Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 1
POTENSI GERAKAN TANAH
DAERAH DESA SUMAMPIR DAN SEKITARNYA
KECAMATAN REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA
PROPINSI JAWA TENGAH
Oleh :
Fiqry Nurul Hidayat, Bambang Sunarwan dan Solihin
Abstrak
Daerah penelitian dilakukan di daerah Desa Sumampir dan sekitarnya, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
Secara geografis daerah penelitian terletak pada 109° 30'
3”BT - 109° 34' 23” BT dan 07° 16' 23” LS -07° 20' 21” LS, dengan luas daerah penelitian
kurang lebih 7,3 km x 8 km atau ± 58 km
2. Penelitian bertujuan untuk mengetahui aspek geomorfologi, tatanan stratigrafi, sturktur geologi, sejarah geologi, dan potensi gerakan tanah daerah penelitian.Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 4 (empat) satuan geomorfologi, yaitu Satuan Geomorfologi Perbukitan Patahan (± 15%), Satuan Geomorfologi Perbukitan Homoklin (± 40%), Satuan Geomorfologi Perbukitan Kaki Gunungapi (± 35%) dan Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial (± 10%). Pola aliran sungainya adalah rektangular dan dendritik dengan stadia sungai dan jentera geomorfik muda dan dewasa.
Tatanan batuan dari yang tertua hingga termuda adalah Satuan Batuan Lava Andesit dan Breksi-Formasi Kumbang, berumur Pliosen Awal diendapkan pada lingkungan laut dalam, dengan mekanisme turbidit berada pada fasies kipas bawah laut Upper fan channel fill (Walker, 1978). Secara selaras di atas satuan ini di endapkan Satuan Batuan Batulempung selang-seling Batupasir-Formasi Tapak berumur Pliosen Tengah-Pliosen Akhir atau N20-N21 diendapkan pada lingkungan neritic tepi-neritik tengah (5-100 meter). Dan secara tidak selaras di atasnya di endapkan Satuan Batuan Breksi dan Andesit-Formasi Ligung pada kala Pliosen Akhir-Pleistosen. Aluvial sungai yang terdiri dari material lepas lempung hingga bongkah merupakan endapan termuda yang ada didaerah penelitian.
Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian berupa sesar (patahan). Struktur patahan berupa struktur Sesar Naik Gunung Wuled dengan arah gaya utama N150E relatif utara-selatan. Hasil kajian gerakan tanah yang terdapat di daerah penelitian dipengaruhi oleh jenis dan variasi batuan, struktur geologi, kelerengan, densitas sungai, dan tutupan lahan. Adapun faktor utama pemicu terjadinya gerakan tanah di daerah penelitian adalah iklim (curah hujan), hidrologi, dan aktivitas manusia. Potensi gerakan tanah di daerah penelitian dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga), yaitu potensi gerakan tanah rendah (dengan nilai kali bobot 37), potensi gerakan tanah sedang (dengan nilai kali bobot 58) dan potensi gerakan tanah tinggi (dengan nilai kali bobot 88).
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 2
1. UMUM
Desa Sumampir, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah merupakan wilayah yang terdiri atas dataran hingga perbukitan, terletak pada Zona Antiklinorium Bogor, Serayu Utara, dan Kendeng. Daerah penelitian dapat ditempuh sekitar 10-12 jam perjalanan dari Kota Bogor dan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat.
Daerah Desa Sumampir dan sekitarnya merupakan daerah rawan bencana longsor, terutama di daerah Desa Gunung Wuled. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui keadaan dan kondisi geologi serta potensi gerakan tanah yang memberikan informasi daerah-daerah yang berpotensi gerakan tanah.
2. KONDISI GEOLOGI
2.1. Geomorfologi
Dari kenampakan ciri-ciri fisik di
lapangan, daerah penelitian secara umum mempunyai bentuk morfologi perbukitan yang memanjang dari barat ke timur.Berdasarkan struktur, litologi dan pengamatan bentang alam di lapangan, geomorfologi daerah penelitian di bagi menjadi 4 (empat) satuan geomorfologi, yakni :
1) Satuan Geomorfologi Perbukitan Patahan, dicirikan oleh bentuk morfologi perbukitan landai hingga terjal, berupa punggungan yang memanjang dari barat-timur, terdapat gawir-gawir yang dikontrol struktur patahan. Menempati ± 15 % luas daerah penelitian dan pada peta geomorfologi satuan ini memiliki kisaran kelerengan 7%– 70% dan berada pada ketinggian 350 m.dpl s/d 1000 m.dpl. Sungai yang mengalir pada satuan ini memiliki pola aliran rektangular, ditandai dengan pola kontur yang rapat. Dari hasil pengamatan lapangan bahwa litologi yang menyusun satuan geomorfologi ini adalah Satuan Batuan Lava Andesit dan Breksi.
2)
Satuan Geomorfologi Perbukitan Homoklin, menempati ± 40% luas daerah penelitian,tersebar di Desa
Sumampir, Desa Tanalum, Desa
Losari, Desa Makam dan Desa Bodas
Karangjati
. Satuan geomorfologi ini dicirikan dengan kisaran kelerengan 5%-15% dan dan berada pada kisaran ketinggian 200 m.dpl s/d 500 m.dpl.Morfologi perbukitan terbentuk oleh
kemiringan lapisan batuan yang relatif
searah, kemiringan lapisan ke arah
selatan dan pola kontur pada satuan ini
agak renggang hingga rapat.
Dari hasil pengamatan lapangan litologi yang menyusun satuan geomorfologi ini adalahFoto 1. Bentuk morfologi perbukitan patahan Gn. Wuled, foto diambil dari Desa Tanalum ke arah utara.
Gambar 1.1 Peta lokasi penelitian
Lokas penelitian
Timur Barat
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 3
Satuan Batuan Batulempung selang-seling batupasir.
3)
Satuan Geomorfologi Perbukitan Kaki Gunungapi, menempati ± 35% luas daerah penelitian,tersebar di Desa
Jembangan, Desa Karangbawang,
Desa Punggelan, Desa Bantarbarang,
Desa Kecepit dan Desa Karangsari
. Satuan geomorfologi ini dicirikan dengan kisaran kelerengan 3%-30% dan dan berada pada kisaran ketinggian 350 m.dpl s/d 750 m.dpl.Morfologi
perbukitan berupa pegunungan yang
memanjang dengan arah relatif
barat-timur dan pola kontur pada satuan ini
agak rapat hingga renggang.
Dari hasil pengamatan lapangan bahwa litologi yang menyusun satuan geomorfologi ini adalah Satuan Batuan Breksi dan Andesit.4)
Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial, menempati ± 10% luas daerah penelitian, ini dicirikan adanya dataran banjir dan endapan rombakan yang terbawa aliran sungai dengan ukuran mulai dari pasir halus sampai bongkah. Terdiri dari bongkah batuan beku dan batuan sedimen. Satuan ini
berada pada ketinggian 200 m.dpl s/d
300 m.dpl.
2.2. Stratigrafi
Stratigrafi daerah penelitian terdiri atas 4 (empat) satuan batuan, dan diketahui urutan dari tua ke muda sebagai berikut :
1) Satuan Batuan Lava andesit dan Breksi, Formasi Kumbang, satuan ini menempati luas sekitar ± 15% daerah penelitian. Satuan ini menempati topografi perbukitan, menyebar dari bagian utara daerah penelitian. berada di daerah Desa Gunung Wuled. Berdasarkan hasil rekonstruksi penampang pada peta geologi, satuan batuan ini memiliki ketebalan lebih dari 1000 meter.
Secara umum Lava Andesit dicirikan dengan warna hitam, massif, besar butir afanitik, dan terdapat urat-urat kalsit.
Breksi dengan warna abu-abu, ukuran
fragmen sekitar 0.5 cm-50 cm, bentuk
fragmen menyudut tanggung sampai
menyudut, terpilah baik sampai buruk,
sementasi
karbonatan,
fragmen
andesit, monomik, massa dasar pasir,
porositas sedang, kemas terbuka,
kompak.
Foto 2. Bentuk morfologi perbukitan homoklin, foto diambil di daerah Desa Sumampir ke arah utara daerah penelitian.
Foto 3. Bentuk morfologi perbukitan kaki gunungapi, foto diambil di daerah Desa Losari ke arah tenggara daerah penelitian.
Barat
Timur
Foto 4. Bentuk morfologi dataran alluvial, foto diambil di Sungai Gintung ke arah barat daerah penelitian.
Timur Laut Barat Daya
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 4
2) Satuan Batuan Batulempung Selang – seling Batupasir, Formasi Tapak, satuan batuan ini tersebar + 35% dari luas daerah penelitian, satuan ini dapat teramati dengan jelas di sepanjang Kali Puguhan, dan Kali Karang, dengan kemiringan batuan yang bervariasi. Kedudukan satuan batuan ini berarah relatif Barat-Timur (N 80 oE – N125oE) dengan kemiringan lapisan batuannya yang bervariasi berkisar antara 15o sampai 60o.. Berdasarkan hasil rekonstruksi penampang pada peta geologi, satuan batuan ini memiliki ketebalan 417 meter. Secara umum Batulempung dicirikan abu-abu gelap, agak lunak, mengandung fragmen cangkang moluska, sementasi karbonatan. Ketebalan batulempung bervariasi + 20 - 50 cm. Batupasir dicirikan dengan warna abu-abu, ukuran butir pasir halus sampai sedang, bentuk butir membulat sampai membulat tanggung, pemilahan sedang, porositas baik, kemas terbuka, bersifat karbonatan, kompak. Terdapat mineral feldsfar, kuarsa dengan ketebalan berkisar 5-25 cm.
3) Satuan Batuan Breksi dan Andesit, Formasi Ligung, satuan ini menempati luas sekitar ± 40% daerah penelitian. Satuan ini menyebar dari bagian selatan daerah penelitian. berada di daerah Desa Jembangan, Desa Karangbawang, Desa Punggelan, Desa Bantarbarang, Desa Kecepit dan Desa Karangsari. Berada pada ketinggian 350-750 mdpl, di beberapa tempat berupa pedataran dan di sebagian besar berbentuk perbukitan, berdasarkan hasil rekonstruksi penampang pada peta geologi, satuan batuan ini memiliki ketebalan kurang dari 200 meter.
Secara umum Breksi dicirikan dengan warna abu-abu gelap sampai terang, bentuk butir menyudut tanggung, massa dasar berukuran pasir halus, ukuran fragmen 2-15 cm, fragmen batuan beku.
Andesit dengan kondisi singkapan
segar hingga lapuk, dicirikan dengan
warna abu-abu terang, bertekstur
kasar, subhedral, komposisi mineral
hornblenda dan plagioklas.
Foto 5. (A) Singkapan lava andesit (pada FZ-19 di Kali Panyutan). (B) Breksi (pada FZ-14 di Kali Panyutan.
B A
Blp
Bps
Foto 6. Singkapan batulempung selang-seling batupasir pada FZ-30 di Sungai Puguhan.
Foto 8. A dan B singkapan andesit yang tidak memiliki kedudukan. Lokasi di daerah Gunung Tukung pada FB-19.
A B
Foto 7. A dan B singkapan breksi yang tidak memiliki kedudukan. Lokasi di Kali Tliando pada FBB-35.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 5
4) Satuan Endapan Aluvial, satuan ini menempati luas sekitar ± 10% daerah penelitian. Satuan ini menyebar dari bagian utara-selatan daerah penelitian, tersebar di sekitar sungai besar yaitu Sungai Gintung dan Sungai Arus. Berdasarkan pengamtan di lapangan, ketebalan satuan ini memiliki ketebalan kurang dari 3 meter.
Tabel 1. Kesebandingan stratigrafi daerah penelitian dengan peneliti sebelumnya.
2.3. Struktur Geologi
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di
daerah penelitian dijumpai struktur geologi
berupa sesar, yang terdiri dari :
Struktur Patahan (Sesar), Patahan atau sesar merupakan struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Sifat pergeserannya dapat bermacam – macam mulai dari mendatar, miring (oblique), naik maupun turun.
Adapun jenis sesar – sesar yang
berkembang di daerah penelitian antara lain :
1) Sesar Naik Gunung Wuled, Penamaan sesar naik Gunung Wuled dikarenakan sesar ini berada di Desa Gunung Wuled yang ada di sebelah utara daerah penelitian. Sesar naik ini memanjang dari barat-timur searah dengan struktur yang ada di daerah penelitian. Indikasi adanya sesar naik Gunung Wuled adalah
:
a) Cermin sesar dengan kedudukan N 278oE /61o, pitch 45o, plunge 50o, N 352o E. Pada FBB-11 di Kali Karang. b) Lapisan tegak, pada FBB-18. Kedudukan batuan N113o E/52o di Kali Buret.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 6
c) Cermin sesar dengan kedudukan N 285o E /58o, pitch 52o, plunge 80o, N25o E. Pada FZ-21 di daerah Gn. Wuled.
d) Cermin sesar dengan kedudukan N 288o E /60o pitch 55o, plunge 64o, N16o E.
3. POTENSI GERAKAN TANAH
Gerakan tanah adalah perpindahan masa tanah atau batuan akibat gaya gravitasi, yang sering disebut sebagai longsoran dari masa tanah atau batuan. Sedangkan longsoran adalah suatu pergerakan tanah, batuan, timbunan, ataupun dalam bentuk campurannya secara alami pada lahan miring.
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan mengacu pada Highway Research Board
Landslide Committee (HWRBLC, 1978) di
daerah penelitian gerakan tanah yang berkembang berupa :
1) Debris fall,
Adalah jenis gerakan tanah yang bergerak rotasi dengan gerakan yang cepat, jenis materialnya berupa bahan rombakan yang berbutir kasar berukuran pasir sampai bongkah, terjadi disekitar tebing-tebing sungai dan tebing-tebing perbukitan. Faktor penyebab utama gerakan tanah jenis ini adalah sudut lereng curam dan struktur geologi, sedangkan faktor pendukung lainnya berupa jenis batuan, kandungan air dan kegempaan. Terdapat 9 (sembilan) lokasi gerakan tanah jenis Debris Fall yaitu
pada GT03, GT04, GT06, GT09, GT10, GT13, GT15, GT16 dan GT17.
2) Debris slide
Adalah jenis gerakan tanah yang bergerak planar berupa longsoran yang membawa material rombakan. Faktor-faktor penyebabnya yaitu kandungan air, pelapukan, sudut lereng, tutupan lahan, jenis batuan dan struktur geologi. Faktor utama pemicu gerakan tanah jenis ini adalah sudut lereng, tingkat kandungan air dan pelapukan. Terdapat 5 (lima) lokasi gerakan tanah jenis Debris Slide yaitu pada GT05, GT07, GT08, GT11 dan GT12.
3) Rock fall
Adalah luncuran jatuh bebas dari block batuan pada lereng-lereng yang sangat terjal. Faktor-faktor penyebab gerakan tanah jenis ini adalah kemiringan yang terjal, jenis batuan dan struktur geologi. Faktor utama pemicu gerakan tanah jenis ini adalah struktur geologi dan gempa.
Foto 10. Cermin sesar pada lava andesit, di FZ-14 di daerah Kali Panyutan.
Foto 11. Longsoran pada GT13 di daerah Desa Tanalum.
Foto 12. Longsoran pada GT11 di tepi Sungai Puguhan.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 7
Terdapat 1 (satu) Lokasi gerakan tanah jenis Rock Fall yaitu pada GT14.
4) Soil creep
Adalah Perpindahan material tanah ke arah kaki lereng dengan pergerakan yang sangat lambat.. Faktor-faktor penyebab gerakan tanah jenis ini adalah kemiringan lereng, tutupan lahan dan pelapukan. Faktor utama pemicu gerakan tanah jenis ini yaitu kemiringan lereng dan tingkat kandungan air. Terdapat 2 (dua) lokasi gerakan tanah jenis Soil Creep yaitu pada GT01 dan GT02.
3.1. Faktor-Faktor Penyebab Gerakan Tanah, gerakan tanah di daerah penelitian di kontrol oleh beberapa faktor, antara lain yaitu : Faktor internal : a) Kondisi geologi b) Kelerengan c) Hidrologi d) Struktur geologi Faktor eksternal a) Curah hujan b) Tutupan lahan c) Getaran gempa d) Aktifitas manusia 3.1. Analisis Gerakan Tanah
Analisis gerakan tanah dilakukan per-peta yang menjadi faktor terjadinya gerakan tanah di daerah penelitian. Pembuatan peta-peta yang berkaitan dengan gerakan tanah berisikan bobot dengan besaran yang berbeda-beda tergantung pengaruhnya terhadap gerakan tanah.nilai bobot tersebut adalah :
1) Peta kemiringan lereng dengan bobot 5 2) Peta satuan batuan dengan bobot 5 3) Peta buffering struktur dengan bobot 3 4) Peta tutupan lahan dengan bobot 4 5) Peta densitas sungai dengan bobot 4 Disamping pemberian bobot, pada peta tersebut diberikan skoring sesuai dengan kecenderungan terhadap gerakan tanah. Skoring tersebut adalah :
A. sangat rendah = 1 B. rendah = 2 C. sedang = 3 D. tinggi = 4 E. sangat tinggi = 5
setelah pemerian skoring pada masing-masing peta, nilai skoring tersebut dikalikan nilai bobot peta maka dihasilkan nilai NKB (nilai kali bobot). Nilai ini yang nantinya menjadi acuan untuk pembuatan Peta Potensi Gerakan Tanah.
3.1.1. Analisis Peta Kemiringan Lereng Informasi kelas lereng yang dipakai untuk potensi gerakan tanah memakai klasifikasi lereng yang dibuat olehVan Zuidam (1985). Pemerian bobot 5 (lima)
Foto 13. Longsoran pada GT14 di daerah Desa Losari.
Foto 14. Miringnya tiang listrik dan retakan pada jalan diakibatkan oleh seretan gerakan tanah tipe soil creep, tersingkap di GT01, Desa Losari.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 8
pada kemiringan lereng ini dikarenakan kelerengan sangat berpengaruh terhadap gerakan tanah akibat dari gaya gravitasi yang membuat masa tanah dan batuan bergerak cenderung ke arah vertikal. Namun dibeberapa tempat terdapat longsoran yang terjadi pada daerah yang landai, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan faktor lain disamping kemiringan lereng.
Tabel 2. Nilai kemiringan lereng
3.1.2. Analisis Peta Satuan Batuan
Informasi satuan batuan menunjukkan kondisi kekuatan batuan saat menerima tekanan/beban. Semakin kuat batuan tersebut menerima beban danmtekanan maka daerah tersebut dapat lebih stabil terhadap gerakan tanah. Pemerian bobot 5 pada satuan batuan ini dikarenakan satuan batuan adalah aspek penting pada gerakan tanah, dimana karakter batuan menjadi pengendali dalam gerakan tanah.
Tabel 3. Nilai satuan batuan
3.1.3. Analisis Peta Buffering Struktur Geologi
Struktur geologi merupakan pencerminan seberapa besar suatu wilayah mengalami perubahan/periode tektonik. Pemerian bobot 3 (tiga) pada struktur karena semakin rumit struktur geologi yang berkembang di suatu wilayah, maka wilayah tersebut cenderung menjadi wilayah yang tidak stabil. Pengkajian potensi gerakan tanah menggunakan satuan jarak terhadap zona sesar untuk penentuan kestabilan.
Tabel 4. Nilai buffering struktur geologi
No Struktur Geologi Nilai Kemampuan Bobot NKB 1 100 m 5 3 15 2 100-300 m 4 12 3 300-600 m 3 9 4 600-1000 m 2 6 5 >1000 m 1 3
3.1.4. Analisis Peta Tutupan Lahan
Tutupan lahan daerah penelitian berupa persawahan, ladang, semak atau belukar, perkebunan dan pemukiman. Daerah dengan tutupan lahan berupa semak atau belukar dan perkebunan akan relatif stabil jika dibandingkan dengan persawahan, ladang dan pemukiman. Pemerian bobot 4 (empat) pada tutupan lahan didasarkan pada pengaruh tutupan lahan terhadap gerakan tanah sebagai pengontrol rembesan air, pelapukan dan penguat lereng.
Tabel 5. Nilai tutupan lahan
No Tutupan Lahan Nilai Kemampuan Bobot NKB 1 Kebun 1 4 4 2 Ladang 2 8 3 Pemukiman 3 12 4 Sawah 4 16 No Sudut Lereng (%) Nilai Kemampuan Bobot NKB 1 0-2 1 5 5 2 2-7 2 10 3 7-15 3 15 4 15-30 4 20 5 30-70 5 25 No Satuan Batuan Nilai Kemampuan Bobot NKB 1 Aluvial 1 5 5 2 Breksi dan Andesit 2 10 3 Batulempung selang – seling Batupasir 4 20 4 Lava Andesit dan Breksi 2 10
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 9
3.1.5. Analisis Peta Kerapatan Sungai
Kerapatan sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan banyaknya anak sungai di dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Kerapatan alur mencerminkan panjang sungai rerata dalam satu satuan luas tertentu. Kerapatan alur dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Seyhan, 1977) :
Dd = Keterangan :
Dd = kerapatan sungai (m/km2) Ln = total panjang alur (m) A = luas DAS (km2)
Nilai kerapatan sungai daerah penelitian berada pada kerapatan sungai rendah (<0,25 km/km2) dan kerapatan sungai sedang (0,25-10 km/km2).
Tabel 6. Nilai kerapatan sungai
No Densitas Sungai Nilai Kemampuan Bobot NKB 1 Rendah 2 4 8 2 Sedang 3 12
3.2. Analisis Peta Potensi Gerakan Tanah Peta potensi gerakan tanah merupakan hasil akhir dari overlay peta-peta sebelumnya yang mencangkup seluruh nilai yang ada pada peta-peta tersebut. Pembagian area pada peta ini didasarkan atas nilai NKB, berikut perhitungannya : 1) Daerah dengan potensi rendah
a. Sudut lereng 2%-7% (NKB 10) b. Satuan Endapan Aluvial (NKB 5) c. Buffering struktur geologi 600
meter-1000 meter (NKB 6) d. Tutupan lahan ladang (NKB 8) e. Densitas sungai rendah (NKB 8) Total NKB adalah 37, dengan demikian area pada peta potensi gerakan tanah dengan nilai kurang dari 37 masuk dalam kategori potensial rendah.
2) Daerah dengan potensi sedang a. Sudut lereng 7%-15% (NKB 15) b. Satuan Batuan Breksi dan Andesit
(NKB 10)
c. Buffering struktur geologi 300 meter-600 meter (NKB 9)
d. Tutupan lahan pemukiman dengan NKB 12
e. Densitas sungai sedang dengan NKB 12
Total NKB adalah 58 dengan demikian area pada peta potensi gerakan tanah dengan nilai kurang dari 58 dan lebih dari 34masuk dalam kategori potensial sedang. 3) Daerah dengan potensi tinggi
a. Sudut lereng 30%-70% (NKB 25) b. Satuan Batuan Batulempung
selang-seling Batupasir (NKB 20)
c. Buffering struktur geologi 100 m (NKB 15)
d. Tutupan lahan sawah (NKB 16) e. Densitas sungai sedang (NKB 12) Total NKB adalah 88, dengan demikian area pada peta potensi gerakan tanah dengan nilai kurang dari 88 dan lebih dari 58 masuk dalam kategori potensial tinggi. Berdasarkan bukti di lapangan dengan jumlah longsoran 17 titik, 75% yaitu 12 titik longsor berada pada area potensi tinggi, dan 25% yaitu 5 titik longsor berada di area potensi sedang.
4. KESIMPULAN DAN DISKUSI
Berdasarkan hasil bahasan sebagaimana yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka geologi daerah Desa Sumampir, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, JawaTengah, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Daerah penelitian dibagi menjadi 4 (empat) satuan geomorfologi, yaitu Satuan Geomorfologi Perbukitan Patahan (±15%), Satuan Geomorfologi Perbukitan Homoklin (± 40%), Satuan Geomorfologi Perbukitan Kaki Gunungapi (±35%) dan Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial (±10%).
2) Berdasarkan ciri-ciri litologi yang ada, maka batuan yang tersingkap di daerah penelitian dibagi menjadi 4 (empat) satuan batuan, adapun urutan-urutan dari yang tertua hingga yang termuda satuan batuan daerah penelitian adalah berikut : Satuan Batuan Lava Andesit dan Breksi-Formasi Kumbang, Satuan
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 10
Batuan Batulempung selang-seling Batupasir-Formasi Tapak, Satuan Batuan Breksi dan Andesit-Formasi Ligung dan Satuan Endapan Aluvial. 3) Struktur geologi yang berkembang di
daerah penelitian adalah struktur patahan, yaitu Sesar Naik Gunung Wuled (barat-timur). Dengan arah gaya utama N150E relatif utara-selatan.
4) Berdasarkan pengamatan di lapangan, gerakan tanah yang terjadi di daerah penelitian berupa : jatuhan rombakan (debris fall), luncuran rombakan (debris slide), jatuhan batuan (rock fall), dan nendatan (soil creep). Berdasarkan total NKB, daerah penelitian dibagi menjadi 3 daerah, yaitu potensi gerakan tanah rendah (NKB 37), potensi gerakan tanah sedang (NKB 58) dan potensi gerakan tanah tinggi (NKB 88). Secara umum daerah penelitian terletak pada daerah yang berpotensi gerakan tanah rendah-tinggi.
PUSTAKA
1) Anonim, 2001, Peta Rupabumi Digital
Indonesia Lembar Ribug No. 1408-413,
Badan
Koordinasi
Survey
dan
Pemetaan Nasional, Cibinong, Bogor.
2) Asikin, S., 1986, Geologi Struktur
Indonesia, Departemen Teknik Geologi,
Institut Teknologi Bandung.
3) Blow, W. H. and Postuma J. A., 1969,
Range Chart, Late Miosen to Recent
Planktonic
Foraminifera
Biostratigraphy, Proceeding of The
First.
4) Condon dkk., 1996, Peta Geolgi
Lembar Banjarnegara dan Pekalongan,
Jawa, Skala 1:100.000, Direktorat
Geologi, Bandung.
5) James. D. Dana, 1955, Manual of
Mineralogy. John Willey and Son,
Edisi 16. London.
6) Mark, P, 1957, Stratigraphic Lexicon of
Indonesia, Geological Research and
Development Center, Bandung.
7) Moody, J.D., dan Hill, M.J., 1956,
Wrench Fault Tectonics, Bulletin of
the Geological Society of America.
8) Soewarno,
1991,
Hidrologi
Pengukuran dan Pengolahan Data
Aliran Sungai (Hidrometri), Nova
Bandung.
9) Thornbury, William D., Principles of
Geomorphology, Second Edition, John
Willey and Sons Inc., New York,
London, Sydney, Toronto, 594 p.
10) van Bemmelen, R.W., 1949, The
Geology of Indonesia, The Hague
Martinus Nijhoff, Vol.1A, Netherlands.
11) Walker, R.G., James, N.P, 1992, Facies
Models Respons to Sea Level Change,
Geological Association of Canada,
Canada.
12) Walter T. Huang, Ph, D., 1962,
Petrology, Associate Professor of
Geology
Department
of
Geology
Baylor University, New York.
13) Williams, H., Turner, F.J., Gilbert,
C.M.,
1954,
Petrography,
An
Introduction to The Study of Rock in
Thin Sections, W.H. Freeman and
Company, New York.
PENULIS
1) Fiqry Nurul Hidayat, ST., Alumni (2014) Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan.
2) Dr. Ir. Bambang Sunarwan, MT., Staf Pengajar Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan. 3) Ir. Solihin, MT., Staf Pengajar Program
Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan.