• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MADIUN NOMOR 6 TAHUN 1981 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MADIUN NOMOR 6 TAHUN 1981 TENTANG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MADIUN SALINAN

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MADIUN NOMOR 6 TAHUN 1981

TENTANG

KUBURAN UMUM DALAM KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II MADIUN,

Menimbang : bahwa untuk menertibkan penyelenggaraan makam dan penggunaan tanah-tanah yang berada di wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Madiun, maka dipandang perlu adanya usaha dari Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Madiun untuk memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap penyelenggaraannya dengan suatu Peraturan Daerah ;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah ;

2. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Jogyakarta jo Undang-undang Nomor 2 Tahun 1965 ;

3. Undang-Undang Nomor 12 Drt Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah ;

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1974 ;

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Madiun

M E M U T U S K A N

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MADIUN TENTANG KUBURAN UMUM DALAM KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MADIUN.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan istilah :

a. Pemerintah Daerah ialah Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Madiun ; b. Kepala Daerah ialah Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Madiun ;

c. Makam ialah suatu tempat tertentu yang digunakan atau disediakan untuk menanam mayat orang yang telah meninggal dunia

d. Ahli Waris ialah seorang yang ada hubungan darah baik keatas, kebawah maupun kesamping dari orang yang meninggal dunia atau orang lain yang dengan suka rela bertanggungjawab memelihara atau merawat suatu makam tertentu.

(2)

BAB II

KETENTUAN PENGGOLONGAN DAN PENGURUSAN MAKAM Pasal 2

Didalam Kotamadya Daerah Tingkat II Madiun diadakan kuburan-kuburan umum yang ditentukan dalam 3 (tiga) golongan yaitu :

a. Golongan A, ialah kuburan umum orang Islam yang diperuntukkan pemakaman dari mayat orang-orang yang pada saat meninggalnya beragama Islam, baik Warga Negara Indonesia maupun bukan Warga Negara Indonesia ;

b. Golongan B, ialah kuburan umum orang Kristen yang diperuntukkan pemakaman dari mayat orang-orang yang pada saat meninggalnya beragama Kristen, baik Warga Negara Indonesia maupun bukan Warga Negara Indonesia ;

c. Golongan C, ialah kuburan umum selain orang Islam dan Kristen yang diperuntukkan pemakaman dari mayat orang-orang yang pada saat meninggalnya memeluk agama/menganut kepercayaan lain selain agama Islam dan Kristen, baik Warga Negara Indonesia maupun bukan Warga Negara Indonesia, misalnya agama Hindhu, Budha, Khong Chu dan lain-lain.

Pasal 3

(1) Pengurusan sehari-hari bagi kuburan-kuburan umum diserahkan kepada Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk olehnya.

(2) Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk melaksanakan pengurusan kuburan-kuburan umum dimaksud ayat (1) Pasal ini, dibantu oleh Pegawai-pegawai dan Pekerja-pekerja yang diberi tugas masing-masing untuk melaksanakan pekerjaan antara lain pemeliharaan, pengawasan dan penjagaan kuburan-kuburan serta pengaturan tentang cara mengubur mayat.

BAB III

KETENTUAN PEMAKAMAN DAN PERIZINAN Pasal 4

(1) Pemakaian tanah untuk tiap makam dalam kuburan umum dapat disediakan tanah untuk semua golongan agama paling besar yaitu untuk golongan A, B dan C seluas 100 (seratus) sentimeter kali 220 (dua ratus dua puluh) sentimeter. (2) Letak makam dalam kuburan umum harus diatur secara berjajar menurut agama,

adapt atau naluri yang berlaku, dengan ketentuan jarak antara makam yang satu dengan makam yang lainnya baik pada ujung kepala dan ujung kaki, maupun pada kedua belah sisinya, masing-masing selebar 0,5 (setengah) meter.

(3) Dalamnya lubang makam tidak boleh kurang dari 1,80 (satu delapan puluh perseratus) meter.

Pasal 5

(1) Untuk pemakaman mayat harus mendapat izin tertulis dari Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk.

(2) Dalam keadaan luar biasa Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberi izin khusus dengan dikenakan tambahan retribusi besarnya sama dengan retribusi dimaksud Pasal 9 Peraturan Daerah ini.

(3)

Pasal 6

(1) Untuk keperluan pemakaman mayat baru dapat menggunakan tanah-tanah bekas makam-makam yang telah lebih dari 10 (sepuluh) tahun dan apabila ternyata mayat dalam makam masih belum hancur, maka harus dikembalikan sebagaimana semula dan diberi tanda.

(2) Untuk menjamin kelangsungan makam tersebut dapat dilakukan dengan memperpanjang waktu 10 (sepuluh) tahun sebagaimana tersebut pada ayat (1) Pasal ini dan kepada Ahli Waris dari makam yang bersangkutan diwajibkan membayar retribusi sebesar 2 (dua) kali lipat dari jumlah retribusi yang telah ditetapkan dalam Pasal 9 Peraturan Daerah ini serta menanggung atas pemeliharaan makam tersebut biaya sendiri.

Pasal 7

(1) Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk menyelenggarakan suatu daftar dalam Buku Register untuk mencatat :

a. Nomor-nomor makam ;

b. Nama-nama orang yang telah meninggal ; c. Nama Ahli Waris dari orang yang meninggal ; d. Tanggal dilakukannya pemakaman mayat.

(2) Pada tiap makam harus diberi nomor yang sama dengan nomor yang tercantum dalam Buku Register sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini.

Pasal 8

(1) Kepada Ahli Waris dari mayat yang dimakamkan di kuburan umum dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan Daerah ini diperkenankan membuat pagar keliling dan atap di atas makam, dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan izin kepada Kepala Daerah.

(2) Kepala Daerah menetapkan bahan-bahan untuk pembangunan pagar keliling dan atap sebagai berikut :

a. Batu makam harus dari plester semen, beton, tegel, porselen atau batu kali ; b. Pagar keliling harus diberi dari ruji-ruji besi ;

c. Atap harus dibuat dari seng atau beton. BAB IV

KETENTUAN RETRIBUSI Pasal 9

(1) Setiap pemakaman jenazah dalam kuburan umum dipungut retribusi sebagai berikut :

a. Bagi jenazah orang dewasa sebesar sebesar Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah) ; b. Bagi jenazah anak-anak sebesar sebesar Rp. 1.500,00 (seribu lima ratus

rupiah).

(2) Retribusi dimaksud pada ayat (1) Pasal ini harus dibayar pada saat mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin.

(3) Pemakaman untuk mayat dari keluarga yang tidak mampu dapat diberi keringanan dari sebagian retribusi dimaksud pada ayat (1) Pasal ini apabila yang bersangkutan dapat menunjukkan keterangan yang menyatakan ketidakmampuannya dari Kepala Desa setempat.

(4)

BAB V

SANKSI PELANGGARAN Pasal 10

Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam Pasal 4, 5 dan 9 Peraturan Daerah ini dikenakan hukuman pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) bulan atau denda sebanyak-banyak Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) serta makam harus dibongkar atas biaya Ahli Waris.

BAB VI

KETENTUAN LAIN-LAIN DAN PENUTUP Pasal 11

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah.

Pasal 12

(1) Segala sesuatu yang bersangkutan dengan Kuburan Umum sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini dianggap telah memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Sejak berlakunya Peraturan Daerah ini, dinyatakan tidak berlaku lagi Peraturan Daerah yang mengatur adanya kuburan-kuburan yang dikuasai dan diurus oleh Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Madiun.

Pasal 13

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada hari pertama setelah pengundangannya.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MADIUN

Ketua, ttd A. A S M A L I

Madiun, 12 Januari 1981 WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH

TINGKAT II MADIUN ttd

Drs. MARSOEDI NIP 010 014 578

Disahkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 10 Juni 1981 Nomor 325/P tahun 1981.

A.n. GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

Asisten I Sekretaris Wilayah/Daerah ttd

WARSITO RASMAN, MA NIP 010 015 749

(5)

Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Madiun Tahun 1981 Seri B pada tanggal 15 Juli 1981 Nomor 4/B.

A.n. WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II MADIUN

Sekretaris Kotamadya ttd

MOCH. SOLIKOEN, BA NIP 510 047 365

Salinan sesuai dengan aslinya a.n. WALIKOTA MADIUN

Sekretris Daerah u.b.

Kepala Bagian Hukum

AGUS SUGIJANTO, SH Pembina Tingkat I NIP. 19590822 198403 1 003

(6)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MADIUN NOMOR 6 TAHUN 1981

TENTANG

KUBURAN UMUM DALAM KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MADIUN I. PENJELASAN UMUM

Bahwa dalam rangka usaha untuk menertibkan penyelenggaraan makam dan penggunaan tanah-tanah makam yang berada dalam wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Madiun, maka perlu diatur kembali pelaksanaannya dengan suatu Peraturan Daerah sesuai dengan petunjuk dalam Surat Edaran Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 20 Mei 1978 Nomor Hk. 023.7/1152/78.

Dengan ditetapkannya dan disahkannya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Madiun yang mengatur adanya kuburan-kuburan yang dikuasai dan diurus oleh Pemerintah Daerah dinyatakan tidak berlaku lagi.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah dihasilkan sebuah sistem pendukung keputusan pemilihan perumahan menggunakan metode TOPSIS berbasis web

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio nilai pasar yang diproksi dengan menggunakan variabel current ratio (CR), net

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh variabel leverage, pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow terhadap nilai perusahaan pada perusahaan barang konsumsi

Pada masa kepemimpinan Wu Zetian, sikap yang ditunjukkan Wu Zetian untuk meningkatkan pembangunan di bidang pertanian adalah memberikan insentif berupa penghargaan kepada

dan jika diduplikasi maka harus diulang seluruhnya. Kata majemuk secara sintaksis diperlakukan sebagai kata. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan semantik. Kajian dalam

[r]

Dari karya tulis yang dipelajari dapat kita menyimpulkan bahwa dalam perangkat computer sudah mengalami perkembangan dari tahun-ketahun yang semakin canggih

Terdapat beberapa sentra itik yang ada di tanah air yaitu di Pulau Sumatera (Propinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung),