• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengendalian internal dibutuhkan dalam semua lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengendalian internal dibutuhkan dalam semua lingkungan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pengendalian internal dibutuhkan dalam semua lingkungan aktivitas organisasi agar dapat mencapai visi dan misi organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Statement on Auditing Standard No. 1 menyatakan bahwa sistem pengendalian internal harus terus disupervisi oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian internal tersebut berfungsi seperti yang telah ditentukan sebelumnya dan dimodifikasi secara layak sesuai dengan perubahan kondisi yang ada (Boynton dkk., 2006).

Supriyono (1999) mengungkapkan, sistem pengendalian internal yang efektif meliputi (1) pengendalian akuntansi internal, dan (2) pengendalian administratif internal. Pengendalian akuntansi internal berkaitan erat dengan menjaga kekayaan dan catatan organisasi dan terkait dengan ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengendalian administratif internal berhubungan dengan efisien dan efektifitas operasi bisnis dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Di dalam instansi pemerintah, pengendalian internal telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 yang menjelaskan bahwa Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Internal yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai

(2)

bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Instansi pemerintah meliputi seluruh lembaga pemerintah yang bersumberkan dana dari APBN/APBD, yang memiliki berbagai kegiatan tertentu dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan pada umumnya memberikan pelayanan publik secara optimal, memerlukan adanya pengendalian internal untuk mengarahkan seluruh kegiatan organisasi dengan berpedomankan kepada SPIP. Di dalam instansi pemerintah, diwujudkannya pengendalian internal melalui pembentukan Aparat Pengendalian Internal Pemerintah (APIP) yang terdiri dari BPKP, Itjen Departemen/Unit Pengawasan LPND, Satuan Pengawasan Internal BUMN/BUMD yang dimaksudkan untuk melaksanakan pengendalian internal di pemerintahan. Tujuan pengawasan APIP ini adalah untuk mendukung kelancaran dan ketepatan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan (Murwanto dkk, 2006).

PP 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mempertegas komitmen pemerintah untuk melakukan pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme pada berbagai aspek dalam pelaksanaan tugas umum pemerintah. Hal ini sejalan dengan amanat Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dalam Ketetapan MPR No. XI/MPR/1998 dan Undang-Undang nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas KKN. PP 60 tahun 2008 ini merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 tentang Perbendahaaraan Negara pasal 58 ayat 1 yang menyatakan bahwa “dalam

(3)

rangka meningkatkan kinerja, transparasi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara, Presiden selaku kepala pemerintahan mengatur dan menyelenggaran sistem pengendalian interen di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh.”

Badan Usaha Milik Daerah yang disingkat dengan BUMD merupakan salah satu lembaga pemerintah yang mendapatkan dana dari APBD, wajib melaksanakan kegiatan usahanya dengan berpedomankan pada SPIP. BUMD memiliki peran cukup penting dalam rangka menunjang program pembangunan daerah. Ibarat sebuah perusahaan, BUMD dijadikan sebuah instrumen untuk mengelola suatu bisnis yang memiliki prospek keuntungan dimana dengan adanya keuntungan tersebut akan menjadi pemasukan bagi daerah untuk membiayai pembangunan daerahnya melalui basis penganggaran yang terdapat dalam APBD (Jusmadi, 2007). Maka pendanaan BUMD masih mengandalkan subsidi dari APBD yang diharapkan hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan sebagai sumber pendapatan bagi daerah atau dikenal dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Selain sebagai salah satu sumber pendapatan daerah, BUMD juga dituntut menyediakan public services. Perusahaan daerah diharapkan dapat berperan aktif yaitu ikut menjadi salah satu penggerak bagi perekonomian daerah antara lain melalui kegiatan usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat baik barang maupun jasa (Kamaluddin 2001). Dengan kata lain, BUMD menjalankan fungsi ganda yang harus tetap terjamin keseimbangannya, yakni fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Hal ini dapat berjalan apabila profesionalisme dalam

(4)

pengelolaannya dapat diwujudkan. Namun, sampai saat ini masih banyak BUMD yang mengalami kerugian dan tidak berjalan sesuai dengan fungsinya.

Hasil penelitian Pusat Penelitian Ekonomi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada tahun 2010 terhadap kinerja BUMD menyimpulkan BUMD-BUMD di Indonesia masih menemui beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut diantaranya adalah lemahnya kemampuan pelayanan dan pemasaran produk dan jasa yang dihasilkan BUMD sehingga sulit bersaing dengan para kompetitor. BUMD yang mempunyai fungsi sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah tidak mempunyai equal treatment, dimana perusahaan dituntut harus laba, yang menyebabkan BUMD tidak dapat bersaing secara seimbang dengan perusahaan-perusahaan lain seperti perusahaan swasta yang lebih lentur dalam menjalankan gerak bisnis.

BUMD sebagai perusahaan yang menjalankan fungsi ganda haruslah dikelola oleh manajemen atau personil yang berkompeten di bidangnya. Namun, sumber daya manusia pengelola yang pada BUMD juga dapat dikatakan kurang berkualitas, hal ini terlihat dari kurangnya perhatian dan kemampuan atas pemeliharaan aset yang dimiliki, sehingga rendahnya produktivitas, serta mutu dan ketepatan hasil produksi, juga besarnya beban administrasi akibat relatif besarnya jumlah pegawai dengan kualitas yang rendah. Permasalahan lainnya adalah lambannya pemerintah daerah dalam mengantisipasi perubahan situasi dan kondisi bisnis, hal ini terlihat dari semua keputusan bisnis baik yang bersifat strategis maupun keputusan-keputusan konvensional lainnya harus mendapatkan izin pemerintah daerah terlebih dahulu dimana biasanya respon yang diberikan

(5)

sangat lamban. Serta minimnya modal, dimana pemerintah daerah sebagai pemilik modal kurang memperhatikan kebutuhan untuk keberlangsungan BUMD sehingga banyak BUMD yang menderita kerugian.

Dan permasalahan yang terakhir adalah selaku pemilik, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengawasi perkembangan BUMD-BUMD di wilayahnya. Pemerintah daerah biasanya membentuk badan pengawas, yang bertindak seperti dewan komisaris pada perusahaan swasta. Anggotanya terdiri dari para pejabat di lingkungan pemerintah daerah yang terkadang tidak mempunyai latar belakang bisnis sama sekali. Biasanya, badan pengawas ini tidak melakukan kegiatan sesuai tugas dan fungsinya, yaitu selaku wakil pemerintah daerah untuk mengawasi jalannya perusahaan daerah. Sehingga dapat dilihat bahwa penerapan sistem pengendalian internal di BUMD masih lemah. Kondisi tersebut tentunya menimbulkan kerugian bagi daerah karena ketidakefisienan dan ketidakefektifan keberadaan BUMD untuk mensupport kemajuan perekonomian daerah.

Berkaitan dengan keberadaan Badan Usaha Milik Daerah, Provinsi Riau memiliki BUMD yang bergerak pada berbagai sektor. PT Permodalan Ekonomi Rakyat (PER), BUMD yang bergerak di bidang permodalan ini merupakan salah satu lembaga keuangan bukan bank yang didirikan seiring dengan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang dapat membantu mengembangkan usaha mikro, kecil dan menengah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat ekonomi lemah di Provinsi Riau. Keunggulan PT PER jika dibandingkan dengan bank dan lembaga keuangan lainnya di Provinsi Riau yang menyediakan jasa

(6)

permodalan atau kredit usaha mikro adalah adanya persyaratan yang mudah, bunga ringan, jangka waktu fleksibel dan proses yang sangat cepat. Namun, dalam perkembangannya PT PER masih menghadapi banyak permasalahan yang dapat menganggu jalannya aktivitas bisnis perusahaan.

Berdasarkan observasi awal penulis terhadap PT PER ditemukan beberapa permasalahan, antara lain, ditemukan adanya kelemahan pada sistem akuntansi dan keuangan, yaitu masih seringnya terjadi kesalahan pada informasi keuangan. Permasalahan lainnya adalah PT PER sebagai penyedia penyaluran kredit untuk usaha mikro, kecil dan menengah mempunyai banyak kompepitor di Provinsi Riau. Bank swasta, Bank Perkreditan maupun lembaga-lembaga keuangan lainnya yang menyediakan jasa permodalan telah banyak di Provinsi Riau, namun PT PER dinilai belum dapat bersaing dengan kompetitor-kompetitornya. Jika dilihat dari sisi pelayanannya, masih banyaknya keluhan dari calon debitur maupun debitur mengenai proses pencairan kredit yang dinilai lama. Begitu juga jika dilihat dari segi pemasarannya, PT PER belum mempunyai alat promosi seperti brosur produk kredit, website perusahaan maupun iklan di media cetak atau elektronik sehingga masyarakat belum banyak yang mengetahui keberadaan PT PER. Permasalahan-permasalahan tersebut diperkuat oleh Laporan Hasil Pemeriksaan BPK pada tahun 2011 terhadap PT PER, dimana BPK memberikan opini WDP (Wajar Dengan Pengecualian). Pertimbangan dalam pemberian opini atas Laporan Keuangan antara lain adalah kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, serta efektifitas sistem pengendalian internal.

(7)

Berdasarkan fenomena-fenomena permasalahan diatas sangat dimungkinkan terjadi karena adanya kelemahan dalam sistem pengendalian internal perusahaan. Sedangkan pengendalian internal pemerintah dapat dikatakan efektif apabila dipenuhinya lima kategori yang ditetapkan PP No.60 Tahun 2008 pasal 3, yang menyebutkan bahwa, sistem pengendalian internal sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut: terciptakan lingkungan pengendalian yang sehat, terselenggaranya penilaian resiko, terselenggarakan aktivitas pengendalian, terselenggarakannya sistem informasi dan komunikasi, dan terselenggaranya kegiatan pemantuan pengendalian. Dengan demikian, penting bagi PT PER untuk meningkatkan efektivitas pengendalian internal di dalam kegiatan bisnis perusahaan sehari-hari agar tidak menimbulkan tindakan-tindakan yang dapat merugikan perusahaan dan daerah pada umumnya sehingga dapat mencapai visi dan misi perusahaan yaitu untuk membantu permodalan masyakarat ekonomi lemah di Provinsi Riau.

Berdasarkan latar belakang di atas maka judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Badan Usaha Milik Daerah (Studi Kasus Pada PT Permodalan Ekonomi Rakyat Provinsi Riau).

(8)

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan masih banyak ditemui pada Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik Daerah di Indonesia, diantaranya: pertama, tidak adanya equal treatment bagi BUMD sebagai salah satu sumber PAD, dimana BUMD dituntut harus laba, sehingga tidak dapat bersaing secara seimbang dengan kompetitornya; kedua, kurangnya sumber daya manusia pengelola berkualitas yang ada pada BUMD menyebabkan kurangnya perhatian dan kemampuan atas pemeliharaan aset yang dimiliki, sehingga rendahnya produktivitas, serta mutu dan ketepatan hasil produksi; serta yang ketiga kurangnya peran pemerintah daerah sebagai pemilik perusahaan daerah sekaligus pengawas terhadap keberlangsungan BUMD. Hal ini menjadi gambaran bahwa penerapan Sistem Pengendalian Internal yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah di BUMD masih lemah. Begitu juga halnya dengan PT Permodalan Ekonomi Rakyat yang merupakan salah satu BUMD di Provinsi Riau, masih menemui beberapa masalah dalam aktivitas bisnisnya yaitu: Pertama, sistem akuntansi dan keuangan yang lemah. Kedua, kurangnya kemampuan PT PER dalam bersaing dengan kompetitor lainnya sehingga tidak tercapainya visi dan misi perusahaan serta daerah pada umumnya. Ketiga, Laporan Hasil Pemeriksaan BPK pada tahun 2011 terhadap PT PER, dimana BPK memberikan opini WDP (Wajar Dengan Pengecualian). Sehingga perlu dilakukan suatu evaluasi terhadap penerapan Sistem Pengendalian Internal pada PT Permodalan Ekonomi Rakyat Provinsi Riau.

(9)

1.3 Pertanyaan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka pertanyaan penelitian adalah:

1. Apakah desain Sistem Pengendalian Internal Badan Usaha Milik Daerah yaitu PT Permodalan Ekonomi Rakyat di Provinsi Riau telah memadai?

2. Apakah fungsi dan operasi Sistem Pengendalian Internal Badan Usaha Milik Daerah yaitu PT Permodalan Ekonomi Rakyat di Provinsi Riau telah berjalan secara efektif?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan Sistem Pengendalian Internal Badan Usaha Milik Daerah yaitu PT Permodalan Ekonomi Rakyat di Provinsi Riau telah memadai.

2. Untuk mengetahui fungsi dan operasi Sistem Pengendalian Internal Badan Usaha Milik Daerah yaitu PT Permodalan Ekonomi Rakyat di Provinsi Riau telah berjalan secara efektif.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Kalangan Akademis

Bagi kalangan akademis, hasil penelitian diharapkan mampu memberikan referensi dan literatur terkait pengendalian internal.

(10)

Kontribusi dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak lain untuk melakukan analisis lebih lanjut dalam bidang kajian yang relevan. 2. PT Permodalan Ekonomi Rakyat di Provinsi Riau.

Bagi PT Permodalan Ekonomi Rakyat di Provinsi Riau hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi dan perbaikan terkait desain dan efektivitas sistem pengendalian internal PT Permodalan Ekonomi Rakyat di Provinsi Riau serta membantu perusahaan menemukan kelemahan atas sistem pengendalian internal untuk melakukan perbaikan berkelanjutan.

3. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi BUMD atau pemerintah daerah lainnya.

1.6 Sistematika Penulisan Bab 1 Pendahuluan

Bab ini memuat tentang pendahuluan yang di dalamnya membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penyusunan penelitian.

Bab 2 Tinjauan Literatur

Bab ini menguraikan beberapa landasan teori atau konsep yang menjadi acuan dalam penyusunan penelitian ini yang sesuai dengan rumusan masalah dan kerangka pemikiran.

Bab 3 Latar Belakang Kontekstual Penelitian Studi Kasus

Bab ini menjelaskan secara deskriptif tentang obyek penelitian secara selektif, yakni PT Permodalan Ekonomi Rakyat Provinsi Riau.

(11)

Selanjutnya, bagian ini juga menjelaskan secara kontekstual aplikasi teori-teori atau konsep-konsep yang dimuat di studi literatur di lingkungan PT Permodalan Ekonomi Rakyat Provinsi Riau.

Bab 4 Rancangan Penelitian Studi Kasus

Bab ini menjelaskan rancangan penelitian yang berisi pembahasan pengambilan data dan analisis data yang akan dilakukan. Bagian pengambilan data berisi dengan sumber datanya, teknik pengambilan datanya serta proses pengambilan datanya.

Bab 5 Pemaparan Temuan

Bab ini menjelaskan temuan-temuan dalam investigasi berdasarkan format yang telah ditentukan. Format presentasi kasus harus mampu menggambarkan fakta-fakta yang dapat menjawab tujuan penelitian, kemudian dirumuskan sebagai materi analisi atau diskusi hasil investigasi studi kasus.

Bab 6 Ringkasan dan Pembahasan

Ringkasan memuat secara ringkas tetapi lengkap mengenai latar belakang, cara dan hasil penelitian. Pembahasan menunjukkan penjelasan mendalam mengenai hasil yang diperoleh dan implikasinya.

Bab 7 Simpulan dan Rekomendasi

Bab ini memuat tentang simpulan dan rekomendasi yang di dalamnya berisi jawaban dari tujuan penelitian dan pada bab ini akan di jelaskan implikasi dari hasil penelitian untuk di terapkan di dunia praktek untuk memecahkan permasalahan yang diteliti.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini di fokuskan pada remaja yang menggunakan smartphone , untuk itulah peneliti akan membahas mengenai pemanfaatan penggunaan smartphone baik bersifat

di atas maka ekstraksi Ce dikerjakan dengan menggunakan bahan dari konsentrat hidroksida yang telah dioksidasi terlebih dahulu, kemudian re- ekstraksi Ce dari

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Medan sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang berada di bawah Pemerintahaan Sumatera Utara selain memberdayakan dirinya

Gambar 16 Activity Diagram Login Data Stock

Penulis merasa bahwa informasi yang ada di buku tersebut dapat disalurkan menggunakan medium instalasi guna memberikan pengalaman baru bagi audiens dalam mempelajari gaya

Pertanyaan pertama yang peneliti lontarkan kepada Bapak masur yaitu masalah bagaimana kronologis terjadinya pernikahan yang walinya meminta syarat sejumlah uang sebagai

menyatakan dengan pengangkatan anak tersebut diharapkan akan membawa maslahat bagi anak tersebut ; --- Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah mendengar

Berdasarkan penghasilan hasil penelitian tim jumlah pasien yang datang berobat terbanyak adalah pasien dengan penghasilan <2juta/bulan sebanyak 60,2% Hal ini