• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2014 1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan dan perkembangan kota yang semakin meningkat secara langsung mempengaruhi sanitasi suatu perkotaan sehingga diperlukan suatu strategi sanitasi yang berdasarkan hasil kajian dan analisa riil dilapangan. Sistem sanitasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan membangun kepedulian masyarakat. Selain itu akibat dari sistem sanitasi kota yang buruk dapat menyebabkan penyakit berbasis lingkungan yang masih merupakan salah satu penyebab kematian di Indonesia. Oleh karena itu tidak heran masalah sanitasi menjadi salah satu permasalahan yang disoroti terutama oleh pemerintah pusat dan daerah. Salah satu bukti nyata kepedulian pemerintah akan sanitasi lingkungan adalah dengan diadakannya program Pembangunan Percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP). PPSP merupakan program yang akan menjadi titik awal pembangunan sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) dengan mempromosikan Strategi Sanitasi Kota (SSK) sebagai Buku Putih bagi pembangunan sanitasi komprehensif di kawasan perkotaan.

Kabupaten Buol selaku peserta Program PPSP sangat mendukung terlaksananya program tersebut. Hal ini ditandai dengan keikutsertaan Kabupaten Buol pada tahun 2014 dalam program PPSP dengan SK Pokja No. 800/18.24/Bappeda-PM tanggal 31 Juli 2013. Program ini dikoordinasi oleh BAPPENAS sejak tahun 2006 yang secara khusus merupakan program pembenahan kondisi sanitasi. Masalah subsektor sanitasi lainnya seperti air limbah dan drainase di Kabupaten Buol belum terlihat menonjol dalam pengelolaannya, untuk itu diperlukan sebuah perencanaan dan implementasi yang benar dan efektif untuk pembangunan sanitasi Kabupaten Buol dalam rangka mengantisipasi laju pertumbuhan Kabupaten Buol di berbagai bidang. Inilah yang mendorong

(2)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2014 2 Kabupaten Buol untuk ikut serta dalam program percepatan pembangunan sanitasi permukiman (PPSP) ini.

Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan yang tidak menjadi prioritas utama, sehingga sering termarjinalkan dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan.

Sering dijumpai bahwa aspek-aspek pembangunan sanitasi, yaitu air limbah, persampahan dan drainase, serta penyediaan air bersih, masih belum bersinergi dan berkelanjutan. Masing-masing aspek tersebut ditangani secara terpisah, meskipun masuk dalam satu bidang pembangunan yaitu sanitasi. Terdapat tumpang tindih kegiatan pembangunan bidang sanitasi oleh institusi/lembaga yang berbeda-beda, yang kadang-kadang membingungkan masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan. Kondisi yang lebih buruk apabila bahkan ternyata terdapat aspek sanitasi yang masih terabaikan atau belum tertangani.

Namun disisi lain, masih terdapat pelaksanaan pembangunan sanitasi yang berjalan secara parsial dan belum terintegrasi serta memiliki sasaran secara menyeluruh dengan jangka waktu yang lebih panjang. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek jenis kegiatannya maupun dari aspek kewilayahan. Untuk itu perlu disusun suatu perencanaan sanitasi secara lebih integratif, aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Tahapan-tahapan proses perencanaan harus dilaksanakan secara berurutan, bertahap dan berkelanjutan, sehingga solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Permasalahan bidang sanitasi yang muncul tidak selalu disebabkan oleh aspek teknis, namun juga berhubungan dengan aspek ekonomi dan

(3)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2014 3 sosial, seperti tingginya tingkat kemiskinan dan rendahnya kesadaran masyarakat menjadi tantangan lain dalam pembangunan bidang sanitasi.

Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari semua tingkatan pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta dan didukung oleh kegiatan donor. Sanitasi merupakan salah satu faktor terpenting dalam mewujudkan layanan yang terkait dengan pengentasan kemiskinan, dalam pengembangan kebijakan, perencanaan serta penganggaran. Bantuan teknis program disediakan untuk pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menunjukkan komitmen tinggi untuk pembangunan sektor sanitasi lokal dan penyediaan layanan sanitasi yang semakin baik khususnya bagi warga miskin di daerah kabupaten/kota. Di tingkat nasional, koordinasi kebijakan dilakukan oleh komisi pengendali dan tim teknis pembangunan sanitasi yang menyatukan semua pemangku kepentingan utama dari lingkungan pemerintah (BAPPENAS, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Perindustrian). Tim teknis didukung oleh mitra pembangunan Indonesia dan lembaga donor internasional di bawah payung kelompok donor sanitasi.

Selama pelaksanaan program Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten secara bertahap diubah menjadi entitas permanen yang semakin memperkuat Bappeda dalam fungsi perencanaan dan koordinasi yang akan melindungi kelanjutan perencanaan, penganggaran, pemantauan dan evaluasi semua pembangunan sanitasi lokal. Di masa yang akan datang diperkirakan pokja ini akan menggabungkan dan mengembangkan kerangka perencanaan sanitasi perkotaan kedalam tugas-tugas mereka. Mereka memastikan koordinasi antar berbagai dinas pemerintah kabupaten/kota, menghasilkan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) dan menciptakan lingkungan yang mendukung untuk perencanaan sanitasi yang terkoordinir dan sedang berjalan di tingkat kabupaten/kota.

Untuk maksud tersebut maka Kelompok Kerja Sanitasi yang telah terbentuk diharapkan dapat berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pengembangan,

(4)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2014 4 pelaksanaan dan pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek. Tidak hanya yang melibatkan unsur pemerintah saja namun juga yang melibatkan masyarakat serta swasta secara langsung, baik dalam pokja yang terstruktur maupun sebagai mitra-mitra pendukungnya.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 660/4919/ SJ Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan PPSP di Daerah, maka Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Buol secara struktural dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Buol. Mengingat aspek pembangunan sanitasi cukup luas, baik yang terkait langsung dengan pembangunan fisik dan masyarakat, maupun yang tidak terkait langsung, maka Pokja Sanitasi dikoordinir langsung dari Sekretaris Daerah melibatkan oleh anggota tim yang terdiri dari berbagai SKPD yaitu Bappeda, Dinas Tata Ruang dan Permukiman, Kantor Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman, Pemadam Kebakaran, dan Penerangan Jalan, Dinas Kesehatan, Badan Lingkungan Hidup, dan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Lembang. Adapaun susunan keanggotaan Pokja terdiri dari Penanggung Jawab, Ketua, Sekretaris, Bidang Perencanaan, Bidang Teknis, Bidang Pendanaan, Bidang Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Bidang Monitoring dan Evaluasi, serta Tim Sekretariat Pokja.

(5)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2014 5 1.2 Landasan Gerak

1.2.1 Pengertian Dasar Sanitasi

Sanitasi memiliki banyak beragam definisi yang menggambarkan intisari dari sanitasi itu sendiri. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) secara umum sanitasi didefinisikan sebagai usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat.

Sanitasi merupakan perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia (Notoadmojo, 2003).

Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 965/MENKES/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa pengertian dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan.

Pengertian yang lebih teknis dari adalah upaya pencegahan terjangkitnya dan penularan penyakit melalui penyediaan sarana sanitasi dasar (jamban), pengelolaan air limbah rumah tangga (termasuk system jaringan perpipaan air limbah), drainase dan sampah (Bappenas, 2003).

Dengan definisi tersebut dapat dilihat 3 (tiga) komponen yang terkait dengan sanitasi adalah sistem pengelolaan air limbah rumah tangga, pengelolaan persampahan dan drainase lingkungan.

Adapun ruang lingkup tentang pengertian dasar Sanitasi adalah sebagai berikut:

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water) yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk yang terbagi atas:

a. Blackwater adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan urinoir.

(6)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2014 6 b. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang

berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci.

2. Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestik) melalui sistem:

a. Pengelolaan On Site yaitu menggunakan sistem septic-tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga.

b. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat.

3. Persampahan atau limbah padat yaitu sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). 4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai

penggelontor air kota dan memutuskan air permukaan.

5. Air buangan industri (industrial wastes water) yang berasal dari berbagai jenis industri akibat dari sebuah proses industri. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi antara lain: nitrogen, logam berat, zat pelarut dan sebagainya. 6. Air buangan kotapraja (municipal waster water) yaitu buangan yang berasal

dari kawasan perkantoran, perdagangan, hotel dan restoran serta tempat-tempat ibadah dan sebagainya.

Wilayah kajian Buku Putih Sanitasi kabupaten Buol meliputi wilayah perkotaan kabupaten Buol, yang terdiri atas 11 (sebelas) wilayah kecamatan, 115 (seratus lima belas) desa/kelurahan, dengan titik berat pada kawasan permukiman.

Visi dan Misi Pemerintah Daerah Kabupaten Buol Periode 2012—2017 sebagaimana yang tercantum dalam Dokumen RPJMD Kabupaten Buol adalah sebagai berikut :

(7)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2014 7 Visi :

“Terwujudnya Masyarakat Madani Kabupaten Buol Melalui Sumber Daya Manusia Yang Berdaya Saing, Pertanian Maju Dan Sumber Daya Alam Berkelanjutan.”

Misi :

1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Berdaya Saing Yang Jujur, Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

2. Meningkatan Kualitasdan Produktivitas PertanianMaju Berkelanjutan;

3. Meningkatkan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Berkelanjutan;

4. Mengembangkan Struktur Ekonomi Yang Tangguh dan Memiliki Keunggulan Komparatif Berbasis Kewilayahan dan Ekonomi Kerakyatan; 5. Percepatan Penurunan Kemiskinan berbasis Pemberdayaan Masyarakat; 6. Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik, Bersih dan

Profesional,serta Menciptakan Rasa Aman, Nyaman Dan Tertib; 7. Meningkatkan Pembangunan Infrastruktur Daerah yang berkualitas; 8. Membangun Perdesaan yang Mandiri.

Tujuan penataan ruang sesuai amanat Peraturan Daerah Kabupaten Buol (PERDA) Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Buol 2012-2031 menyebutkan bahwa tujuan Penataan Ruang Kabupaten Buol adalah untuk mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Buol yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan dan mampu mendukung terwujudnya pembangunan berbasis pertanian, perkebunan, perikanan, kelautan dan pertambangan serta mendukung pertahanan dan keamanan Negara.

(8)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2014 8 1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Maksud dari penyusunan buku putih ini adalah untuk memberikan gambaran nyata tentang kondisi sanitasi di Wilayah Kabupaten Buol, terutama dalam hal air limbah, persampahan, drainase dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat. Dari hasil penyusunan buku Putih ini diharapkan pemerintah daerah dapat mengidentifikasi kawasan yang memiliki sanitasi buruk sehingga dapat dijadikan acuan perencanaan perbaikan kualitas dan kuantitas pengelolaan sanitasi.

1.3.2 Tujuan

Penyusunan buku putih ini bertujuan untuk menyediakan data dasar mengenai struktur, pengelola situasi dan kebutuhan sanitasi, buku inilah yang akan dijadikan acuan dalam penyusunan perencanaan dan pengembangan SSK Kabupaten Buol. Selain itu juga Pemerintah Kabupaten Buol bersama masyarakat kota memiliki kewajiban untuk melakukan perbaikan-perbaikan sistem sanitasi kota, agar masyarakat kota dapat menikmati pelayanan yang menyeluruh dan berkesinambungan, juga memelihara kelestarian lingkungan, membangun kesadaran dan menjaga kondisi kesehatan masyarakat.

1.4 Metodologi & Jenis Data 1.4.1 Metodologi Penyusunan

Adapun Metodologi Penyusunan Buku Putih Sanitasi melalui beberapa tahapan dan kegiatan antara lain :

 Pembentukan Tim Pokja berdasarkan Surat Keputusan Bupati Buol Nomor 800/18.24/Bappeda-PM, Tanggal 13 Juli 2013 Tentang Pembentukan Kelompok Kerja (POKJA)Sanitasi Kabupaten Buol.

(9)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2014 9

 Melakukan pertemuan dengan SKPD terkait program sanitasi yang dikoordinasikan oleh Bappeda-PM Kabupaten Buol sebagai leading sector.  Sosialisasi Rencana Program PPSP oleh Tim POKJA Sanitasi Propinsi Sulawesi

Tengah di Kabupaten Buol.

 Pengambilan data primer dan sekunder dari tiap-tiap dinas terkait yang dilakukan oleh Tim Survey Data Sekunder.

 Diskusi anggota pokja untuk menyamakan Visi dan Misi antara Tim Pokja, masalah sanitasi yang dihadapi oleh Kabupaten Buol berkaitan dengan upaya-upaya yang sudah, sedang dan akan dilakukan di bidang sanitasi serta diskusi bagaimana merumuskan solusi sanitasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kabupaten Buol.

 Kunjungan ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah, ke para pengepul sampah dan barang bekas, ke Badan Lingkungan Hidup untuk mengetahui kondisi pengolahan sampah, sarana dan prasarana Tempat pengumpulan Sampah Sementara (TPSS) serta mengetahui kondisi sarana TPA, ke lokasi pasar yang memiliki timbunan sampah, kedaerah rawan banjir dan daerah yang tidak memiliki akses air bersih dan jamban, ke Dinas Kesehatan untuk mengetahui kondisi dan data-data kesehatan di Kabupaten Buol, ke lokasi-lokasi dengan kondisi sanitasi yang buruk.

 Studi banding anggota Pokja

 Mengadakan pelatihan kader posyandu sebagai enumerator dalam survey EHRA.

 Pengumpulan dan input data oleh sekretariat pokja.

 Indept interview dengan berbagai narasumber yang terkait program sanitasi.  Diskusi Focus Group Discussions (FGD) dengan semua SKPD terkait dan data

sekunder dari SKPD.

(10)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2014 10 1.4.2 Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi adalah : 1. Data sekunder. Dalam hal ini semua yang berasal dari berbagai hasil studi, laporan, dokumen, kajian dan perencanaan terkait. Seperti Dokumen RPJMD Kabupaten Buol 2012-2017, RTRW Kabupaten Buol, Master Plann Persampahan dan Master Plann Drainase, Rencana Aksi Daerah (RAD)Air Minum dan Penyehatan Lingkungan AMPL), Restra SKPD, LAKIP, BPS Kabupaten Buol Dalam Angka dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis KLHS) 2. Data Primer, Pengambilan data lapangan secara actual dengan melibatkan

unsur masyarakat dengan teknik random atau sampling. Seperti Indepth Interview, Diskusi Focus Group Discussions (FGD) dengan semua SKPD terkait dan data sekunder dari SKPD serta Survey dan observasi lapangan (EHRA). 1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain

1.5.1 Dasar Hukum

Buku Putih Sanitasi ini diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis sanitasi tingkat kabupaten. Rencana pembangunan sanitasi kabupaten dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi. Setiap tahun data yang ada akan dibuat “Laporan Sanitasi Tahunan” yang merupakan gabungan antara laporan Tahunan SKPD dan status proyek sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi 2014 dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi Buku Putih Sanitasi. Undang-Undang

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2804);

(11)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2014 11 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725).

(12)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2014 12 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang

Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851); 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

11. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan kawasan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3225);

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pencemaran Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3853);

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);

(13)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2014 13 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang

Pengembangan Sistim Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490).

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4854);

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5230);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;

Peraturan Presiden Republik Indonesia

1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2010-2014.

(14)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2014 14 Keputusan Presiden Republik Indonesia

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air;

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

Keputusan dan Peraturan Menteri

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA);

2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/KPTS/M/2005 tentang PedomanPemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa KonstruksiKualifikasi Kecil;

3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL dalam Bidang Persampahan.

4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan persampahan;

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle melalui Bank Sampah

7. Peraturan Menteri PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar Tempat Pemprosesan Akhir Sampah

(15)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2014 15 8. Peraturan Menteri Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Sarana dan

Prasarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga;

9. Peraturan Menteri PU No. 1 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Peraturan Daerah

1. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 04 Tahun 2011 tentang RPJMD Provinsi Sulawesi Tengah Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011 Nomor 24);

2. Peraturan Daerah Kabupaten Buol Nomor 04 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Buol (Lembaran Daerah Kabupaten Buol Tahun 2008 Nomor 04);

3. Peraturan Daerah Kabupaten Buol Nomor 14 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Buol (Lembaran Daerah Kabupaten Buol Tahun 2009 Nomor 14);

4. Peraturan Daerah Kabupaten Buol Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buol 2012-2032 (Lembaran Daerah Kabupaten Buol Tahun 2012 Nomor 4);

5. Peraturan Daerah Kabupaten Buol Nomor 01 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Buol Tahun 2005-2025 (lembaran Daerah Tahun 2013 Nomor 01)

6. Peraturan Daerah Kabupaten Buol Nomor 10 Tahun 2013 tentang RPJMD

Kabupaten Buol (Lembaran Daerah Kabupaten Buol Tahun 2013 Nomor 21 );

1.5.2 Keterkaitan BPS dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buol terkait dengan berbagai dokumen perencanaan pembangunan, baik tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten.

(16)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2014 16 Oleh karena itu, Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buol disusun dengan memperhatikan keterkaitan, keselarasan, dan keterpaduan dengan berbagai dokumen dimaksud, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Memperhatikan RPJP dan RPJM Nasional dilakukan melalui penyelarasan kebijakan, strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Buol dengan arah, kebijakan umum dan prioritas pembangunan nasional dan pembangunan kewilayahan.

2. Memperhatikan RPJMD Provinsi Sulawesi Tengah, dilakukan melalui penyelarasan kebijakan, strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Buol dengan kebijakan, strategi dan program pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah.

3. Berpedoman pada RPJMD dan RTRW Kabupaten Buol dilakukan dengan: (1) penyelarasan kebijakan, strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Buol dengan visi, misi, arah, kebijakan pembangunan jangka panjang daerah; dan (2) penyelarasan kebijakan, strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Buol dengan pemanfaatan struktur dan pola ruang Kabupaten Buol.

4. Berpedoman pada Renstra SKPD terkait Sanitasi Kabupaten Buol dilakukan dengan penyelarasan kebijakan, strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Buol dengan rencana dan strategi SKPD.

5. Berpedoman dengan Dokumen Kabupaten Buol Dalam Angka dilakukan dengan penyelarasan data mengenai kondisi sanitasi Kota dengan data yang diperlukan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi melalui proses validasi data melalui kajian-kajian yang telah ditetapkan oleh petunjuk teknis pelaksanaan Program PPSP.

Referensi

Dokumen terkait

Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang –

Kepengurusan Nasional PPPI 2019-2021 yang telah dikukuhkan Menteri PPN/Kepala Bappenas pada 13 November 2019 telah melakukan upaya konsolidasi kelembagaan dengan

Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon

27 Simpanan atau tabungan wadi’ah dikenakan biaya administrasi, namun oleh karena dana dititipkan diperkenankan untuk di putar maka oleh bank kepada nasabah dapat

Pendekatan studi kasus yang dipakai dalam penelitian ini ditujukan untuk mengamati secara mendalam program bantuan dari pemerintah daerah kepada masyarakat dalam

Pengetahuan: penguasaan ekspresi-ekspresi dan aspek- aspek kebahasaan yang relevan untuk mengungkapkan dan merespon ucapan simpati Keterampilan: keterampilan

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan dibutuhkan modal kerja. Sumber modal pembangunan Indonesia adalah sumber daya alamnya. Sumber daya alam Indonesia begitu berlimpah dan