• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perpustakaan jika si pencari informasi di perpustakaan belum mengetahui

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perpustakaan jika si pencari informasi di perpustakaan belum mengetahui"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tajuk Subjek

Ada beberapa alat temu balik informasi yang diketahui termasuk salah-satunya katalog subjek. Katalog subjek merupakan alat temu kembali informasi di perpustakaan jika si pencari informasi di perpustakaan belum mengetahui pengarang maupun judul bahan pustaka yang dicarinya. Oleh sebab itu katalog subjek merupakan salah satu sarana penting dalam penemuan kembali informasi.

Subjek dapat didefinisikan sebagai topik yang dibicarakan dalam satu karya atau suatu disiplin ilmu yang terkandung dalam suatu karya. Sehingga tajuk subjek dapat diartikan kata, istilah atau frasa yang digunakan pada katalog atau daftar lain di dalam perpustakaan untuk menyatakan tema atau topik suatu bahan pustaka (Daftar Tajuk Subjek Untuk Perpustakaan, 1992: 25). Suatu entri subjek adalah entri katalog dengan topik subjek merupakan sebagai media penyusun.

Defenisi tajuk subjek menurut (Trimo, 1989: 2 ) adalah “suatu kata atau beberapa kata yang dipergunakan untuk melukiskan isi dari pada suatu buku ataupun topik”. Topik subjek dapat disebut dengan Subject Heading, merupakan deskriptor yang dibentuk dari kata tunggal maupun majemuk dipilih dari teks dokumen yang berguna untuk memberikan penjelasan tentang deskripsi isi dari dokumen sampai kepada unsur ketepatan yang paling dalam .

Sebelum penentuan tajuk subjek dari suatu dokumen terlebih dahulu mengadakan analisis terhadap dokumen atau suatu karya. Kegiatan ini disebut dengan istilah analisis subjek.

(2)

Penentuan tajuk subjek disebut juga dengan pengindeksan yang menghasilkan deskripsi indeks (Index Description) yang merupakan deskripsi ringkas mengenai isi dokumen, oleh karena itu semua tahap dalam pengindeksan subjek dipengaruhi oleh analisis subjek.

Dalam pengindeksan dokumen, yang mengindeks harus mengetahui apa dokumen tersebut baik secara umum ataupun khusus. Oleh sebab itu pengindeks harus memiliki pengetahuan mengenai sifat, struktur dan hubungan yang terdapat diantara bidang-bidang pengetahuan.

2.2 Fungsi dan Tujuan Tajuk Subjek

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tajuk subjek diperlukan dengan alasan (Suwarno, 2007: 52) berikut :

a. Adanya proses temu kembali informasi

Artinya seorang pengindeks harus dapat memperkirakan kebutuhan informasi para pengguna. Hal ini terdapat pada tahap analisis subjek dimana pengindeks harus selalu bertanya bagaimanakah dokumen yang diharapkan pengguna dapat ditemukan kembali. b. Karena adanya kebutuhan informasi bagi pengguna perpustakaan

Apabila dokumen yang relevan dengan suatu permintaan dapat diketahui eksistensinya di perpustakaan, maka hal ini ada kecocokan (Match) antara informasi yang ditemukan, dengan kata lain informasi yang terdapat dalam dokumen dalam batas-batas tertentu cocok dengan informasi yang dikehendaki. Kecocokan inilah yang merupakan inti dari penemuan kembali informasi.

c. Banyaknya koleksi bahan pustaka di perpustakaan, sehingga pengguna mudah menentukan informasi yang bagaimana sesuai dengan kebutuhan. Bagaimanapun besarnya dokumen, perpustakaan tidak akan ada artinya jika dokumen yang relevan tidak dapat diketahui tempatnya bila diperlukan, oleh karena itu perpustakaan perlu membangun katalog yang merupakan suatu sistem penemuan kembali informasi (Information Retrieval

System).

d. Menyusun atau menyimpan di rak mempermudah petugas pada khususnya dan mempermudah pengguna mengakses langsung informasi yang terdapat pada bahan pustaka.

e. Informasi langsung dapat dipecah-pecah menjadi kategori yang relatif tidak banyak.

(3)

f. Informasi dapat digolongkan berdasarkan kelas ilmu pengetahuan menjadi seri kategori yang disusun secara logis.

Seperti telah diketahui bahwa perpustakaan membeli buku untuk kepentingan penggunanya. Katalog perpustakaan mencatat data mengenai buku itu sehingga pembaca dapat menemukannya dengan cepat. Karena itu harus mencatat data yang lengkap mengenai buku yang ada di perpustakaan.

Sejalan dengan fungsi tersebut di atas, maka tujuan pembuatan katalog perpustakaan sebagaimana dikemukakan oleh pustakawan C.A. Cutter pada tahun, 1876 yang diangkat oleh Needham, 1971 sebagai berikut:

a. Memberikan kemudahan kepada seseorang untuk menemukan bahan pustaka yang telah diketahui pengarang, judul, atau subjeknya secara cepat, tepat, dan akurat.

b. Menunjukakan bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan oleh pengarang tertentu berdasarkan subjek tertentu atau subjek-subjek yang berhubungan dan jenis atau bentuk literatur tertentu.

c. Membantu dalam pemilihan bahan pustaka berdasarkan edisi dan karakternya (sastra atau berdasarkan topik).

2.3 Prinsip-Prinsip dasar

Penentuan tajuk subjek mempunyai prinsip- prinsip dasar menurut (Suwarno, 2007: 53) sebagai berikut:

a. Penggunaan bahasa Indonesia

b. Satu istilah untuk semua (keseragaman) c. Beroreentasi pada kebutuhan pembaca d. Istilah Indonesia versus istilah asing e. Penggunaan istilah yang spesifik

f. Penggunaan istilah yang biasa digunakan g. Penggunaan transliterasi

Menurut saya prinsip-prinsip dasar tersebut diatas mempunyai peran penting dalam penentuan tajuk subjek karena setiap bahan informasi, seperti: buku, majalah, peta, gambar, bahan audiovisual, dan lain-lain harus diorganisir

(4)

menurut cara yang sistematis agar dengan mudah dan cepat orang atau pengguna dapat menemukan bahan informasi yang diperlukannya.

2.4 Konsep-Konsep dalam Tajuk Subjek

Dalam kaitannya dengan penemuan kembali informasi yang disebut indeks (Index) merupakan mekanisme fisik atau alat yang menunjukkan kepada penelusur bagian-bagian mana dalam gudang informasi yang secara relevan dengan suatu permintaan.

Dalam penentuan tajuk subjek, seorang pengindeks harus tahu kandungan dari intelektual yang ada di dalam subjek mengandung 3 (tiga) konsep yang mendasari pembuatan katalog perpustakaan (Suwarno, 2010: 120) antara lain:

a) Subjek Dasar atau Disiplin Ilmu yang dapat berupa :

1. Disiplin fundamental atau cabang ilmu utama yang terdiri dari 3 (tiga) kelompok ilmu pengetahuan yaitu ilmu kemanusian, ilmu alamiah dan ilmu sosial.

2. Sub disiplin fundamental merupakan bidang spesialisasi dalam suatu disiplin fundamental. Misalanya, dalam kelompok ilmu-ilmu alamiah, subdisiplin yang merupakan spesialisasi atau cabang, antara lain ialah fisika, kimia, biologi, sosiologi, ekonomi, dan politik.

b) Objek Pembahasan atau Fenomena, dapat diartikan konsep yang menunjukkan apa dokumen itu dan cara penyajian dokumen tersebut, dan dapat diartikan dengan konsep subjek yang dikaji dalam suatu ilmu atau sub disiplin, fenomena adalah benda atau wujud yang dikaji dalam disiplin illmu.

Contoh: Sosiologi Kenakalan

Disiplin Ilmunya : Sosiologi Fenomena : Kenakalan

Fenomena yang dikaji oleh berbagai disiplin ilmu dapat merupakan wujud konkrit (Concrity Entity) dan dapat juga merupakan ide abstrak (Abstract Idea). Fenomena berperan sebagai konsep subjek dalam analisis subjek. Konsep subjek menunjukkan dokumen itu mengenai apa. Fenomena yang dikaji dalam suatu displin ilmu merupakan perwujudan faset-faset disiplin terkait, oleh karena itu perlu diadakan analisis faset. Apabila fenomena merupakan perwujudan dari suatu

(5)

faset maka perlu ditetapkan urutan faset yang sering disebut kombinasi atau formula faset. Menurut Ranganatan dalam buku Suwarno hanya ada 5 (lima) faset fundamnetal yang memungkinkan terwujud dalam fenomena, antara lain :

1. Personality, yang wujudnya meliputi jenis, produk, atau hasil dan tujuan. 2. Matter, meliputi bahan atau material.

3. Energy, yang meliputi kegiatan atau masalah. 4. Space, yang meliputi tempat atau geografis. 5. Time, yang meliputi waktu dan periode.

Contoh: Industri kayu jati di Lampung sebelum tahun 1987. Cara menganalisis: P : Kayu

M : Jati

E : Industri

S : Jepara

T : Sebelum tahun 1978

Faset P M E merupakan faset-faset yang khas untuk disiplin ilmu artinya subjek yang ditampilkan pada faset-faset P. Faset S dan T merupakan faset umum yang sama untuk semua disiplin. Sedangkan faset M dan E selalu terkait dengan subjek disiplin masing-masing.

Kelima faset fundamental itu ditentukan harus selalu ada dalam setiap konsep subjek, oleh karena itu analisis subjek diperlukan untuk menentukan faset apa saja yang terwujudkan konsep subjek.

Urutan faset yang digunakan pada analisis faset untuk pengindeksan subjek sebagai sarana temu kembali katalog perpustakaan harus menyatakan berdasarkan urutan atau formula faset yang ditetapkan sebelumnya.

(6)

Urutan faset yang ditetapkan oleh Ranganatan adalah P M E S T, berdasarkan urutan yang dibuat tersebut seolah-olah unsur yang ada harus berurutan, akibatnya menjadi kurang nyata, oleh karena itu urutan faset tersebut tidak mutlak.

Contoh: Administrasi peminjaman buku di Perpustakaan POLMED

Analisisnya : Disiplin ilmu : Perpustakaan

Fenomena : Perpustakaan POLMED

Faset P : Administrasi

M : Buku

E : Peminjaman

Dengan demikian dikemukakannya urutan faset tersebut maka urutan subjek dokumen adalah :

1. Subjek dasar atau disiplin ilmu 2. Fenomena atau subjek disiplin 3. Faset yang formulanya P M E S T 4. Bentuk

Contoh : Direktori partai politik di Indonesia Analisisnya : Disiplin ilmu : Ilmu Sosial

Fenomena : Ilmu Politik Faset P : Partai

S : Indonesia

(7)

Yang perlu dicatat adalah bahwa batasan untuk satu faset ditentukan ciri pembagian, oleh karena itu tiap bidang pengetahuan tentunya mempunyai faset yang khas.

Untuk dibidang itu terkecuali faset S dan T yang merupakan faset umum sehingga bisa terdapat pada semua bagian bidang pengetahuan. Di dalam faset ada 2 (dua) hubungan yang berupa fokus yaitu :

1. Hubungan generik atau genus spesies

Yaitu hubungan antara fokus dengan faset yang sifatnya menyatu

Misalnya: Karbohidrat, Protein, Vitamin, itulah fokus yang menyatu dengan faset gizi.

2. Hubungan yang beragam terdapat pada fokus yang berbeda seperti hubungan benda dengan kekiatannya.

Misalnya: Besi, timah, baja dengan lebur.

Bentuk dapat didefinisikan konsep yang menunjukkan subjek dokumen itu. Berbeda dengan fenomena atau subjek yang menunjukkan subjek itu mengenai apa. Dalam konsep bentuk dapat terbagi 3 (tiga) jenis yaitu :

1. Bentuk Fisik

Bentuk fisik mengacu kepada medium yang digunakan dokumen tersebut. Dengan demikian bentuk fisik adalah wujud fisik dari suatu dokumen. Perlu diingat bentuk fisik tidak mempengaruhi subjek dokumen.

Misalnya majalah yang memuat perawatan kulit yang isinya dibuat dalam bentuk CD. Dengan demikian bentuk fisik tidak mengubah bentuk subjek. Bentuk fisik yang biasanya dicatat dalam analisis subjek hanyalah

(8)

bentuk-bentuk yang penting untuk menampilkan atau menempatkan dokumen terkait, seperti: brosur, film, kaset.

Tidak akan ditempatkan atau disusun bersama-sama dengan koleksi buku, dengan demikian bentuk fisik tidak harus dikeluarkan dalam analisis subjek.

2. Bentuk Penyajian

Yaitu ciri tata susunan subjek dokumen. Bentuk penyampaian dapat menggunakan lambang misalnya bahasa tertentu misalnya bentuk abjad kamus, bentuk tulisan seperti ceramah dan laporan. Selain itu ada juga yang berbentuk kelompok tertentu. Contoh, Statistik untuk Penduduk. 3. Bentuk Intelektual

Mengacu pada aspek yang diutamakan, dapat dikatakan disiplin fundamental adalah semacam bentuk penyajian karena lebih menunjukkan dokumen itu sendiri daipada dokumen itu mengenai apa.

Contoh :

1. Sejarah pendidikan tinggi di ndonesia

Sejarah merupakan aspek sejarah yang dikaji Konsep sejarah merupakan sub disiplin Pendidikan tinggi merupakan ilmu pendidik 2. Filsafah pendidikan

Aspek yang diutamakan adalah filsafah dan sekaligus merupakan disiplin ilmu.

(9)

2.5 Jenis Tajuk Subjek

Jenis-jenis tajuk subjek menurut (J.Tairas, 1985: 3), yaitu: a. Tajuk Utama (Main Heading )

1. Kata benda sebagai subjek

Jenis subjek yang paling sederhana adalah yang terdiri atas satu kata benda, ada kalanya dua kata benda dihubungkan dengan kata “dan” ditentukan sebagai subjek.

2. Tajuk Ajektif

Sering kali subjek-subjek ditanyakan dalam bentuk frase adjektif, yang terdiri atas kata benda dan diikuti kata sifat Contoh: Anggaran Moneter; Binatang Langaka; Hukum Adminitratif; Doktrin Monroe; Masalah Cina; Bank Sentral; dan sebagainya.

3. Tajuk Frase

Tajuk frase adalah tajuk yang dibentuk oleh dua kata benda yang digabungkan atau tidak dihubungkan dengan kata depan 4. Tajuk Gabungan

Suatu tajuk gabungan dibentuk oleh dua atau lebih unsur yang sederajat, dihubungkan dengan kata penghubung “dan”.

5. Tajuk bentuk kombinasi

Dalam bentuk tajuk frase dan tajuk gabungan kadang perlu mengadakan kombinasi-kombinasi tertentu.

6. Tajuk yang dibalik

Dalam satu dua hal tajuk yang terdiri atas dua atau lebih kata-kata atau istilah-istilah perlu diadakan perbalikan.

Alasan perbalikan:

1. Anggapan bahwa para pembaca akan mencari melalui istilah dasar, biasanya kata benda atai inti dari subjek bersangkutan

Contoh: BEDAH, AHLI; INFORMASI, PUSAT.

2. Menempatkan istilah atau kata yang mempunyai arti luas di depan untuk mengumpulkan bersama semua aspek dari subjek yang luas itu, bila hal itu dikehendaki.

b. Tajuk tambahan ( Sub-headings ) 1. Subdivisi menurut bentuk.

2. Subdivisi menurut tempat geografis. 3. Subdivisi menurut waktu.

(10)

Menurut Ward dalam (Hasugian, 1999: 3) Pengolahan data fisik sebuah buku dikenal dengan nama pengatalogan atau katalogisasi. Untuk melakukan kegiatan ini diperlukan peraturan agar ada keseragaman. Pengatalogan berhubungan erat dengan kegiatan penentuan subjek dokumen, yang mempunyai 2 (dua) jenis tajuk subjek, antara lain :

a) LCSH (Library of Conggres Subject Heading)

Pada mulanya daftar ini digunakan hanya untuk kepentingan Library of Conggress di Amerika Serikat pada tahun 1898, tetapi perkembangannya kemudian menunjukkan bahwa perpustakaan lainnya perlu menggunkannya. Bahkan beberapa penerbit turut menggunakannya untuk menentukan heading dalam alat-alat bibliografinya. Demikan pula daftar ini banyak digunakan di perpustakaan yang sedang berkembang. Lama-lama dengan sendirinya subject

heading tersebut disesuaikan terus dengan kebutuhan.

LCSH ini adalah daftar tajuk subjek yang paling konprehensif di banding yang lainnya. LCSH digunakan dan dikembangkan oleh Library of Conggress (Perpustakaan Parlemen USA) sejak tahun 1897 sampai sekarang, dan yang terbaru ini adalah edisi ke-23 yang terbit pada tahun 1999 bulan Desember dan digunakan pada tahun 2000. Jumlah entri yang terdapat didalamnya 251.300 istilah untuk tajuk subjek. LCSH dikembangkan untuk perpustakaan yang besar koleksinya. Karena istilah di dalamnya sangat spesifik atau khusus. Susunannya sangat teknis sehingga lebih rumit di banding dengan lainnya. LCSH dapat digunakan bersama-sama dengan bagan klasifikasi DDC. Dengan demikian suatu perpustakaan boleh menggunakan 2 (dua) peralatan yang berbeda untuk

(11)

merumuskan bahasa indeks dokumen, sehingga di dalam penggunaan LCSH mempunyai petunjuk untuk mengetahui sistem istilah subjek, sebagai berikut :

1. User For (UF)

Merupakan istilah yang digunakan untuk istilah-istilah yang ada dibawahnya, sebagai contoh dibawah ini:

Bowling alleys

UF Alleys, Bowling Bowling lanes Lanes, Bowling

Maka salah satu bahasa di atas dapat diambil menjadi subjek yang sesuai dengan dokumen yang dibahas.

2. Narrow Term (NT)

Merupakan istilah yang lebih kecil atau istilah yang lebih spesifik artinya di dalam menentukan subjek diambil kata yang paling khusus, sebagai contoh di bawah ini:

Pengataloger (Kataloging) NT Classification

Description Subject indexus Access point

Maka kata yang diambil menjadi subjek bukan pengataloger melainkan salah satu dari kata di atas.

(12)

3. Broader Term (BT)

Menunjukkan istilah bagian suatu ilmu yang lebih luas, sebagai contoh seperti di bawah ini:

Bowie Group

BT Geology, Straigrafich-Pennsylvanian Geology, Straigrafich-Permian Groups (Straigraphy)-Texas

4. Scope Notes (SN)

Menunjukkan istilah itu mencakup perincian atau ruang lingkup, sebagai contoh :

Chemistry

SN Mencakup Ilmu Kimia Proses Kimia

Uji Coba Kimia Analisis Kimia Laboratorium Kimia

(13)

5. Rilend Term (RT)

Menunjukkan istilah yang berhubungan tetapi tidak sama, contoh :

Bowman Family

RT Baugh Family Bowers Family b) Search List

Nama lengkap dari daftar ini adalah Sears List of subject Heading for Small

Libraries, mula-mula diterbitkan pada tahun 1923 bentuknya lebih sederhana

yang berukuran 30 kali lebih kecil dari LCSH dan pada tahun 1953 menerbitkan edisi ke-8. Biasanya Search List digunkan untuk perpustakaan kecil, perpustakaan sekolah dan kala terbitnya tidak beraturan yang jumlahnya koleksinya 50.000 buku. Bagi perpustakaan perguruan tinggi Search List tidak dipergunakan karena apabila ingin mempergunakannya harus mempertimbangkan daya gunanya. Banyak hal yang perlu mendapatkan tambahan dan perubahan.

Referensi

Dokumen terkait

192 UPTD PUSKESMAS AIR UPAS Perawat DEMI TRIYANTO, A.Md.Kep L Dusun Nanga Abai, Desa Nanga Abai, Kecamatan Kayam Hulu Kab. Gajah Mada Desa Sukabangun no. Keb P Dusun Tembiruhan RT

Berdasarkan hasil pengujian aktivitas enzim kitinase dengan menggunakan media kitin agar didapatkan hasil bahwa pada uji kualitatif yakni melihat kemampuan

Judul : Pengurus Daerah Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia Jawa Tengah Masa Bhakti 2007-2011 (Wakil Sekretaris). Program :

KERJA SAMA ANTARA SEKOLAH DENGAN KELUARGA DALAM PEMBINAAN AKHLAK MULIA SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.

- Satu anak pada tiap kelompok membca syahadat dan kelompok lain membaca artinya - Siswa berpasangan, satu membaca syahadat dan yang lain menyebutkan artinya - Siswa

Sehingga penting untuk dijelaskan tentang arti pentingnya dari tata kelola bencana dalam konteks regional, dengan melibatkan lintas aktor dari tata kelola tersebut,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Aktivitas peserta didik kelas III SD Islam Nurul Ihsan Palangka Raya pada saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

Karakter bobot buah dan jumlah buah per tanaman memiliki pengaruh langsung yang tinggi dan positif terhadap bobot buah per tanaman tomat pada kondisi tanpa naungan dan naungan