• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari dan dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat.

Untuk konsumsi sehari-hari, sawi biasa dijadikan lalapan dan sayuran tumisan bersama dengan sayuran yang lain. Kebutuhan masyarakat terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga tanaman sawi sangat potensial dibudidayakan untuk menjadi sayuran yang komersial dan memiliki prospek pasar yang baik. Sawi memiliki beberapa manfaat yang baik untuk kesehatan, diantaranya menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Kandungan yang terdapat pada sawi berupa protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Setiap 100 g daun segar tanaman sawi mengandung 6.460 SI vitamin A;

0,09 mg vitamin B, dan 120 mg vitamin C (Haryanto, Suhartati dan Rahayu, 2002: 5).

Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data Statistik

Produksi Hortikultura tahun 2014, total produksi sawi di Indonesia pada

tahun 2013 sebesar 635.728 ton dan pada tahun 2014 sebesar 602.468 ton,

produksi sawi ini mengalami penurunan yaitu sebesar 33.260 ton

dikarenakan adanya gangguan hama (Kementerian Pertanian Direktorat

(2)

2

Jenderal Hortikultura, 2015). Untuk produktivitas sawi di Kabupaten/Kota D.I. Yogyakarta sendiri pada tahun 2015 untuk Kulonprogo sebesar 114,32 (kwintal/ha); Bantul sebesar 122,79 (kwintal/ha); Gunungkidul sebesar 59,59 (kwintal/ha) Sleman sebesar 132,15; DIY sebesar 109,73 (kwintal/ha) (Badan Pusat Statistika D.I. Yogyakarta, 2015).

Penurunan produksi sawi (Brassica juncea L.) di Indonesia ini disebabkan karena adanya kendala berupa organisme pengganggu tanaman yaitu ulat jantung sawi Crocidolomia pavonana F dan ulat daun sawi Plutella xylostella. Hama ulat daun sawi Plutella xylostella (Lepidoptera:

Plutellidae) merupakan salah satu jenis hama utama di pertanaman sawi.

Apabila tidak ada tindakan pengendalian, kerusakan sawi oleh hama

tersebut dapat meningkat dan hasil panen dapat menurun baik jumlah

maupun kualitasnya. Serangan yang timbul kadang-kadang sangat berat

sehingga tanaman sawi tidak membentuk crop dan panennya menjadi

gagal. Kehilangan hasil sawi yang disebabkan oleh serangan hama dapat

mencapai 10-90 persen. Ulat daun sawi Plutella xylostella bersama dengan

ulat jantung sawi Crocidolomia pavonana F. mampu menyebabkan

kerusakan berat dan dapat menurunkan produksi sawi sebesar 79,81 persen

(Sembel, 2010). Menurut Permadani dan Sastrosiswojo (1993), serangan

hama ulat daun sawi Plutella xylostella dan ulat jantung sawi

Crocidolomia pavonana F. menyebabkan kehilangan hasil hampir 100%,

apabila tanaman tidak diberi perlakuan insektisida. Kondisi seperti ini

tentu saja merugikan petani sebagai produsen sawi. Oleh karena itu upaya

(3)

3

pengendalian hama daun sawi ini sebagai hama utama tanaman sawi perlu dilakukan untuk mencegah dan menekan kerugian akibat serangan hama tersebut.

Pengendalian ulat pemakan daun sawi oleh petani masih tergantung pada penggunaan insektisida sintetik yang diyakini praktis dalam aplikasi dan hasil pengendalian jelas terlihat. Namun, petani cenderung menggunakan insektisida dengan takaran yang berlebihan, sehingga penggunaan insektisida perlu dikelola dan dikendalikan secara efektif dan aman bagi lingkungan (Eko Haryanto, 2003: 23).

Petani pada umumnya mengatasi gangguan ulat sawi dengan menggunakan insektisida kimia sintetik. Ditinjau dari segi penekanan populasi hama, pengendalian secara kimiawi dengan insektisida memang cepat dirasakan hasilnya, terutama pada areal yang luas. Tetapi, selain memberikan keKasumbago Untungan ternyata penggunaan insektisida yang serampangan atau tidak bijaksana dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Hasil survai pada petani sayuran menyebutkan bahwa petani mengeluarkan 50 persen biaya produksi untuk pengendalian secara kimiawi dengan mencampur berbagai macam pestisida, karena belum diketahui bagaimana penggunaan pestisida yang tepat.

Penggunaan pestisida sintetis di lingkungan pertanian menjadi

masalah yang sangat dilematis. Di satu pihak dengan digunakannya

pestisida sintetis maka kehilangan hasil pertanian yang diakibatkan

organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat ditekan, tetapi dengan

(4)

4

penggunaan pestisida sintetis yang kurang bijaksana sering menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (Kasumbago Untung Agus Kardinan, 2000: 1).

Penggunaan pestisida yang kurang bijaksana (khususnya yang bersifat sintetis) sering merugikan terhadap lingkungan. Beberapa kasus yang merugikan tersebut di antaranya: 1) kasus keracunan (lebih dari 400.000 kasus dilaporkan per tahunnya, 1,50% di antaranya fatal); 2) polusi lingkungan (kontaminasi air, tanah, udara, hasil pertanian, dan dalam jangka panjang terjadi kontaminasi terhadap manusia dan kehidupan lainnya); 3) perkembangan serangga menjadi resisten, resurgen, ataupun toleran terhadap pestisida; 4) serta dampak negatif lainnya (Kasumbago Untung Agus Kardinan, 2000: 2).

Dilema antara kebutuhan dan pelestarian lingkungan menumbuhkan gagasan pengembangan pengendalian serangga hama yang berwawasan lingkungan dan aplikasinya sesuai dengan konsep Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). Hal ini direalisaikan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman, yang salah satu tujuan penting kebijakan tersebut adalah penggunaan insektisida yang bijaksana.

Salah satu cara pengendalian organisme pengganggu tanaman

(OPT) adalah dengan menggunakan insektisida nabati. Beberapa jenis

insektisida nabati yang berasal dari tumbuhan telah dikembangkan untuk

mengendalikan hama ulat pemakan daun (Wiratno, 2010: 8).

(5)

5

Telah banyak diteliti bahwasanya ekstrak tanaman tertentu mengandung molekul, yang bekerja secara tunggal maupun berinteraksi dengan molekul lainnya yang mampu berperan sebagai pestisida.

Penggunaan ekstrak tumbuhan sebagai salah satu sumber insektisida nabati didasarkan atas pemikiran bahwa terdapat mekanisme pertahanan dari tumbuhan. Salah satu senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan yaitu senyawa metabolik sekunder yang bersifat penolak (repellent), penghambat makan (antifeedant/feeding deterrent), penghambat perkembangan dan penghambat peneluran (oviposition repellent/deterrent) dan sebagai bahan kimia yang mematikan serangga dengan cepat (Prijono, 1999).

Suatu alternatif pengendalian hama penyakit yang murah, mudah,

praktis, dan relatif aman terhadap lingkungan sangat diperlukan oleh

negara berkembang seperti Indonesia dengan kondisi petaninya yang

memiliki modal terbatas untuk membeli pestisida sintetis yang harganya

relatif mahal. Oleh sebab itu, sudah tiba saatnya untuk memasyarakatkan

pestisida nabati yang ramah lingkungan yang terbuat dari perasan daun

kayu kuning (Arcangelisia flava L.) untuk mengendalikan hama yang

sangat merugikan petani karena dapat menurunkan mutu dan produksi

pertanian. Salah satu hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah

Plutella xylostella atau ulat tritip (Rahmat Rukmana, 1994:16). Dengan

dikembangkan pemanfaatan pestisida nabati berbahan dasar daun tanaman

kayu kuning (Arcangelisia flava L.) diharapkan petani atau pengguna

(6)

6

dapat mempersiapkan sendiri cara pengendalian hama terpadu yang ramah lingkungan dengan cara sederhana, yaitu dilakukan dengan teknik penggerusan dan perendaman dengan air keran selama 24 jam untuk menghasilkan produk perasan. Penggunaan perasan dilakukan sesegera mungkin setelah pembuatan perasan dilakukan (Kasumbago Untung Agus Kardinan, 2000: 7).

Perasan daun tanaman kayu kuning (Arcangelisia flava L.) dapat digunakan sebagai pestisida nabati kerena di dalam daun kayu kuning mengandung senyawa saponin, flavonoida dan tanin, (Sitepu dan Sutikno, 2001). Menurut Endah dan Heri (2000) bahwa fungsi senyawa saponin, flavonoid, dan tanin dapat menghambat daya makan larva (antifeedantt).

Cara kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut. Oleh karena itu, apabila senyawa- senyawa tersebut masuk dalam tubuh serangga, alat pencernaannya akan terganggu. Senyawa-senyawa yang terkandung dalam perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) tersebut juga menghambat indera perasa pada daerah mulut larva. Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa, sehingga tidak mampu mengenali makanannya. Akhirnya larva akan mati kelaparan (Ahmed dkk, 2009).

Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian yang

berjudul “Efektivitas Pestisida Nabati Perasan Daun Kayu Kuning

(Arcangelisia flava L.) terhadap Pengendalian Hama Plutella xylostella

pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)”. Hal tersebut bertujuan untuk

(7)

7

mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan pestisida sintetis untuk pengendalian hama Plutella xylostella pada tanaman sawi karena pestisida sintetis termasuk salah satu faktor yang dapat membahayakan keselamatan hayati, termasuk manusia dan keseimbangan ekosistem.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka dapat dijabarkan permasalahan-permasalahan yang dapat diidentifikasi diantaranya :

1. Bagaimanakah kerusakan yang diakibatkan oleh serangan hama Plutella xylostella pada tanaman sawi (Brassica juncea L.) ? 2. Bagaimanakah cara pengendalian hama Plutella xylostella pada

tanaman sawi (Brassica juncea L.) agar ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia ?

3. Bagaimanakah jenis tanaman yang mengandung bahan aktif sebagai pestisida nabati ?

4. Bagaimanakah jenis zat aktif yang terkandung dalam perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) ?

5. Bagaimanakah pengaruh yang ditimbulkan akibat paparan perasan

daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) sebagai pestisida nabati

untuk mengendalikan hama Plutella xylostella pada tanaman sawi

(Brassica juncea L.) ?

(8)

8

6. Bagaimanakah efektivitas daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) sebagai pestisida nabati dalam mengendalikan hama Plutella xylostella pada tanaman sawi (Brassica juncea L.) ?

7. Bagaimanakah mortalitas hama Plutella xylostella, pemendekan siklus hama Plutella xylostella fase larva, tingkat kerusakan daun tanaman sawi (Brassica juncea L.) dan berat basah tanaman sawi (Brassica juncea L.) yang ditimbulkan akibat dari penggunaan perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) sebagai pestisida nabati ?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, penelitian ini dibatasi pada efektivitas pestisida nabati perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) terhadap:

1. Mortalitas hama Plutella xylostella

2. Pemendekan siklus hidup hama Plutella xylostella fase larva 3. Tingkat kerusakan daun tanaman sawi (Brassica juncea L.) 4. Berat basah tanaman sawi (Brassica juncea L.)

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu :

1. Bagaimanakah pengaruh pemberian larutan pestisida nabati

perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) terhadap

(9)

9

mortalitas hama Plutella xylostella pada tanaman sawi (Brassica juncea L.) ?

2. Bagaimanakah pengaruh pemberian larutan pestisida nabati perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) terhadap pemendekan siklus hidup hama Plutella xylostella fase larva pada tanaman sawi (Brassica juncea L.) ?

3. Bagaimanakah pengaruh pemberian larutan pestisida nabati perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) terhadap tingkat kerusakan daun tanaman sawi (Brassica juncea L.) ?

4. Bagaimanakah pengaruh pemberian larutan pestisida nabati perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) terhadap berat basah tanaman sawi (Brassica juncea L.) ?

5. Berapakah konsentrasi efektif dari larutan pestisida nabati perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) sebagai biopestisida terhadap pengendalian hama Plutella xylostella pada tanaman sawi (Brassica juncea L.) ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian larutan pestisida nabati

perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) terhadap

mortalitas hama Plutella xylostella pada tanaman sawi (Brassica

juncea L.).

(10)

10

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian larutan pestisida nabati perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) terhadap pemendekan siklus hidup hama Plutella xylostella fase larva pada tanaman sawi (Brassica juncea L.).

3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian larutan pestisida nabati perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) terhadap tingkat kerusakan daun tanaman sawi (Brassica juncea L.).

4. Untuk mengetahui pengaruh pemberian larutan pestisida nabati perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) terhadap berat basah tanaman sawi (Brassica juncea L.).

5. Untuk mengetahui konsentrasi efektif dari larutan pestisida nabati perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) sebagai biopestisida terhadap pengendalian hama Plutella xylostella pada tanaman sawi (Brassica juncea L.).

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Petani dan Masyarakat

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan digunakan sebagai bahan kajian mengenai manfaat perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada masyarakat dan petani mengenai bahaya pestisida

(11)

11

sintetik yang terbuat dari bahan-bahan kimia terhadap kesehatan tubuh manusia dan lingkungan.

c. Agar dapat merubah pola pikir masyarakat, khususnya para petani agar segera beralih menggunakan pestisida nabati berupa perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) untuk mengendalikan hama Plutella xylostella yang ramah lingkungan dan tidak membahayakan kesehatan tubuh manuasia.

d. Dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan.

2. Bagi Peneliti

Menambah wawasan sehingga mampu melakukan pendekatan-pendekatan praktis dari penguasaan ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk percepatan pencapaian sasaran dan pemecahan masalah terutama yang berkaitan dengan pengembangan teknik produksi pestisida nabati khususnya untuk mengendalikan hama Plutella xylostella yang menyerang tanaman sawi (Brassica juncea L.).

G. Batasan Operasional

1. Tanaman sawi (Brassica juncea L.) yang akan diinfeksi dengan

larva instar III hama Plutella xylostella adalah tanaman sawi

(Brassica juncea L.) yang berumur 21 hari setelah tanam.

(12)

12

2. Hama Plutella xylostella yang digunakan adalah larva instar III Plutella xylostella dengan kisaran panjang 4-6 mm, lebar 0,75 mm, dan berwarna hijau.

3. Perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) diperoleh dari daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) yang sudah tua dan berwarna hijau tua.

4. Pengamatan pengaruh pemberian perasan daun kayu kuning

(Arcangelisia flava L.) antara lain meliputi : mortalitas hama

Plutella xylostella, pemendekan siklus hidup hama Plutella

xylostella fase larva , tingkat kerusakan daun tanaman sawi

(Brassica juncea L.) dan berat basah tanaman sawi (Brassica

juncea L.).

Referensi

Dokumen terkait

Gremler dan Brown (dalam Ali Hasan, 2008:83) bahwa: “Loyalitas pelanggan adalah pelanggan yang tidak hanya membeli ulang suatu barang dan jasa, tetapi juga

Untuk mengetahui bagaimana evaluasi pembelajaran tematik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMAN 1 Panggul..

Pemohon adalah anak perempuan dari ayah pemohon yang hendak melangsungkan pernikahan dengan calon suaminya yang bernama calon suami pemohon, berumur 70 tahun, agama Islam,

giving reward tidak memerlukan biaya yang mahal. Para guru tidak harus memberikan hadiah-hadiah yang mahal tetapi misalnya cukup dengan nilai tambahan apabila siswa

Saran yang ingin penulis sampaikan adalah perlu dilakukan analisis pewarna rhodamin B dan pengawet natrium benzoat pada sampel saus tomat lain yang beredar di masyarakat

Ia mengilustrasikan suatu sketsa tatanan dengan berbagai pandangan mengenai tempat mistik baik dalam spiritualitas maupun dalam teologi, tetapi juga gambaran kecurigaan

Sehingga, peningkatan konsentrasi rendaman daun singkong yang dipaparkan pada uji lanjutan tidak sebanding dengan peningkatan kematian nyamuk. Konsentrasi yang

Kegiatan PKM pada kelompok tani rumput laut UMKM Kumbang Laut dan Sinar Laut terdapat peningkatan margin kontribusi dan nilai tambah pada produk es krim rumput laut