• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai perubahan telah terjadi yang diiringi dengan zaman yang semakin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Berbagai perubahan telah terjadi yang diiringi dengan zaman yang semakin"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa dulu akan sangat berbeda bila dibandingkan dengan masa sekarang. Berbagai perubahan telah terjadi yang diiringi dengan zaman yang semakin berkembang. Demikian juga kehidupan manusia yang merupakan suatu proses sosial dan budaya selalu berubah seiring berjalannya waktu. Berbagai perubahan tersebut telah menyebabkan adanya unsur, nilai sosial budaya yang berubah bahkan ditinggalkan manusia. Tentu saja hal ini merupakan efek negatif dari rangkaian perubahan yang terjadi. Jikalau nilai sosial budaya tersebut dibiarkan saja tanpa usaha melestarikannya, maka hilanglah suatu nilai dalam sejarah kehidupan manusia di masa lampau.

Sesuatu telah terjadi, dan hal itu merugikan. Apakah kita pun diam sambil menatapnya pergi? Seharusnya tidak karena hal ini merupakan tanggung jawab kita bersama menjaga kelestarian warisan-warisan budaya leluhur sehingga tidak hilang dan menjadi kenangan belaka.

Pulau Nias yang merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan potensi besar dalam kepariwisataan tentunya menyimpan banyak daya tarik wisata yang dapat dinikmati. Daya tarik yang dimaksud seperti kehidupan masyarakat yang unik, tempat-tempat wisata yang khas, rumah adat Nias sebagai salah satu wujud

(2)

kebersamaan dan rasa gotong royong di masa lampau, berbagai jenis tarian daerah, dan sebagainya.

Sebutan Pulau Nias dalam bahasa Niasnya sering disebut Tanö Niha yang artinya “tanah manusia” sedangkan orang Nias sering disebut Ono Niha yang artinya “anak manusia.” Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian besar masyarakat Nias masih menggunakan bahasa daerah Nias untuk berkomunikasi satu sama lain. Tetapi saat ini, ada banyak kalangan masyarakat lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia dalam proses berkomunikasi. Kaum muda berada di urutan teratas untuk kebiasaan ini. Menurut pendapat sebagian pihak, berkomunikasi dalam bahasa daerah Nias menimbulkan rasa malu dan dianggap telah ketinggalan zaman.

Harus diakui bahwa banyak kebudayaan asli milik Nias telah banyak berubah karena dipengaruhi berbagai penyebab. Modernisasi zaman dengan pengaruh budaya barat merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi. Selain itu, tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah terhadap manfaat budaya turut serta menjadi penyebabnya. Tarian daerah suku Nias adalah salah satu hasil budaya yang seyogianya pada masa lampau dapat diperankan oleh setiap orang terutama kaum muda, akan tetapi di masa sekarang ini telah jauh berbeda dan menunjukkan tingkat kemunduran. Tari Maena dan Tari Moyo adalah salah satu di antaranya. Tari Maena adalah tarian kolosal yang penuh sukacita. Tari Maena seringkali menjadi pertunjukkan hiburan ketika Suku Nias menyelenggarakan pesta pernikahan adat. Tari Maena yang merupakan milik seluruh masyarakat Nias menggambarkan suatu

(3)

simbol untuk memuji mempelai laki-laki dan keluarganya. Tarian ini sangat simpel dan sederhana, tetapi mengandung makna kebersamaan, kegembiraan, kemeriahan. Tari Maena tak kalah menarik dengan tarian-tarian lain yang ada di Nusantara. Gerakannya yang sederhana membuat hampir semua orang bisa melakukannya. Kendala dan kesulitan yang dihadapi mungkin terletak pada rangkaian pantun-pantun Maena yang harus disesuaikan. Rangkaian pantun-pantun Maena biasanya dikenal dalam bahasa Nias sebagai “fanutunö Maena.” Lain halnya dengan Tari Moyo yang diperankan oleh kaum perempuan. Nama tari “Moyo” yang dapat diartikan dalam Bahasa Indonesia yakni “Elang” merupakan suatu tarian yang khas dengan gerakan-gerakan lincah dan lemah gemulai. Tetapi di balik gerakan-gerakan tersebut tersirat makna kegagahan seperti burung elang itu sendiri. Hal ini menyimbolkan bahwa orang Nias gagah berani terutama dalam menghadapi musuh. Makna lain adalah kewibawaan dan sikap optimis yang dapat kita amati ketika burung elang menerkam mangsa. Tidak ada sikap keraguan dalam benaknya, dan hal ini dimaknai juga bahwa orang Nias memiliki sikap optimis dan sekali maju tetap maju. Tari Moyo ini awalnya begitu populer di mata masyarakat karena kaum perempuan Nias yang beranjak dewasa sangat senang mempelajarinya. Tetapi keadaan berbanding terbalik justru terjadi saat ini. Tingkat minat masyarakat melakonkan Tari Moyo yang sangat rendah, perhatian pemerintah daerah yang sangat kurang adalah faktor-faktor penyebabnya. Padahal sebenarnya, kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk proses sosialisasi dan pengenalan ke dunia internasional.

(4)

Pengaruh kedua tarian ini dalam pengembangan pariwisata di Gunungsitoli sangat besar sebagai atraksi budaya. Hal ini dikarenakan daerah-daerah yang menjadi objek wisata di Gunungsitoli masih berada di belakang objek wisata seperti Pantai Sorake, Pantai Lagundri, Bawamataluo, dan beberapa objek lain di Nias. Sektor atraksi budaya haruslah menjadi keunggulan dalam kepariwisataan Gunungsitoli karena merupakan gerbang masuk Pulau Nias. Wisatawan yang datang akan dapat disuguhkan atraksi budaya masyarakat sehingga akan sangat berkesan bagi mereka. Selain alasan tersebut, kedua tarian ini tidaklah kalah dengan tarian-tarian yang terkenal di Indonesia. Dengan pengembangan yang baik, tarian ini diharapkan dapat berbicara banyak dalam kepariwisataan Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, penulis memberikan simpati dan perhatian atas keadaan budaya dalam kepariwisataan Gunungsitoli. Oleh karena itu, penulis mengemasnya dalam kertas karya sederhana ini. Kertas karya ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi D III Pariwisata dan meraih gelar Ahli Madya Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah “Potensi Tari Maena dan Tari Moyo Sebagai Atraksi Budaya di Gunungsitoli.”

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dalam penulisan kertas karya ini penulis membatasi ruang lingkup permasalahan, yaitu: Bagaimana upaya pemerintah daerah

(5)

dan masyarakat lokal melestarikan Tari Maena dan Tari Moyo serta mengembangkannya dalam mendukung kepariwisataan di Kota Gunungsitoli?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan pembatasan masalah yang penulis uraikan di atas, maka tujuan pembatasan masalah adalah untuk mengetahui upaya-upaya pemerintah daerah dan masyarakat lokal melestarikan dan mengembangkan Tari Maena dan Tari Moyo di Kota Gunungsitoli.

1.4 Metode Penelitian

Untuk memudahkan pembuatan kertas karya ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian, antara lain:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Adalah penelitian untuk mendapatkan sumber informasi menyangkut Tari Maena dan Tari Moyo melalui data-data dari buku atau tulisan lainnya yang mendukung pembahasan.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Adalah penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan sumber informasi berhubung kait dengan objek kajian Tari Maena dan Tari Moyo. Informasi didapat dengan cara melakukan wawancara kepada pihak-pihak terkait,

(6)

tokoh-tokoh adat serta orang-orang tertentu yang mengerti dengan baik seluk-beluk tarian.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut. BAB I : PENDAHULUAN

Yaitu latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN KEBUDAYAAN Dalam bab ini, penulis menguraikan penjelasan mengenai pengertian

pariwisata, bentuk dan jenis pariwisata, defenisi wisatawan, objek dan daya tarik wisata, sarana dan prasarana pariwisata, motivasi perjalanan wisata, produk industri pariwisata, dan hubungan kebudayaan dengan pariwisata.

BAB III : GAMBARAN UMUM KOTA GUNUNGSITOLI

Dalam bab ini, penulis menguraikan penjelasan mengenai kondisi umum Kota Gunungsitoli, letak geografis, admistrasi dan pemerintahan, sistem adat dan kebudayaan, sarana dan prasarana, dan kependudukan.

(7)

BAB IV : POTENSI TARI MAENA DAN TARI MOYO SEBAGAI ATRAKSI BUDAYA DI KOTA GUNUNGSITOLI

Dalam bab ini, penulis menjelaskan tentang Tari Maena dan Tari Moyo, nilai dan makna Tari Maena dan Tari Moyo, potensi Tari Maena dan Tari Moyo sebagai atraksi budaya, proses pengembangan Tari Maena dan Tari Moyo, peranan pemerintah dan masyarakat, dan dan permasalahan yang dihadapi.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini, penulis menguraikan kesimpulan dan saran dari penulisan kertas karya.

DAFTAR PUSTAKA

Damardjati, RS. 2001. Istilah-istilah Dunia Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita

Yoeti, Oka A. 1982. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa Hammerlse, Johannes Maria, 2001. Asal Usul Masyarakat Nias.

Suatu interpretasi. Gunungsitoli: Yayasan Pusaka Nias

Koentjaraningrat, Prof.Dr. 2007. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan

Referensi

Dokumen terkait

Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat (Berita

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh daya tarik, keahlian, dan kredibilitas celebrity endorser terhadap keputusan pembelian sepeda motor Honda

dilakukan dalam meningkatkan etos kerja yang akan meningkatkan mutu dari hasil. pekerjaan serta pemberdayaan SDM salah satu upaya yang penting

The basaltic andesite - rhyodacite samples in the Cibaliung epithermal gold mineralisation district are characterised by enriched LILE and LREE, signatures typical of

Dari pidato Wahhab Hasbullah ini, al-Amin menyimpulkan bahwa Khilafah sudah tidak mungkin lagi diterapkan karena tidak ada lagi yang memiliki kualitas yang berhak untuk menduduki

Dari masalah tersebut maka penulis akan membuat iklan televisi, dengan penggabungan Motion tracking, Green Screen dan Animasi dalam merancang iklan televisi untuk

Dengan menggunakan wawancara sebagai teknik utama dalam pengumpulan data.Kesimpulan dalam penelitian ini adalah, kualitas kerja dari aparatur bagian sistem informasi perencanaan

Sedangkan dalam penelitian ini penulis berfokus kepada bagaimana Indonesia sebagai negara anggota ILO yang sudah meratifikasi Konvensi ILO No.182 tentang Pelarangan