• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DAUN SAWI (Brassica juncea L.) Morfogenesis Tumbuhan - Yudrik Lathif Universitas Negeri Malang 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DAUN SAWI (Brassica juncea L.) Morfogenesis Tumbuhan - Yudrik Lathif Universitas Negeri Malang 2016"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DAUN SAWI (Brassica juncea L.) Morfogenesis Tumbuhan - Yudrik Lathif

Universitas Negeri Malang 2016 Latar Belakang

Daun merupakan bagian dari tumbuh-tumbuhan yang mempunyai fungsi dan peran penting untuk melangsungkan kelangsungan hidup tumbuh-tumbuhan itu sendiri. Ciri khas dari daun, pada umumnya berwarna hijau bentuk dari daun bagian besar adalah melebar, memiliki zat klorofil yang berguna untuk membantu proses fotosintesis. Daun juga mempunyai bagian-bagian yang berperan penting untuk membantu proses pertumbuhan pada tumbuhan, setelah di pelajari dan di pahami secara mendalam, maka manusia akan menyadari betapa pentingnya daun pada tumbuhan. Sehingga secara tidak langsung manusia juga dapat mengetahui batapa penting dan gunanya tumbuh-tumbuhan dalam hidup. Pada lingkungan informal manusia secara umum mengetahui bentuk dari daun, namun pada lingkungan ini manusia tidak mengetahui dan mengenal daun secar spesifik.

Tapi pada lingkungan formal, manusia dapat mengenal dan mengetahui pentingnya daun pada tumbuhan secar spesifik, sehingga proses pembelajaran dari setiap lembaga formal yang time scedokan, harus banyak mengarah pada kagiatan penelitian dan praktikum, sehingga proses pedalaman materi pada bidang-bidang tertentu selalu ada.

Metode

Proyek penelitian pengamatan daun ini, menggunakan tanaman sawi (Brassica juncea L.) yang di tumbuhkan langsung dari bijinya. Tanaman sawi termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae atau tanaman kubis-kubisan (Rukmana, 1994). Proses pengamatan berlangsung selama 8 hari mulai tanggal 28 November – 05 Desember 2016. Beberapa bahan lain yang digunakan dalam proyek ini adalah tanah, air, monosodium glutamate (merk Ajinomoto), dan tisu. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah gelas serta botol air mineral, paku, kresek hitam, silet, mikroskop, pipet tetes, pinset, kaca objek, kaca penutup dan kamera digital, serta aplikasi Google Snapseed untuk memperjelas hasil foto digital.

Proses penanaman biji sawi di hari ke-0 dimulai dengan mempersiapkan wadah plastic dari gelas air mineral berukuran 120 ml sebagai pot penanaman biji sawi, gelas tersebut dilubangi bagian dasarnya dan diisikan tanah liat secukupnya sebagai media tumbuh biji sawi. Selanjudnya dipersiapkan monosodium glutamate sebanyak 1,5 gram yang sudah dilarutkan dalam air, yang digunakan untuk menyirami tanah pertama kalinya, hal tersebut

(2)

dimaksudkan untuk menyediakan media tumbuh biji sawi yang lebih baik. Gresinta (2015) menjelaskan pemberian monosodium glutamate akan meningkatkan pertumbuhan suatu tanaman.

Biji sawi yang akan ditanam juga direndam dalam air untuk mengetahui biji mana yang layak ditanam atau tidak dengan melihat biji yang tenggelam dan mengapung, karena biji yang mengapung adalah biji yang tidak layak ditanam. Penanaman biji sawi dilakukan dengan menebar biji pada permukaan media tanah yang sudah di gemburkan, serta diratakan ulang permukaan tanah sehingga biji sawi sedikit tertanam di permukaa tanah. Setelah proses penanaman biji sawi dilakukan pada medianya, pot disimpan pada tempat yang tidak mendapatkan cahaya langsung, bahkan pot ditutupi dengan kresek hitam untuk membuat suasana pertumbuhan biji sawi awal menjadi gelap. Keadaan tersebut akan membantu perkecambahan lebih cepat. Haryanti dan Budihastuti (2015) menjelaskan Kondisi gelap memacu produksi hormon auksin. Auksin adalah hormon tumbuh yang banyak ditemukan di sel-sel meristem, seperti ujung akar dan ujung batang. Oleh karena itu tanaman akan lebih cepat memanjang (etiolasi). Proses pengamatan selanjudnya dilakukan untuk mengetahui tumbuh kembang biji sawi terutama tumbh kembang daunnya. Pengamatan morfologi pertama kali dilakukan pada hari kedua sampai kedelapan. Selain itu pengamatan juga dilakukan dibawah mikroskop secara bertahap pada hari-hari tertentu untuk mengetahui perkembangan sel daun sawi (Brassica juncea L.).

Hasil dan Pembahasan

Pengamatan hari ke-2 sudah diamati pertumbuhan kecambah dari biji sawi (Brassica juncea L.), dimana pertumbuhana akar sudah terlihat jelas dan daun lembaga masih tertutupi kulit biji, dari pengamatan ini dapat terlihat bahwa perkecambahan biji sawi adalah epigeal, karena terlihat kotiledon (keping biji) sudah terangkat dan berada di permukaan tanah. Pengamatan hari ke-3 menunjukkan pertumbuhan dari kecambah sawi, dimana kulit biji sudah terlepas dan kotiledon sudah terangkat k atas.

(3)

Pada hari ke-3 ini, pengamatan juga dilakukan degan mikroskop karena beberapa kecambah sudah membuka daun lembaganya dan daun muda kecil sudah dapat terlihat, dengan warna yang masih kekuningan sama dengan warna daun lembaganya. Dalam pengamatannya di bawah mikroskop tidak dilakukan pengirisan pada daun tersebut, karena daun masih berukuran terlalu kecil. Hasil pengamatan menunjukkan sel-sel yang masih bebentuk seragam dan belum termodifikasi kusus.

Gambar 2. (Kiri) a. daun muda, b. daun lembaga; (Kanan) pengamatan daun muda (pembesaran 10 x 10) dan diperjelas dengan aplikasi Google Snapseed

Pengamatan hari ke-4 menunjukkan pertumbuhan daun, dimana sebelumnya daun muda pada hari ke-3 yang masih berukuran kecil sudah tumbuh lebih besar dan melebar seukuran dengan daun lembaganya, sehingga sekarang sudah terlihat memiliki daun yang berjumlah empat. Namun warna daun masih terlihat kekuningan, yang menunjukkan klorofil belum sepenuhnya terakumulasi. Pada awal perkembangan daun, aktifitas meristem daun menyebabkan terjadinya perpanjangan daun. Perpanjangan daun berikutnya terjadi sebagai akibat aktifitas meristem interkalar. Pelebaran daun (bifacial/dorsoventral) terjadi bila meristem tepi daun aktif melakukan pembelahan sel. Bila aktifitas meristem tepitersebut terbatas hanya pada daerah-daerah tertentu saja, maka akan terbentuk daun yang berbagi menyirip atau majemuk menyirip. Jadi, pada dasarnya bentuk daun sangat tergantung dari perkembangannya, terutama pembelahan dan pembesaran sel. Selain itu, adanya kematian sel pada daerah-daerah tertentu selama perkembangan daun berlangsung juga dapat menentukan bentuk akhir dari suatu daun. Perkembangan daun seperti inilah yang merupakan dasar bagi terbentuknya basal daun, ujung daun, tepi daun, dan bentuk geometri daun yang berbeda-beda (Gembong, 2005).

a b

(4)

Gambar 3. Pertumbuhan sawi (Brassica juncea L.) hari ke-4, memperlihatkan jumlah daun 4 yang masih berwarna kekuningan atau hijau muda.

Pengamatan hari ke-5 pada penanaman sawi menunjukkan warna daun yang sudah menghijau, hal ini menunjukkan akumulasi klorofil yang sudah lebih baik dari hari sebelumnya, sehingga sudah lebih siap dalam melakukan fotosintesisnya. Pada hari ke-5 juga dilakukan pengamatan di bawah mikroskop untuk mengamati sel-sel daun. Pada pengamatannya sudah terlihat bentukan sel yang tidak seragam seperti pada hari ke-3 pengamatan dibawah mikroskop. Dalam pengamatan ini juga sudah bisa lebih jelas diamati di bawah mikroskop sampai pembesaran 40 x 10 hal ini karena daun yang lebih besar dari pengamatan sebelumnya sehingga lebih mudah diiris.

Gambar 4. (Kiri) Pengamatan jaringan daun sawi (pembesaran 40 x 10) dan diperjelas dengan aplikasi Google Snapseed; (Kanan) pengamatan daun sawi hari ke- 5.

(5)

Pada semua tumbuhan yang berwarna hijau, lapisan epidermis mengandung Stomata yang paling banyak pada daun. Stomata terdiri atas bagian-bagian yaitu sel penutup, bagian celah, sel tetangga, dan ruang udara dalam. Sel tetangga berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup yang mengatur lebar celah. Sel penutup dapat terletak sama tinggi dengan permukan epidermis (panerofor) atau lebih rendah dari permukaan epidermis (kriptofor) dan lebih tinggi dari permukaan epidermis (menonjol). Fungsi stomata adalah sebagai tempat terjadinya respirasi (pertukaran gas) dan juga transpirasi (proses penguapan air) (Hartono, 2015).

Pengamatan hari-hari berikutnya memperlihatkan pertumbuhan dan perkembangan daun sawi yang lebih matang secara bertahap, hal tersebut teramati dari perubahan warna daun yang berangsur lebih hijau, namun tidak terlihat signifikan setiap harinya. Jadi pengamatan dilanjudkan langsung pada hari terakhir, yaitu hari ke-8. Pada pengamatan hari ke-8 sudah dapat diamati lebih jelas perbedaan warna daun dari hari sebelumnya (hari ke-5), pengamatan juga dilakukan dibawah mikroskop untunk mengamati sel-sel pada jaringan daun sawi, dari hasil pengamatan bentukan sel lebih jelas teramati, hal ini juga karena bentuk daun lebih memudahkan pengirisannya dari pada hari sebelumnya.

Gambar 5. (Kiri) Pengamatan jaringan daun sawi (pembesaran 40 x 10) dan diperjelas dengan aplikasi Google Snapseed; (Kanan) pengamatan daun sawi hari ke-8. Terdapat suatu perbedaan yang dapat diamati pada daun gambar 5. (kanan), dimana daun yang terliahat sedikit lebih besar (atas) memiliki benjolan di tegah helai daunnya, sedangkan daun lainnya (bawah) tidak. Hal tersebut dapat dijelaskan karena daun yang lebih besar (atas) tersebut berasal dari daun lembaga, yang merupakan daun pertama keluar pada kecambah, dan masih menyimpan cadangan makanan untuk embrio.

(6)

Kesimpulan

Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang penting untuk tumbuhan, awal perkembangannya setelah pertumbuhan akar pada biji yang sudah berkecambah. Perkecambahan sawi adalah epigeal dimana daun lembaga terangkat ke atas permukaan tanah. Perkembangan daun kecambah biji sawi bertahap mengalami perubahan warna dari kuning ke hijau. Daun lembaga yang merupakan tempat cadangan makanan bagi pertumbuhan awal kecambah biji sawi pada akhirnya juga berkembang bersamaan dengan bakal daun menjadi daun berwarna hijau yang berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan sawi.

Daftar Pustaka

Gembong, Tjitrosoepomo. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press.

Gresinta, Efri. 2015. Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat (MSG) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogea). Dalam Jurnal Faktor Exacta 8(3): 208-219.

Hartono, Juni. 2015. Fungsi stomata,Pengertian dan Gambar Stomata.

Haryanti, Sri dan Budihastuti, Rini. 2015. Morfoanatomi, Berat Basah kotilidon dan Ketebalan Daun Kecambah Kacnag Hijau (Phaseolus vulgaris L.) pada Naungan yang Berbeda. Dalam Buletin Anatomi dan Fisiologi 23(1).

(7)

Gambar

Gambar 1. (Kiri) Kecambah sawi hari ke-2; (Kanan) Kecambah sawi hari ke-3
Gambar  2.  (Kiri)  a.  daun  muda,  b.  daun  lembaga;  (Kanan)  pengamatan  daun  muda  (pembesaran 10 x 10) dan diperjelas dengan aplikasi Google Snapseed
Gambar  4.  (Kiri)  Pengamatan  jaringan  daun  sawi  (pembesaran  40  x  10)  dan  diperjelas  dengan aplikasi Google Snapseed; (Kanan) pengamatan daun sawi hari ke- 5
Gambar  5.  (Kiri)  Pengamatan  jaringan  daun  sawi  (pembesaran  40  x  10)  dan  diperjelas  dengan aplikasi Google Snapseed; (Kanan) pengamatan daun sawi hari ke-8

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimanakah mortalitas hama Plutella xylostella, pemendekan siklus hama Plutella xylostella fase larva, tingkat kerusakan daun tanaman sawi (Brassica juncea L.)

Menurut ASTM C 618-96 pozolan adalah bahan yang mengandung senyawa sililka atau silika dan alumina, dimana bahan pozolan itu sendiri tidak mempunyai sifat mengikat seperti

Oleh itu, sebagai hasil bagi persamaan 4 dan 5 di atas, swarm akan mengenalpasti dan memasuki kawasan yang berpotensi dalam ruang carian secara pengurusan-sendiri dengan

13 Data yang dimaksud adalah hasil wawancara dengan para tokoh masyarakat (bapak Amin, Darso, Suprat) dan beberapa orang yang secara langsung atau tidak

Level user merupakan status sosial user dalam aplikasi. Level user dibuat agar user bangga dengan level yang dimilikinya. Juga agar user terus melakukan kegiatan

Pengaruh Pemberian Jenis Kompos Limbah Pertanian Dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.)Di Polibag.. Pupuk

Penelitian ini merupakan penelitian R & D (Penelitian dan Pengembangan) yang meliputi tiga tahap penelitian yaitu: 1) Studi Pendahuluan, 2) Pengembangan bahan

Adapun Indikator sekolah Adiwiyata meliputi (1) Pengembangan kebijakan sekolah yang berwawasan lingkungan, yang meliputi filosofi, visi misi sekolah yang peduli dan