kota Batam. Berbagai tahapan analisis sektoral & tata ruang, penjaringan aspirasi masyarakat, serta dialog yang melibatkan pemangku kepentingan strategis telah dilakukan dalam rangka mewujudkan perencanaan yang komprehensif.

Tahapan proses penyusunan RPJMD Kota Batam, secara umum dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar I-1

Proses Penyusunan RPJMD Kota Batam Tahun 2011-2016 (Draf) RPJPD Kota Batam 2005-2025 Rancangan Awal RPJMD 2011-2016 (Oleh Bappeko) Visi, Misi, Program

KDH Kondisi lingkungan strategis & hasil evaluasi RPJM Nasional dan Provinsi Musrenbang Perumusan Rancangan Akhir RPJMD Berdasarkan hasil Musrenbang RPJMD RPJMD ditetapkan dengan Perda setelah berkonsultasi dengan Provinsi Sumber :

• Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004

• Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004

• Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008

(5)

*

***Pemerintah Kota Batam | PENDAHULUAN I-4

1

1

.

.

2

2

D

D

A

A

S

S

A

A

R

R

H

H

U

U

K

K

U

U

M

M

P

P

E

E

N

N

Y

Y

U

U

S

S

U

U

N

N

A

A

N

N

Landasan hukum sebagai dasar dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Batam Tahun 2011 - 2016 adalah sebagai berikut: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

3. Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3902) sebagaimana terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, san Kota Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4880);

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4053 Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4775);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002, Nomor 111 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4237);

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor. 47, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor. 4286);

(6)

*

***Pemerintah Kota Batam | PENDAHULUAN I-5

7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan PerUndang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

11. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

12. Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 13. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

(7)

*

***Pemerintah Kota Batam | PENDAHULUAN I-6

17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Batam sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5195);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

24. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;

25. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2025.

26. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010-2015.

27. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 5 Tahun 2001 tentang Kebersihan Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2001 Nomor 5 Seri B) sebagaimana

(8)

*

***Pemerintah Kota Batam | PENDAHULUAN I-7

terakhir diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 5 Tahun 2001 tentang Kebersihan Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2007 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 46);

28. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 16 Tahun 2001 tentang Penerimaan Sumbangan dari Pihak Ketiga Kepada Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2002 Nomor 20 Seri D);

29. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 17 Tahun 2001 tentang Kepariwisataan di Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2001 Nomor 18 Seri C) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2001 tentang Kepariwisataan di Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2003 Nomor 30 Seri C) ;

30. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 1 Tahun 2002 tentang Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2002 Nomor 1 Seri D); 31. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 4 Tahun 2002 tentang Perubahan Status

Desa Menjadi Kelurahan Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2002 Nomor 20 Seri D);

32. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 6 Tahun 2002 tentang Ketertiban Sosial di Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2002 Nomor 22 Seri E);

33. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2003 Nomor 42 Seri E);

34. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2004 – 2014 (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2004 Nomor 52 Seri C Tambahan Lembaran Daerah Nomor 32);

35. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pemekaran, Perubahan dan Pembentukan Kecamatan dan Kelurahan dalam Daerah Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2005 Nomor 65 Seri D Tambahan Lembaran Daerah Nomor 34);

36. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 1 Tahun 2006 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2006 Nomor 1 Seri D);

37. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2006 Nomor 2 Seri E Tambahan Lembaran Daerah Nomor 37);

(9)

*

***Pemerintah Kota Batam | PENDAHULUAN I-8

38. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pokok-pokok Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2006 Nomor 7 Seri A );

39. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2007 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Tahun 2007 Nomor 44);

40. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2007 Nomor 8)

41. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 9 Tahun 2007 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2007 Nomor 9)

42. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Daerah Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2007 Nomor 10)

43. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2007 Nomor 11)

44. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2007 Nomor 12).

45. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan di Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2007 Nomor 13)

46. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 14 Tahun 2007 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2007 Nomor 14)

47. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 16 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2007 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 55);

48. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 1 Tahun 2008 tentang Kepelabuhanan di Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2008 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 56 );

49. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2009 tentang Kerjasama Pemerintah Daerah dan Badan Usaha (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2009 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 58 );

(10)

*

***Pemerintah Kota Batam | PENDAHULUAN I-9

50. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 5 Tahun 2009 tentang Retribusi Penggunaan Tanah dan / atau Bangunan yang dikuasai Pemerintah Daerah untuk Pemasangan Reklame (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2009 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 61);

51. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 6 Tahun 2009 tentang Menara Telekomunikasi di Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2009 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 62 );

52. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 7 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Terumbu Karang (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 63 );

53. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 8 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan di Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2009 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 64);

54. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 10 Tahun 2009 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar di Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2009 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 65);

55. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 12 Tahun 2009 tentang Retribusi Izin Usaha di Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 66 );

56. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 1 Tahun 2010 tentang Urusan Pemerintah yang menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 67 );

57. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pendidikan Dasar dan Menengah di Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2010 Nomor 4, , Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 69 );

58. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 1 Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2011 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 71 );

59. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 72 );

60. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2011 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 73 );

(11)

*

***Pemerintah Kota Batam | PENDAHULUAN I-10

61. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 4 Tahun 2011 tentang Retribusi IMB (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2011 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 74 );

62. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2011 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 75 );

1

1

.

.

3

3

H

H

U

U

B

B

U

U

N

N

G

G

A

A

N

N

A

A

N

N

T

T

A

A

R

R

D

D

O

O

K

K

U

U

M

M

E

E

N

N

RPJM Daerah sebagai penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah, berhubungan erat dengan RPJP Daerah, RPJMD Provinsi dan RPJM Nasional karena berdasarkan Pasal 5 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dijelaskan bahwa RPJM Daerah berpedoman pada dokumen RPJP Daerah dan memperhatikan RPJMD Provinsi dan Nasional. Selanjutnya, berdasarkan Pasal 25 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 RPJM Daerah juga merupakan payung bagi dokumen perencanaan dibawahnya yaitu Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan dasar dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Dokumen RKPD merupakan dokumen perencanaan anggaran pemerintah daerah yang ditetapkan setiap tahun (Pasal 5 Ayat 3 UU Nomor 25 Tahun 2004), RKPD mengacu pada RKP sehingga secara langsung RAPBD akan berhubungan dengan RAPBN terutama dilihat dari keterkaitan keuangan/fiskal antara pusat dan daerah seperti (DAU, DAK, dan Bagi Hasil) dan kebijakan lainnya yang masih diatur oleh pemerintah pusat

Hirarki perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjadi dasar dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Oleh karena itu RPJMD merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan. Sehingga RPJMD harus singkron dan sinergi antar daerah, antar waktu, antar ruang dan antar fungsi pemerintah serta menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.

Sebagai dokumen perencanaan kebijakan pembangunan 5 (lima) tahun ke depan, RPJMD Kota Batam 2011-2016 harus mengacu dan mengarah bagi terwujudnya ketentuan dalam kebijakan pemanfaatan ruang baik struktur tata ruang maupun pola ruang. Pada Pasal 7 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 disebutkan bahwa RPJM Daerah menjadi acuan bagi penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja

(12)

*

***Pemerintah Kota Batam | PENDAHULUAN I-11

Perangkat Daerah (Renstra SKPD) sehingga dengan demikian RPJM Daerah juga secara tidak langsung menjadi payung dalam penyusunan Renstra SKPD, selanjutnya Renstra SKPD dijabarkan dalam Rencana Kerja Tahunan atau Renja SKPD yang merupakan dokumen perencanaan paling aplikatif dari RPJMD.

Pembangunan Jangka Panjang Kota Batam Tahun 2005–2025 merupakan kelanjutan dari pembangunan sebelumnya yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk itu, dalam 20 tahun mendatang, Kota Batam diharapkan dapat mengejar ketertinggalan dan mempunyai posisi yang sejajar serta daya saing yang kuat di dalam pembangunan nasional. Pelaksanaan RPJPD Kota Batam 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan pembangunan jangka menengah nasional 5 (lima) tahunan, yang dituangkan dalam RPJMD I Tahun 2006– 2011, RPJMD II Tahun 2011– 2016, RPJMD III Tahun 2016–2021, dan RPJMD IV Tahun 2021–2025. RPJP Provinsi digunakan sebagai pedoman dalam menyusun RPJM Provinsi. Pentahapan rencana pembangunan nasional disusun dalam masing-masing periode RPJM sesuai dengan visi, misi, dan program.

Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah yang dipilih secara langsung oleh rakyat. Dalam hal ini keterkaitan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Hubungan RPJMD dengan RPJPD Berdasarkan arahan dalam RPJPD Kota Batam 2005-2025, bahwa RPJMD merupakan penjabaran program lima tahunan RPJPD yang dilaksanakan berdasarkan periode Kepala Daerah. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan bahwa RPJMD yang merupakan penjabaran dari visi dan misi Kepala Daerah, dalam penyusunannya tetap berpedoman kepada RPJPD Kota. Dalam RPJPD 2005-2025 ditetapkan bahwa visi jangka panjang daerah adalah ‘Terwujudnya Batam sebagai Bandar Dunia yang Madani’. Dengan misi 1) Mewujudkan Batam sebagai Bandar berstandar Internasional. 2) Menciptakan Batam sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi. 3) Menciptakan Masyarakat Madani (agamis, sejahtera, maju, berbudaya, menegakkan supremasi hokum, berkeadilan dan demokratis). 4) Menciptakan Pemerintahan yang Transparan dan Akuntabel. Dalam kaitan tersebut Pemerintah Kota Batam dalam RPJMD 2011-2016 menetapkan Visi Kota Batam yaitu: Terwujudnya Kota Batam sebagai Bandar Dunia Madani yang Modern dan Menjadi Andalan Pusat Pertumbuhan Perekonomian Nasional.

(13)

*

***Pemerintah Kota Batam | PENDAHULUAN I-12

2. Hubungan RPJMD 2011-2016 dengan RPJMD Provinsi Kepulauan Riau 2010-2015 Berdasarkan Perda Provinsi Kepulauan Riau Nomor 3 tahun 2011 tentang RPJMD Provinsi Kepri 2010-2015 ditetapkan Visi yaitu ‘Terwujudnya Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah Melayu yang Sejahtera, Berakhlak Mulia dan Ramah Lingkungan’ dengan misi sebagai berikut:

1). Mengembangkan Budaya Melayu sebagai payung bagi budaya lainnya dalam kehidupan masyarakat

2). Meningkatkan pendayagunaan sumber daya kelautan dan pulau-pulau kecil 3). Mengembangkan wisata yang berbasis kelautan dan budaya setempat

4). Mengembangkan potensi ekonomi local dengan keberpihakan kepada rakyat kecil (Wong cilik)

5). Meningkatkan investasi dengan pembangunan infrastruktur yang berkualitas 6). Memberdayakan masyarakat melalui pendidikan dan kesehatan yang

berkualitas

7). Mengembangkan etos kerja, disiplin, budi pekerti dan supremasi hokum 8). Mengembangkan kehidupan yang demokratis, keadilan serta berkesetaraan

gender

9). Mengembangkan pembangunan yang ramah lingkungan

Hubungan RPJMD dengan RTRW Kota Batam dimana RTRW Kota Batam Tahun 2008-2028 belum ditetapkan sebagai Peraturan daerah, namun dalam rancangan Perda RTRW telah dijelaskan kebijakan yang ditempuh dalam RTRW 2008-2028. Oleh sebab itu untuk melihat hubungan antara RPJMD dengan RTRW sesuai dengan pasal 29 ayat 1 PP 8 tahun 2008 maka kebijakan RPJMD dan RTRW dapat dijelaskan sebagai berikut: Dalam RTRW ditetapkan bahwa tujuan PenataanRuang Kota Batam adalah “Terwujudnya Bandar dunia yang madani berbasis industry, pariwisata, perdagangan dan jasa, yang produktif, aman, nyaman, maju, berkualitas, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta berdaya saing kuat di era global”.

(14)

*

***Pemerintah Kota Batam | PENDAHULUAN I-13

Gambaran tentang hubungan antara RPJMD Kota Batam Tahun 2011-2016 dengan dokumen perencanaan lainnya baik dalam kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan maupun dengan sistem keuangan secara diagramatis dapat dilihat dalam Gambar di bawah ini.

Gambar I-2

Dokumen Perencanaan yang menjadi Pedoman dan Perhatian dalam Penyusunan RPJMD Kota/Kabupaten

Sumber : Permendagri 54/2010

Dalam hal kaitannya dengan sistem keuangan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka RPJMD Kota Batam akan dijabarkan ke dalam RKPD untuk setiap tahunnya, dan dapat dijadikan pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kota Batam. Berikut ini diuraikan secara diagramatis kaitan antara RPJMD

RPJPD Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab/Kota RTRW

Rencana Tata Ruang Wilayah Kab/Kota

RPJMD

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kab/Kota RPJM Nasional

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPJMD Prov Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi

Merupakan Pedoman Menjadi Perhatian Menjadi Perhatian Menjadi Perhatian LINGKUP INTERNAL RPJMD Kab/Kota Rencana Pembangunan Jangka Menegah Kab/Kota lainnya RTRW Kab/Kota

Rencana Tata Ruang Wilayah Kab/Kota

lainnya

Menjadi Perhatian

(15)

*

***Pemerintah Kota Batam | PENDAHULUAN I-14

dengan dokumen perencanaan di tingkat pusat, dokumen perencanaan yang menjadi pedoman dan turunan dari RPJMD, serta perencanaan keuangan daerah.

Gambar I-3

Hubungan RPJM Daerah Kota Batam dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

PEMERI NTAH PU SAT APBN RENJA

K/L RKA K/L RINCIAN APBN

RAPBN RKP RPJMD NASIONAL RPJP NASIONAL RENSTRA K/L PEMERIN T AH DA ER A H RINCIAN APBD RKPD RAPBD APBD RKA SKPD RENJA SKPD RENSTRA SKPD RPJP DAERAH RPJMD DAERAH

UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pedoman Pedoman Dijabarkan Pedoman Dijabarkan Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Diacu Diperhatikan Diserasikan melalui musrenbang

Pedo ma n Pedo ma n Dia cu Dia cu

(16)

*

***Pemerintah Kota Batam | PENDAHULUAN I-15

1

1

.

.

4

4

S

S

I

I

S

S

T

T

E

E

M

M

A

A

T

T

I

I

K

K

A

A

P

P

E

E

N

N

U

U

L

L

I

I

S

S

A

A

N

N

Sistematika penulisan RPJMD Kota Batam Tahun 2011 – 2016 ini adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen perencanaan, sistematika penulisan, serta maksud dan tujuan penyusunan RPJMD Kota Batam.

BAB 2 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambaran umum kondisi daerah menjelaskan tentang kondisi geografi dan demografi Kota Batam secara komprehensif sebagai basis/dasar analisis dan pijakan dalam penyusunan perencanaan.

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Bab ini menguraikan analisis pengelolaan keuangan daerah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah.

BAB 4 ISU STRATEGIS

Bab ini memuat berbagai isu strategis yang akan menentukan kinerja pembangunan dalam 5 (lima) tahun mendatang.

BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Bab ini menjelaskan visi dan misi Pemerintah Daerah Kota Batam untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, yang disertai dengan tujuan dan sasarannya.

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Bab ini memuat dan menjelaskan strategi dan arah kebijakan pembangunan Kota Batam untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan.

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Bab ini menjelaskan mengenai kebijakan umum yang akan diambil dalam pembangunan jangka menengah dan disertai dengan program pembangunan daerah yang akan direncanakan.

(17)

*

***Pemerintah Kota Batam | PENDAHULUAN I-16

BAB 8 PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Dalam bab ini diuraikan indikator yang akan dicapai melalui sejumlah program yang akan dilaksanakan pada Tahun 2011 - 2016.

BAB 9 PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

Bab terakhir ini memuat pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan dokiumen RPJMD Tahun 2011-2016.

1

1

.

.

5

5

M

M

A

A

K

K

S

S

U

U

D

D

D

D

A

A

N

N

T

T

U

U

J

J

U

U

A

A

N

N

1.5.1 Maksud

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Batam Tahun 2011-2016 dimaksudkan untuk memberikan arah sekaligus menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan pembangunan jangka menengah Kota Batam secara konsisten dan berkesinambungan.

1.5.2 Tujuan

Adapun tujuan penyusunan RPJMD Kota Batam 2011-2016 adalah sebagai berikut: 1. menetapkan visi, misi, dan program pembangunan daerah jangka menengah; 2. sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD, Rencana

Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja (Renja) SKPD, dan perencanaan penganggaran;

3. menjamin keterkaitan, konsistensi, sinergisitas, dan keterpaduan dokumen RPJMD dengan dokumen perencanaan pembangunan lainnya, baik secara vertikal maupun horisontal, sekaligus juga sebagai pedoman dalam melihat dan memelihara konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan.

(18)

*

***Pemerintah Kota Batam | GAMBARAN UMUM DAERAH II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

2

2

.

.

1

1

A

A

S

S

P

P

E

E

K

K

G

G

E

E

O

O

G

G

R

R

A

A

F

F

I

I

D

D

A

A

N

N

D

D

E

E

M

M

O

O

G

G

R

R

A

A

F

F

I

I

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Karakteristik lokasi dan wilayah Kota Batam dapat ditinjau dari beberapa aspek strategis sebagaimana diuraikan berikut ini.

2.1.1.1 Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Luas wilayah Kota Batam seluas 426,563.28 Ha, terdiri dari luas wilayah darat 108,265 Ha dan luas wilayah perairan/laut 318,298.28 Ha. Kota Batam meliputi lebih dari 400 (empat ratus) pulau, 329 (tiga ratus dua puluh sembilan) di antaranya telah bernama, termasuk di dalamnya pulau-pulau terluar di wilayah perbatasan negara. Dalam hal ini Kota Batam berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Singapura dan Malaysia Sebelah Selatan : Kabupaten Lingga

Sebelah Barat : Kabupaten Karimun dan Laut Internasional Sebelah Timur : Kabupaten Bintan dan Kota Tanjung Pinang.

2.1.1.2 Letak dan Kondisi Geografis

A Posisi Astronomis

Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor 2 tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang wilayah Kota Batam tahun 2004 – 2014, terletak antara 0° 25’ 29 ”-1° 15' 00” Lintang Utara dan 103° 34'35” - 104° 26' 04” Bujur Timur.

(19)

*

***Pemerintah Kota Batam | GAMBARAN UMUM DAERAH II-2

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kota Batam

sumber : Bappeda Kota Batam, 2011

B Posisi Geostrategik

Sebagaimana diuraikan pada Subbab 2.1.1.1 sebelumnya, Kota Batam berbatasan dengan daerah dan negara lain. Hal ini memiliki implikasi pada posisi geostrategik Kota Batam. Singapura dan Malaysia yang berada di sebelah utara Kota Batam, secara ekonomi makro memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam perekonomian Batam. Letak strategis Batam telah menjadi daya tarik bagi Singapura untuk merelokasikan aktivitas industri mereka ke Batam karena ketersediaan lahan yang cukup dan kemudahan investasi yang diberikan.

Sebelah selatan Kota Batam berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lingga dan sebelah barat dengan Kabupaten Karimun serta laut internasional. Karakteristik wilayah ini secara geografis tidak jauh berbeda, begitu juga dari sisi sosio-kulturalnya. Kabupaten Karimun merupakan wilayah pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau (sekarang Kabupaten Bintan) yang pembentukannya bersamaan dengan Kota Batam. Daerah ini terkenal dengan industri pertambangan batu granit dan produksi perikanan yang juga merupakan kebutuhan bagi proses pembangunan Kota Batam.

(20)

*

***Pemerintah Kota Batam | GAMBARAN UMUM DAERAH II-3

Kota Tanjung Pinang dan Kabupaten Bintan terletak di sebelah timur Kota Batam. Kedua daerah ini memiliki keterkaitan emosional dan kultural dengan Kota Batam. Kota Tanjung Pinang sekaligus merupakan ibukota Provinsi Kepulauan Riau, sehingga menjadi pusat pemerintahan Provinsi. Kota ini juga memiliki potensi wisata yang cukup besar, baik wisata bahari dan terutama wisata sejarah. Keberadaan Pulau Penyengat sebagai salah satu icon budaya Melayu telah menjadikan kawasan ini tempat tujuan wisata yang cukup terkenal.

Kabupaten Bintan selain merupakan daerah yang kaya dengan sumberdaya alam, baik laut dan darat terutama bauksit, juga merupakan kawasan yang cukup kaya dengan hasil pertanian dan perkebunan. Produk hasil bumi ini turut memberikan andil bagi kebutuhan masyarakat Batam.

2.1.1.3 Topografi

Wilayah Kota Batam relatif datar dengan variasi berbukit-bukit di tengah pulau dengan ketinggian antara 7 hingga 160 mdpl. Wilayah yang memiliki elevasi 0 hingga 7 mdpl terdapat di pantai utara dan pantai selatan Pulau Batam dan sebelah timur Pulau Rempang serta sebelah utara, timur dan selatan Pulau Galang. Sedangkan pulau-pulau kecil lainnya, sebagian besar merupakan kawasan hutan mangrove. Wilayah yang memiliki ketinggian sampai 100 m dpl dengan topografi berbukit-bukit yang sangat sesuai untuk kawasan resapan air untuk cadangan air baku, umumnya berada di bagian tengah Pulau Batam, Rempang dan Galang serta Galang Baru. Wilayah Kota Batam yang memiliki kemiringan lereng 0 – 3% tersebar di pesisir pantai di Teluk Senimba, Teluk Jodoh, Teluk Tering dan Teluk Duriangkang. Wilayah yang memiliki kemiringan lereng 3 – 10% tersebar hampir diseluruh Pulau Batam mulai dari Perbukitan Dangas Pancur di Sekupang dan Tanjung Uncang ke sebelah timur, dari Teluk Jodoh sampai Duriangkang dan terus ke pesisir timur, sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan perkotaan.

Lereng antara 10 – 20% sebagian besar berada di daerah kaki bukit dengan relief relatif rendah, tersebar dibagian tengah pulau Batam dan pulau-pulau besar lainnya. Lereng 20 – 40% sebaran luasnya membentuk jalur sempit di punggung bukit sepanjang bukit Dangas Pancur dan bukit Senyum.

Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu di jalur pelayaran internasional. Singapura dan Malaysia yang berada di sebelah utara Kota Batam sangat terkait dengan posisi tersebut. Posisi ini menjadi

(21)

*

***Pemerintah Kota Batam | GAMBARAN UMUM DAERAH II-4

Sementara itu wilayah dengan kelerengan di atas 40% berada di sepanjang bukit Dangas Pancur. Beberapa puncak bukit di Pulau Batam antara lain Bukit Dangas Pancur 169 m, Bukit Temoyong 179 m, Bukit Senimba 140 m dan Bukit Tiban 110 m.

2.1.1.4 Geologi

Wilayah Kota Batam seperti daerah lainnya di Provinsi Kepulauan Riau, juga merupakan bagian dari paparan kontinental. Pulau-pulau yang tersebar di daerah ini merupakan sisa-sisa erosi atau penyusutan daratan protersier yang membentang dari Semenanjung Malaysia/Singapura di bagian utara sampai dengan Pulau Moro dan Kundur serta Karimun di bagian selatan.

2.1.1.5 Hidrologi

Kota Batam memiliki 2 (dua) wilayah air tanah, yaitu:

1. Perbukitan lipatan yang terdapat hampir di sebagian wilayah.

Wilayah air tanah ini terdapat pada kawasan dengan batuan penyusun berupa batu pasir, batu lempung, fillit, dan kuarsit yang bersifat padu. Umumnya, air tanah tersimpan dalam aquafir berupa rekahan atau secah, serta pada material rombakan hasil lapukan batuan padu tersebut dan terdapat pada kedudukan dangkal.

2. Air tanah yang terdapat di daerah batuan beku.

Jenis air tanah ini terdapat di bagian timur Pulau Batam yang tersusun oleh granit dan hasil erupsi lainnya. Daerah batuan beku di wilayah Kota Batam terdapat di Pulau Buluh, Pulau Bulan Lintang, Pulau Lengkana, Pulau Sekanak, Pulau Mekawa, Pulau Dendang, dan Pulau Air Asam. Batuan penyusun ini terdapat pada daerah batuan beku berupa batu pasir dan batu lempung keras dan bersifat kedap air.

2.1.1.6 Klimatologi

Kota Batam mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum pada tahun 2010 berkisar antara 21,1 0 C – 24,4 o C dan suhu maksimum berkisar antara 32,2 o C - 34,5 o C, sedangkan suhu rata-rata sepanjang tahun 2010 adalah 26,7 o C - 28,7 o C.

Keadaan tekanan udara rata-rata untuk tahun 2010 berkisar antara 1008,2 – 1019,9 MBS dengan tekanan minimum antara 1003,6 – 1007,6 MBS dan maksimum antara 1007,6 – 1017,4 MBS. Sementara kelembaban udara minimum di Kota Batam

(22)

rata-*

***Pemerintah Kota Batam | GAMBARAN UMUM DAERAH II-5

rata berkisar antara 44 – 59 %, dan maksimum antara 97 – 100 %. Kecepatan angin maksimum 14 - 23 knot. Banyaknya hari hujan selama setahun di Kota Batam pada tahun 2010 adalah 193 hari dan banyaknya curah hujan setahun 2052,8 mm.

2.1.1.7 Penggunaan Lahan

Rencana penggunaan lahan di Kota Batam dilihat dari rencana pola ruang Kota Batam, dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel II.1

Penggunaan Lahan berdasarkan Pola Ruang Kota Batam

No. JENIS PENGGUNAAN LUAS

Ha 1 LINDUNG a. Buffer Jalan 109,000 10.90 b. Genangan 117,100 11.71 c. Hutan Bakau 20,740,000 2,074 d. Hutan Buru 21,660,000 2,166 e. Hutan Kota 119,577,700 11,957.77 f. Hutan Lindung 144,800,000 14,480 g. Hutan Wisata 9,016,000 901.60 h. Waduk 31,070,000 3,107 i. Sempadan Pantai 4,863,000 4,863.30 TOTAL KAWASAN LINDUNG 351,952,800 35,195.28

2 BUDIDAYA a. Fasilitas Pelabuhan 22,460,000 2,246 b. Fasilitas Umum 23,300,000 2,330 c. Jasa 56,240,000 5,624 d. Kawasan Bandara 12,260,000 1,226 e. KKOP 1,554,000 155,4 f. Wisata 100,600,000 10,060 g. Perikanan 2,381,000 238.13 h. Industrian 129,300,000 12,930 i. Permukiman 182,900,000 18,290 j. Pertanian/Peternakan 138,400,000 13,840 k. Pusat Pemerintahan 667,500 66.75 l. Infrastruktur Jalan 60,634,700 6,063.47 TOTAL KAWASAN BUDIDAYA 730,697,200 73069.72 TOTAL KESELURUHAN 1,082,650,000 108,265 Sumber: Bappeda Kota Batam Tahun 2011, data olahan

(23)

*

***Pemerintah Kota Batam | GAMBARAN UMUM DAERAH II-6

2.1.2 POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH

Merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2011-2031, dalam kurun waktu tersebut, rencana potensi pengembangan wilayah, dapat diuraikan sebagai berikut.

A Struktur Ruang Wilayah

1. Sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan di Kota Batam sebagai komponen pembentuk struktur ruang wilayah kota dikembangkan dengan Sistem Pusat Kota, Sub Pusat Kota dan Pusat Lingkungan, yang melayani tidak hanya internal Kota Batam dan kawasan perbatasan, namun juga lingkup regional, nasional, dan internasional, sesuai arahan RTRWN dan penetapan Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

2. Sistem pusat-pusat pelayanan Kota di Kota Batam yang dilandaskan pada layanan langsung kebutuhan masyarakat dan layanan pendukung pengembangan kegiatan-kegiatan usaha produktif, berdasarkan hirarki dan skala pelayanannya dibedakan atas:

• Pusat Kota, yang merupakan pusat pelayanan hirarki ke 1 (satu) untuk pelayanan lokal seluruh kota, regional, nasional, dan internasional;

• Sub Pusat Kota, yang merupakan pusat pelayanan hirarki ke 2 (dua) untuk pelayanan lokal setingkat wilayah kecamatan; dan

• Pusat Lingkungan (Neighbourhood Services Center), yang merupakan pusat pelayanan hirarki ke 3 (tiga) untuk pelayanan lokal setingkat wilayah kelurahan atau setingkat satuan lingkungan permukiman (neighbourhood unit).

3. Dalam jangka waktu Tahun 2011 – 2031, Batam Center merupakan pusat kota dalam sistem pusat pelayanan kota, yang berperan sebagai pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan, jasa dan industri. Sub pusat kota tersebar di beberapa wilayah kota termasuk di P. Rempang dan P. Galang, P. Belakang Padang dan P. Buluh dengan peran masing-masing baik sebagai sub pusat pelayanan industri, perdagangan, jasa dan pariwisata.

4. Pada Pusat Kota dialokasikan kegiatan-kegiatan pelayanan perkotaan untuk mendukung pengembangan fungsi-fungsi utama wilayah Kota Batam (pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri, alih muat angkutan laut, pariwisata, dan lain-lain) serta kegiatan-kegiatan pelayanan tertentu terkait dengan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam yang didukung dengan infrastruktur yang memadai.

(24)

*

***Pemerintah Kota Batam | GAMBARAN UMUM DAERAH II-7

5. Untuk memperkuat orientasi dan pergerakan eksternal Kota Batam di era persaingan global, struktur ruang wilayah kota dimantapkan melalui peningkatan kualitas layanan dan pengembangan simpul-simpul (outlet) transportasi berupa bandara, pelabuhan laut, dan pelabuhan penyeberangan untuk menciptakan akses regional, nasional, dan internasional yang lebih berdayaguna, berhasilguna, dan berdaya saing.

6. Arahan RTRWN untuk pengembangan Pelabuhan Internasional Batam sesuai kondisi realistik setempat diterjemahkan sebagai sebuah sistem pelabuhan bebas berskala pelayanan nasional dan internasional dengan dermaga outlet di Pelabuhan Batu Ampar dan Pelabuhan Kabil, yang telah ditetapkan untuk ditingkatkan hirarkinya menjadi “pelabuhan internasional hub” (hub international port).

7. Dalam jangka menengah arus pergerakan penumpang dan barang nasional serta internasional masih akan dilayani oleh pelabuhan nasional dan internasional yang ada di P. Batam, namun untuk selanjutnya akan dikembangkan pelabuhan baru pada lokasi yang strategis di P. Rempang dan/atau Galang.

8. Untuk menciptakan aksesibilitas yang tinggi antar Pusat Kota dan dengan Sub Pusat Kota, dan ke/dari simpul-simpul (outlet) utama transportasi (Kawasan Primer), serta ke/dari Kawasan-kawasan Sekunder (Kawasan Industri, Kawasan Pusat Pemerintahan, Kawasan Perdagangan dan Jasa, dan lain-lain) dikembangkan jalan tol, jalan lintas atas (flyover), simpang susun (interchange), jalan lintas bawah (underpass), dan jaringan transportasi massal (MRT/LRT) yang dapat berada di atas dan/atau di bawah permukaan tanah/air.

9. Untuk menunjang berbagai kegiatan penghidupan dan kehidupan kota, selain sistem jaringan transportasi juga ditingkatkan pengembangan sistem jaringan prasarana dan sarana yang lain yaitu : jaringan energi, jaringan telekomunikasi, jaringan sumber daya air, dan penyehatan lingkungan permukiman.

B Pola Ruang Wilayah

1. Pola ruang wilayah Kota Batam dikembangkan secara serasi, selaras dan terpadu dengan struktur ruang wilayah kota, mencakup kawasan-kawasan lindung dan kawasan-kawasan budidaya untuk mendukung kegiatan sosial-ekonomi dan kelestarian lingkungan hidup di wilayah darat dan laut;

2. Mengembangkan ragam Ruang Terbuka Hijau Kota (hutan lindung, hutan kota, jalur hijau, taman median jalan, tamankota, taman lingkungan, bumi perkemahan dll) dalam rangka mewujudkan tutupan hijau minimal 30 % dari

(25)

*

***Pemerintah Kota Batam | GAMBARAN UMUM DAERAH II-8

luas wilayah darat kota, untuk meningkatkan fungsi lindung wilayah kota, peresapan air, pengaturan iklim mikro, dan estetika kota;

3. Mengembangkan kawasan-kawasan budidaya sesuai kondisi, potensi, serta karakteristik sumber daya alam dan lahan berdasarkan kriteria lokasi kegiatan dan standar teknik pemanfaatan ruang menurut ketentuan perundang-undangan;

4. Mengalokasikan pemanfaatan ruang untuk pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam di Pusat-pusat Pelayanan Primer sesuai prioritas sektoral PP Nomor 5 Tahun 2011, tahap pertama pada kawasan-kawasan pemanfaatan yang tersedia di P. Batam, selanjutnya ke pulau-pulau yang lain dari tujuh pulau yang telah ditetapkan;

5. Menciptakan keseimbangan perkembangan dan pemerataan pembangunan antara ketujuh pulau yang ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dengan pulau-pulau sekitar melalui pengembangan Kawasan Strategis, Kawasan Khusus, dan Kawasan-kawasan Prioritas atau melalui pendekatan Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia (KEKI);

6. Memanfaatkan secara optimal areal lahan yang diserahkan pengembang kepada Pemerintah Kota untuk peningkatan fasilitas pelayanan umum dan bangunan pemerintah, secara serasi dan selaras dengan pengembangan pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan dan ruang terbuka hijau kota; 7. Mengintensifkan pemanfatan ruang pada kawasan-kawasan budidaya yang

memiliki nilai ekonomi tinggi di P. Batam, P. Rempang dan pulau-pulau yang lain dengan mengarahkan pembangunan secara vertikal;

8. Mengendalikan kegiatan reklamasi di kawasan-kawasan pengembangan pantai untuk mengurangi tekanan dan tingkat kerusakan kawasan bukit dan perbukitan di P. Batam, dan melakukan subtitusi bahan timbun dengan pasir darat dan/atau pasir laut; dan

9. Mengembangkan pemanfaatan ruang di wilayah laut secara terpadu dengan wilayah darat dan pesisir untuk meningkatkan keserasian, keselarasan, dan untuk menghindarkan dampak negatif tak diinginkan terhadap lingkungan laut.

(26)

*

***Pemerintah Kota Batam | GAMBARAN UMUM DAERAH II-9

(27)

*

***Pemerintah Kota Batam | GAMBARAN UMUM DAERAH II-10

2.1.3 WILAYAH RAWAN BENCANA

Kawasan rawan bencana Kota Batam terdiri dari:

• Kawasan Rawan Banjir, yaitu kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana banjir yang disebabkan oleh alam maupun kegiatan manusia secara tidak langsung, yaitu pada dataran di bagian hilir dan muara sungai, serta pada kawasan-kawasan cekungan di sepanjang bantaran sungai; • Kawasan Rawan Longsor, yaitu kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi

tinggi mengalami bencana tanah longsor yang disebabkan oleh alam maupun kegiatan manusia secara tidak langsung, yaitu pada kawasan-kawasan bukit dan perbukitan dengan struktur geologi dan lapisan tanah yang rentan;

• Kawasan Rawan Abrasi, yaitu kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana abrasi yang disebabkan oleh alam maupun kegiatan manusia secara tidak langsung, yaitu pada kawasan-kawasan pesisir berombak besar dengan struktur geologi pantai cenderung curam dan rentan, terutama pada kawasan-kawasan pesisir yang menghadap secara langsung ke Selat Malaka dan Laut Cina Selatan; dan

• Kawasan Rawan Gerakan Tanah yaitu kawasan pada jalur-jalur sesar geologi yang berpotensi mengalami bencana gerakan dan atau gempa bumi, yaitu diPulau Rempang, Pulau Galang, dan Pulau Galang Baru, di Kecamatan Galang, yang bagi perlindungannya diberlakukan sempadan sesar selebar 100 meter (seratus meter) di kiri-kanan garis sesar.

• Kawasan Rawan Gelombang Pasang yaitu kawasan yang berada pesisir pantai yang tertutama yang menghadap langsung ke Selat Malaka dan Laut Cina Selatan `pada musim-musim tertentu rawan gelombang pasang

2.1.4 DEMOGRAFI

Penduduk Kota Batam bersifat heterogen terdiri dari multi suku yang ada ada di Indonesia, dengan penduduk aslinya adalah suku Melayu. Penduduk Kota Batam hingga Juni tahun 2011 tercatat sebanyak 1.102.762 jiwa yang berarti meningkat sebesar 4,35% dibanding keadaan akhir tahun 2010 yang hanya berjumlah 1.056.701 jiwa. Hingga Juni 2011, komposisi penduduk terdiri dari 569.939 jiwa (51,68%) laki-laki dan 532.823 jiwa (48,32%) perempuan, yang berarti rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk sebesar 106,96 atau setiap 107 orang penduduk laki laki terdapat 100 orang penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di Kota Batam telah meningkat dari 600 jiwa per km2 pada 2009 menjadi sekitar 641 jiwa per km2 pada tahun 2010.

(28)

*

***Pemerintah Kota Batam | GAMBARAN UMUM DAERAH II-11

Berikut ini diuraikan perkembangan jumlah penduduk dan laju pertumbuhan Kota Batam dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010.

Gambar 2.3

Perkembangan jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Batam 2000-2011

Sumber: Dinas Kependudukan dan Capil Kota Batam, 2010

Kota Batam memiliki pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Hal ini terutama disebabkan adanya migrasi penduduk dari luar daerah ke Kota Batam. Faktor ini juga yang mengakibatkan karakteristik penduduk Kota Batam multi-etnis.

Penyebaran penduduk per Kecamatan di Kota Batam dapat dikatakan relatif tidak merata dengan konsenterasi masih pada Kecamatan yang berada di wilayah Pulau Batam. Penyebaran penduduk per Kecamatan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

1.102.762  13,29 4,33 2,31 5,08 15,99 4,11 1,45 24,25 9,85 6,89 4,36 ‐ 200.000  400.000  600.000  800.000  1.000.000  1.200.000  2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jun‐11 Jumlah Penduduk Laju pertumbuhan

(29)

* *** Sum

2

2

.

.

2

2

2.2

Ber eko 2.2 Sala per me pem Sa Ba Pemerintah Ko Jum

ber : Dinas Kepe

2

2

A

A

S

S

P

P

E

E

K

K

2.1 FOKU

EKON

rikut ini diu onomi Kota B 2.1.1 Pertu ah satu ind rtumbuhan rupakan tuju mbangunan Bengkong, 1 3 Batam Kota, 146 agulung, 163,8 7 atu Aji, 110,61 Kota Batam etnis. Hal in Selain itu ota Batam | GA mlah Pendud endudukan dan C

K

K

K

K

E

E

S

S

E

E

J

J

US KE

NOMI

uraikan ana Batam meng umbuhan E dikasi keberh ekonomi. uan akhir da adalah kese 116,98 6,229 84 13 m memiliki p ni dikarenak u, sebaran p AMBARAN UM Ga duk Kota Ba

Capil Kota Batam

J

J

A

A

H

H

T

T

E

E

R

R

A

A

ESEJAHT

alisis kinerja ggunakan be Ekonomi hasilan pem Walaupun ari pembang ejahteraan ra Belakang  Padang, 24,3 pertumbuha kan adanya enduduk tid MUM DAERAH ambar 2.4. atam Per Ke m di Batam Dalam

A

A

A

A

N

N

S

S

O

O

ERAAN

a atas foku eberapa indik mbangunan y begitu, p gunan. Tujua akyat seluas-84 B Ga an pendudu migrasi bes dak merata d camatan s/ m Angka 2010

OS

S

I

I

A

A

L

L

DAN

us kesejahte kator utama yang ada a pertumbuha an utama ya -luasnya. Bulang, 12,088 alang, 15,573 Baja Batu  Ampar, 95,6 k yang sang sar yang ma dan terpusa d Juni 2011

PEME

eraan dan sosial-ekon adalah melal n ekonom ang ingin dic 8 Beduk Nongsa Sekupang 1 Lubuk  a, 98, 106,805 672 gat tinggi da asuk ke Kota at di Pulau B II-12 1

RATAAN

pemerataan omi. lui indikator i bukanlah capai dalam Sei  k, 120,368 a, 59,029 g, 131,17 1 an multi a Batam. Batam.

N

n r h m

(30)

*

***Pemerintah Kota Batam | GAMBARAN UMUM DAERAH II-13

Indikasi perkembangan ekonomi salah satunya dapat direpresentasikan dengan PDRB. PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Perkembangan PDRB Kota Batam pada tahun 2006-2009 dan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang direpresentasikan dengan pertumbuhan PDRB atas harga konstan selama periode 2007-2009 dapat dilihat dalam Tabel berikut ini.

Tabel II.2

Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Batam Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Periode 2006-2010 (Juta rupiah)

Lapangan Usaha 2006 2007 2008* 2009** 2010**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Pertanian, Peternakan,Kehutanan dan

Perikanan 298.808,50 303.127,23 313.075,17 322.240,39 332.745,68 2 Pertambangan dan Penggalian 36.209,61 36.948,28 37.779,62 38.238,10 38.739,78 3 Industri Pengolahan 13.567.232,09 14.612.478,46 15.550.364,63 16.129.662,84 17.324.054,57 4 Listrik, Gas & Air Bersih 153.077,60 160.964,40 170.860,86 173.774,18 182.140,89 5 Bangunan 466.301,08 511.890,38 556.936,73 682.024,72 790.775,61 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 5.052.128,02 5.501.039,76 5.973.251,36 6.394.181,34 6.970.221,61 7 Pengangkutan & Komunikasi 611.072,56 641.575,55 787.485,45 808.192,93 856.644,77 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.117.884,21 1.139.897,32 1.163.160,87 1.196.300,23 1.259.686,01 9 Jasa – Jasa 280.401,07 297.304,14 317.377,06 335.232,20 352.268,30

TOTAL PDRB 21.583.114,74 23.205.225,51 24.870.291,75 26.079.846,95 28.107.277,22

Laju Pertumbuhan 7,48% 7,52% 7,18% 4,86% 7,77%

Ket :*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Sumber: BPS, Kota Batam Dalam Angka (Olahan), 2010

Perekonomian Kota Batam setiap tahun relatif mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari indikasi total PDRB atas harga konstan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, pertumbuhan ekonomi selama 3 (tiga) tahun terakhir mengalami kecenderungan penurunan. Pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi berada di posisi 7,52 %, namun mengalami penurunan di tahun 2009 hanya menjadi 4,86 % dan pada tahun 2010 diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kota Batam akan semakin membaik dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 7,77 %. Penurunan ini salah satunya karena adanya pengaruh krisis finansial global pada 2008 yang berimbas terutama pada kinerja industri manufaktur dan ekspor. Memburuknya kondisi keuangan bahkan resesi yang dialami sebagian negara prinsipal menjadi determinan utama perlambatan kinerja industri manufaktur Kota Batam, sehingga dampaknya dirasakan hingga tahun 2009.

(31)

*

***Pemerintah Kota Batam | GAMBARAN UMUM DAERAH II-14

Gambar 2.5. Perekonomian Kota Batam

Namun, seiring dengan perbaikan yang terjadi dalam ekonomi secara global (faktor eksternal) dan semakin kondusifnya iklim usaha, maka diharapkan pada tahun-tahun mendatang pertumbuhan ekonomi Kota Batam dapat mengalami peningkatan.

Tabel II.3

Target PDRB, Per Kapita PDRB, Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Kota Batam Tahun 2011-2015 Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PDRB (Trilyun Rp) - Harga Berlaku 50,75 54,47 58,81 63,60 69,74 - Harga Konstan 2000 30,16 32,42 35,01 37,86 41,51

2. PDRB Per Kapita (juta Rp)

- Harga Berlaku 48,70 47,27 46,15 45,14 45,54

- Harga Konstan 2000 28,94 28,13 27,47 26,87 27,11

3. Pertumbuhan Ekonomi (%) 7,30 7,50 7,65 7,8 8

Sumber: BPS

Seperti tabel diatas, berdasarkan analisa perkembangan tahun sebelumnya maka diperkirakan terjadinya pertumbuhan PDRB Kota Batam serta Laju Pertumbuhan Ekonomi untuk tahun 2011-2015. Total PDRB akan terus meningkat hingga tahun 2015 namun PDRB Per Kapita mengalami penurunan yang diakibatkan pesatnya laju pertumbuhan penduduk di Kota Batam.

7.48% 7.52% 7.18% 4.86% 2% 4% 6% 8% 10% 0 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 2006 2007 2008 2009 TOTAL PDRB Laju Pertumbuhan Nilai PDRB (Rp Juta) Laju Pertumbuhan (%) 2016 2010 7.77%

(32)

*

***Pemerintah Kota Batam | GAMBARAN UMUM DAERAH II-15

2.2.1.2 Struktur Ekonomi

Dilihat dari struktur ekonomi, industri pengolahan merupakan sektor utama yang sangat dominan dalam perekonomian Kota Batam. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor industri pengolahan terhadap perekonomian daerah ini yang rata-rata setiap tahunnya di atas 60%. Pada tahun 2006 kontribusi industri pengolahan berada di tingkat 61,91 %, namun mengalami penurunan menjadi 58,80 % di tahun 2010. Penurunan ini juga salah satunya dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi akibat krisis global yang terjadi pada 2008. Walaupun cenderung mengalami sedikit penurunan kontribusi selama periode 2006-2010, industri pengolahan tetap merupakan sektor terpenting atas perkembangan perekonomian Kota Batam.

Sektor usaha yang cukup memberikan kontribusi signifikan kedua, yaitu perdagangan, hotel dan restoran. Pada tahun 2006 sektor ini memberikan kontribusi sebesar 22,75 % bagi perkonomian Kota Batam dan mengalami peningkatan menjadi 26,54 % di tahun 2010. Dalam hal ini subsektor perdagangan merupakan usaha yang paling dominan memberikan kontribusi terhadap perekonomian di banding dengan sub sektor hotel dan restoran.

Selain itu, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan juga cukup memberikan kontribusi penting terhadap perekonomian Kota Batam, sekitar 5-6%selama periode 2006-2010. Namun, bila dilihat dari kecenderungannya, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan cenderung mengalami penurunan seperti yang dapat dilihat pada tabel II.3 dibawah ini.

Tabel II.4

Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha di Kota Batam Periode 2006-2010 (Atas Dasar Harga Berlaku, % persen)

Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009** 2010**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Pertanian, Peternakan,Kehutanan dan Perikanan 1,39 1,27 1,17 1,17 1,13 2 Pertambangan dan Penggalian 0,15 0,11 0,13 0,12 0,12

3 Industri Pengolahan 61,91 62,45 60,80 59,20 58,80

4 Listrik, Gas & Air Bersih 0,73 0,73 0,40 0,78 0,77

5 Bangunan 1,98 1,98 2,04 2,48 2,72

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 22,75 23,07 25,10 25,93 26,54 7 Pengangkutan & Komunikasi 3,03 3,02 2,91 2,81 2,71 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,60 6,26 6,03 5,98 5,74

9 Jasa – Jasa 1,46 1,46 1,45 1,53 1,47

TOTAL PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS, Batam Dalam Angka (olahan), **) Angka Sementara

Selama periode 2006-2010 kecenderungan kontribusi tiga sektor (lapangan usaha) utama terhadap perekonomian Kota Batam dapat dilihat dalam Gambar berikut ini.

(33)

*

***Pemerintah Kota Batam | GAMBARAN UMUM DAERAH II-16

Gambar 2.6.

Kecederungan Kontribusi Tiga Sektor (Lapangan Usaha) Utama Kota Batam Periode 2006-2010

Sumber: BPS, Batam Dalam Angka (olahan)

Hal yang patut menjadi perhatian penting dalam dominasi industri pengolahan Kota Batam ialah bahwa pada umumnya industri pengolahan ini berada di kawasan industri dan cenderung bersifat eksklusif. Produk dari industri pengolahan ini pada umumnya didistribusikan/dipasarkan di luar Kota Batam.

2.2.1.3 PDRB dan Pendapatan Regional Per Kapita Kota Batam

PDRB perkapita ialah jumlah PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal di wilayah. Dalam hal ini PDRB perkapita dapat menggunakan harga berlaku ataupun harga konstan.

Sedangkan pendapatan regional dapat diartikan merupakan Produk Domestik Regional Netto (PDRN) Atas Biaya Faktor Produksi. PDRN Atas Biaya Faktor Produksi merupakan PDRB setelah dikeluarkan biaya penyusutan barang-barang modal karena aus akibat digunakan dalam proses produksi, dan pajak tidak langsung netto (pajak setelah dikurangi subsidi pemerintah). Per kapita pendapatan regional dalam hal ini

• SISI PRODUKSI : Kota Batam didominasi oleh sektor industri pengolahan (60%) yang umumnya berada di kawasan industri dan cenderung bersifat

eksklusif. Produk dari industri pengolahan ini pada umumnya didistribusikan/dipasarkan di luar Kota Batam

• SISI DISTRIBUSI : Hasil industri pengolahan umumnya dipasarkan di luar

61,91 62,08 60,43 59,20 58,80 22,75 23,07 25,10 25,93 26,54 6,60 6,20 6,03 5,98 5,74 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 2006 2007 2008 2009 2010 Industri Pengolahan Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Perdagangan, Hotel & Restoran Kontribusi  %

(34)

*

***Pemerintah Kota Batam | GAMBARAN UMUM DAERAH II-17

merupakan hasil setelah dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal di wilayah Kota Batam.

Tabel II.5

Per Kapita PDRB dan Per Kapita Pendapatan Regional Kota Batam Periode 2006-2010 (Harga Berlaku)

Tahun  Per Kapita PDRB (Rp)  Per Kapita Pendapatan Regional (Rp) 

(1)  (2)  (3)  2006  44.556.634,45  32.556.694,01  2007  47.388.554,61  33.836.279,69  2008  51.710.848,27  36.818.123,97      2009**  46.266.613,81  36.909.167,95      2010**  50.088.304,37  37.180.548,33  Sumber: BPS, Batam Dalam Angka (olahan)

**) Angka Sementara

Selama periode 2006-2008, perkapita PDRB dan per kapita pendapatan regional Kota Batam mengalami kecenderungan kenaikan, namun pada tahun 2009 cenderung terjadi penurunan dan pada tahun 2010 diperkirakan mengalami kenaikan. Hal ini secara umum dipengaruhi juga oleh kondisi ekonomi global yang masih relatif melambat, sehingga berdampak pada pertumbuhan PDRB yang menjadi relatif lebih kecil di satu sisi, namun di sisi lain jumlah penduduk mengalami peningkatan, sehingga perkapita PDRB menjadi cenderung menurun. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2008 mencapai Rp36,8 juta dan kemudian mengalami sedikit peningkatan menjadi Rp36,9 juta di tahun 2009 dan tahun 2010 diperkirakan mengalami peningkatan menjadi 37,2 juta.

(35)

*

***Pemerintah Kota Batam | GAMBARAN UMUM DAERAH II-18

Grafik 2.1.

Per Kapita PDRB dan Per Kapita Pendapatan Regional Kota Batam Periode 2006-2009, serta Pertumbuhannya (Harga Berlaku)

Sumber: BPS, Batam Dalam Angka (olahan)

Besaran PDRB per kapita Kota Batam sangat besar bila dibandingkan dengan Provinsi Kepri dan Nasional. Pada tahun 2008, PDRB per kapita Kota Batam telah mencapai Rp 51,71 juta, sedangkan Kepri sebesar Rp 38,98 juta dan tingkat nasional hanya berada dalam kisaran Rp 24,3 juta. Bila dibandingkan dengan tingkat Nasional, Kota Batam memiliki PDRB per kapita 2,1 kali lebih besar. Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa komparasi antara PDRB Kota Batam, Provinsi Kepri dan tingkat Nasional pada tahun 2009. Namun yang patut menjadi perhatian adalah indikator PDRB per kapita belum dapat mengindikasikan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. 44.556.634  47.388.554  51.710.848  50.449.929  50.088.304  32.556.694  33.836.280  36.818.124  36.909.168  37.180.548  ‐ 10.000.000  20.000.000  30.000.000  40.000.000  50.000.000  60.000.000  2006 2007 2008 2009 2010 PDRB Per Kapita Pendapatan Regional Per Kapita rupi ah

Gambar

Tabel II.1
Gambar 2.2. Konsep Rencana Struktur Ruang dan Pola Ruang Wilayah
Tabel II.2
Tabel II.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pekerjaan siswa dianilisis menggunakan pedoman penskoran Szetela dan Nicol (1992). Pada konten perubahan dan hubungan sebanyak 48,75% siswa salah dalam

Barang siapa dari kalangan mereka yang tidak mau mengikuti kepada Nabi Muhammad SAW dan tidak mau meninggalkan sunnah Nabi Isa serta ajaran injil sesudah Nabi Muhammad SAW datang,

(2) Direksi dapat menyerahkan kekuasaan mewakili tersebut dalam ayat (1) kepada anggota 1 Direksi yang khusus ditunjuk untuk itu kepada seorang/beberapa orang pegawai

bekerja secara efektif sebagai satu kelompok atau tim dan berkontribusi terhadap kesuksesan organisasi. Menurut Bernardin dan Russel menyatakan MSDM berhubungan dengan

[r]

Arah perkembangan ekonomi seperti ini akan menimbulkan kesenjangan pendapatan, pendapatan yang semakin mendalam antara sektor yang menghasilkan

Dengan sistem platform terbuka yang di usung OS Android para pengembang dapat menciptakan aplikasi meraka sendiri salah satunya seperti game pembelajaran

Saya adalah mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang saat ini sedang melakukan penelitian mengenai risiko kelelahan mata pada Air Traffic Controllerb di