• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit pertama kali diintroduksikan ke Indonesia oleh pemerintah belanda pada tahun 1848, tepatnya di kebun raya Bogor (s’Lands Plantetium

Buitenzorg). Pada tahun 1876, Sir Yoseph Hooker mencoba menenam 700

bibit tanaman kelapa sawit di Labuhan Deli, Sumatera Utara. Sayangnya, 10 tahun kemudian, tanaman yang benihnya di bawa dari kebun raya Kew (London) ini ditebang habis dan diganti dengan tanaman kelapa. Sesudah tahun 1911,K. Schadt seorang berkebangsaan jerman dan M. Adrien Hellet berkebangsaan Belgia mulai mempelopori budidaya tanaman kelapa sawit (Pahan. 2011)

2.1.1 Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit yang tumbuh tegk lurus dapat mencapai ketinggian 15-20 meter. Tanaman berumah satu (Monoecious) karena bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon. Bunga kelapa sawit terdiri dari bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga etina terlihat lebih besar dan mekar (Setyamidjaja, 2006).

Klasifikasi tanaman kelapa sawit menurut Pahan (2012), sebagai berikut:

Divisi : Embryophyta Siphonagma

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae ( dahulu disebut Palmae)

Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

(2)

6 2.1.2 Morfologi Kelapa Sawit a. Akar

Akar berfungsi untuk menunjang struktur batang diatas tanah, menyerap air dan unsur-unsur hara dari dalam tanah, serta sebagai salah satu alat respirasi. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier dan kuarter.

 Akar primer umumnya berLingkar 6-10 mm  Akar sekunder berLingkar 2-4 mm

 Akar tersier berLingkar 0,7-1,2 mm  Akar kuarter berLingkar 0,1-0,3 mm

Persentase kenaikan kekerasan, panjang dan luas permukaan akar bibit kelapa sawit berbeda beda pada faktor hibrida maupun dosis boric acid. Dumpy merupakan hibrida yang mengalami peningkatan kekerasan akar sedangkan hibrida lain justru mengalami penurunan (Solihatun, dkk, 2014).

b. Batang

Tanaman kelapa sawit umumnya memeiliki batang yang tidak bercabang. Pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia. Titik tumbuh batang kelapa sawit hanya satu, terletak dipucuk batang, terbenam didalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak diamakan. Pada batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas, walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal pada batang akan terkelupas sehingga kelihatan batang kelapa sawit berwarna hitam beruas (Sunarko, 2014).

c. Daun

daun kelapa sawit merupakan daun majemuk. Daunnya menyerupai daun pada tanaman kelapa. Panjang pelepah daun sekitar 6,5-9 meter (tergantung

(3)

7

varietas). Semakin pendek pelepah daun, semakin banyak populasi kelapa sawit yang dapat ditanam per satuan luas sehingga makin tinggi produktifitasnya. Jumlah anak daun setiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Produksi pelepah daunnya selama satu tahun dapat mencapai 20-30 pelepah. Sifat genetic dan masing-masing varietas mempengaruhi pertambahan jumlah daun tanaman (Maryani, 2012)

d. Bunga

Tanaman kelapa sawit dilapangan mulai berbunga pada umur 12-14 bulan, tetapi baru ekonomis untuk di panen pada umur 2,5 tahun. Dari setiap ketiak pelepah daun akan keluar satu tandan bunga jantan atau betina. Sex differensiasi terjadi 17-25 bulan sebelum anthesis dan setelah anthesis membutuhkan waktu 5-6 bulan baru matang panen. Secara visual tandan bunga jantan atau bunga betina baru dapat diketahui setelah muncul dari ketiak pelepah daun yaitu 7-8 bulan sebelum matang atau 1-2 bulan sebelum anthesis (Lubis, 2008).

Rangkaian bunga betina kelapa sawit disusun oleh sejumlah spikelet secara spriral, sedangkan tiap spikelet disusun oleh 10-26 individu bunga. Rangkaian bunga tersebut dibungkus oleh dua lapis seludang, seludang bagian luar bertekstur kasar dan berwarna coklat kusam sedangkan bagian dalam mempunyai ciri agak tebal dan kaku. Biasanya rangkaian bunga muncul dari ketiak pelepah daun pada lingkarang keempat yaitu suatu kumpulan pelepah daun keempat dihitung dari lingkar pelepah daun muda dari bagian atas tanaman (Hetharie, dkk, 2007).

e. Buah

secara anatomi, buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian pertama adalah perikaprium yang terdiri dari epikaprium dan mesokaprium. Sedangkan kedua adalah biji, yang terdiri dari endokaprium, dan lembaga

(4)

8

atau embrio. Epikaprium adalah kulit buah yang keras dan licin, sedangkan mesokaprium yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak dengan rendemen paling tinggi. Sementara itu, endosperm atau disebut juga kernel merupakan penghasil minyak inti sawit, sedangkan lembaga atau embrio merupakan bakal tanaman (Fauzi, dkk, 2004).

2.1.3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit a. Iklim

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada sushu udara 27ºC dengan sushu maksimum 33ºC dan suhu minimum 22ºC sepanjang tahun. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1250-3000mm yang merata sepanjang tahun dengan jumlah bulan kering kurang dari 3, curah hujan optimal berkisar 1750-2500mm (Lubis, 2008)

b. Tanah

Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung liat dan lempung berpasir. Kedalaman efktif tanah yang baik adalah jika >100cm. sebaliknya jika kedalam efektif 7>50cm dan tidak memungkinkan untuk diperbaiki maka tidak direkomendasikan untuk kelapa sawit. Kemasaman (pH) tanah yang optimal adalah pada 5,0-6,0 namun kelapa sawit masih toleran terhadap pH <5,0 misalnya pada pH 3,5-4,0 (pada tanah gambut). Beberapa perkebunan kelapa sawit terdapat pada tanah yang memeiliki pH tanah >7,0 namun produktifitasnya tidak optimal. Pengolahan tingkat kemasan tanah dapat dilakukan melalui tindakan pemupukan dengan menggunakan jenis-jenis pupuk dolomite, kapur pertanian (kaptan) dan fosfat alam (Lubis, 2008).

(5)

9 2.2 Pembibitan Kelapa Sawit

Defenisi pembibitan secara umum adalah kegiatan budidaya pada benih (kecambah) dan kultur jaringan kelapa sawit untuk menyiapkan agar dapat hidup tumbuh berkembang normal disertai dengan karakteristik yang dikehendaki saat ditanam di areal penanaman (Rantawati, dkk¸2006). Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Bibit kelapa sawit yang baik memeiliki kekuatan dan penampilan tumbih yang optimal serta bekemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan transplanting (Asmono, dkk, 2003).

Pembibitan kelapa sawit dibagi menjadi dua tahapan pekerjaan yaitu pembibitan menggunakan satu tahap (single stage) dan pembibitan dua tahap (double stage). Pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), bereti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (Main Nursery). Sistem yang banyak digunakan dalam pembibitan kelapa sawit saat ini adalah sistem pembibitan dua tahap (double stage). Sistem pembibitan dua tahap terdiri dari pembibitan awal (Pre-Nursery) selama ±3 bulan pada polybag berukuran kecil (babybag) dan pembibitan utama (Main Nursery) dengan polybag berukuran lebih besar (largebag) (Lubis, 2008).

Menurut Darmosakoro, dkk (2008) beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman di MN antara lain:

 Penyiapan lubang tanam pada polybag MN dengan ukuran sama dengan ukuran polybag PN. Cetakan polybag dibuat dari pipa PVC dengan ukuran yang tepat

 Untuk merangsang pertumbuhan bibit, pada setiap lubang dapt diberikan pupuk NPKMg 15-15-6-4 sebanyak 5 gram.

(6)

10

 Bibit dimasukan kedalam lubang yang telah dibuat dan tanah disekeliling lubang diletekkan agar padat.Setelah pemindahan ke MN, bibit perlu disiram dan pemupukan yang tepat agar tanaman yang kondisinya lemah dan daun yang pucat dapat segera pulih.

Gambar 2.1 Pembibitan Kelapa Sawit Sumber.(Cybax.Pertanian.go.id)

2.3 Tanah Ultisol

Ultisol merupakan tanah yang mempunyai kandungan bahan organik yang rendah, tanahnya berwarna merah kekuningan, reaksi tanah yang masam, kejenuhan basa yang rendah, dengan kadar AI yang tinggi. Disamping itu tanah Ultisol memiliki tekstur tanah liat berpasir, dengan bulk density yang tinggi antara 1,3-1,5 g/cm3 (Prassetyo dan Suriadikarta, 2006).

Ultisol mempunyai sebaran yang sangat luas, meliputi hampir 25% dari total daratan Indonesia dan mempunyai potensi yang sangat besar untuk digunakan sebagai lahan pertanian (Prassetyo dan Suriadikarta, 2006). Sedangkan Darnawijaya (1997), menyebutkan bahwa Ultisol merupakan tanah masam yang telah mengalami pelindian hebat (highly leached) sehingga memiliki tingkat kesuburan yang rendah dengan warna kelabu cerah sampai

(7)

11

kekuningan. Kendala umum yang dihadapi pada ultisol adalah PH tanah yang rendah, unsur N dan P kurang tersedia, kekurangan unsur Ca, Mg, K, dan Mo. Kandungan Mn dan Fe yang berlebih.

Gambar 2.2 Tanah Ultisol Sumber.(Duaistanto.com)

Pada umumnya tanaman yang ditanam di ultisol memberikan produksi yang baik pada beberapa tahun pertama, selama unsur-unsur hara dipermukaan tanah yang terkumpul melalui proses biocycle belum habis. Reaksi tanah yang masam, kejenuhan basa yang rendah, kadar AI yang tinggi, kadar unsur hara yang rendah merupakan penghambat utama bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Untuk penggunaan yang berkaitan dengan pertanian, diperlukan pengapuran, pemupukan, dan pengelolaan tanah yang tepat (Hardjowigeno, 2003).

Ultisol memiliki karakteristik yaitu ditemukanya oxida Fe yang bercampur kuarsit, gravel atau pasir dan membentuk nodul-nodul Fe yang keras. Nodul-nodul Fe ini berukuran gravel dan ditemukan di dalam horizon transisi (BC atau B3) dan memiliki ukuran 0,5-3 cm atau yang lebih dikenal dengan istilah krokos (Armanto, 2002). Ultisol memiliki kemasaman yang relatif tinggi (rata-rata pH < 4,5), kejenuhan Al tinggi yang dapat mencapai >60% (Ohta et

(8)

12

yang dapat menjadi kendala bagi tanaman untuk tumbuh optimal di tanah ultisol (Yulnafatmawita dkk, 2014).

2.4 Sampah Organik

Gambar 2.3 Sampah Organik Sumber.(Isroi 2008)

Sampah adalah material sisa dari aktivitas manusia yang tidak memiliki keterpakaian, karenanya harus dikelola. Tanpa pengelolaan secara baik dan benar, sampah dapat menimbulkan kerugian karena dapat menyebabkan banjir, pemanasan iklim, menimbulkan bau busuk, mengganggu keindahan, memperburuk sanitasi lingkungan dan ancaman meningkatkan berbagai macam penyakit.

Berdasarkan zat kimia yang dikandungnya, sampah dikelompokkan kedalam sampah anorganik dan sampah organik. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk seperti sisa-sisa makanan, daun-daunan, dan buah-buahan (Brata dan Nelistya, 2008). Sampah organik ini biasanya merupakan bahan-bahan yang tidak dapat didaur ulang dan dipakai lagi, akan tetapi merupakan bahan yang terdekomposisi relatif cepat dan dapat dimanfaatkan dalam bentuk lain seperti kompos.

(9)

13

Sampah organik mengandung berbagai macam zat seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan sebagainya. Secara alami, zat-zat tersebut mudah terdekomposisi oleh pengaruh fisik, kimia, enzim yang dikandung oleh sampah itu sendiri dam enzim yang dikeluarkan oleh organisme yang hidup didalam sampah. (Wahyono, 2001).

Widyatmoko (2002), mengelompokkan sampah pasar yaitu sampah yang berasal dari kegiatan pasar yang terdiri dari bermacam-macam jenis sampah sebagai berikut:

1. Sampah basah atau sampah yang terdiri dari bahan organik yang mudah membusuk yang sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan, sayuran, dan lain-lain.

2. Sampah kering yaitu sampah yang terdiridari logam seperti besi tua,kaleng bekas dan sampah kering non logam, misalnya kertas, kaca, keramik, batu-batuan, dan sisa kain.

3. Sampah lembut, misalnya debu yang beras al dari penyapuan lantai gedung pasar dan penggergajian kayu.

4. Sampah besar atau sampah yang te rdiri dari bangunan yang be sar, seperti meja, kursi dan peralatan perdagangan lainya

(10)

14 2.5 Pupuk Kompos

Gambar 2.4 Pupuk Kompos Sumber.(8villages.com)

Kompos merupakan salah satu pupuk organik yang digunakan pada pertanian untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Penggyunaan pupuk kompos dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan mikrobiologi tanah (Syam, 2003). Kompos memiliki kandungan unsur hara seperti nitrogen dan fosfat dalam bentuk senyawa kompleks argon, protein, dan humat yang sulit diserap tanaman (Setyotini, dkk, 2006).

Kompos dapat dibuat dari berbagai bahan organik yang berasal dari limbah hasil pertanian dan non pertanian (Harizena, 2012). Limbah hasil pertanian yang dapat dijadikan sebagai kompos antara lain berupa jerami, dedak padi, kulit kacang tanah, dan ampas tebu. Sedangkan, limbah hasil non pertanian yang dapat diolah menjadi kompos berasal dari sampah organik yang dikumpulkan dari pasar maupun sampah rumah tangga. Bahan-bahan organik tersebut selanjutnya mengakami proses pengomposan dengan bantuan mikroorganisme pengurai sehingga dapat diamnfaatkan secara optimal ke lahan pertanian. Pada lingkungan terbuka, proses pengomposan dapat berlangsung secara alami. Melalui proses pengomposan secara alami, bahan-bahan organik tersebut dalam waktu yang lama akan membusuk karena

(11)

15

adanya kerja sama antara mokroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut dapat dipercepat dengan menambahkan mikroorganisme pengurai sehingga dalam waktu singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas baik. (Widarti,

dkk, 2015).

2.5.1 Proses Pengomposan

Pengomposan adalah dekomposisi biologis yang dikontrol agar bahan organik menjadi stabil. Proses pengomposan sama seperti dekomposisi alami kecuali ditingkatkan dan dipercepat dengan mencampur sampah organik dengan bahan- bahan lain untuk mengoptimalkan pertumbuhan mikroba. Potensi manfaat pupuk kompos dan limbah organik lainnya meningkatkan penangan pupuk, mengurangi bau, mengurangi biji gulma dan mikiroorganisme patogen. Kompos apabila diterapkan akan meningkatkan kesuburan tanah, hasil panen yang baik, dan kapasitas menahan air. Pengomposan menyebabkan kompos dapat disimpan untuk waktu yang lama. Kualitas ini membuatnya cocok untuk digunakan pada pertanian atau dijual.

(Graves et al.,2000).

Menurut Isroi (2008) selama tahap-tahap awal proses pengomposan, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesifilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Suhu akan meningkat hingga diatas 40º-70ºC. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mokroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setalah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan.

(12)

11 2.5.2 Kriteria Kompos Matang

Proses dekomposisi bahan organik dapat dibagi menjadi tiga tahap (Sutanto, 2002). Pada tahap awal atau dekomposisi intensif berlangsung, dihasilkan suhu yang cukup tinggi dalam waktu yang relative pendek dan bahan organik yang mudah terdekomposisi akan diubah menjadi senyawa lain. Pada tahap pematangan utama dan pasaca pematangan, bahan yang sukar terdekomposisi akan terurai dan membentuk ikatan kompleks lempung humus. Produk yang dihasilkan adalah kompos matang yang mempunyai ciri anatara lain : (1)tidak berbau; (2) remah; (3) berwarna kehitaman; (4) mengandung hara yang tersedia bagi tanaman; dan (5) kemampuan mengikat air.

Kompos yang belum matang dan stabil dapat mengakibatkan efek negatif bagi tanaman, karena penggunaan kompos yang belum stabil dan matang dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang lambat dan merusak tanaman. ( Wu et al, 2000). Kompos stabil apabila kompos tersebut sudah tidak menunjukan adanya proses mikroorganisme (Said-Pullicino, dkk, 2006).

2.6 Pupuk Majemuk NPK

Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat yang mengandung unsur hara utama Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang paling umum digunakan. Keunggulan pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat mencakup beberpa unsur sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal. Pemberian pupuk anorganik kedalam tanah dapat menambah ketersediaan hara yang cepat bagi tanaman. Menurut Sestyamidjaya dalam Daryadi, penggunaan pupuk NPK dapat menjadi solusi dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk NPK diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam mengaplikasikan di lapangan dan dapat meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan di dalam tanah serta dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman. (Daryadi dan Adrian 2017).

Gambar

Gambar 2.1 Pembibitan Kelapa Sawit  Sumber.(Cybax.Pertanian.go.id)
Gambar 2.2 Tanah Ultisol  Sumber.(Duaistanto.com)
Gambar 2.3 Sampah Organik  Sumber.(Isroi 2008)
Gambar 2.4 Pupuk Kompos  Sumber.(8villages.com)

Referensi

Dokumen terkait

Hardware input ini merupakan perangkat yang dapat digunakan untuk memasukkan data ke dalam komputer, data yang telah masuk itu diolah dalam suatu proses. Ada banyak jenis

3.2 Menentukan kegiatan tentang kegemaran, wisata, makanan khas, cita-cita pada teks transaksional lisan dan tulis dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan

Pada penelitian ini telah diimplementasikan sebuah prototipe sistem monitoring kondisi AC berdasarkan penggunaan energi dan suhu ruang, sistem ini terdiri atas sebuah thermal

Walaupun dalam proses implementasinya, harus tetap kritis, sebab dunia pendidikan juga tidak luput dari tindak pidana korupsi (Teten Masduki, 2009). Dengan

Realisasi Belanja Negara sampai dengan akhir September 2018 sebesar Rp1.512,55 triliun, mencapai sekitar 68,1 persen dari pagu APBN, atau meningkat 10,00 persen jika dibandingkan

mengenai tourist experience pada Curug Cimahi dan behavioral intention. Teknik ini dilakukan untuk melengkapi data yang sedang diteliti dengan cara. mencari

3.16 Mendeskripsikan dan menentukan hubungan perbandingan Trigonometri dari sudut disetiap kuadran, memilih dan menerapkan dalam penyelesaian masalah nyata dan